Konsentrasi BMT terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan

(1)

KONTRIBUSI BMT TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

(Studi pada BMT wilayah Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)

Oleh:

SITI MUFLIHAH ALWAN 1 0 7 0 4 6 1 0 2 0 8 7

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

KONTRIBUSI BMT TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

(Studi pada BMT wilayah Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy) Oleh :

Siti Muflihah Alwan 107046102087

Pembimbing

Dr. Euis Nurlaelawati, MA NIP: 197007041996032002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PANITIA PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Perempuan (Studi pada BMT wilayah Tangerang Selatan) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9 Juni 2011. Skripsi ini telah ditrima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syari`ah (S.E. Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 9 Juni 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari`ah dan Hukum

Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM NIP.195505051982031012

2. Sekretaris : Mu`min Rauf, MA

NIP.150281979

3. Pembimbing: Dr. Euis Nurlaelawati, MA NIP.197007041996032002

4. Penguji 1 : Dr. Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec NIP.196206241985121001

5. Penguji 2 : Mu`min Rauf, MA NIP.150281979


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juni 2011


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiiim, Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas semua nikmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesabaran, menyingkirkan rasa malas dan membukakan pikiran dalam menuangkan ide ketika penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat

merampungkan skripsi berjudul “KONTRIBUSI BMT TERHADAP

PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN (STUDI PADA BMT WILAYAH

TANGERANG SELATAN”.

Untaian terima kasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada orang tua tercinta, ayahanda E. Alwan Albuny dan ibunda Titin Rostini yang dengan ikhlasnya membesarkan, mendidik dan membimbingku dalam menjalani rona kehidupan, sungguh kasih sayang kalian tak dapat ku balas. Setiap tetes keringat dan air mata yang kalian korbankan akan menjadi semangatku untuk terus berusaha berbuat yang terbaik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnya apabila pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :


(6)

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MH, MM, selaku dekan fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia M.Ag, dan Mu`min Rauf MA, selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat beserta stafnya.

3. Dr. Euis Nurlaelawati, MA, sebagai dosen pembimbing, terimakasih atas waktu, bimbingan dan arahannya dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Saimin dan H. Jaenal selaku manajer Tamwil dan Manajer Operasional BMT Al Fath IKMI beserta segenap pengurus BMT.

5. Bapak Abdul Rosad, S. Ag selaku Manajer BMT Al Ittihad beserta segenap pengurus BMT.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas atas fasilitas mengadakan studi kepustakaan.

7. Adik-adikku tersayang, Nela Nailul Huda dan Shofi Shofwatun Nisa, tetap semangat dalam mencari ilmu..dan “ulah murugul kakolot urang…”

8. Hari Sutamto, terima kasih atas kasih sayang dan kesabarannya selama ini dalam mendukungku untuk terus maju…This love will never end..

9. Binti Tan (`nto, Atu, Bento, Fitri n Sisy), Teman-teman di PS B 2007 Syifa, Lola, Mega Util, Kicky, Ida, Miftah Nadia, Elda, Budy, Fikri, Ipunk, Fahmi,

dll juga teman seperjuanganku Rafika….(akhirnya semua berujung manies…) terimakasih atas do`a dan semangatnya…bahagia mempunyai


(7)

10.Semua pihak yang telah membantu penyelesian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis berdo`a semoga amal baik yang telah mereka lakukan mendapat ridha dan balasan dari Allah SWT. Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi pendorong bagi dunia pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2011


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. pembatasan Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 8

F. Kerangka Teori ... 12

G. Metode Penelitian ... 13

1. Jenis Penelitian ... 13

2. Sumber Data ... 14

3. Objek Panelitian ... 14

4. Teknik Sampling ... 15

5. Teknik Analisis Data ... 15


(9)

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Pengertian Kontribusi... 17

B. Baitul Maal Wat Tamwil... 17

1. Pengertian BMT... 17

2. Organisasi BMT...……... 18

3. Prinsip Operasional... 21

C. Pengertian Pemberdayaan... 23

D. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Perempuan... 25

E. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 32

A. Profil Kota Tangerang Selatan ... 32

B. Profil BMT Tangerang Selatan ... 34

1. BMT Al Fath IKMI ... 34

a) Sejarah Singkat BMT Al Fath IKMI... 34

b) Visi Misi dan Struktur Organisasi... 35

c) Produk dan Layanan... 36

2. BMT Al Ittihad... 40

a) Sejarah Singkat BMT Al Ittihad... 40

b) Visi Misi dan Struktur Organisasi... 41

c) Produk dan Layanan... 41

C. Kinerja BMT Tangerang Selatan ... 45


(10)

a) Data Mitra... 45

b) Kinerja Keuangan... 45

2. BMT Al Ittihad... 49

a) Data Mitra... 49

b) Kinerja Keuangan... 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 52

A. Prosedur Pembiayaan dan Data Mitra BMT... 52

B. Deskripsi Responden... 59

C. Pola Pembiayaan yang Diajukan Responden... 64

D. Kondisi Ekonomi Perempuan Sebelum dan Sesudah Mendapat Pembiayaan..… 68

E. Analisis Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Perempuan……… 71

F. Upaya-upaya BMT dalam Pemberdayaan Ekonomi Perempuan………... 75

BAB V PENUTUP... 77

A. Kesimpulan... 77

B. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pekerja Formal dan Informal Menurut Jenis Kelamin 2006-

2008 ... 4

Tabel 1.2 Tinjauan Kajian Terdahulu ... 10

Tabel 2.1 Rasio Penghimpunan Dana BMT Al Fath IKMI tahun 2009 ... 47

Tabel 2.2 Rasio Keuangan BMT Al Fath IKMI tahun 2009... 48

Tabel 2. 3 Rasio Penghimpunan Dana BMT Al Ittihad tahun 2009……... 50

Tabel 2.4 Rasio Keuangan BMT Al Ittihad tahun 2009... 51

Tabel 3.1 Jumlah Mitra Pembiayaan BMT Al Fath IKMI 2010... 56

Tabel 3.2 Jumlah Mitra Pembiayaan BMT Al Ittihad 2010... 58

Tabel 3.3 Distribusi Responden ... 60

Tabel 3.4 Identitas Responden Berdasarkan Status... 60

Tabel 3.5 Identitas Responden Berdasarkan Usia... 61

Tabel 3.6 Pendidikan Terakhir Responden... 62


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK ... 20

Gambar 2.1 Diagram Alur Teknis Analisis Pembiayaan Aman dan Cepat ... 56

Gambar 2.2 Prosentase Jumlah Pembiayaan... 64

Gambar 2.3 Cara Pembayaran... 66

Gambar 2.4 Jangka Waktu Pembiayaan... 68

Gambar 2.5 Penggunaan Pembiayaan... 69

Gambar 2.6 Inisiatif Pemohon Pembiayaan... 72


(13)

ABSTRAK

Nama : Siti Muflihah Alwan NIM : 107046102087

Judul : Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sejak kemunculannya hingga saat ini telah menyumbangkan suatu kontribusi yang berarti bagi masyarakat di sekitarnya. Produk-produknya yang membidik masyarakat lapisan menengah ke bawah membuat BMT lebih dekat kepada kaum lemah dan kecil, tidak terkecuali perempuan.

Urgensi akan program pemberdayaan ekonomi perempuan dewasa ini semakin meningkat, karena rendahnya kualitas hidup perempuan merupakan potensi besar untuk turut mempengaruhi rendahnya kualitas generasi penerus agama, bangsa dan Negara di masa mendatang.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi BMT terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan mengkaji hasil wawancara dari 50 orang responden perempuan yang telah menjadi mitra pembiayaan pada dua BMT di Tangerang Selatan.

Hasil analisis membuktikan bahwa BMT telah mampu berkontribusi secara baik pada pemberdayaan ekonomi perempuan. Pendapatan mereka meningkat, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menjadi lebih mandiri. Selain itu pengelolaan keuangan keluarga menjadi lebih rapi dan mereka menjadi lebih terlibat aktif dalam pengambilan keputusan rumah tangga.


(14)

A. Latar Belakang

Kemiskinan masih saja menjadi masalah terbesar Indonesia saat ini. Walaupun menteri perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa angka kemiskinan sudah turun menjadi 13,3% (Republika :12/10/2010), tetapi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin semakin terasa. Distribusi pendapatan yang tidak merata dan minimnya skill (keterampilan) adalah salah satu penyebab kemiskinan, bahkan bila dicermati keterampilan tidak berbanding lurus dengan kondisi ekonomi seseorang. Ini disebabkan karena keterampilan pun memerlukan dana untuk menatanya, sedangkan si miskin tidak mempunyai hal tersebut.

Menurut data dari Badan Pusat Satistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 7,41 persen, atau sebanyak 107,41 juta orang. Angka itu tentulah sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang pada Mei 2010 mencapai 237.556.363 jiwa1. Untuk itu diperlukan adanya upaya peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin.

Ekonomi Islam memandang bahwa kemiskinan identik dengan penderitaan, kesengsaraan, ketidakadilan, perputaran harta yang hanya pada

1


(15)

sebagian golongan dan tidak produktif. Hal ini tentu saja bertentangan dengan tujuan dari ekonomi Islam yaitu untuk mencapai falah (kebahagiaan), tentunya dengan memperhatikan kemaslahatan umat, untuk itu peranan dari Bank Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah sebagai lembaga keuangan Islam harus bisa mencapai tujuan dari ekonomi Islam itu sendiri. Namun, keberadaan dua jenis lembaga keuangan tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh karena itu, dibentuklah lembaga-lembaga simpan-pinjam yang disebut Baitul Maal wattamwil

(BMT).2

Baitul Maal wattamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki dua fungsi, fungsi sosial dan fungsi bisnis. Dalam fungsi sosialnya BMT lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana non profit, seperti zakat, infak, dan shodaqoh. Sedangkan fungsi bisnis tertuju pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.3

Dewasa ini, lembaga keuangan mikro berkembang pesat dan menjamur di mana-mana serta menawarkan berbagai produk yang dibutuhkan masyarakat. Lembaga keuangan mikro baik yang syariah maupun

2

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2007) Edisi Kedua, h. 32.

3


(16)

konvensional ini hadir sebagai jawaban bagi si miskin untuk memperoleh bantuan modal usahanya, karena lembaga keuangan formal seperti bank tidak mampu melayaninya. Ini terbukti dengan fenomena berdirinya Grameen Bank di Bangladesh, dan di Indonesia sendiri telah berdiri Bank Gakin, bank bagi keluarga miskin. Grameen Bank dan Bank Gakin memfokuskan pinjaman pada perempuan. Kredit yang telah di berikan oleh kedua lembaga ini telah membawa semangat baru bagi kaum perempuan. Pendapatan keluarga meningkat dan mereka menjadi lebih mandiri. Hal ini membuktikan bahwa perempuan mempunyai kemampuan dan potensi yang sama dengan kaum laki-laki.

Di Indonesia sendiri, kesempatan kerja di sektor informal bagi kaum perempuan belum setara dengan kaum laki-laki, perempuan lebih banyak mendapat kesempatan kerja di sektor informal, hal ini terlihat pada data berikut ini:

Tabel 1. 1

Jumlah Pekerja Formal dan Informal menurut Jenis Kelamin 2006-2008

Pekerja

2006 2007 2008

Laki-Laki

Perempuan Laki-Laki

Perempuan Laki-Laki

Perempuan


(17)

Informal 67,08 74,20 66,85 74,20 65,92 73,54 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Sakernas dikutip dari www.bps.go.id

Akan tetapi tidak semua perempuan ini dapat membuka lapangan kerja bagi dirinya sendiri, sementara negara tidak pernah menyediakan cukup lapangan pekerjaan layak bagi seluruh tenaga produktif yang ada di negeri ini. Pada titik ini kaum perempuan memiliki peluang yang lebih besar untuk mengakses pekerjaan tertentu, dari pada laki-laki, antara lain dengan menjadi buruh yang dibayar murah di kantong-kantong industri maupun menjadi pekerja di sektor rumah tangga.4

Pemberdayaan ekonomi bagi perempuan penting di lakukan, hal ini disebabkan karena perempuan yang bisa disebut sebagai wakil kepala keluarga sekarang ini juga di tuntut ikut serta dalam mencari dan memenuhi pendapatan ekonomi keluarga selain suami terutama bagi keluarga miskin. Peran ganda yang diperankan oleh kaum perempuan menjadikannya semakin kompleks dalam menanggung tugas yang diembannya. Namun, perempuan lebih mempunyai ide kreatif untuk menghasilkan sejumlah uang tambahan untuk membantu suami dengan berbagai kreatifitasnya. Oleh karena itu, potensi dari kaum perempuan miskin bisa menjadi fokus lembaga keuangan

4

Diana Apriyanti, “Keadaan Umum Kaum Perempuan”, artikel ini diakses pada 10 Desember 2010 dari http://dedisyaputra.wordpress.com/2009/04/08keadaan-umum-kaum-perempuan-Indonesia/.


(18)

syariah terutama BMT untuk membantu permodalan usaha kaum perempuan agar mampu berkembang.5

Selain karena potensi ekonomi yang dimiliki kaum perempuan, data BPS juga menunjukkan bahwa jumlah pengusaha perempuan kian meningkat setiap tahunnya. Dapat di lihat secara kasat mata di sekitar kita banyak sekali perempuan yang berwirausaha seperti pedagang kaki lima, pedagang jamu, bahkan ada yang membuka warung kelontong. Hal ini pula dapat kita jumpai di daerah Tangerang Selatan, wilayah hasil pemekaran yang baru berdiri sekitar 3 tahun ini mempunyai potensi ekonomi yang besar. Tangerang Selatan memiliki 26 koperasi syari`ah6 yang tersebar di beberapa titik. Masing-masing BMT berupaya memberikan pembiayaan bagi para pengusaha kecil baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun belum ditemukan adanya komitmen BMT-BMT tersebut secara tertulis terhadap pemberdayaan ekonomi kaum perempuan, tetapi cukup banyak perempuan yang menjadi nasabah pembiayaan modal kerja, sehingga hal ini menarik minat penulis untuk meneliti seberapa besar kontribusi BMT dalam pemberdayaan ekonomi perempuan khususnya di wilayah Tangerang Selatan.

Berdasarkan fakta-fakta di atas penulis mengamati perlu adanya penelitian tentang hal ini, agar dapat memetakan dengan baik apakah pembiayaan yang diberikan BMT telah memberikan kontribusi bagi

5

Devies C Pramono dan Tatang A Gumanti, “Kredit Mikro, Pemberdayaan Perempuan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga”, Manajemen Usahawan Indonesia, no.04 (September 2010): h.19.

6


(19)

pemberdayaan komunitas terutama kalangan perempuan. Judul yang penulis ambil adalah ” KONTRIBUSI BMT TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN (Studi pada BMT Wilayah Tangerang Selatan)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berbeda dengan koperasi, BMT di wilayah Tangerang Selatan memang belum ada yang mempunyai program khusus pemberdayaan perempuan. Akan tetapi beberapa BMT memiliki nasabah perempuan dengan jumlah yang cukup banyak, di antaranya adalah BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad.

Agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi penelitian di dua BMT tersebut di atas.

Adapun rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana kontribusi BMT terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan wilayah Tangerang Selatan?

2. Bagaimana penggunaan dana pembiayaan oleh para mitra perempuan?

3. Apakah pembiayaan yang diberikan BMT dapat memberdayakan perempuan dari sisi ekonomi?

4. Upaya-upaya apa yang di lakukan BMT tersebut dalam rangka pemberdayaan ekonomi perempuan di sekitarnya?


(20)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis kontribusi BMT dan perhatian lembaga ini terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan.

2. Untuk menganalisis pengalokasian dana pembiayaan oleh mitra secara tepat.

3. Untuk mengetahui sejauh mana pembiayaan BMT dapat memberdayakan ekonomi perempuan.

4. Untuk menganalisis langkah-langkah BMT dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di sekitarnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi akademis

Sebagai tambahan informasi tentang hal-hal yang berkaitan tentang pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi sekaligus untuk memperkaya pengetahuan dan memupuk rasa sosial terhadap warga miskin khususnya perempuan.

2. Bagi lembaga keuangan

Sebagai bahan acuan dan informasi dalam melakukan suatu kebijakan khususnya dalam hal pemberian pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah.


(21)

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat miskin di bidang ekonomi telah di lakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang di lakukan oleh Maria Ulfah pada tahun 2005 dengan judul “Peranan BMT dalam Memajukan Usaha Pedagang Kecil di sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah (Studi Kasus BMT Cita Sejahtera Ciputat Tangerang)”. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan hasil kesimpulan bahwa BMT memberikan peran aktifnya pada pedagang kecil.7

Penelitian lain adalah penelitian yang di lakukan oleh Siti Hajar pada tahun yang sama (2005) dalam skripsi berjudul “BMT Al Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi Kasus BMT Al Munawwarah Pamulang)”. Penelitian ini juga bersifat kualitatif, dengan hasil penelitian bahwa BMT tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pemberdayaan ekonomi umat di wilayah Pamulang, Banten dan sekitarnya.8

Kedua penulis di atas sama-sama meneliti tentang bagaimana peranan BMT dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat secara umum, tidak merinci nasabah laki-laki atau perempuan. Penelitian tentang pemberdayaan perempuan pernah juga diteliti oleh Ilham Ruhyat pada tahun 2010 dengan

7

Maria Ulfah, “Peranan BMT dalam Memajukan Usaha Pedagang Kecil di sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah (Studi Kasus BMT Cita Sejahtera Ciputat Tangerang)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h. 62.

8

Siti Hajar, “BMT Al Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi Kasus BMT Al Munawwarah Pamulang)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h. 71.


(22)

judul “Pembiayaan Bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin (Studi pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor)”. Penelitian yang di lakukan pada koperasi ini juga bersifat kualitatif menyimpulkan bahwa program Ikhtiar telah membawa manfaat pada anggota yang seluruhnya perempuan. Program ini tidak hanya memberikan manfaat materiil, yaitu kredit yang mereka akses tapi juga manfaat yang bersifat non materiil, yaitu meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam melakukan interaksi sosial, selain itu program ini juga meningkatkan kontrol penerima manfaat terhadap sumber daya rumah tangga. 9

Dari uraian di atas, penelitian yang penulis lakukan sekarang jelaslah berbeda, karena di sini penulis meneliti tentang kontribusi BMT terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan. Untuk lebih jelas tentang pola penelitian tersebut di atas, lihat tabel berikut:

9

Ilham Ruhyat, Pembiayaan bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin (Studi pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 79.


(23)

Tabel 1. 2

Tinjauan Kajian Terdahulu

Nama Penulis

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Maria Ulfah 2005 Peranan BMT dalam Memajukan Usaha Pedagang Kecil di sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah (Studi Kasus BMT Cita Sejahtera Ciputat Tangerang)

Hasil penelitian

menyebutkan bahwa BMT memberikan peran

aktifnya pada pedagang kecil.

Siti Hajar 2005 BMT Al Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi Kasus BMT Al

Munawwarah Pamulang)

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa BMT tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pemberdayaan ekonomi umat di wilayah

Pamulang, Banten dan sekitarnya.


(24)

Ilham Ruhyat

2010 Pembiayaan Bagi

Pemberdayaan Perempuan Miskin (Studi pada

Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor)

Penelitian menyimpulkan bahwa program Ikhtiar telah membawa manfaat pada anggota yang seluruhnya perempuan. Program ini tidak hanya memberikan manfaat materiil, yaitu kredit yang mereka akses tapi juga manfaat yang bersifat non materiil, yaitu

meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam

melakukan interaksi sosial, selain itu program ini juga meningkatkan kontrol penerima manfaat terhadap sumberdaya rumah tangga


(25)

F. Kerangka Teori

Banyak cara yang dapat di lakukan pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan, salah satunya dengan memberdayakan masyarakat miskin melalui pembiayaan usaha kepada mereka. Hal ini belum sepenuhnya dapat di lakukan oleh bank, maka dari itu peranan koperasi, Baitul Maal Wattamwil (BMT), lembaga keuangan dan semacamnya sangat diharapkan dapat merangkul kaum miskin dan perempuan untuk terus mengembangkan usahanya.

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris, yaitu

empowerment. Empowerment berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em

berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti di dalamnya. Karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.10

Rendahnya kualitas hidup perempuan merupakan potensi besar untuk turut mempengaruhi rendahnya kualitas generasi penerus agama, bangsa dan Negara di masa mendatang. Hal ini dikarenakan perempuan secara kodrati memiliki fungsi-fungsi reproduksi yang sangat strategis untuk menentukan

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), .h. 318.


(26)

lembaran perjalanan bangsa. Oleh sebab itu, usaha meningkatkan kualitas perempuan dalam pembangunan mengharuskan kita melakukan kajian dan kebijakan strategis dan khusus dalam konteks hubungan laki-laki dan perempuan.11

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

a. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.12

b. Pendekatan deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.13

11

Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Perspektif Agama Islam, (Jakarta:2004.tp,), h. 2.

12

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 2. 13


(27)

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini di ambil dari data primer dan sekunder. Data primer di peroleh dari BMT dan wawancara. Sedangkan data sekunder di peroleh dari riset kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan, membaca dan memahami buku, artikel, jurnal, majalah, atau data dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah nasabah pembiayaan berjenis kelamin perempuan pada dua BMT tersebut di atas.

4. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Sampling Purpossive/pertimbangan. Sampel ini di ambil berdasarkan pertimbangan dari peneliti berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan preferensinya sesuai dengan topik tertentu.14

Dalam penelitian ini penulis menentukan responden dengan kriteria sebagai berikut:

14

Iim Qoimuddin, Suplemen Metodologi Penelitian, Makalah ini disampaikan pada perkuliahan Kkonsentrasi Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(28)

1. Perempuan yang pernah mendapat pembiayaan dari BMT minimal satu kali pembiayaan.

2. Berdomisili/berwirausaha disekitar BMT.

5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data, teknik yang digunakan dengan menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman ( mencakup tiga kegiatan yang bersamaan), yaitu:15

a) Reduksi data b) Penyajian data

c) Penarikan kesimpulan (verifikasi).

H. Sistematika Penulisan

Berikut ini sistematika penulisan penelitian ini: BAB I Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

15

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 209.


(29)

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian teoritis tentang pengertian kontribusi, pemberdayaan ekonomi perempuan, tujuan pemberdayaan ekonomi perempuan dan konsep pemberdayaan ekonomi perempuan

BAB III Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam bab ini akan dijelaskan kondisi demografis dan geografis kota Tangerang Selatan serta pemerintahannya, juga akan diuraikan mengenai profil kinerja keuangan dari BMT yang penulis teliti

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan penelitian

BAB V Penutup


(30)

A. Pengertian Kontribusi BMT

Menurut kamus ilmiah populer, kontribusi berarti sumbangan atau sokongan.1 Sedangkan menurut kamus Cambridge, kontribusi adalah

”something that you do or give to help produce or achieve something together with other people, or to help make something successful”2

(Sesuatu yang di lakukan atau diberikan untuk membantu produksi atau mencapai sesuatu untuk membantu mencapai kesuksesan). Dapat disimpulkan bahwa kontribusi adalah upaya yang di lakukan untuk membantu seseorang mencapai kesuksesan.

B. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian BMT

Baitul Maal Wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha kecil dan mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.

1

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:Penerbit Arkola, 1994), h. 369.

2

Cambridge Advance Learner`s Dictionary, (New York: Cambridge University Press, 2008), h. 43.


(31)

Dalam sejarah perkembangannya Indonesia sudah dapat mengembangkan berbagai macam LK-syariah yaitu bank syariah; LKM-syariah, Gadai LKM-syariah, Asuransi LKM-syariah, dan Koperasi syariah. Dalam rumpun LKM-syariah yang non bank telah berkembang tiga model; BMT (Baitulmal Wa Tamwil) yang menyatukan Baitul Mal dan Baitul Tamwil;

BTM (Baitul Tamwil) yang menyempurnakan “Sponsored Financial

Institution” dan “syirkah”. Ketiga model ini telah berkembang dan kebanyakan sudah mengambil bentuk “Badan Hukum” koperasi dan hanya sebagai kecil yang tidak terdaftar dalam format perijinan dan pendaftaran institusi keuangan di Indonesia.3

2. Organisasi BMT

Agar operasional BMT berjalan dengan baik, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja para personilnya. Struktur organisasi BMT meliputi, musyawarah anggota pemegang simpanan pokok, dewan syariah, pembina manajemen, pemasaran, kasir, dan pembukuan.4

Adapun tugas dari masing-masing struktur di atas adalah sebagai berikut:

3

M. Amin Azis, Tata Cara Pendirian BMT, (Jakarta: Pkes Publishing, 2006), Cet. 1, h. 2. 4

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2007) Edisi Kedua, h. 98.


(32)

1) Musyawarah anggota pemegang simpanan pokok memegang kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.

2) Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT.

3) Pembina manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya.

4) Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.

5) Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT.

6) Kasir bertugas melayani nasabah.

7) Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet BMT.

Bentuk struktur BMT standar PINBUK dapat diilustrasikan dalam gambar berikut:


(33)

Gambar 1.1

Struktur Organisasi BMT Standar Pinbuk

Keterangan: Garis Komando

Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki struktur organisasi yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh:

a. Ruang lingkup atau wilayah operasi BMT. b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT.

c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan jangka panjang.

d. Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi BMT.

Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok

Dewan Syariah

Pemasaran Pembukuan

Maal

Manajer

Anggota dan Nasabah

Kasir Tamwil

Pembina Manajemen


(34)

3. Prinsip Operasional BMT

Dalam perkembangannya, BMT mempunya beberapa prinsip operasional mulai dari pendiriannya hingga operasional kerjanya. Prinsip operasional BMT antara lain:5

a. Penumbuhan

Dalam prinsip ini, BMT tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh masyarakat, orang berada (aghnia) dan kelompok Usaha Muamalah (POKUSMA) yang ada di daerah tersebut, dengan modal awal (Rp. 20 – 30 juta) dikumpulkan dari para pendiri dan dan POKUSMA dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan pokok khusus. Jumlah pendiri minimum 20 orang

BMT harus mempunyai landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai perseorangan dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan BMT adalah lembaga bisnis, membuat kentungan, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan, BMT mengelola dana maal.

b. Profesionalitas

Sebuah BMT akan berkembang jika dijalankan oleh pengelola yang handal. Pengelola BMT harus profesional, bekerja penuh

5


(35)

waktu, pendidikan S-1 minimum D-3, mendapat pelatihan keanggotaan BMT oleh PINBUK 2 minggu, memiliki komitmen kerja penuh waktu, penuh hati dan perasaannya untuk mngembangkan bisnis dan lembaga BMT.

Pengelola profesional berlandaskan sifat-sifat: shidiq, amanah, tabligh, fathonah, sabar dan istiqomah. Pengelola menjemput bola dan aktif berbaur di masyarakat. Selain itu, operasional BMT harus berlandaskan sistem dan prosedur: SOP, sistem akuntansi yang memadai.

Setelah pendirian, BMT bersedia mengikat kerjasama dengan PINBUK untuk menerima dan membayar (secara cicilan) jasa manajemen dan teknologi informasi (termasuk online system).

c. Prinsip Islamiyah

Selain prinsip penumbuhan dan profesionalitas, BMT juga mempunyai prinsip islamiyah. Prinsip ini menerapkan cita-cita dan nilai-nilai Islam (salam, keselamatan, berkeadilan, kedamaian dan kesejahteraan) dalam kehidupan ekonomi masyarakat banyak. Setiap transaksi diiringi akad yang jelas, serta mempunyai rumusan penghargaan dan sangsi yang jelas kemudian diterapannya dengan tegas/lugas.


(36)

C. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment. Sedangkan memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian, yaitu: (1) to give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau enable atau usaha untuk member kemampuan atau keberdayaan.6

J. Weissglass memberikan pengertian pemberdayaan sebagai ”a

process of supporting people to construct new meanings and exercise their freedom to those.” yang artinya suatu proses yang membangkitkan masyarakat untuk membangun makna dan menggunakan hak kebebasan menentukan pilihan yang baru.7 Senada dengan pengertian di atas, Rita L. Irwin mengemukakan pemberdayaan sebagai ”empowering other people

means giving them a change to make their special contribution.”8

Sementara itu, Suharto berpendapat bahwa secara konseptual, pemberdayaan atau pemberian kuasa (empowerment) berasal dari kata power

(kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide pemberdayaan bersentuhan

6

Mardi Yatmo Hutomo, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:Tinjauan Teoritik dan Implementasi”, Naskah, no. 20 (Juni-Juli 2000): h. 1.

7

Ibid,h.53

8 Mardi Yatmo Hutomo, “Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:Tinjauan Teoritik dan Implementasi”, Naskah, no. 20 (Juni-Juli 2000): h. 1


(37)

dengan konsep mengenai kekuasaan.9 Kekuasaan sering kali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

Menurut Sumodiningrat, bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.10

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa apabila masyarakat memiliki

9

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Membangun Rakyat, (Bandung: PT. Refika aditama, 2005), h. 57.

10

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial , (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), h. 34.


(38)

kemampuan ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi Nasional.

Dari beberapa definisi tentang pemberdayaan yang telah dikemukakan di atas, pada prinsipnya pemberdayaan adalah dalam rangka membangkitkan dan membangun potensi-potensi yang ada pada seseorang dan sekelompok orang. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang di capai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuandan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam memenuhi tugas-tugas kehidupannya.11

D. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Islam telah banyak membicarakan perihal perempuan dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Sebagai manusia ciptaan Tuhan yang harus mengabdi kepada-Nya, perempuan dalam hal ini sama dengan pria. Antara keduanya terjalin

11

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Membangun Rakyat, (Bandung: PT. Refika aditama, 2005), h. 58.


(39)

hubungan resiprokal. Eksistensi perempuan meniscayakan eksistensi pria dan sebaliknya.12

Dalam Al-Qur`an Surat An-Nisa: 32, Allah telah mengisyaratkan bahwa perempuan dapat menerima bagian sesuai prestasinya, sesuai dengan firman-Nya:                  

                      

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para perempuan (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia- Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”13

Ayat di atas merupakan satu pernyataan bahwa perempuan mempunyai potensi dan eksistensi yang sama dengan kaum laki-laki, baik potensi sosial, begitu pula dalam potensi ekonomi.

Dalam Islam, pemberdayaan ekonomi perempuan sendiri telah dicontohkan oleh istri Rasulullah SAW, Siti Khadijah yang kala itu menjadi saudagar kaya dengan hasil dagangannya. Bahkan Nabi SAW pun sempat menjadi `agen` yang menjual barang dagangan beliau. Hal ini membuktikan

12Syahrin Harahap, Islam Dinamis Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran Al-Qur`an dalam

Kehidupan Modern di Indonesia, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya : 1997), h. 154.

13


(40)

bahwa tidak ada pengarusutamaan gender dalam perekonomian, karena setiap makhluk yang berusaha pasti akan mendapat perubahan. Hal ini termaktub dalam Al Qur`an Surat Ar- Ra`d ayat 11:

             

Artinya:“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.14

Pemberdayaan ekonomi perempuan bukanlah semata-mata gender mainstreaming, karena mengacu pada fakta yang ada bahwa dari 46 juta usaha mikro, kecil dan menengah, di ketahui bahwa 60% pengelolanya di lakukan oleh kaum perempuan. Dengan jumlah yang cukup banyak ini, peran perempuan pengusaha menjadi cukup besar bagi ketahanan ekonomi, karena mampu menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah serta mengatasi masalah kemiskinan.15

Beberapa tahun terakhir ini, fokus perhatian upaya pengentasan kemiskinan ini terarah kepada perempuan, melalui program pemberdayaan ekonomi perempuan . Karena perempuan di anggap lebih teliti dari kaum laki-laki, cakap dan biasa mengelola keuangan, sehingga di anggap berpotensi besar untuk bisa membantu menurunkan angka kemiskinan keluarga maupun bangsa. Dengan jargon yang menarik, seperti "perempuan tidak produktif,

14

Q.S. Ar Ra`d : 11 15

Firdaus, Mayoritas UKM di Indonesia di kelola Perempuan, artikel ini di akses pada 4 Februari 2011 dari http://www.satudunia.net/content/mayoritas-ukm-di-indonesia-di kelola-perempuan/.


(41)

rawan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)" atau "sudah saatnya perempuan berpartisipasi dalam pembangunan", konsep pemberdayaan ekonomi perempuan ini disambut baik oleh berbagai pihak, baik lembaga yang diakui pemerintah, ormas, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun masyarakat umum. Akhirnya berbagai pihak menerima bahkan turut menyebarluaskan program pemberdayaan ekonomi perempuan dengan berbagai konsekuensinya.16

E. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan bebas untuk bekerja di luar rumah serta mempunyai pendapatan mandiri, inilah tanda kesejahteraan rumah tangga meningkat. Lebih dari seabad lalu telah dikemukakan Kartini, bahwa tiap perempuan mesti memiliki kemandirian secara ekonomi, agar dirinya punya kuasa dan posisi dalam hubungan domestik, keluarga, dan lingkungan sosial.17

Agar mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, maka perlu di ketahui berbagai indikator yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator

16

Lusiyanti, “Mampukah Perempuan Mengentaskan Kemiskinan?”, Pikiran Rakyat, 23 Desember 2010.

17

Rommy Haryanto, Pemberdayaan Perempuan untuk Ekonomi, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-perempuan-untuk-perkembangan-ekonomi/.


(42)

pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan. Indikator tersebut mencakup hal-hal dibawah ini:18

Pertama, kebebasan mobilitas, yaitu kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, rumah ibadah. Tingkat mobilitas ini di anggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

Kedua, kemampuan membeli komoditas „kecil‟ yaitu kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari, seperti kebutuhan pokok (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu) dan kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, bedak, sampo). Individu di anggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

Ketiga, kemampuan membeli komoditas „besar‟: kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan

18

Safriadi, Konsepsi dan Aktualisasi Kebijakan untuk Pemberdayaan Ekonomi bagi Perempuan dan Bangsa Indonesia dalam Menghadapi Globalisasi, artikel diakses pada 26 Oktober 2010 dari http://safriadi.wordpress.com/2009/02/04/konsepsi-dan-aktualisasi-kebijakan-untuk - pemberdayaan-ekonomi-kerakyatan-bagi-perempuan-dan-bangsa-indonesia-dalam-menghadapi-globalsasi/.


(43)

sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

Keempat, terlibat dalam pembuatan keputusan-keputuan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri mapun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.

Kelima, kebebasan relatif dari dominasi keluarga. Menurut Schuler, Hashemi dan Riley, seseorang di anggap berdaya jika dia tidak di dominasi oleh keluarganya, (suami, istri, anak-anak, mertua).

Keenam, kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

Ketujuh, keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang di anggap „berdaya‟ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.

Kedelapan, jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang di anggap


(44)

memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.

Dari empowerment indeks di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemberdayaan ekonomi perempuan yaitu agar kaum perempuan memiliki kemampuan diri dan financial untuk mengambil suatu keputusan ekonomi tanpa tergantung kepada pasangannya.


(45)

A. Profil Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah 147,19 km2. Menurut Kabupaten Tangerang pada Tahun 2007/2008, luas wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan (yang kemudian di ambil sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan) adalah seluas 150,78 km2 sedangkan menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RT/RW Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 147,19 km2 dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang digunakan adalah 147,19 km2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang

 Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Luas wilayah masing-masing kecamatan berbeda-beda. Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau


(46)

20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%.1

Luas kelurahan/desa dengan wilayah di atas empat ratus hektar terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Pondok Cabe Udik dan Pamulang Barat, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Paku Jaya. Kelurahan/desa dengan wilayah di bawah seratus lima puluh hektar terletak di Kecamatan Serpong, yaitu Cilenggang dan Serpong, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Jelupang. Kelurahan/desa dengan luas wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan luas 483 Ha sedangkan kelurahan/desa dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas 126 Ha.

Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh kecamatan) dengan jumlah kelurahan sebanyak 49 (empat puluh sembilan) dan desa sebanyak 5 (lima). Rukun warga (RW) sebanyak 572 dan Rukun Tetangga sebanyak 2.996. Kecamatan dengan jumlah kelurahan/desa terbanyak adalah Pondok Aren, sedangkan kecamatan dengan RW dan RT terbanyak adalah Pamulang dengan 129 RW dan 69 RT. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Tangerang Selatan berjumlah 28 SKPD termasuk kecamatan namun tidak termasuk institusi DPRD dan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Berdasarkan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan perdagangan

1


(47)

hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%). Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang Selatan didominasi oleh sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir 90%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Jika dilihat kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor primer dan sekunder mengecil kontribusinya secara signifikan sedangkan sektor tersier meningkat kontribusinya.2

B. Profil BMT Tangerang Selatan

1. BMT Al Fath IKMI

a) Sejarah Singkat BMT Al Fath IKMI

BMT Al Fath IKMI didirikan pada tanggal 13 Oktober 1996 yang diprakarsai oleh 25 orang (kini menjadi 31 orang). Pendirian BMT ini dilatarbelakangi karena melihat kondisi riil masyarakat kita yang dari sisi ekonomi belum dapat hidup secara layak dan mapan, mereka masih terjerat rentenir, dan tidak adanya lembaga yang dapat membantu untuk

2


(48)

meningkatkan pendapat mereka, tidak punya posisi tawar dengan pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil.3

Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi Baitul Maal yang di kelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal melayani umat, dan sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitut Tamwil dengan di kelola oleh tenaga muslim yang profesional di bidang keuangan, Insya Allah akan menampilkan lembaga keuangan syari'at yang sehat, berkualitas, dan memenuhi harapan umat.

b) Visi Misi dan Struktur Organisasi

BMT Al Fath IKMI mempunyai visi misi dan struktur organisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Visi BMT Al Fath IKMI yaitu meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sedangkan misi dari BMT Al Fath IKMI adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.4

Adapun struktur organisasinya, BMT Al Fath IKMI terdiri dari badan pengawas, pengurus, serta pengelola kantor pusat dan kantor kas. Pengurus

3

Data di peroleh dari brosur dan Profil BMT Al Fath IKMI. 4


(49)

meliputi ketua, wakil ketua bidang pendanaan, bidang SDM dan legal, bidang bina mitra, bidang pembiayaan, sekretaris dan bendahara. Sedangkan pengelola mencakup manajer maal, manajer tamwil, kabag operasional, kabag marketing, accout officer, pembiayaan, pendanaan, pembukuan, head teller, administrasi, customer service, security, office boy dan support IT. Sementara untuk pengelolaan kantor kas terdiri dari kepala kantor kas, kabag operasional, account officer dan teller.

c) Produk dan Layanan

Produk BMT Al Fath IKMI terbagi menjadi dua bentuk. Pertama,

produk penghimpunan dana (Funding) yang terdiri dari produk dengan prinsip titipan (wadiah) dan prinsip bagi hasil. Kedua, produk pembiayaan. BMT Al Fath IKMI memberikan pembiayaan dengan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijaroh. Untuk Layanan, BMT Al Fath IKMI melayani pembayaran listrik dan telepon, juga membuka jasa transfer ke bank.5

c.1. Produk Penghimpunan Dana (Funding)

Produk penghimpunan dana dengan prinsip wadiah yaitu produk TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath). Tawakal merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat di lakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan. Dalam tabungan ini

5

Ibid. Informasi juga di peroleh dari observasi dan wawancara dengan pengurus-pengurus BMT Al Fath IKMI, Tangerang Selatan, Februari 2011.


(50)

BMT Al Fath IKMI tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT Al Fath IKMI boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT Al Fath IKMI.

Produk penghimpunan dana dengan prinsip bagi hasil yaitu produk TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath), SIDIK (Simpanan Pendidikan), Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban, Simpanan Nikah, dan Simpanan Haji.

Tabungan Berjangka Al Fath (TABAH) merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat di lakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat di pilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).

Sedangkan SIDIK (Simpanan Pendidikan ), yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat di lakukan dua kali dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Selain kedua tabungan di atas, ada juga Simpanan Idul Fitri. Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan Idul Fitri. Penarikan di


(51)

lakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). Untuk Idul Adha, BMT Al Fath IKMI menyediakan produk Simpanan Qurban, yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan di lakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Produk selanjutnya adalah Simpanan Nikah. Simpanan ini diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan di lakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Untuk mitra yang ingin menunaikan ibadah haji, BMT Al Fath IKMI juga menyediakan Simpanan Haji, merupakan simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan di lakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

c.2. Penyaluran Dana (Lending)

Dalam meyalurkan dananya, BMT Al Fath IKMI mempunyai produk-produk yang dapat membantu mitranya. Produk-produk-produk tersebut yaitu


(52)

produk pembiayaan dengan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijaroh.

Pembiayaan Mudharabah yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan di bagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan Pembiayaan Musyarakah Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan di bagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian di tanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.

Adapun Pembiayaan Murabahah yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL Fath IKMI dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut di jual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang di ketahui dan disepakati bersama dan di angsur selama jangka waktu tertentu.

Produk pembiayaan yang terakhir yaitu Pembiayaan Ijaroh Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT Al Fath IKMI dan mitra. BMT


(53)

Al Fath IKMI menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan di angsur selama jangka waktu tertentu.

c.3. Layanan

Selain produk-produk di atas, BMT Al Fath IKMI juga melayani transfer ke bank, pembayaran listrik dan telepon bagi para mitra.

2. BMT Al Ittihad

a) Sejarah singkat BMT Al Ittihad

KBMT Al Ittihad lahir pada tanggal 12 Maret 2006 yang didirikan oleh 39 orang badan pendiri yang concern dan punya cita-cita membangun lembaga keuangan mikro syariah yang dapat memberikan manfaat dan

maslahat bagi masyarakat sekitar, khususnya usaha kecil dan mikro, yang selama ini cenderung sangat susah mengakses ke lembaga perbankan karena masalah agunan. Selain itu tujuan didirikannya BMT ini adalah agar masyarakat terbebas dari jeratan rentenir.

Prinsip operasi yang sesuai syariah menjadi harapan dan bisa diterapkan dalam kehidupan bisnis BMT Al Ittihad. Peran BMT sebagai lembaga terpadu tidak hanya berperan dalam sisi bisnis saja tetapi menjadi lembaga sosial berperan sebagai `amilin, dengan menghimpun dana ZISWAF (Zakat, Infak dan Shodaqoh serta Wakaf) yang penyalurannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.6

6


(54)

b) Visi Misi dan Struktur Organisasi

BMT Al Ittihad mempunyai visi misi dan struktur organisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Visi BMT Al Ittihad adalah menjadi motor penggerak ekonomi umat.

Sedangkan misi dari BMT Al Ittihad adalah untuk menggunakan sistem syariah dengan mengedepankan pada prinsip keadilan dalam kerja sama saling menguntungkan, membangun dan menjaga kepercayaan masyarakat dengan membangun citra positif, memperkuat permodalan, SDM yang menunjang profesionalisme sehingga mampu berkompetensi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Adapun struktur organisasinya, BMT Al Fath IKMI terdiri dari badan pengawas, penasehat, pengurus, serta pengelola kantor. Pengurus meliputi ketua, wakil ketua, sekretaris 1, sekretaris 2, dan bendahara. Sedangkan pengelola mencakup manajer, accounting, administrasi pembiayaan, dan marketing.

c) Produk dan Layanan

Produk dan layanan yang disediakan oleh BMT Al Ittihad yaitu produk penghimpunan dana (Funding) yang terdiri dari produk dengan akad wadiah dan akad investasi. Sedangkan untuk produk pembiayaan, BMT Al Ittihad memberikan pembiayaan dengan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijaroh. Untuk Layanan, BMT Al Ittihad melayani pembayaran listrik dan telepon, juga membuka jasa transfer ke bank.


(55)

c.1. Produk Penghimpunan Dana (Funding)

Produk penghimpunan dana dengan prinsip wadiah yaitu produk SIMPATI (Simpanan Anggota Al Ittihad), SIAR (Simpanan Akhir Ramadhan), TAQWA (Tabungan Qurban dan Walimah), TUNAS (Tabungan Untuk Anak Soleh).

SIMPATI (Simpanan Anggota Al Ittihad) merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat di lakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan akad wadiah/titipan. Adapun SIAR (Simpanan Akhir Ramadahn) merupakan produk simpanan yang direncanakan untuk keperluan Idul Fitri. Penarikan di lakukan satu kali menjelang idul fitri.

Untuk Idul Adha dan keperluan nikah, BMT Al Ittihad menyediakan produk TAQWA (Tabungan Qurban dan Walimah). Simpanan untuk keperluan pembelian hewan qurban, penarikan di lakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Sementara untuk simpanan bagi mereka yang merencanakan pernikahan, penarikan di lakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan.

Produk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra yaitu produk TUNAS (Tabungan Untuk Anak Sekolah). Penarikan dapat di lakukan dua kali dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester.

Produk penghimpunan dana dengan akad investasi yaitu produk Simpanan berjangka 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun. Simpanan ini


(56)

merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat di lakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat di pilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).7

c.2. Penyaluran Dana (Lending)

Dalam meyalurkan dananya, ada beberapa akad yang dimiliki BMT Al Ittihad. Akad-akad tersebut yaitu akad kerjasama, akad jual beli dan akad sewa. Pembiayaan dengan akad kerjasama yaitu pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan dengan akad jual beli yaitu pembiayaan murabahah, salam dan istisna. Sedangkan pembiayaan dengan akad sewa yaitu pembiayaan ijaroh.

Pembiayaan mudharabah yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan di bagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan pembiayaan musyarakah yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan di bagi sesuai dengan nisbah yang disepakati

7

Ibid. Informasi juga di peroleh dari observasi dan wawancara dengan pengurus-pengurus BMT Al Ittihad, Tangerang Selatan, Februari 2011.


(57)

kedua belah pihak. Sedangkan kerugian di tanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.

Adapun pembiayaan murabahah yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT Al Ittihad dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut di jual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang di ketahui dan disepakati bersama dan di angsur selama jangka waktu tertentu.8

Pembiayaan dengan akad jual beli lainnya adalah pembiayaan salam, yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT Al Ittihad. Dalam hal ini BMT telah membeli dengan pemasok barang yang dibutuhkan mitra lalu barang tersebut di jual kembali kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang di ketahui dan disepakati bersama. Sedangkan pembiayaan istishna merupakan lanjutan dari pembiayaan salam, ketentuan yang berlaku pada pembiayaan salam juga berlaku pada pembiayaan istishna, hanya saja barang yang dipesan harus dibuat terlebih dahulu.

Produk pembiayaan yang terakhir yaitu Pembiayaan Ijaroh Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT Al Ittihad dan mitra. BMT Al

8


(58)

Ittihad menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan di angsur selama jangka waktu tertentu.

c.3. Layanan

Selain produk-produk di atas, BMT Al Fath IKMI juga melayani transfer ke bank, pembayaran listrik dan telepon bagi para mitra.

C. Kinerja BMT Tangerang Selatan 1. BMT Al Fath IKMI

a) Perkembangan Mitra

Kiprah BMT Al Fath IKMI selama 15 tahun dapat dilihat dari perkembangan mitra penabung sebanyak 5.105 orang pada tahun 2009, mitra pembiayaan 1.170 orang.

b) Kinerja Keuangan

Pada tahun 2008 pembiayaan murabahah dan ijarah merupakan pembiayaan yang mempunyai kontribusi paling signifikan pada pendapatan BMT Al Fath IKMI yaitu sebesar 838.584.567 sedang pada tahun 2009 sebesar Rp. 1. 279.678.559 atau meningkat sebesar 52,6%.

Kinerja keuangan BMT Al Fath IKMI selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan aset mencapai 8,4 milyar pada tahun 2010.


(59)

Perolehan laba bersih tahun 2009 sebesar Rp. 320.499.708,55. Laba bersih ini meningkat sebesar 162,8% dari tahun 2008 sebesar 121.951.556,46.

Penghimpunan dana bersumber dari anggota, mitra dan lembaga. Di samping itu, BMT AL Fath IKMI mencoba melakukan kerjasama dengan lembaga sekolah dalam hal simpanan pendidikan siswa dengan sistem koordinator, di mana BMT memberikan fasilitas pengadaan buku tabungan siswa secara gratis kepada pihak sekolah, dan koordinator yang ditunjuk oleh sekolah yang akan melakukan pengumpulan tabungan tersebut dari siswa lalu secara berkala menyetorkan ke BMT Al Fath IKMI.9 Realisasi dari penghimpunan dana dapat digambarkan sebagai berikut:

9

Data di peroleh dari dokumen-dokumen dan hasil wawancara dengan pengurus BMT, Tangerang Selatan, Februari 2011.


(60)

Tabel 2. 1

Realisasi Penghimpunan Dana BMT Al Fath IKMI (dalam jutaan rupiah)

NO Jenis Produk 2008 2009

1. Wadiah 2.505,6 3.616,3

2. Pendidikan 114,4 151,1

3. Idul Fitri 24,1 62,6

4. Qurban 16,1 25,0

5. Walimah 13,7 3,9

6. Haji 1,9 21,2

7. Tabah 3 Bulan 182 316,8

8. Tabah 6 bulan 15,5 159,1

9. Tabah 12 bulan 62,9 182,1


(61)

Tabel 2. 2

Rasio Keuangan BMT Al Fath IKMI

Ratio 2008 2009

CAR 16,39% 20,37%

CASH RATIO 28,56% 40,02%

FDR 79,29% 71,51%

ROE 31,66% 41,41%

ROA 2,95% 5,51%

NPF NET 3,10% 6%

Pada tahun 2009 CAR (Capital Adequacy Ratio) BMT Al Fath IKMI mengalami peningkatan menjadi 20,37% dari tahun sebelumnya. Peningkatan juga terjadi pada Cash Ratio yang pada tahun 2009 naik menjadi 40,02% dari tahun sebelumnya yang hanya 28,56%. Financing to Deposit Ratio (FDR) tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 71,51% dari tahun 2008. Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA) sama-sama naik dari tahun sebelumnya (masing-masing 41,41% dan 5,51%). Akan tetapi Net Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah juga ikut naik menjadi 6% dari tahun sebelumnya yang hanya 3,10%.10

10


(62)

2. BMT Al Ittihad a) Perkembangan Mitra

Meskipun BMT Al Ittihad baru berdiri selama 5 tahun tetapi banyak peningkatan kinerja yang telah di capai. Salah satunya dapat di lihat dari perkembangan mitra penabung sebanyak 2321 orang pada tahun 2010, dengan jumlah mitra aktif 1200 orang.

b) Kinerja Keuangan

Pada tahun 2008 dan 2009, pendapatan BMT Al Ittihad di dominasi oleh pembiayaan murabahah yaitu sebesar 974.299.300 sedang pada tahun 2009 sebesar Rp. 1. 347.962.350 atau meningkat sebesar 38%.

Aset BMT Al Ittihad telah berkembang menjadi 2,4 milyar pada tahun 2010. Peningkatan ini diikuti pula oleh perolehan laba bersih BMT pada tahun 2009 sebesar Rp. 86 juta, atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 16 %.

Dengan situasi ekonomi seperti sekarang ini, produk penghimpunan dana di BMT Al Ittihad masih mengalami peningkatan.11 Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut:

11

Data di peroleh dari dokumen-dokumen dan hasil wawancara dengan pengurus BMT, Tangerang Selatan, Februari 2011


(63)

Tabel 2. 3

Realisasi Penghimpunan Dana BMT Al Ittihad (dalam jutaan rupiah)

Produk 2008 2009

1. Tabungan Wadiah 616,3 743,6

a. Tabungan SIMPATI 599,5 716,2

b. Tabungan SIAR 14,05 24,21

c. Tabungan TaQWA 2,7 3,1

2. Simpanan Mudharabah 225,4 459

a. Simpanan Berjangka 3 Bulan 75,4 282 b. Simpanan Berjangka 6 Bulan 150 172 c. Simpanan Berjangka 12 Bulan - 5

Sedangkan kinerja keuangan BMT Al Ittihad dapat di lihat pada tabel rasio keuangan berikut ini:


(64)

Tabel 2. 4

Rasio Keuangan BMT Al Ittihad

Rasio 2008 2009

CAR 13% 15%

NPF Gross 2% 6%

ROA 5% 6%

ROE 38% 38%

FDR 97% 94%

Pada tahun 2009 CAR (Capital Adequacy Ratio) BMT Al Fath IKMI mengalami peningkatan menjadi 15% dari tahun sebelumnya. Peningkatan juga terjadi pada Return On Equity (ROE) 6% sedangkan Return On Asset (ROA) pada tahun 2009 tidak mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (38%). Financing to Deposit Ratio (FDR) tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 71,51% dari tahun 2008. Akan tetapi Net Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah juga ikut naik menjadi 6% dari tahun sebelumnya yang hanya 2%.12

12


(65)

A. Prosedur Pembiayaan dan Data Mitra BMT

Layaknya lembaga keuangan formal, BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad memberikan pembiayaan dalam bentuk pembiayaan konsumtif dan modal kerja. Pembiayaan ini pun tidak serta merta diberikan tanpa ada survei lapangan, hal ini untuk menghindari munculnya pembiayaan macet yang akan menambah angka NPF (Non Performing Financing).1

Berdasarkan data dari BMT, ada dua jenis pembiayaan yang diberikan kepada para mitranya yaitu pembiayaan konsumtif dan pembiayaan modal kerja.

1. Pembiayaan konsumtif, yaitu Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis di pakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti yang telah di ketahui secara umum, kebutuhan konsumsi terdiri dari kebutuhan primer (makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, pelayanan kesehatan, pendidikan) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer.

1


(66)

2. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif; (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

BMT senantiasa melakukan peninjauan ke lapangan sebelum memberikan pembiayaan kepada mitra. Dalam menganalisis kelayakan pembiayaan, setidaknya ada lima pendekatan yang harus di gunakan BMT, yaitu:

a) Pendekatan Karakter

Pendekatan ini merupakan pendekatan data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun hobinya. Character

ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan

willingness to pay.

b) Pendekatan Kelayakan Usaha

Pendekatan kelayakan usaha yaitu kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah di kelola (pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam membayar.


(67)

c) Pendekatan Saving Power

Dalam memberikan pembiayaan perlu diperhatikan juga berapa jumlah tabungan nasabah (saving power), minimal jumlah tabungan tersebut ada 30% dari jumlah pembiayaan yang di ambil.

d) Pendekatan Collateral

Pendekatan ini berupa adanya jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon nasabah benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.

e) Pendekatan Inventory Turn Over

Pendekatan ini menilai berapa kali persediaan barang berputar dalam setahun atau hitungan perhari. Bila rasio inventory turn over

tinggi, maka akan semakin cepat pula perputaran persediaan menjadi penjualan.

f) Pendekatan Titik Kritis

Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon nasabah.


(68)

Ya

Ya

Ya

kurang Ya

Ya

Ya

tidak

Ya Gambar 2. 1

Diagram Alur Teknik Analisis Pembiayaan Aman dan Cepat

Permohonan

Pendekatan syarat BMT

BMT- able tidak ditolak Pendekatan Karakter baik

Pend. Kelayakan Usaha Pend.Cholateral

Memadai

layak

Pend. Kelayakan Usaha Pend. Saving Power

Memadai layak

Pend. Saving Power Pend. Titik Kritis

Pend. Inventory Turn Over

Prospektif Bisa diatasi Memadai

Pend. Titik Kritis

Bisa diatasi

Pend.Cholateral

ditolak ditolak diterima ditolak

STOP

STOP

Start

STOP

tidak meragukan

tidak

tidak

tidak


(69)

Seiring perkembangan yang ditunjukkan oleh BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad (lihat bab 3), kedua BMT ini telah berupaya menyalurkan dana pada mitra yang membutuhkan. Berikut ini adalah data jumlah mitra pembiayaan BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad tahun 2010:

Tabel 3. 1

Jumlah Mitra Pembiayaan BMT Al Fath IKMI Tahun 2010

Bulan Laki-laki Perempuan

Januari 43 14

Februari 24 16

Maret 35 16

April 36 19

Mei 39 16

Juni 39 16

Juli 33 31

Agustus 22 11

September 30 15

Oktober 54 16

Nopember 14 7

Desember 18 9

Total 387 186


(70)

Tabel 3. 2

Jumlah Mitra Pembiayaan BMT Al Ittihad Tahun 2010

Bulan Laki-laki Perempuan

Januari 115 98

Februari 102 75

Maret 148 119

April 131 118

Mei 148 113

Juni 133 123

Juli 136 132

Agustus 106 102

September 57 48

Oktober 114 118

Nopember 111 117

Desember 127 109

Total 1428 1273


(71)

Dari kedua data di atas, terlihat bahwa BMT Al Ittihad mampu memberi pembiayaan pada perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan BMT Al Fath IKMI yaitu dengan total jumlah mitra pembiayaan perempuan sebanyak 1273 orang yaitu sebesar 47,1 % dari total jumlah mitra pembiayaan selama tahun 2010. Sedangkan BMT Al Fath IKMI hanya mampu memberikan 32,4% pembiayaannya pada perempuan.2

Syarat-syarat bagi pemohon pembiayaan pun tergolong mudah, baik BMT Al Fath IKMI ataupun BMT Al Ittihad tidak mendiskriminasikan antara pemohon pembiayaan laki-laki maupun perempuan. Syarat-syarat mengajukan pembiayaan yaitu:3

1. Telah menjadi mitra BMT

2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan

3. Foto copy KTP suami/istri yang masih berlaku + foto copy KK 4. Foto copy surat nikah

5. 1 set copy jaminan 6. Slip gaji terakhir

7. Pas foto suami/istri ukuran 3 x 4 (2lembar)

Dengan adanya data-data dan keterangan di atas tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa BMT telah cukup banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi mitra perempuannya. Namun perlu di

2

Diolah dari data BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad. 3


(1)

pembiayaan untuk usaha baik pemiliknya laki-laki atau perempuan. Tetapi kami akui memang perempuan juga banyak yang menjadi mitra pembiayaan, untuk pembinaannya tidak terlalu sulit, karena di BMT Al Ittihad pembiayaan semuanya dengan sistem jemput bola, jadi sekaligus untuk mengontrol kegiatan usahanya. Untuk kedepannya mungkin bisa dibicarakan untuk program pemberdayaan ekonomi perempuan secara khusus..”15

Analisis di atas telah mengungkapkan kontribusi BMT dalam pemberdayaan ekonomi perempuan. Secara tidak langsung, BMT telah berhasil memberdayakan mitra perempuannya, sebagai tindak lanjutnya perlu diupayakan satu program khusus yang ledih fokus pada hal ini agar tujuan meningkatkan perekonomian keluarga dapat terwujudkan demi tercapainya kesejahteraan nasional.

15

Wawancara dengan Bapak Abdul Rosad S, Ag, Manajer BMT Al Ittihad, Tangerang Selatan, Februari 2011.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis paparkan pada bab IV dari penelitian yang telah di lakukan mengenai kontribusi BMT dalam pemberdayaan ekonomi perempuan, dapat di tarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Di wilayah Tangerang Selatan terdapat banyak BMT dan koperasi syariah yang telah beroperasi. Di antara BMT yang telah concern dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya adalah BMT Al Fath IKMI dan BMT Al Ittihad, walaupun kedua BMT ini tidak memfokuskan kepada pemberdayaan ekonomi perempuan, namun dari hasil penelitian mitra perempuan kedua BMT ini cukup banyak. Dari pembiayaan yang diberikan oleh BMT, para responden mengungkapkan bahwa pembiayaan tersebut telah membantu usaha mereka dalam menopang ekonomi keluarga, bahkan di antara kondisi ekonomi sesudah mendapat pembiayaan menjadi lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BMT telah menyumbangkan kontribusi yang baik bagi kaum perempuan.

2. Dalam penggunaan dana pembiayaan oleh mitra perempuan, 84% responden menyatakan mempergunakannya untuk tambahan modal usaha,


(3)

membuktikan bahwa tingkat keinginan perempuan untuk mandiri tergolong tinggi, karena mereka tidak ingin hanya bergantung pada pemberian suami.

3. Banyak perempuan telah terberdayakan oleh pembiayaan yang diberikan oleh BMT dari sisi ekonomi, yang diiringi dengan tingginya tingkat kesadaran perempuan untuk mandiri, selain itu adanya telah membuat para perempuan lebih cermat dalam mengelola keuangan keluarganya dan lebih ikut berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan rumah tangga.

4. Upaya-upaya BMT dalam rangka pemberdayaan ekonomi perempuan yaitu dengan melakukan kunjungan langsung untuk di lakukan pemantauan usaha mitra perempuan secara berkala, selain itu jug dengan mengadakan pengajian sebagai ajang silaturahmi antar BMT dengan para mitra.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan sejauh dengan apa yang penulis cermati adalah sebagai berikut:

1. Melihat kontribusi BMT dalam pemberdayaan ekonomi perempuan yang tergolong baik, maka perlu segera diupayakan sebuah program khusus pemberdayaan ekonomi perempuan agar tujuan pemberdayaan sesuai dengan indeks pemberdayaan dapat terwujud sempurna.


(4)

79

2. Hendaknya BMT terus memberikan informasi dan sosialisasi kepada kaum perempuan (misalnya melalui acara pengajian), sebagai langkah awal program pemberdayaan ekonomi perempuan.

3. Hendaknya pembinaan mitra pembiayaan, tidak hanya dengan pemantauan atau kunjungan langsung semata, tetapi perlu juga memberikan informasi dan pengarahan tentang proses manajerial bisnis, agar usaha mitra lebih berkembang nantinya.


(5)

80

Azis, Amin. Tata Cara Pendirian BMT, Cet. 1. Jakarta: Pkes Publishing, 2006. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 4. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai, Cet. 9. Yogyakarta: LP3ES, 2008.

Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.

Hajar, Siti. “BMT Al Munawwarah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi Kasus

BMT Al Munawwarah Pamulang)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005.

Harahap, Syahrin. Islam Dinamis Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran Al-Qur`an dalam

Kehidupan Modern di Indonesia. Yogyakarta : PT.Tiara Wacana Yogya, 1997.

Isbandi Rukminto, Adi. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Investasi Komunitas. Jakarta: FEUI Press, 2003.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI. Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Perspektif Agama Islam. Jakarta:2004. tp.

Nazir, Moh. Metode Penelitian, Cet. 6.Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Pramono, Device C dan Tatang A Gumanti, “Kredit Mikro, Pemberdayaan Perempuan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga”, Manajemen Usahawan Indonesia, no.04, Edisi September 2010. h. 18-23.


(6)

81

Ruhyat, Ilham. “Pembiayaan bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin (Studi pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor), Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuanga Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Ed. 2. Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2007.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung :PT. Rafika Aditama, 2005.

Sukandarrumi, Metodologi Penelitian Petunjuk Parktis Untuk Peneliti Pemula, Cet. 2. Yogyakarta: Gajah Mada University, 2004.

sSumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, Cet. 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Tara, M. Azwir Dainy. Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, Cet. 1. Jakarta: Nuansa Madani, 2001.

Ulfah, Maria. “Peranan BMT dalam Memajukan Usaha Pedagang Kecil di sekitar Kampus

UIN Syarif Hidayatullah (Studi Kasus BMT Cita Sejahtera Ciputat Tangerang)”,

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005.

Yudhoko, Aryo, Manajemen Dasar Pengelolaan BMT, Jakarta, IAIN 1999. http://bmt-link.co.id/grameen-bank-bank-kaum-miskin/.

www.bps.go.id.

.http://safriadi.wordpress.com/2009/02/24/konsepsi-dan-aktualisasi-kebijakan-untuk-