Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan

26 esteem yang menjadi salah satu faktor depresi yang harus ditingkatkan untuk menurunkan tingkat depresi. Akhirnya, setelah individu menyadari, menerima, dan menghargai diri dan pengalaman hidup mereka, mendapat penguatan reinforcement untuk melangkah lagi, mereka dapat mengubah cara pandang yang keliru dan negatif seperti yang dikemukakan teori kognitif bahwa cara pandang yang keliru dan negatif merupakan faktor penyebab depresi.

C. Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan

HIVAIDS Depresi paling utama disebabkan oleh rendahnya penghargaan diri self- esteem dimana hal ini dimulai dari adanya pandangan yang keliru dan negatif terhadap diri sendiri dan pengalaman hidup yang telah dialami. Pengalaman ini dapat berupa kehilangan, baik karena kematian, perpisahan, atau penolakan dan deskriminasi. Dalam hal ini perempuan HIVAIDS masuk ke dalam salah satu kategori ini, karena mereka mengalami penurunan penghargaan diri akibat status baru yang disandangnya sebagai ODHA. Mereka juga mendapatkan penolakan, baik dari masyarakat secara umum maupun orang-orang terdekat mereka yang seharusnya memberikan dukungan dan penguatan. Depresi yang dialami oleh para perempuan dengan HIVAIDS ini adalah depresi eksogen karena disebabkan oleh peristiwa yang menyedihkan atau menyakitkan. Menyadari bahwa fungsi tubuhnya dan dirinya tidak seperti dulu karena adanya virus HI menjadi stressor tersendiri yang memicu munculnya 27 depresi. Penolakan dan deskriminasi dari masyarakat menambah daftar stressor yang membuat simtom-simtom depresi muncul pada para perempuan dengan HIVAIDS ini. Secara biologis ketika individu mengalami depresi, sekresi hormon kortisol menjadi lebih tinggi. Melalui terapi tari sekresi hormon ini ditekan dengan meningkatkan level endorphin yang akan melepaskan hormon norephinephrine, dopamine, dan serotonin melalui gerak atau movement. Ketika level endorphin meningkat, kondisi mood yang negatif dan kecemasan individu berkurang serta kemampuan individu mengatasi stress mengalami peningkatan Kavanagh, 2009. Selain itu, tahap incubation memfasilitasi individu untuk dapat mengekspresikan emosi-emosinya. Mereka dapat melakukan berbagai eksplorasi gerak sebagai bentuk ekspresi emosi dan diri mereka. Selanjutnya dalam tahap illumination, individu dapat menyadari diri, menyadari pengalaman masa lalunya yang mengarah kepada penerimaan akan diri mereka dan masa lalu mereka. Setelah individu menyadari dan menerima diri mereka, mereka mendapatkan affirmasi bahwa ”it’s okay to have those past times. It’s okay to have a positive and negative side ” dan juga reinforcement bahwa mereka mampu dan bisa untuk melangkah lagi melanjutkan hidup. Hal ini merupakan salah satu cara bagi para perempuan dengan HIVAIDS untuk dapat menyadari dan berpikir thinking mengenai memori dan pengalaman masa lalu yang memicu emosi negatif mereka. Kemudian mereka belajar mengintuisi berbagai hal yang ada dulu da nada sekarang, serta merasakan feeling gerakan 28 yang mereka lakukan sebagai bentuk ekspresi perasan mereka Boeree, 2009 Dari sinilah penghargaan diri mereka dapat mulai ditumbuhkan dan penghargaan diri self-esteem yang meningkat menjadi indikator penting terhadap menurunnya simtom-simtom depresi. Proses penyadaran, penerimaan, dan penghargaan diri yang terjadi menjadi titik awal dari meningkatnya penghargaan diri self-esteem dan dari situlah dimulai modifikasi pandangan negatif yang dimiliki individu secara kognitif. Ketika cara pandang yang keliru dan cenderung negatif ini berubah, individu dapat menjadi pribadi yang lebih sehat secara mental. Para perempuan dengan HIVAIDS ini pun akan mendapatkan manfaat lebih dari meningkatnya penghargaan diri mereka. Beberapa konstruk psikologis seperti stress dan depresi apabila diatasi akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik mereka dan sistem kekebalan tubuh. Wessels-Bloom 2004 dalam penelitiannya membuktikan bahwa kondisi psikologis seseorang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga tingkat keparahan penyakit dapat berkurang. Lebih dari semuanya, terapi tari dapat menjadi sarana meningkatkan empati yang mengarah pada dukungan sosial, sehingga hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi lebih baik. Ketika dukungan sosial didapatkan dan individu memiliki hubungan interpersonal yang baik, penghargaan diri self-esteem yang sudah ditumbuhkan tadi dapat semakin meningkat. 29 Gambar 1. Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIVAIDS

D. Hipotesis