Arab Saudi Regulasi yang Menjamin Pemenuhan Hak Ekonomi Istri

dimaksud dalam Pasal 293 KUHPid Mesir, maka masa kama sanksi pidana penjara dikurangi dengan masa lama tahanan yang telah dilaksanakannya, dan jika ia dihukum dengan denda, maka dalam pelaksanaan putusan, jumlah dendanya dikurangi dengan masa tahanan, dengan ketentuan perbandingan nilai Ef 5 lima pounds egypt untuk satu hari masa tahanan dalam Paksa Badan yang telah dilaksanakan.” Berdasarkan pembahasan di atas, ditemukan 3 istilah yang digunakan dalam hukum acara yang berkaitan dengan pelaksanaan executie verkoop dalam hal tergugatterhukum yang mampu, tetapi tidak mau melunasi kewajibannya, yakni istilah al-Hajru PembatasanCekal, al-Ikrah al-Badani Paksa Badan, al-Habsu TahananPenjara.

3. Arab Saudi

Arab Saudi seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, merupakan negara yang tidak mengkodifikasikan hukum keluarga dalam sebuah undang-undang. Semua kasus mengenai pernikahan, perceraian, waris, dan status anak diserahkan untuk diputus oleh pengadilan syariah. Sebagian besar hakim di pengadilan syariah merujuk kepada fiqih madzhab Hanbali. Meskipun demikian, bila mereka tidak menemukan referensi yang tepat dari fiqh madzhab Hanbali, para hakim juga mengambil kitab-kitab dari madzhab-madzhab lain sebagai rujukan putusan. 9 Salah satu aturan mengenai pemenuhan hak ekonomi istri di Arab Saudi yang termaktub dalam sebuah nash berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW dalam kitab al- Mustadrak „ala al-Salihain, yang diriwayatkan oleh Amr bin al-Syarid: ه سر ع هيبا ع ديراش ا ب ر ع ع – ع ص - اق حي دجا ا ي ه س حي هتب ع ه غي هضرع حي را ا با اق هتب ع هضرع “Dari Amr bin al-Syarid, dari Bapaknya, Dari Rasulullah SAW bersabda: Penangguhan orang yang mampu untuk melunasi kewajiban, dapat dipaksa dan dimasukkan dalam penjara, Ibnu Mubarak menginterpretasi syarah hadits tersebut bahwa frasa “Irdahu” bermakna dipaksa untuk melunasi kewajibannya, dan frasa “uqubatuhu” bermakna dimasukkan ke dalam tahanan.” 10 Hadits tersbut menjelaskan mengenai hukuman bagi orang yang berutang dapat dimasukkan ke dalam penjara sebagai penangguhan apabila orang tersebut enggan melunasi hutangnya. Secara eksplisit, hadits tersebut tidak menjelaskan mengenai pemenuhan hak istri pasca perceraian. Namun secara implisit, hadits tersebut dapat menjadi landasan hukum untuk memberi hukuman bagi suami yang tidak membayar kewajibannya kepada istri. Dalam hal ini suami yang tidak membayarkan kewajibannya dianggap memiliki hutang kepada suami. 9 Ester van Eijk, Sharia Incorporated: Sharia and National Law in Saudi Arabia, Leiden: Leiden Universiy, h. 163. 10 Imam al-Hakim, al- Mustadrak „ala al-Shahihain, Kitab al-Ahkam, Hadis No. 7165, Cet. II, Kairo. Sumber hukum lain yang dapat dikemukakan adalah Doktrin Imam Abu Hanifah Wafat 767 M dari hasil penemuan hukum dari hadis di atas Kitab Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq Vol. II, Bab Nafkah , sebagai berikut: ي ع جا ج از ا ف اا : ا ق : ج از ا ا يف ا حيحص ا يد ر تعي فا ا يد ا ج تجا ز ج از ا ي ع فا ا ج يت . اهرك د ت يتا ا ن رش ا راف ت يت ا س د ج , ه ا يد ا ش ا ه يف ا ش . هتا يف ا يد ريصت اهءادا ع ع ت ا ا ث , ا ن رش رف ت , تبااث ءارباا ا ءادااب اا ست ا يتا ا . “Pembebanan nafkah istri, merupakan utang secara sah dalam tanggungan suamibekas suami; karena berpendapat sesungguhnya nafkah istri adalah wajib hukumnya bagi suami, jika syarat sebelumnya telah terpenuhi, dan ketika telah dibebankan nafkah tersebut bagi suami terhadap istrinya, dengan terpenuhinya sebab-sebab dan syarat-syarat nafkah, kemudian tidak dapat dipenuhidilunasi, maka akan menjadi utang dalam tanggungan suami, statusnya sama dengan utang debitur, hal mana utang tersebut tidak gugur kecuali dengan prestasi dari debitur, atau penghapusan utang dari kreditur 11 Doktrin tersebut menunjukan bahwa pembebanan nafkah istribekas terhadap suamibekas suami merupakan utang yang sah, seperti halnya utang debitur dari seorang kreditur, yang tidak gugur kecuali dengan prestasi dari debitur atau penghapusan utang dari kreditur. Demikian juga halnya dikutip oleh Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh al-Sunnah Vol. III, bahwa: ر تعي ه جا ا ح ي ا ا ياد اب في ا ن ا ا ءاف ا ي ع راد ا ا ا ه سار ا – ع ص - ءا ع ا ر ج ا دتسا ثيدح ا ا ب ي غ ا ط : ا ع ا ط ا ا ي ع يبا اف . ءاف اب ر ي ا كاح ا ي ع بجي . ري ك ي غ 11 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Vol. II, Kairo: Dar al-Fath, h. 235. ه سار ا : ك ا ءاد ا ب ن يت هس ح - ع ص - هضرع حي دجا ا ي : فح رثكا : ر ا با اق . هتب ع تاضق راص اا ءا ع ه ع . يد ا يف س ح ا ا ري “Bagi debitur yang mampu, jika ia tangguhkan hingga tak melunasi utangnya yang jatuh tempo, dianggap tindakan penzaliman, sebagaimana sabda Nabi SAW: penangguhan utang bagi yang mampu adalah suatu kezaliman. Berdasarkan Hadis Nabi SAW, ini jumhur pakar Hukum Islam menginterpretasikan bahwa penangguhan utang bagi yang mampu adalah dosa besar, dan wajib hukumnya bagi hakim memutuskan untuk memerintahkan debitur agar melunasi utangnya, dan sekiranya ia enggan, maka ia dimasukkan dalam penjara. ibnu Munzir menyebutkan bahwa adanya yurisprudensi mayoritas pakar Hukum Islam di brbagai kota dan hakim- hakimnya memiliki doktrin dan mengadili dengan perintah memasukkan debitur penjara dalam perkara utang a quo.” 12 Sumber hukum lain yang dapat dijadikan rujukan adalah yurisprudensi yang telah ditetapkan oleh Syuraih al-Qadi wafat tahun 700 M, seorang Hakim Agung pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, lalu pada zaman Utsman bin Affan, berlan jut pada zaman Ali bin Abi Thalib hingga Khalifah Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, yang telah menerapkan paksa badan memasukkan dalam tahanan bagi tergugat suamibekas suami yang mampu, namun tidak mau memenuhi kewajiban nafkah dan merupakan utang secara sah, yang telah dihukumdibebankan kepadanya terhadap istribekas istrinya. 13 Berdasarkan Hadis Nabi SAW, doktrin serta yurisprudensi tersebut di atas, dalam Majallah al-Ahkam al-Adliyah Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata 12 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Vol. II, Kairo: Dar al-Fath, Vol. III, h. 328. 13 Hasan bin Ali al-Maqdisiy, al- inshaf fi Ma’rifah al-Raajih min al-Khilaf, Kitab al- Hajr, Juz IX, Cet. II, Kairo, 1997, h. 6. Islam, yang berlaku pada pemerintahan Ottoman mulai tahun 1299 hingga 1922, disebutkan dalam pasal 999, sebagai berikut: 14 ادا ٩٩٩ - فاخ ا ا دي ا ا ه ا اس ه يد ي ا ا يا س ف ا يد ا رجح ي ع كاح ا ا عجار ريغ ساب ه عجي ا ا راجت اب ه ا عايض ؤا رغ اا يدب رارقا ا ه ا يف فرصات ا ع يب ا سق ه ا ا عاب كاح ا رجح رخ ءا رغ ا “Pasal 999-Debitur yang nilai utangnya sama dengan atau bahkan melebihi nilai hartanya, jika para kreditur khawatir terhadap debitur yang menghabiskan hartanya karena diperdagangkan, atau terhadap debitur yang menyembunyikan hartanya, atau terhadap debitur yang mengalihkan hartanya atas nama orang lain, dan para kreditur memohon kepada hakim untuk menahan debitur agar tidak melakukan tindakan hukum hartanya atau tidak melakukan pengakuan utang pada orang lain, maka hakim harus memutuskan untuk menahan debitur tersebut, dengan menjual hartanya dan membagikan hasil penjualannya kepada para kreditur....” Penjelasan syarah pasal 999 Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata Islam di atas, disebutkan dalam “Kitab Durar al-Hukkam Fi Gurar al-Ahkam Syarh Majallah al-Ahkam al- Adliyah” bahwa klasusul hukum pada Pasal 999 ini, “tidak terbatas hanya pada debitur yang tidak mampu, melainkan juga meliputi debitur yang mampu, tapi tidak mau melunasi pembayaran kewajibannya”. 15

C. Perbandingan Vertikal Regulasi tentang Pemenuhan Hak Ekonomi Istri