Perkembangan Ilmu Kimia Karbon

Hal 7 artinya makhluk hidup, sedangkan yang dihasilkan oleh mineral bukan makhluk hidup termasuk dalam senyawa anorganik. Hasil-hasil penyelidikan pada waktu itu menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara senyawa organik dan anorganik, yaitu bahwa senyawa organik lebih rumit strukturnya dan mempunyai sifat yang lebih mudah terbakar daripada senyawa anorganik. Seorang ilmuwan Swedia yang bernama Berzelius tahun 1815 menyatakan bahwa pembentukan senyawa organik mengikuti hukum-hukum kimia yang berbeda dengan yang berlaku dalam pembentukan senyawa anorganik. Hal inilah yang melahirkan anggapan bahwa senyawa organik hanya dapat terjadi bila ada pengaruh dari daya yang dimiliki oleh makhluk hidup teori vis vitalis. Dengan dasar anggapan semacam itu maka timbul pandangan bahwa senyawa organik tidak dapat dibuat melalui eksperimen di laboratorium. Pada tahun 1828 seorang ilmuwan bangsa Jerman bernama Friedrich Wohler berhasil membuat amonium sianat menjadi urea di laboratorium. Berdasarkan pengelompokan yang berlaku, amonium sianat termasuk senyawa anorganik sedangkan urea termasuk senyawa organik karena terdapat dalam hasil metabolisme tubuh hewan. Dengan demikian hasil eksperimen Wohler tersebut memberikan bukti bahwa senyawa organik dapat dihasilkan di laboratorium tanpa pengaruh daya yang dimiliki oleh makhluk hidup. Sintesis urea oleh Wohler merupakan awal dari lahirnya pandangan bahwa sebenarnya dalam senyawa anorganik dan senyawa organik tidak ada perbedaan mengenai hukum hukum kimia yang diikutinya. Kebenaran pandangan ini diperkuat oleh keberhasilan Kolbe tahun 1845 dalam sintesis asam asetat dari unsur-unsurnya, dan juga sintesis metana oleh Berthelot tahun 1846. Sejak diperolehnya bukti bahwa di antara senyawa anorganik dan senyawa organik tidak lagi mempunyai perbedaan yang hakiki sebagai senyawa kimia, maka penggunaan istilah anorganik dan organik dirasakan tidak perlu.Walaupun demikian, sampai sekarang kedua istilah tersebut tetap dipertahankan penggunaannya namun dengan makna yang berbeda dari arti semula. Dipertahankannya penggunaan kedua istilah tersebut didasarkan beberapa alasan, yaitu: 1 jumlah senyawa organik jauh lebih besar Gambar 2. Friedrich Wohler Hal 8 daripada senyawa anorganik, 2 semua senyawa organik mengandung unsur karbon, suatu unsur yang mempunyai keunikan, yaitu dalam hal kemampuannya membentuk rantai dengan sesama atom karbon lainnya baik yang terbuka maupun tertutup kemampuan ini dikenal dengan istilah katenasi disertai sifat sifat yang khas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kimia organik pada hakikatnya adalah cabang dari ilmu kimia yang khusus mempelajari senyawa- senyawa karbon. Berdasarkan pengertian semacam itu maka senyawa-senyawa karbon yang berupa karbon monoksida, karbon dioksida, senyawa-senyawa karbonat, karbon disulfida, dan sebagainya seharusnya dicakup juga dalam kimia organik. Namun mengingat bahwa senyawa-senyawa tersebut dianggap sebagai senyawa anorganik menurut pengertian aslinya, maka lazimnya dibahas dalam kimia anorganik.

b. Kekhasan Atom Karbon

Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem periodik terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat atom karbon mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut. a Atom karbon memiliki 4 elektron valensi Berdasarkan konfigurasi keenam elektron yang dimiliki atom karbon didapatkan bahwa elektron valensi yang dimilikinya adalah 4. Untuk mencapai kestabilan, atom ini masih membutuhkan 4 elektron lagi dengan cara berikatan kovalen. Tidak ada unsur dari golongan lain yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dengan aturan oktet. This image cannot currently be displayed. Gambar 3. Strktur atom karbon Hal 9 b Jari-jari atom karbon relatif kecil Gambar 4. Jari-jari atom Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada periode 2, dengan jari-jari atomnya relatif kecil sebesar 77 pm. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat membentuk ikatan kovalen rangkap. c Atom karbon dapat membentuk rantai karbon Atom karbon dapat membentuk rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan kovalen, baik ikatan kovalen tunggal, rangkap 2, maupun rangkap 3, selain itu dapat pula membentuk rantai lingkar siklik. C C Gambar 5. Ikatan kovalen tunggal