mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak dari objek tersebut.
2. Aspek dan Interaksi Sikap
a. Aspek Sikap Tiga aspek sikap menurut Mann dalam Azwar,1998, yaitu :
1. Aspek Kognisi Aspek kognisi berhubungan dengan belief, ide, konsep, dengan
kata lain aspek kognisi berisi pengetahuan, persepsi, kepercayaan dan stereotipe seseorang mengenai sesuatu.
2. Aspek Afeksi Aspek afeksi menyangkut kehidupan emosional seseorang,
dengan kata lain aspek afeksi merupakaan perusahaan individu terhadap objek sikap dan perasaan menyangkut masalah
emosional. 3. Aspek Konasi
Aspek konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku, biasanya berakar paling dalam sebagai aspek sikap dan
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh- pengaruh yang mungkin merubah sikap seseorang.
b. Interaksi antar Sikap Ketiga aspek sikap, yaitu kognisi, aspek afeksi, dan aspek
konasi, tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan bahwa manusia
merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan lepas dari perasaannya. Masing-masing aspek
tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan interaksi dari aspek- aspek sikap secara kompleks.
3. Pembentukan Sikap
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam Azwar, 1998 adalah :
a. Pengalaman pribadi Apa yang dialami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai
tanggapan dan
penghayatan, seseorang
harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah
sikap negatif akan tergantung pada berbagai faktor lain. Akan tetapi, Middlebrook dalam Azwar, 1988, mengatakan bahwa tak adanya
pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Pembentukan kesan atau
ungkapan terhadap objek
merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan
individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objek yang dimiliki oleh stimulus.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar individu merupakan salah-satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya
bagi setiap gerak tingkah dan pendapat individu, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi
individu, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi
individu adalah orang tua, orang yang statusnya tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-
lain. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
konformitas atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh budaya Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap
individu terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayan pula lah yang
memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya, dan hanya kepribadian individu
yang kuat saja lah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat
menentukan system kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam
menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan
mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.
Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan tunggal
yang menentukan sikap. f.
Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan
sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persesiten dan
bertahan lama.
B. Metroseksual 1. Definisi Metroseksual