29
Pada kajian ini rendemen protein serisin Bombyx mori yang dihasilkan sekitar 27-32 Tabel 11. Hal ini membuktikan bahwa teknik ekstraksi protein
serisin dari kokon Bombyx mori pada kajian ini sudah cukup baik karena hasilnya sudah maksimal melepaskan protein serisin yang ada pada kokonnya dan hasil ini
sesuai dengan Masahiro et al. 2000. Akan tetapi rendemen protein serisin Attacus atlas memperlihatkan hasil yang belum maksimal yaitu masih berkisar
3-4 Tabel 11. Hal ini berarti bahwa tahap ekstraksi yang dilakukan pada kajian ini belum dapat mengekstraksi protein serisin dari kokon Attacus atlas
secara maksimal. Perlu ada perlakuan lebih lanjut dalam mengekstraksi protein serisin dari kokon Attacus atlas. Meskipun demikian, rendemen protein Attacus
atlas pada kajian ini sudah mengalami peningkatan dari kajian sebelumnya, dari sekitar 1 Tabel 10 menjadi sekitar 4 Tabel 11.
Penampang fibroin pada Gambar 6 mendukung hasil analisis ragam Lampiran 5, dimana rasio volume NaOH 0,1 N tidak berpengaruh pada
penampang fibroin, sedangkan spesies berpengaruh pada penampang fibroin. Penampang fibroin antar spesies terlihat berbeda dimana penampang fibroin
Bombyx mori terlihat lebih bersih dan bening dibandingkan penampang fibroin Attacus atlas.
Gambar 6 Penampang fibroin Attacus atlas a. 50 NaOH 0,1 N; b. 33,3 NaOH 0,1 N, dan Bombyx mori c. 50 NaOH 0,1 N; d. 33,3 NaOH 0,1 N
dengan 400 kali pembesaran.
c. Kajian Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen Protein Serisin
Attacus atlas
Pada kajian sebelumnya, rendemen protein serisin Attacus atlas belum maksimal seperti rendemen protein Bombyx mori Tabel 11 yang sejalan dengan
hasil Masahiro et al. 2000. Oleh karena itu dilakukanlah kajian pengaruh variasi konsentrasi NaOH N terhadap rendemen protein serisin Attacus atlas. Variasi
konsentrasi NaOH yang digunakan adalah 0,05 N, 0,10 N, 0,15 N, 0,20 N, 0,25 N a
b c
d
30
dan 0,30 N. Rendemen protein serisin dengan konsentrasi NaOH berbeda dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Rendemen protein serisin Attacus atlas pada konsentrasi NaOH berbeda
Perlakuan Rendemen protein
serisin dalam kulit kokon N
1
5,86 ± 0,27
a
N
2
6,78 ± 0,42
a
N
3
8,74 ± 2,07
a
N
4
7,40 ± 0,44
a
N
5
11,69 ± 0,34
b
N
6
11,84 ± 1,06
b
N
1
= NaOH 0,05N, N
2
= NaOH 0,10N, N
3
= NaOH 0,15N, N
4
= NaOH 0,20N, N
5
= NaOH 0,25N dan N
6
= NaOH 0,30N. Huruf a,b adalah superscript dari hasil uji lanjut Tukey. Jika superscript sama hurufnya maka tidak berbeda nyata dan jika
berbeda hurufnya maka berbeda nyata.
Data pengaruh konsentrasi NaOH Tabel 12 dan hasil analisis ragamnya Lampiran 6 menunjukkan bahwa variasi konsentrasi NaOH berpengaruh nyata
P0,01 terhadap rendemen protein. Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey Lampiran 6 dan menghasilkan nilai tengah N
1
, N
2
, N
3
dan N
4
yang tidak berbeda, begitu juga antara N
5
dan N
6
mempunyai nilai tengah yang relatif sama. Hal ini berarti bahwa penggunaan konsentrasi NaOH antara 0,05
–0,20 N pada kajian ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap rendemen protein,
begitu juga konsentrasi NaOH antara 0,25-0,30 N. Akan tetapi nilai tengah dari rendemen protein serisin tersebut berbeda nyata pada konsentrasi NaOH 0,25-0,30
N Lampiran 6. NaOH merupakan basa kuat yang dapat berfungsi sebagai pelarut. Pada konsentrasi yang semakin tinggi kemampuan melarutkannyapun
semakin besar. Hal tersebut terjadi pada kajian ini, dimana pada konsentrasi tinggi yaitu 0,25 N dan 0,30 N, rendemen protein serisin yang dihasilkan lebih tinggi
dibanding pada konsentrasi NaOH 0,05-0,20 N. Hasil tersebut didukung oleh hasil analisis penampang fibroin Gambar 7
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Pada Gambar 7 a, b, c dan d dengan konsentrasi masing-masing NaOH 0,05 N, 0,10 N, 0,15 N dan
0,20 N, menunjukkan kondisi penampang fibroin yang tidak berbeda jauh, warna coklat muda dan transparan. Warna coklat tua yang mulai memudar menunjukkan
adanya material yang terlarut akibat proses ekstraksi. Berbeda dengan Gambar 7
31
e dan f dengan masing-masing konsentrasi NaOH 0,25 N dan 0,30 N yang mulai bening transparan.
Gambar 7 f fibroin terlihat sudah mengalami kerusakan dengan adanya lubang-lubang pada penampang filamennya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
konsentrasi NaOH 0,30 N dapat menghasilkan rendemen protein tinggi 11,84 ± 1,06 dan tidak berbeda nyata dengan NaOH 0,25 N, tetapi menyebabkan
kerusakan pada fibroinnya sehingga tidak sesuai dengan tujuan awal degumming yaitu menghasilkan fibroin dengan kualitas baik. Kualitas fibroin salah satunya
ditentukan oleh bentuk filamen yang tidak berbulu, bersimpul, pecah dan kusut Atmosoedarjo et al. 2000. Konsentrasi NaOH 0,25 N akan digunakan pada
kajian selanjutnya.
Gambar 7 Penampang fibroin Attacus atlas dengan 1000 kali pembesaran a. 33,3 NaOH 0,05 N; b. 33,3 NaOH 0,10 N; c. 33,3 NaOH 0,15
N; d. 33,3 NaOH 0,20 N; e. 33,3 NaOH 0,25 N; f. 33,3 NaOH 0,30 N.
d. Optimasi Rendemen Protein Serisin