Kegiatan I BIDANG PENINGKATAN PRODUKSI

adalah penyakit akibat masuknya mikroorganisme maupun parasit dalam tubuh unggas. Bakteri merupakan salah satu penyebab penyakit infeksius pada unggas, kejadian penyakit ini dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor inang ternakunggas, faktor patogen bakteri dan faktor lingkungan. Dampak infeksi bakteri akan merusak organ tubuh yang akan mengakibatkan gangguan fisiologis seperti demam, naiknya frekuensi respirasi, naiknya pulsus, tremor dan lain-lain. Kondisi ini mengakibatkan ternak menjadi tidak nyaman dan biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan. Penurunan nafsu makan menyebabkan asupan nutrisi untuk kebutuhan hidup dan produksi yang tentunya berdampak pada produktivitasnya. Infeksi agen penyakit pada organ tubuh unggas akan mengakibatkan produktivitasnya turun, dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, penurunan produksi dan daya tetas telur, biaya produksi menjadi meningkat, produk asal unggas yang tercemar, bahkan kematian. Banyak peternak yang belum menyadari bahwa manajemen penyakit adalah hal yang paling penting bukan dengan mencari obat atau vaksin yang tepat setelah ayam sakit. Apabila unggas terserang penyakit merupakan peringatan adanya kegagalan dalam menerapkan manajemen pemeliharaan. Oleh karena itu sangat penting untuk mencegah timbulnya atau berkembangnya penyakit dalam peternakan melalui manajemen pengendalian penyakit, baik mencegah masuknya bakteri atau penyakit dari luar, maupun pengelolaan kandang yang baik sehingga agen penyakit tidak berkembang dengan baik. Penyuluhan mengenai bahaya penyakit yang dapat menurunkan produktivitas unggas yang akan dilaksanakan di desa Tihingan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat secara umum tentang pengenalan dari bahaya penyakit-penyakit yang menyerang ternak unggas yang dapat berakibat terjadinya penurunan produktivitas ternak unggas tersebut. Tujuan yang diharapkan dari program sosialisasi bahaya penyakit yang dapat menurunkan produktivitas unggas adalah : - Untuk meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat di desa Tihingan tentang bahaya dari penyakit-penyakit yang menyerang unggas sehingga berdampak pada penurunan produktivitas yang dapat merugikan ekonomi masyarakat. - Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak penyakit pada unggas tersebut diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan, pencegahan serta pengendalian penyakit dengan melakukan manajemen pemeliharaan yang baik sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit, meningkatkan produktivitas ternak serta mengurangi kerugian ekonomi. Tabel 2. Rencana program sosialisasi mengenai bahaya penyakit yang dapat menurunkan produktivitas unggas. No Nama Kegiatan Jam Jumlah Mahasiswa Jumlah Jam Minggu I 1 Survei lokasi 1x1 jam 16 orang 1 jam 2 Koordinasi penyusunan program kerja 1x1 jam 16 orang 1 jam 3 Penentuan konsep acara 1x1 jam 16 orang 1 jam 4 Persiapan Administrasi surat- surat dan permohonan izin sosialisasi mengenai bahaya penyakit yang dapat menurunkan produktivitas unggas. 1x1 jam 3 orang 1 jam 5 Persiapan bahan dan alat-alat sosialisasi 1x1 jam 16 orang 1 jam 6 Penentuan Job desk pada 2x1 jam 16 orang 2 jam sosialisasi Minggu IV 7 Sosialisasi 1x2 jam 16 orang 2 jam 8 Dokumentasi 1x1 jam 2 orang 1 jam 9 Evaluasi kegiatan 1x1 jam 16 orang 1 jam Total 11 jam

2. Kegiatan II

- Judul Kegiatan “Sosialisasi mengenai pemanfaatan sampah organic dengan pembuatan lubang resapan biopori .” - Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik- baiknya berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan yang optimal, yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara seimbang. Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang belum mendukung pelestarian tanah dan lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam banjir pada musim penghujan. Untuk menghindari hal tersebut di atas perlu dilakukan upaya pelestarian lahan kritis, dan pengembangan fungsi biopori terus ditingkatkan dan disempurnakan. Biopori pada lahan kritis dimaksudkan untuk memulihkan kesuburan tanah, melindungi tata air, dan kelestarian daya dukung lingkungan. Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah dan air perlu direncanakan dan dikelola secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan Lubang Resapan Biopori LRB. Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan keseimbangan pada lingkungan yang kurang daerah peresapannya. Dari aspek perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan biopori di lingkungan sekitar masyarakat. Di aspek inilah diharapkan akan dapat menjadi acuan pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan masyarakat. Biopori secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang kurang lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan biopori yang secara rutin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat bermanfaat. Pembuatan lubang biopori merupakan solusi teknologi ramah lingkungan untuk mengatasi ketersediaan air tanah dengan memanfaatkan sampah organik melalui lubang kecil dalam tanah. Air dan sampah adalah dua hal yang tidak akan lepas dari kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap manusia setiap hari menghasilkan sampah dari aktifitas hidupnya. Terkadang sampah menjadi sumber masalah pencemaran lingkungan, padahal sampah mempunyai potensi besar dalam menyelamatkan lingkungan, jika diperlakukan secara arif dan bijaksana. Sementara air, sangat penting bagi makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup akan mati. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan air dan sampah untuk melangsungkan kehidupan. Pembuatan biopori dapat dilakukan dimana saja, dengan ketersediaan tanah yang tidak terlalu luas. Teknologi yang dikembangkan oleh Kamir 2006 ini sangat cocok diterapkan di wilayah perkotaan kusus di desa Tihingan yang tanahnya penuh bangunan serta pembuangan sampah yang belum baik, sehingga penyerapan air menjadi minim. Dengan memanfaatkan lubang kecil dan sampah organik maka wilayah perkotaan yang terlihat kering dan gersang akan berubah menjadi wilayah yang ramah lingkungan. Disamping itu, sampah organik yang tersimpan di dalam lubang, dapat dijadikan sebagai sumber penghasil kompos yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman. Pemanfaatan sampah organic sebagai biopori di desa Tihingan dilakukan sebagai berikut: