Diagram 1.2 Perkembangan Usaha Warung Teh Susu Telur TST
Di Jalan Halat Medan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui apakah pengaruh kepemimpinan yang terdiri dari efektifitas, pengambilan keputusan,
kreatifitas, dinamis, perubahan, memiliki inspirasi dan menjalankan visi mempengaruhi keberhasilan usaha kecil warung teh susu telur, sehingga penulis
memutuskan untuk membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Warung Teh Susu Telur TST
di Jalan Halat Medan ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh kepemimpinan yang terdiri dari
efektifitas, pengambilan keputusan, kreatifitas, dinamis, perubahan, memiliki inspirasi dan menjalankan visi terhadap keberhasilan usaha pada usaha kecil warung
TST di jalan Halat Medan?”.
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
kepemimpinan terhadap keberhasilan usaha pada usaha kecil warung TST di Jalan Halat Medan dan Mengetahui tujuan yang ingin dicapai pemilik usaha dalam
menjalankan usaha kecil tersebut.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah: 1.
Wirausaha Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan bagi para pemilik
usaha dalam memecahkan berbagai masalah, terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan.
2. Bagi penulis
Memberikan konstribusi bagi pemikiran untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kepemimpinan yang berhasil dalam
berwirausaha. 3.
Bagi peniliti lain Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan
dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Usaha Kecil
Usaha kecil menurut surat edaran Bank Indonesia No. 261UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit Usaha Kecil KUK adalah usaha yang memiliki total aset
maksimum Rp 600 juta enam ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha
swasta dan koperasi, sepanjang aset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta. Menurut UU No. 91995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini meliputi usaha kecil informal dan usaha
kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap,
industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan
alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya.
Pengertian usaha kecil menimbulkan pandangan yang berbeda di benak masing-masing. Mungkin langsung tergambar pada benak sebagian orang adalah
sebuah toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau seorang penjual es yang menggunakan gerobak atau bahkan seorang pedagang roti keliling yang
menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi. Tobing, 2009:3
Definisi usaha kecil menengah UKM menurut Biro Pusat Statistik BPS lebih mengacu kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap.
UKM menurut Biro Pusat Statistik BPS adalah usaha skala kecil yang menggunakan kurang dari lima orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap
tenaga kerja antara lima hingga sembilan belas orang Tobing, 2009:4.
2.1.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Tjiharjadi 2012:18 adalah pengaruh, tidak lebih, tidak kurang, kapasitas menerjemahkan visi ke dalam realitas, sebagai kesadaran dan
keinginginan untuk mempengaruhi orang lain, yang selanjutnya memberikan tanggapan atas keinginan sendiri untuk mengikutinya, serta penyebab berbagai
tindakan yang digerakan orang secara cermat dengan terencanan yang bertujuan untuk penyelesaian agenda pemimpin, juga sarana komunikasi kepada orang tentang
nilai dan potensinya kemudian dengan sangat jelas datang untuk menemukannya dalam diri sendiri.
Pengaruh kepemimpinan yang diterapkan dalam perusahaan mengindikasikan tanda keberhasilan pada masing-masing usaha. Setiap orang memiliki kepemimpinan
yang berbeda-beda, kepemimpinan yang berhasil yaitu berawal dari efektifitas, pengambilan keputusan, kreatifitas, dinamis, perubahan, memiliki inspirasi dan
menjalankan visi, Tjiharjadi, 2012:22.
1. Efektifitas
Pemanfaatan sumber daya, sarana, prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang
dijalankan, Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.
2. Pengambilan Keputusan
Suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.
3. Kreatifitas
Kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data dan informasi yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat
berupa gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. 4.
Memiliki Inpirasi Percikan ide-ide kreatif yang waktu dan tempatnya jarang dikenali, kecuali
sudah melatih diri dengan kebiasaan dan dikarenakan akibat-hasil dari proses pengembangan diri.
5. Menjalankan Visi
Suatu pernyataan mengenai tujuan dari sebuah organisasi yang disampaikan melalui produk atau jasa yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi,
kelompok masyarakat yang dilayani, nilai yang didapatkan juga aspirasi dan cita-cita di masa yang akan datang.
6. Perubahan
Suatu usaha yang sistematik untuk menciptakan ulang suatu organisasi dengan cara melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal
dan lingkungan internal untuk mencapai sasaran baru. 7.
Dinamis Penuh semangat dan tenaga untuk cepat bergerak dalam menyesuaikan diri
dengan keadaan yang terjadi secara tiba-tiba. Menurut Anoraga 2004:33, memimpin dapat diartikan sebagai suatu seni
atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau
berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebuah kelompokorganisasi.
Menurut Herujito 2001:179 menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni kemampuan untuk mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku
mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan.
Gaya Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisasi kelompoknya untuk
mencapai yang telah ditetapkan Hasibuan, 2005:83. Kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berhubungan dengan penugasan anggota organisasi dalam rangka mencapai
tujuan kelompok atau organisasi. Dari defenisi ini tampak bahwa seorang pemimpin bertugas mendorong
bawahan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Seorang pemimpin harus menjadi fasilitator anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan
bersama. Sebagai contoh, pemimpin sebuah orkestra yang dinamakan dirigen berusaha untuk menghasilkan nada yang selaras dari berbagai alat musik. Berkualitas
tidaknya kelompok orkestra tersebut sangat ditentukan oleh dirigennya. Menurut Tjiptono 2001:79, pemimpin yang baik harus memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut:
1.
Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan
tersebut.
2.
Model peranan yang positif
Peranan adalah tanggung jawab, perilaku atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu, pemimpin yang baik
harus dapat dijadikan panutan dan contoh bawahannya.
3.
Memiliki keterampilan yang baik
Pemimpin yang baik harus dapat menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat.
4.
Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh yang baik terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Pengaruh adalah seni
menggunakan kekhusukan untuk menyakinkan orang lain akan sudut pandangan orang lain ke arah suatu tujuan atau sudut pandang tertentu.
2.1.3 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen
Menurut Tjiharjadi 2012:22, kepemimpinan dan manajemen terdapat persamaan dan perbedaan yang jelas, karena keduanya mempunyai hubungan yang
saling melengkapi, adapun perbedaan kepemimpinan dan manajemen dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
TABEL 2.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen
Kepemimpinan Manajemen
Efektifitas Efisiensi
Pengambilan Keputusan Perencanaan
Dinamis Kertas Kerja
Kreatifitas Peraturan
Perubahan Regulasi
Memiliki Inspirasi Pengendalian
Menjalankan Visi Konsistensi
Sumber: Tjiharjadi 2012:22
2.1.4 Teori dan Gaya Kepemimpinan
Menurut Tjiharjadi 2012:40, teori kepemimpinan yang populer digunakan diantaranya sebagai berikut:
1. Teori Pembawaan The Trait Theory
Teori ini berkembang tahun 1940-an dengan memusatkan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin, meliputi bakat-bakat pembawaan, ciri-ciri pemimpin,
faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan berkomunikasi. 2.
Teori Perilaku Behaviorist Theory Teori ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin
dari pada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin. 3.
Teori Jalan Tujuan Path-Goal Theory Teori yang paling kontemporer, teori ini nilai strategis dan efektivitas seorang
pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota dengan penerapan reward dan punishment.
Gaya Kepemimpinan Leadership style Seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar
dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan.
Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan terhadap karyawan
akan menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian pada anggota atau pegawai.
Menurut Veithzal 2005:78 ada beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya : a.
Gaya kepemimpinan Otokratik: Pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat menuntut, kepuasan ada di tangan pemimpin.
b. Gaya kepemimpinan Demokratik atau Partisifatif: Pemimpin dipandang sebagai
orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada bawahannya. Pemimpin di sini mengikutsertakan pendapat
bawahan sebelum ia membuat keputusan. c.
Gaya kepemimpinan Free Rein: Pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberi banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan
kegiatan. Jadi pemimpin di sini memberi keluasan pada bawahan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang berhungan dengan kelompok lain. Prilaku tersebut telah memberi hasil yang
menyenangkan baginya sehingga ia terdorong untuk selalu mengulangnya lagi. Begitupun sebaliknya, bila konsekuensi dari suatu perilaku membawa akibat yang
tidak menyenangkan, perilaku tersebut tidak akan diulang lagi.
Menurut Hasibuan 2005:107 ada dua fungsi gaya kepemimpinan yang biasa digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahan
yaitu: 1.
Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas Task Oriented style. Gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin akan mengarahkan dan
mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai dengan harapannya. pemimpin dengan gaya ini lebih mengutamakan keberhasilan pekerjaan daripada
pengembangan kemampuan bawahan. 2.
Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja Employee Oriented Style Gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya
untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut tugas atau pekerjaan bawahan. Di sini hubungan
pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya, dan saling menghargai. Menurut Tjiharjadi,dkk 2012:29, gaya kepemimpinan yang berkembang
kemudian masih cukup banyak, tetapi disini hanya akan dikemukakan tiga gaya kepemimpinan yang cukup menarik perhatian para pengamat dan praktisi
pengembangan sosial. 1.
Kepemimpinan karismatik Charismatic Leadership Pengikut memberikan atribut-atribut heroik atau kepemimpinan yang luar
biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku para pemimpin itu.
Pemimpin-pemimpin karismatik menampilkan ciri-ciri sebagai berikut: a.
Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas b.
Mengkomunikasikan visi itu dengan efektif c.
Mendemonstrasikan konsistensi dan fokus d.
Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya. e.
Bertindak berdasakan krisis crisis based f.
Berani mengambil risiko g.
Membuat perubahan, dipersepsikan sebagai agen perubahan yang radikal 2. Teori Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Transformational and
transactional Leadership. Pemimpin-pemimpin transaksional membimbing atau memotivasi
pengikutnya ke arah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan tentang peran dan tugas. Pemimpin-pemimpin transformasional
memberikan pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual, dan memiliki kharisma.
3. Teori gaya kepemimpinan yang melayani Servant Leadership
Salah satu gaya kepemimpinan yang sangat membantu para pemimpin untuk memenangkan persaingan.
Kepemimpinan transformasional dibangun atau berkembang dari kepemimpinan transaksional. Berikut beberapa perbedaan karakteristik
kepemimpinan transaksional dan transformasional:
TABEL 2.2 Perbedaan Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan
Transaksioanal
No Kepemimpinan Transformasional
No Kepemimpinan Transaksional
1. Bekerja dalam situasi
1. Mengubah situasi
2. Menerima keterbatasan
2. Mengubah apa yang biasa
dilakukan 3.
Patuh pada peraturan dan nilai organisasinya
3. Berbicara tentang tujuan luhur
4. Timbal balik dan tawar- menawar
4. Memiliki acuan nilai kebebasan,
keadilan dan kesamaan
Sumber: Tjiharjadi,dkk 2007:31
Berdasarkan karakteristik kepemimpinan transaksional dan transformsional, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih sesuai diterapkan
pada lingkungan yang dinamis yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat.
2.1.5 Keberhasilan Usaha
Menurut Kashmir 2006:172
,
keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan dalam lima hal yaitu, jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat,
keuntungan atau profit bertambah, perkembangan dan pertumbuhan usaha, berkembang cepat dan memuaskan. Ukuran keberhasilan usaha dalam menerapkan
strategi pemasarannya adalah mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka
mereka semakin puas, dan ini berarti strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil. Ukuran mampu meraih pelanggan sebanyak mungkin hanya merupakan salah satu
ukuran bahwa strategi yang dijalankan sudah cukup baik. Masih ada lagi ukuran lainnya, misalnya tingkat laba yang diperoleh dan ukuran lainnya.
Menurut Ranto 2007:20 keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya,
karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk,
mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu
usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan
bergelimang fasilitas. Menurut Nasution 2001:12, sebuah perusahaan dikatakan meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota
dari perusahaan tersebut bertambah. Menurut Hutagalung 2008:50, sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara
instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang,
harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya.
2.1.6 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha,yaitu: Hutagalung dkk, 2010:8
1. Motivasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial Research menemukan 69 siswa menegah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka
sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses. 2.
Usia Usia berkaitan dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya
seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia akan berkaitan dengan keberhasilan.
3. Pengalaman
Pengalaman dalam mengelola usaha memberi pengaruh pada keberhasilan usaha skala kecil. Dengan demikian, tingkat keterlibatan seseorang dalam suatu
kegiatan usaha bisa menjadi tolak ukur pengalaman dalam berusaha. 4.
Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha
skala kecil, dengan asumsi bahwa pendidikan lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha.
2.1.7 Keberhasilan dan Kegagalan Usaha
Anoraga 2002: 154 Seorang wirausaha harus mampu membuat rencana usaha bussiness plan. Rencana usaha merupakan dokumen yang disiapkan secara
seksama yang menerangkan mengenai pola dari usaha yang akan digeluti. Adapun langkah untuk menuju keberhasilan usaha meliputi:
1. Kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang
2. Mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usaha maupun dengan semua
pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan 3.
Memiliki ide atau visi bisnis yang jelas 4.
Membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya Penyebab wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya:
1. Kurangnya kehandalan SDM dan tidak kompeten dalam manajerial serta
kurangnya pengalaman ketika menjalankan strategi perusahaan. Strategi baik yang dibuat tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya kompetensi dalam manajerial.
Menempatkan orang-orang yang tidak kompeten di tempat yang sangat strategis akan memperburuk jalannya usaha. Kompetensi dalam manajerial sangat
membantu keberhasilan perusahaan karena meletakan orang-orang yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat bekerja karyawan akan mempermudah
usaha dan strategi perusahaan untuk dilaksanakan. 2.
Kurangnya pemahaman bidang usaha yang diambil karena tidak dapat memvisualisasikan dengan jelas usaha yang akan digeluti. Seorang wirausahawan
apabila tidak dapat mendeskripsikan dan memvisualisakan bentuk usaha yang digeluti mengantar pada kehancuran usaha. Pemaham bisnis atau bidang usaha
yang diambil secara kontekstual dan riel sangat membantu arah, tujuan, misi, dan visi perusahaan. Kejelasan bidang usaha yang telah ditentukan sangat membantu
dan mempermudah mengambil kebijakan manajerial dan strategi yang dibuat. 3.
Kurangnya kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan modal dan kendali kredit. Pengelolaan adminsitrasi dan keuangan yang apaadanya akan
mempersulit majunya perusahaan. Pencatatan adminsitrasi dan keuangan secara sembarang akan semakin memperburuk kondisi usaha karena tidak dapat
membaca transaksi dan aktivitas yang telah terjadi. Aktivitas yang telah dilalui seperti pembayaran utang-piutang, jumlah pesanan, jadwal kirim, proses
produksi, dll akan tidak dapat terselesaikan dengan baik. Penangan modal dan kredit dari bank atau swasta apabila tidak dicatat pengeluaran dan alokasi
penggunaannya akan semakin memperburuk kondisi keuangan. Alangkah baiknya dalam melakukan aktivitas selalu berpedoman “Segala yang telah dikerjakan
harus dicatat dan segala yang tercatat harus dapat dikerjakan dengan baik” sehingga perusahaan yang menggunakan prinsip tersebut dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. 4.
Gagal dalam perencanaan. Kegagalan dalam menerapkan rencana biasanya karena rencana yang telah dibuat berdasarkan pengalaman orang lain atau sebuah
idealis yang belum pernah diaplikasikan. Kegagalan ini terjadi karena tidak tahu
sama sekali kondisi atau medan usaha yang digelutinya. Faktor-faktor yang mendukung kegagalan dalam melaksanakan atau menerapkan rencana adalah dari
dalam diri sendiri. 5.
Tempat usaha dan lokasi yang kurang memadai. Tempat usaha dan lokasi sangat menentukan kelancaran bisnis yang digeluti. Salah memilih, membangun, atau
membuka tempat usaha yang harapannya dapat memperbesar usaha justru kandas karena kesalahan tersebut. Tempat usaha seharusnya diperiksa dulu kelayakannya
seperti budaya, karakter, strata sosial, pendapatan, selera, keamanan masyarakat di sekitarnya.
6. Kurangnya pemahaman dalam pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan bahan
baku dan sarana peralatan. Kemampuan dalam pengadaan, pemeliharaan, pengawasan bahan baku dan peralatan yang dimiliki sangatlah penting. Karena
apabila tidak memiliki kemapuan dalam bidang ini akan membuat biaya operasioanal semakin tinggi dan kerugian akan terjadi.
7. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihantransisi perubahan teknologi.
Seorang yang berwirausaha harus berani melakukan perubahan dalam organisasinya. Salah satu perubahan yang dapat membantunya adalah perubahan
teknologi yang sedang berkembang. Ketidakmampuan mengikuti perubahan teknologi tidak membuat organisasi mati begitu saja tetapi pergerakan
organisasinya berlahan-lahan lambat dan berangsur-angsur ketinggalan dengan organisasi yang lain yang lebih cepat menanggapi perubahan teknologi.
8. Hambatan birokrasi. Birokrasi sangat membantu dalam kearsipan dan
adminsitrasi organisasi tetapi apabila birokrasi sangat lambat dan menghambat sama sekali maka akan memperlambat laju kinerja organsiasi.
9. Keuntungan yang tidak mencukupi. Keuntungan yang akan diperoleh dalam
berwirausaha adalah dasar motivasi ketika seseorang merencanakan bidang usaha. Akan tetapi keuntungan yang diperolah di luar dari jangkauan biaya yang telah
dikeluarkan atau perkiraan laba yang diperoleh sebelumnya akan mengakibatkan kelangsungan usaha yang cepat berhenti. Motivasi karena bayangan keuntungan
yang diperoleh sangat tinggi adalah sikap yang kurang objektif apabila belum mengetahui kondisi lingkungan bisnis yang sebenarnya. Hal yang paling penting
sebelum memperoleh laba yang tinggi adalah cepat kembalinya modal awal yang digunakan sebagai operasional awal.
10. Tidak adanya produk yang baru. Produk yang telah dibuat dan berhasil
memenangi pasar belum tentu akan bertahan lama karena banyak kompetitor yang selalu melakukan inovasi maupun perbaikan produk mereka untuk tampil di
pasar. Pengusaha yang tidak pernah menampilkan produk baru yang kreatif maupun inovatif akan mempercepat berhenti usahanya. Hal ini terjadi karena
tidak mampu bersaing oleh kompetitor yang telah mengeluarkan produk baru dan menarik perhatian pasar.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam, review atas penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.3.
TABEL 2.3 Penelitan Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Syahputra,
Hadi 2010 Pengaruh Kepemimpinan
Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Industri
Pakaian di Jl. Denai Medan
Komitmen, Percaya
diri, Tanggung jawab, Orientasi masa depan,
dengan menggunakan metode statistik
deskriptif.
Pengaruh terhadap keberhasilan usaha
pada industri adalah tanggung jawab.
2 Dalimunthe,
Syahdan Taufik
2011 Pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap prestasi kerja karyawan di
PT. Pertamina Instalasi Medan Group
Variabel independen: Gaya kepemimpinan,
variabel dependen: Prestasi kerja. Metode
Deskriptif. Hasil analisis dan
evaluasi regresi linier sederhana
adalah bahwa gaya kepemimpinan b
yang bernilai 0.293 berarti positif.
3 Manthey,
Faisal Reza 2011
Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Keberhasilan
Usaha Pada Bengkel Barspeed Medan
Kepemimpinan Tranformasional
sebagai variabel indenpenden dan
keberhasilan usaha sebagai variabel
dependen. Kepemimpinan
Transformasional secara parsial atau
masing-masing uji t berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap
Keberhasilan Usaha.
4 Ulina,
Georgia 2008
Analisis Faktor Yang Mendorong Keberhasilan
Usaha Baru” Studi Kasus pada Crispo
Accessories
Grand Palladium dan Q-ta
Accessories Sun Plaza Medan
Rencana Pemasaran, Rencana
Produksi, Rencana Organisasi,
dan Manajemen, serta Rencana Keuangan
Rencana keuangan merupakan faktor
utama yang mendorong
keberhasilan usaha Crispo Accessories
Grand Palladium dan Q-ta
Accessories
Sun Plaza Medan.
5 Prasetyo,
Erfandy 2012
Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong
Keberhasilan Usaha Pada Usaha Café Mandiri dan
Café Joulie Kompleks Setia Budi 2 Medan
Faktor Pemasaran, Produksi, Organisasi
dan Manajemen serta Keuangan.
Metode Kualitatif Dari hasil penelitian
menunjukan setiap faktor mendorong
keberhasilan usaha pada kedua café
tersebut.
6 Tobing,
Hendry 2010
Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong
Keberhasilan Usaha Baru Pada Rumah Makan Mie
Sop Kampong di Jalan Dr. mansyur
Faktor Pemasaran, Produksi, Organisasi
dan Manajemen serta Keuangan.
Dari hasil penelitian menunjukan setiap
faktor mendorong keberhasilan usaha..
Sumber: Penelitian Terdahulu
2.3 Kerangka Penelitian