Manifestasi klinik Strategi terapi

Pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada saluran pencernaan. Mekanisme gangguan tersebut ada lima kemungkinan, yaitu : 1 Osmolaritas intraluminer yang meningkat diare osmotic 2 Sekresi cairan dan elektrolit meningkat diare sekretorik 3 Absorbsi elektrolit berkurang 4 Motilitas usus yang meningkat hiperperistaltik atau waktu transit yang pendek 5 Sekresi eksudat diare eksudat Priyanto, 2009

e. Manifestasi klinik

Berdasarkan tingkat keparahan diare : 1 Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses encer tanpa gejala lain. 2 Diare sedang dengan karakteristik pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali, peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas kemungkinan, tidak ada tanda-tanda dehidrasi biasanya, dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah berat badan. 3 Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi sedang sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak bertujuan, respon yang tidak sesuai, dan kemungkinan letargi, sangat lemah atau terlihat koma. 4 Gejala-gejala terkait dapat meliputi demam, mual, muntah dan batuk Muscari, 2005.

f. Strategi terapi

1 Non-farmakologi Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari pemicu diare. Contohnya, bila tidak mampu memetabolisme laktosa, maka dapat minum susu nabati berasal dari kedelai, beras merah. Namun upaya yang paling penting dalam penanganan diare adalah mengoreksi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh dehidrasi dengan penggantian cairan dan elektrolit secepat mungkin rehidrasi. Bila masih memungkinkan secara oral, maka larutan gula garam atau oralit buatan pabrik telah mencukupi asalkan diberikan sesuai patokan sesuai umur penderita dan berat ringannya dehidrasi. Penyebab kematian terbesar pada kasus diare adalah terjadinya dehidrasi, bukan karena bakteri atau penyebab lainnya Puspitasari, 2010. Berikut ini tanda-tanda dehidrasi : a Dehidrasi ringan : mulut keringbibir kering, kehausan. Cairan yang keluar jumlahnya sekitar 5 dari berat badan penderita. b Dehidrasi sedang : selain mulut kering, kehausan, juga terjadi penurunan tonus kulit bila dicubit, kulit akan kembali secara lambat. Cairan yang keluar berkisar 10 dari berat badan penderita. Urine mulai sedikit dan warnanya mulai lebih tua dari keadaan normal. c Dehidrasi berat : mata cekung, kulit pucat, bila dicubit sangat lambat kembali, ujung-ujung jari dingin, kesadaran menurun. Urine sudah tidak keluar atau kalaupun keluar sangat sedikit dan berwarna sangat pekat. Cairan yang keluar lebih dari 50 berat badan penderita Puspitasari, 2010. Menjaga agar dehidrasi segera terkoreksi, oralit harus diberikan dalam 3 jam pertama dari saat terjadinya diare. Bila penderita muntah, tunggulah sampai sepuluh menit, segera berikan oralit. Pada anak-anak, bila sulit diberikan langsung, dapat diberikan sesendok the tiap 1-2 menit Puspitasari, 2010. Dapat digunakan rumus : oralit yang diberikan = berat badan penderita kg x 75 ml. Atau dapat juga dilakukan pemberian oralit sesuai dengan tabel di bawah ini. Tabel II. Pemberian Oralit yang Diharuskan dalam Tiga Jam Pertama Puspitasari, 2010 Umur Oralit yang Harus Diberikan 1 tahun 300 ml 1,5 gelas 1-4 Tahun 600 ml 3 gelas 5 tahun 1200 ml 6 gelas Dewasa 2400 ml 12 gelas Selain itu, juga harus diperhatikan pemberian oralit setiap habis BAB. Tabel III. Oralit yang Harus Diberikan Setiap Habis BAB Puspitasari, 2010 Umur Penderita Oralit yang Harus Diberikan Setiap Habis BAB 1 tahun 50-100 ml 0,25-0,5 gelas 1-5 Tahun 100-200 ml 0,5-1 gelas 5 tahun 200-300 ml 1-1,5 gelas Dewasa 300-400 ml 1,5-2 gelas 2 Farmakologi Pemberian obat pada diare nonspesifik bertujuan untuk : a Mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental. Contoh : kaolin, pectin, bismuth b Mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori saluran cernaadstringensia. Contoh : tannin dalam the, daun jambu biji dan buah salak muda. c Mengurangi motilitasgerakan usus dengan zat parasimpatolitik. Contoh : golongan narkotika codein, loperamide Puspitasari, 2010.

3. Konstipasi

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2006-2010

2 30 113

Evaluasi penggunaan antibiotika pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut kelompok pediatri di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013.

2 8 90

Efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pencernaan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2012.

0 5 124

Penatalaksanaan gangguan saluran pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012 kajian dosis dan kemungkinan interaksi obat.

0 1 164

Penatalaksanaan gangguan saluran pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari Juli 2012 kajian dosis dan kemungkinan interaksi obat

1 28 162

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan kasus tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman periode Juli 2007-Juni 2008 - USD Repository

0 0 134

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007 - Juni 2008 - USD Repository

0 0 129

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien diare akut anak di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 - USD Repository

0 0 154

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien hipertensi dengan komplikasi stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli 2008- Juni 2009 - USD Repository

0 0 137

Evaluasi pengobatan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli–Desember 2012 : kajian keamanan pengobatan - USD Repository

0 3 166