variabel terikat tidak signifikan. Sebaiknya, variabel tersebut tidak perlu dimasukkan ke dalam model.
Jika sig 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima Jika sig 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak Subanti,2014.
3.2.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian Asumsi Klasik merupakan pengujian asumsi-asumsi statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least
square OLS. Ketika asumsi tidak terpenuhi, biasanya dilakukan berbagai solusi
agar asumsi dapat terpenuhi atau beralih ke metode yang lebih advance agar asumsinya dapat terselesaikan. Pengujian asumsi klasik harus dilakukan untuk
menguji asumsi-asumsi yang ada dalam permodelan regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu:
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Asumsi Normalitas adalah asumsi
residual yang berdistribusi normal, asumsi ini harus terpenuhi untuk untuk model regresi yang baik. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan
metode formal seperti: Uji Kolmogorov-Smirnov, Uji Anderson-Darling, Uji Shapiro-Wilk
dan Uji Jarque-Bera yang mana semua pengujian ini memiliki hipotesis interprestasi, yaitu:
H0 : Residual berdistribusi Normal H1 : Residual tidak berdistribusi Normal
Universitas Sumatera Utara
Asumsi Normalitas terpenuhi ketika pengujian Normalitas menghasilkan P-value Sign. lebih besar dari α denagn nilai α ditentukan sebesar 1, 5 atau 10
Statistical Data Analyst.
2. Uji Heteroskedastisitas
Adanya penyimpangan nilai absolut model yang tidak sama untuk setiap nilai variabel bebas sepanjang periode observasi. Dengan kata lain, model yang
diperoleh memiliki varian yang tidak homogen atau sering pula disebut dengan hetroscedastic.
Sekalipun persoalan heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross-section, namun dalam data time series pun persoalan tersebut bisa
terjadiSubanti,2014. Cara-cara mengidentifikasi adanya kasus Heterokedastisitas:
1. melakukan pemeriksaan dengan metode grafik, seperti:
• pemeriksaan output scatter plot dari variabel respon Y pada sumbu-Y dengan masing-masing prediktornya X pada sumbu-X.
• pemeriksaan output scatter plot dari variabel residual e pada sumbu-Y dengan varabel prediksi respon Y-hat pada usmbu-X.
• pemeriksaan output scatter plot dari variabel residual e pada sumbu-Y dengan masing-masing variabel prediktornya X pada sumbu-X.
2. Melakukan pengujian dengan metode formal, meliputi Uji Park, Uji Glejser,
Uji Goldfeld-Quandt, Uji Breusch-PaganGodfrey dan Uji White dengan menggunakan software EVIEWS Statistical Data Analyst.
Universitas Sumatera Utara
3. Uji Multikolinieritas
Multikolonieritas dapat didefinisikan sebagai adanya hubungan atau kolerasi yang ukup kuat antara sesama variabel bebas yang disertakan dalam model. Adapun
devinisi lain adalah kolerasi liniear yang “perfect” atau eksak diantara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model. Sebab munculnya multikoliniearitas
bukan muncul tanpa sebab diantaranya yaitu cara pengambilan data, ukuran sampel terlalu kecil, acuan yang digunakan kepada model, populasi yang
disampel, spesifikasi model tidak tepat, dan ketidakseimbangan variabel yang
terdapat dalam model dengan jumlah sampelSubanti,2014. 4. Uji Autokorelasi
Diartikan sebagai adanya residual regresi yang tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Autokorelasi merupakan persoalan yang umum ditemukan dalam
data time series tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada data cross section.
Berikut pengidentifikasian adanya kasus autokorelasi : 1.
Pengujian Durbin-Watson yang menguji adanya autokorelasi pada lag-1. Pada Tabel Durbin-Watson diperoleh output tabel, yaitu nilai Durbin-Watson batas
bawah d
L
dan batas atas d
U
. Kriteria pemeriksaan asumsi Autokorelasi residual menggunakan nilai Durbin-Watson d, yaitu:
• Jika d 2 dan d d
L
, maka residual bersifat Autokorelasi positif • Jika d 2 dan d d
U
, maka residual tidak bersifat Autokorelasi • Jika d 2 dan d
L
≤ d ≤d
U
, maka hasil pengujian tidak dapat disimpulkan.
Universitas Sumatera Utara
• Jika d 2 dan 4 – d d
L
, maka residual bersifat Autokorelasi negatif. • Jika d 2 dan 4 - d d
U
, maka residual tidak bersifat Autokorelasi • Jika d 2 dan d
L
≤ 4 – d ≤d
U
, maka hasil pengujian tidak dapat disimpulkan.
2. Pengujian Autokorelasi lainnya, seperti : Uji Breusch-Godfrey dan Uji Ljung-
Box dengan menggunakan software EVIEWS Statistical Data Analyst.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis
Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah
pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 Dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi.
Kawasan hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai
berhawa tropis pegunungan. Kabupaten Deli Serdang dihuni penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa
seperti Melayu, Karo, Simalungun, Jawa, Batak, Minang, Cina, Aceh dan pemeluk berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dengan total
jumlah penduduk berjumlah 1.686.366 jiwa dengan Laju Pertumbuhan Penduduknya LPP
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3:Peta Wilayah Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan
lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan U.U. No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan
terjadinya pemekaran daerah, maka Luas wilayahnya sekarang menjadi 2.497,72 KM2 terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desakelurahan, yang terhampar mencapai
3.34 persen dari luas Sumatera Utara sebesar 2,74 persen dengan kepadatan rata- rata 616 jiwa perkilometer persegi.
Universitas Sumatera Utara
Dengan pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua wilayah, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terbagi atas 22 Kecamatan
yang didalamnya terdapat 14 Kelurahan dan 389 Desa. Kabupaten Deli Serdang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berbatasan
langsung dengan Selat Malaka,sebagai salah satu daerah lintas pelayaran paling sibuk didunia. Kabupaten ini mengelilingi 2 dua kota Utama di Sumatera
Utara. Dengan posisi strategis, sumber daya alam dan tenaga kerja yang dimiliki oleh
Kabupaten Deli Serdang akan menjadi potensi yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan yang kompetitif dalam menghadapi persaingan dalam menarik
investor untuk mengembangkan usahanya di daerah ini dan sasaran lainnya dalam memasarkan produkjasa yang dihasilkan.
Sesuai visi misi Pemkab Deli Serdang 2004-2009, dan 2009-2014 sektor pendidikan dan kesehatan serta sektor pembangunan infrastruktur merupakan
prioritas pembangunan yang harus dilaksanakan tanpa mengabaikan pembangunan sektor lainnya. Di awal kepemimpinannya saat itu, sekira 60
persen kondisi gedung sekolah dalam keadaan rusak berat dan harus segera diperbaiki guna mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun pada
2004 dan 2005, kondisi kemampuan keuangan daerah sangat tidak mendukung pelaksanaan perbaikan gedung-gedung sekolah, terlebih lagi saat itu Deli Serdang
baru dimekarkan menjadi dua kabupaten dengan terbentuknya kabupaten baru, Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Topografi Daerah