BAB 1: PENDAHULUAN
Di dalam bab ini penulis menguraikan hal-hal yang menjadi latar belakang PKLM, tujuan, dan manfaat PKLM, ruang lingkup, metode PKLM, dan
sistematika penulisan laporan.
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Penulis menjelaskan gambaran umum objeklokasi PKLM, sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak.
BAB III: GAMBARAN DATA PRAKTIK
Pada bab ini penulis membahas mengenai ketentuan, tata cara atau prosedur Penagihan dan tata cara pelaksanaan di Kantor Pelayanan Pajak Binjai.
BAB IV: ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai Mekanisme Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Binjai.
BAB V: PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua hal kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam PKLM.
Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari objek pembahasan
yang terdapat dalam laporan pelaksanaan PKLM.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MANDIRI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Sebelum tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Binjai bernama Kantor Inspeksi pajak Medan. Sejak tanggal 1 juni 1976, Kantor Inspeksi Pajak dipecah pemerintah
menjadi dua bagian yaitu : 1.
Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berdomisili di jalan Sukamulia No.17-A Medan yang daerah kerjanya terdiri dari :
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Barat
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
e. Kecamatan Medan Belawan
f. Kecamatan Binjai g.
Kecamatan Medan Langkat 2.
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berdomisili di jalan Diponegoro No.30-A Medan yang daerah kerjanya terdiri dari :
a. Kecamatan Medan Deli
b. Kecamatan Medan Belawan
c. Kecamatan Deli Serdang
d. Kabupaten Karo
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang berdomisili di jalan Binjai Km 7 Kodam
1BB, dimana daerah kerjanya terdiri dari : a.
Kecamatan Medan Tuntungan b.
Kecamatan Medan Sunggal c.
Kotamadya Binjai d.
Kabupaten Langkat e.
Kabupaten Karo Kantor Pelayanan Pajak Binjai pindaj sejak tanggal 1 November 2004 dan
aktif tanggal 1 Desember 2004 yang berdomisili di JL. Jambi No.1 Rambung Barat. Sedangkan Kotamadya Tebing tinggi dan Kabupaten Deli Serdang menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Tebing Tinggi sesuai dengan surat keputusan Menteri Keuangan No.Kep.785KMK.011993 Tanggal 3 Agustus 1993, Kantor Pelayanan Pajak pada
jajaran Kanwil 1 SUMBAGUT terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi 4 empat Kantor Pelayanan Pajak yang baru dibentuk yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Sekarang Kantor Pelayanan Pajak Binjai terletak di Jalan Jambi No.1 Rambung Barat, Binjai 20722.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
B. Struktur Organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Binjai memakai Struktur Organisasi garis lini staff yang dipimpin oleh seorang kepala Kantor Pelayanan Pajak. Pegawainya merupakan
Pegawai Negeri Departemen Keuangan. Untuk lebih jelasnya, penulis menguraikan tugas-tugas dan fungsi yang terdapat pada struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak
Binjai, yaitu yang dikepalai oleh kepala Kantor Pelayanan Pajak yang terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang
Kepala Seksi.
C. Tugas Dan Fungsi Organisasi
1. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari beberapa bagian : a.
Urusan Tata Usaha dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha kepegawaian dan laporan.
b. Masalah kepegawaian merupakan salah satu hal sangat penting karena
menyangkut hak-hak dari pada setiap pegawai yang mempunyai tugas a
Mengurus masalah kenaikan pangkat seorang pegawai yang berprestasi baik.
b Mengurus gaji berkala setiap pegawai.
c Mengurus setiap penempatan yang pindah tempat atau mutasi
d Mengurus masalah cuti setiap pegawai sesuai dengan peraturan
yang ada.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
e Mengatasi hal-hal lainnya yang menyangkut hak dari pada seorang
pegawai c.
Urusan keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan d.
Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
2. Seksi Pengolahan Data
Seksi pengelolaan data dan informasi terdiri dari: a. Sub Seksi Data Masukan dan data keluaran mempunyai tugas
melakukan tata usaha data masukan dan data pengeluaran serta mengecek kelengkapan dan kelancaran format data masukan dan data
keluaran. b. Sub Seksi Pengolahan Data dan Menyajikan Informasi, mempunyai
tugas melakukan urusan pengolahan data penyajian informasi. c. Sub Seksi Pengolahan Potensi Pajak dan Ektensifikasi wajib pajak,
mempunyai tugas melakukan urusan penggalian potensi pajak dan mencari data untuk ekstensifikasi wajib pajak serta penyusunan
monografi pajak.
3. Seksi Tata Usaha Perpajakan
Seksi tata usaha perpajakan terdiri dari : a.
Sub Seksi Pendaftaran Wajib Pajak, mempunyai tugas melakukan urusan pendaftaran wajib pajak dan penyampaian SPT Tahunan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
b. Sub Seksi Pendaftaran Wajib Pajak, mempunyai tugas penerimaan
dan pengecekan Surat Pemberitahuan pajak. c.
Sub Seksi Ketetapan dan Kearsipan Wajib pajak, mempunyai tugas melakukan urusan penerbitan SKP dan kearsipan berkas wajib pajak.
Fungsi Tata Usaha Perpajakan: a
Pendafraran Wajib Pajak. b
Penatausahaan Penerimaan dan Pengecekan Surat Pemberian Tahunan.
c Pengurusan Arsip Berkas Wajib pajak.
d Penyiapan bagan penerbitan Surat Ketetapan pajak SKP.
4. Seksi PPh Orang Pribadi
Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi terdiri dari : a.
Sub Seksi Pengawasan Pembayaran Masa PPh orang Pribadi, mempunyai tugas melakukan penatausahaan dan pengcekan SPT serta
memantau dan menyusun laporan efektifitas masa PPh Orang Pribadi. b.
Sub Seksi Verifikasi PPh Orang Pribadi, mempunyai tugas melakukan urusan verifikasi atau SPT Masa dan Tahunan PPh Orang Pribadi
serta Wajib pajak yang tidak terdaftar dan yang tidak memasukan Surat Pemberitahuan Tahunan.
Fungsi Pajak Penghasilan Orang Pribadi terdiri dari : a
Pemantauan dan penatausahaan masa pembayaran PPh Orang Pribadi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
b Penerimaann Penatausahaan dan pengecekan SPT Masa PPh
OrangPribadi c
Penyusunan laporan efektivitas masa pembayaran PPh Orang Pribadi.
d Verifikasi atas SPT Masa Tahunan PPh Orang Pribadi, Wajib
Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukan SPT.
5. Seksi Pajak PenghasilanPPh Badan terdiri dari :
Seksi pajak penghasilan Badan terdiri dari: a.
Sub Seksi pengawasan masa pembayaran PPh, mempunyai tugas melakukan urusan pemantauan, penatausahaan masa pembayaran,
pengolahan, penyusunan laporan efektifitas masa pembarab urusan penerimaan, penatausahaan dan pengecekan SPT Masa PPh Badan.
b. Sub Seksi Verifikasi PPh Badan mempunyai tugas melakukan urusan
verifikasi atas SPT Masa dan Tahunan PPh Badan, Wajib Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukkan SPT
Fungsi Pajak Penghasilan Badan terdiri dari : a
Pemantauan dan Penatausahaan Pembayaran masa PPh Badan. b
Penerimaan, penatausahaan dan pengecekan SPT masa Badan. c
Pengolahan dan Penyusunan laporan efektifitas pembayaran Masa Badan
d Verifikasi atas SPT Masa dan Tahunan PPh Badan, wajib pajak yang
tidak terdaftar dan tidak memasukkan SPT
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
6. Seksi Pemotongan Dan Pemungutan PPh
Seksi Pemotongan Dan Pemungutan PPh, terdiri dari : a.
Sub Seksi Pengawasan Pembayaran Masa Potongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan, mempunyai tugas melakukan urusan pengusutan,
penatausahaan masa pembayaran, pengolahan penyusutan laporan efektivitas masa pembayaran, rekaan, sewa, bunga, deviden, dan
royalti. b.
Sub seksi Verifikasi potongan dan pemungutan Pajak Penghasilan, mempunyai tugas melakukan urusan Verifikasi
atas surat pemberitahuan SPT Masa PPh rekaan sewa, bunga, deviden, dan
royalti wajib Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukkan SPT. Fungsi Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan terdiri dari :
a Pemantauan dan Penatausahaan pembayaran pemotongan dan
pemungutan Pajak Penghasilan PPh b
Penerimaan, Penatausahaan, dan Pengecekan SPT Masa atas potongan dan pungutan PPh
c Pengolahan dan Penyusunan Laporan efektivitas masa pembayaran
atas Potongan dan pemungutan PPh Badan d
Verifikasi atas SPT Masa dan Tahunan atas Potongan dan
Pemungutan PPh, Wajib Pajak yang tidak terdaftar dan yang tidak memasukkan SPT
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak langsung Lainnya
Seksi PPn dan pajak langsung lainnya terdiri dari : a.
Sub Seksi PPN dan industri mempunyai tugas melakukan urusana penerimaan, penatausahaan dan melakukan SPT Masa, memantau dan
menatausahakan Masa Pembayaran, Pengolahan dan menyusun laporan pengembangan PKP dan keputusan SPT masa serta melakukan
konfirmasi faktur pajak pada sektor industri b.
Sub Seksi PPN jasa dan PTLL, mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan, penatausahaan, dan pengecekan SPT Masa, memantau
dan menatausahakan Masa pembayaran, pengolahan dan menyusun laporan perkembangan PKP serta kepatuhan SPT Masa dan melakukan
konfirmasi faktur pajak pada sektor PPN Jasa dan PTLL c.
Sub Seksi perdagangan, mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan, penatausahaan penerimaan masa, pengolahan dan
menyusun laporan perkembangan PKP pada sektor perdagangan. d.
Sub Seksi verifikasi PPN dan PTLL, mempunyai tugas melakukan urusan verifikasi atas SPT Masa PPN, PPnBM, PTLL, PKP yang tidak
terdaftar dan tidak memasukkan SPT.
8. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan terdiri dari : a.
Sub Seksi Tata Usaha Piutang Pajak mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha piutang dan tunggakan pajak.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
b. Sub Seksi Penagihan mempunyai tugas mempersiapakan Surat
Teguran dan melakukan Penagihan Paksa Fungsi Seksi Penagihan terdiri dari :
a Penatausahaan Piutang Pajak
b Penyiapan Surat teguran dan Pengurusan Penagihan Paksa
9. Seksi Penerimaan Keberatan
Seksi Penerimaan Keberatan terdiri dari : a.
Sub Seksi Tata Usaha Penerimaan Restitusi, mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha, Penyusunan Laporan Penerimaan
Pajak, Pembukuan Restitusi, membuat reguster pemindahbukuan, mengolah dan menatausahakan bermacam-macam penerimaan pajak
serta mempersiapakan Surat Keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan surat perintah membayar pajak.
b. Sub Seksi rekonsiliasi, mempunyai tugas melakukan urusan
rekonsiliasi penerimaan pajak, pengolahan dan penyaluran surat teguran pajak dan surat penghitungan pajak.
c. Sub seksi keberatan PPh, mempunyai tugas melakukan urusan
penyelesaian keberatan perselisihan pajak penghasilan d.
Sub Seksi PPN dan PTLL, mempunyai tugas melakukan urusan penyelesaian keberatan dan penyelesaian PPN, PPnBm, dan PTLL.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Fungsi penerimaan keberatan, terdiri dari : a
Rekonsiliasi dan Pengolahan Surat Setoran Pajak SSP b
Penatausahaan Penerimaan Pajak c
Pengurusan Restitusi d
Penyelesaian Keberatan Pajak e
Penyelesaian perselisihan Pajak
10. Kantor Penyuluhan Pajak KPP
Kantor Penyuluhan Pajak terdiri dari : a.
Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan urusan Tata Usaha kepegawaian, keuangan dan rumah tangga
b. Kelompok Tenaga Fungsional Penyuluhan Pajak, mempunyai tugas
melakukan penyuluhan serta konsultasi di bidang perpajakan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi Kantor Penyuluhan Pajak terdiri dari : a
Penyuluhan di bidang PPh, PPN, PPnBM, PTLL, serta PBB kepada masyarakat.
b Pelayanan konsultasi di bidang PPh, PPN, PPnBM, serta PBB kepada
masyarakat.
11. Kelompok Tenaga Fungsional Verifikasi Pajak
Tugasnya adalah melaksanakan verifikasi pajak sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Kelompok tenaga fungsional verifikator pajak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
terdiri dari sejumlah tenaga verifikator pajak dalam jabatan fungsional yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak DJP
12. Kelompok Tenaga Fungsional Pejabat Sita Pajak Negara
Tugasnya adalah melaksanakan penagihan pajak negara sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
D. SEKILAS MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak DJP telah meluncurkan
program perubahan change program atau reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut modernisasi. adapun jiwa dari program modernisasi ini
adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan
yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi
yang handal dan terkini. strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. jika program modernisasi
ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu
terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner. Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi adminsitrasi perpajakan
perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif. Perubahan- perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:
1. struktur organisasi
2. Business process dan teknologi informasi dan komunikasi
3. Manajemen sumber daya manusia
4. Pelaksanaan good governance
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
D.1 STRUKTUR ORGANISASI.
Untuk kegiatan law enforcement, dikembangkan program pemeriksaan berbasis analisis resiko risk analysis, sehingga sumber daya yang ada dapat secara
efektif melakukan pemeriksaan berdasarkan skala prioritas dengan membuat segmentasi resiko yang dihadapi. Untuk menerapkan keadilan bagi seluruh Wajib
Pajak dan besarnya potensi yang dapat digali, maka DJP meluncurkan program penggalian potensi Wajib Pajak non-filer, yaitu Wajib Pajak yang berhenti
mengirimkan SPT. Masih dalam dalam rangka law enforcement, DJP juga mengembangkan sistem yang dapat menghimpun berbagai data dari pihak ketiga
yang terkait dengan tugas DJP dalam menghimpun penerimaan negara, yang dinamakan Third Party Data Project. Di samping itu, guna menjadikan fungsi
penagihan lebih efektif dan efisien, saat ini juga Struktur Kantor Pusat DJP KP DJP ikut disesuaikan berdasarkan fungsi agar sesuai dengan unit vertikal di bawahnya. Ke
depannya KP DJP dirancang sebagai Pusat Analisis dan Perumusan Kebijakan Center of Policy Making and Analysis atau hanya menjalankan tugas dan pekerjaan
yang sifatnya non operasional. Untuk mengantisipasi perkembangan dunia bisnis yang begitu cepat, maka dibentuk direktorat transformasi yang bertugas untuk selalu
melakukan pemikiran dan perbaikan di bidang business process, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, serta penyempurnaan organisasi dan sumber
daya manusia. Untuk itu struktur KP DJP dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu direktorat yang menangani day-to-day operation 1 sekretariat + 9 direktorat, dan
direktorat yang menangani pengembangantransformasi 3 direktorat. Untuk
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
memperkuat beberapa fungsi yang dianggap penting, maka dibentuk beberapa direktorat baru untuk menangani intelijen dan penyidikan perpajakan, ekstensifikasi
perpajakan, dan hubungan masyarakat public relations, serta beberapa subdirektorat baru yang menangani penelitian perpajakan, kepatuhan internal, dan transfer pricing.
Mengingat besarnya skala perubahan yang akan dilakukan dalam program ini dan adanya keterbatasan resources yang dimiliki, termasuk di antaranya keuangan,
sumber daya manusia SDM, dan infrastuktur, maka implementasi program modernisasi pada kantor operasional pajak harus dilakukan secara bertahap. Sebagai
tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah Kanwil dan 2 KPP WP Besar pada bulan Juli 2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Pajak Badan terbesar di seluruh
Indonesia sebagai pilot project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada KPP WP Besar dianggap cukup berhasil, maka konsep yang kurang lebih sama
dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap, di mana sampai dengan akhir 2007, 22 Kanwil dan 202 KPP 3 KPP WP Besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP
Pratama telah berhasil dimodernisasi. Pada akhir 2006, struktur organisasi KP DJP disempurnakan bersamaan dengan penerapan sistem administrasi modern. Pada tahun
2008, seluruh kantor di luar Jawa dan Bali akan dimodernisasi dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh kantor pajak yang ada di daerah
tersebut.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
D.2 BUSINESS PROCESS
DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Kunci perbaikan birokrasi yang berbeli-belit adalah perbaikan business process, yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja. Untuk itu, perbaikan
business process merupakan pilar penting program modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal. Diharapkan dengan full automation, akan tercipta suatu business process yang efisien dan efektif karena
administrasi menjadi cepat, mudah, akurat, dan paperless, sehingga dapat meningkatkan pelayanan sehingga dapat mengurangi kontak langsung pegawai DJP
dengan Wajib Pajak untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya KKN. Di samping itu, fungsi pengawasan internal akan lebih efektif dengan adanya built-in control
system, karena siapapun dapat mengawasi bergulirnya proses administrasi melalui sistem yang ada.
Langkah awal perbaikan business process adalah penulisan dan dokumentasi Standard Operating Procedures SOP untuk setiap kegiatan di seluruh unit DJP.
Sampai dengan akhir tahun 2007, sekitar 1900 SOP di lingkungan DJP telah berhasil diidentifikasikan, ditulis, dan dijadikan acuan pelaksanaan tugas dan pekerjaan bagi
para pegawai. Selain penulisan SOP, perbaikan business process dilakukan antara lain dengan penerapan e-system dengan dibukanya fasilitas e-filing pengiriman SPT
secara online melalui internet, e-SPT penyerahan SPT dalam media digital, e- payment fasilitas pembayaran online untuk PBB, dan e-registration pendaftaran
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
NPWP secara online melalui internet. Semua fasilitas tersebut diciptakan guna memudahkan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk
sistem administrasi internal saat ini terus dilakukan pengembangan dan penyempurnaan Sistem Informasi DJP SIDJP. Salah satu fitur penting sistem
tersebut adalah case management dan workflow system yang digunakan untuk administrasi persuratan, proses pelayanan, serta pengadministrasian account Wajib
Pajak. Sistem informasi manajemen internal seperti Sistem Kepegawaian, Sistem Informasi Keuangan dan Akuntansi, Sistem Pelaporan, dan Key Performance
Indicator KPI juga terus dikembangkan. Untuk kegiatan law enforcement, dikembangkan program pemeriksaan
berbasis analisis resiko risk analysis, sehingga sumber daya yang ada dapat secara efektif melakukan pemeriksaan berdasarkan skala prioritas dengan membuat
segmentasi resiko yang dihadapi. Untuk menerapkan keadilan bagi seluruh Wajib Pajak dan besarnya potensi yang dapat digali, maka DJP meluncurkan program
penggalian potensi Wajib Pajak non-filer, yaitu Wajib Pajak yang berhenti mengirimkan SPT. Masih dalam dalam rangka law enforcement, DJP juga
mengembangkan sistem yang dapat menghimpun berbagai data dari pihak ketiga yang terkait dengan tugas DJP dalam menghimpun penerimaan negara, yang
dinamakan Third Party Data Project. Di samping itu, guna menjadikan fungsi penagihan lebih efektif dan efisien, saat ini juga tengah dikembangkan dan
dilaksanakan program Debt Management Project
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
D.3 MANAJEMEN
SUMBER DAYA
MANUSIA SDM
Departemen Keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program Reformasi Birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program reformasi ini adalah
perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini perlu dan mendesak untuk dilakukan, karena
disadari bahwa elemen yang terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusianya. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur
kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang capable dan berintegritas. Harus disadari bahwa yang perlu dan
harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya
akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas. Diharapkan ke depannya DJP dengan system administrasi perpajakan modern akan dapat didukung oleh sistem SDM yang
berbasis kompetensi dan kinerja. Sebelum melakukan langkah perbaikan di bidang SDM, DJP melakukan
pemetaan kompetensi Competency Mapping untuk seluruh 30.000 pegawai DJP guna mengetahui sebaran kuantitas dan kualitas kompetensi pegawai. Meskipun
program mapping ini masih terbatas mengidentifikasikan ‘soft’ competency saja, tetapi informasi yang didapat cukup membantu DJP dalam merumuskan kebijakan
kepegawaian yang lebih fair. Kemudian seluruh jabatan harus dievaluasi dan dianalisis untuk selanjutnya ditentukan job grade dari masing-masing jabatan
tersebut. Selanjutnya beban kerja dari masing-masing jabatan tersebutpun dianalisis
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang kemudian dikaitkan juga dengan pengembangan sistem pengukuran kinerja masing-masing pegawai. Sebagai catatan, pembuatan dan dokumentasi SOP untuk
seluruh proses pekerjaan dapat dimanfaatkan juga sebagai standar penilaian kinerja. Secara bersamaan dilakukan penilaian terhadap seluruh pegawai secara lebih
obyektif dan konsisten sekaligus standar kompetensi jabatannya melalui proyek assessment center. Selisih gap antara hasil penilaian pegawai dengan standar
kompetensi jabatan yang didudukinya dijadikan dasar perancangan program capacity building termasuk pendidikan dan pelatihan yang lebih fokus dan terarah.
Saat ini, DJP sedang mengembangkan berbagai program pelatihan melalui metode Adult Learning Principles.
Semua itu nantinya akan dimanfaatkan untuk membuat sistem jenjang karir, khususnya sistem mutasi dan promosi, serta sistem remunerasi yang lebih jelas, adil,
dan akuntabel. Dengan sistem dan manajemen SDM yang lebih baik dan terbuka akan dapat menghasilkan SDM yang juga lebih baik, khususnya dalam hal produktivitas
dan profesionalisme. Dapat dilihat bahwa perbaikan remunerasi hanyalah salah satu bagian akhir dari program reformasi birokrasi yang sebelumnya didahului dengan
perbaikan di berbagai bidang yang dapat meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas sistem manajemen sumber daya manusia.
D.4 PELAKSANAAN
GOOD GOVERNANCE
Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Suatu organisasi berikut
sistemnya akan berjalan dengan baik manakala terdapat rambu-rambu yang jelas
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
untuk memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya, serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi rambu-rambu tersebut. Dalam praktik berorganisasi, good
governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal internal control yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun
penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.
DJP dengan program modernisasinya senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut. Salah satunya adalah dengan cara
pembuatan dan penegakan Kode Etik Pegawai yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai DJP dalam pelaksanaan tugasnya,
termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pelanggaran Kode Etik Pegawai tersebut. Selain itu pemerintah telah menyediakan berbagai saluran pengaduan yang sifatnya
independen untuk menangani pelanggaran atau penyelewengan di bidang perpajakan, seperti Komisi Ombudsman Nasional. Dalam lingkup internal DJP sendiri, telah
dibentuk dua Subdirektorat yang khusus menangani pengawasan internal di bawah Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur, yaitu
Subdirektorat Kepatuhan Internal yang sifatnya lebih ke pencegahan preventif dan Subdirektorat Investigasi Internal yang sifatnya lebih ke pengusutan dan
penghukuman reaktif. Lebih jauh lagi, pembentukan complaint center di masing- masing Kanwil modern untuk menampung keluhan Wajib Pajak merupakan bukti
komitmen DJP untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajaknya sekaligus pengawasan bagi internal DJP.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya good governance tidak hanya terbatas pada masalah integritas, tetapi juga menyangkut efisiensi dan efektivitas, serta profesionalisme dan
akuntabilitas organisasi. Salah satu contoh konkritnya adalah penerapan manajemen organisasi modern melalui pembuatan dan penerapan siklus perencanaan,
implementasi, dan evaluasi, yang disertai alat ukur yang jelas untuk menilai keberhasilan program tersebut. Alat ukur tersebut dapat berupa Key Peformance
Indicators KPI untuk aktivitas rutin organisasi, atau Policy Measures untuk kebijakan baru. Dalam ilmu manajemen dikenal ungkapan “what gets measured, gets
managed”. Sejak tahun 2005, DJP telah mencoba menetapkan beberapa KPI untuk mengukur kinerja kantor operasionalnya selain variabel penerimaan perpajakan yang
biasa dipakai. Untuk tahun 2008, DJP telah menyusun strategic plan organisasi yang lebih komprehensif dengan memakai konsep balanced score card.
Sebagai bagian dari evaluasi kinerja, Kantor pajak modern selalu mengadakan survey kepuasan WP setiap tahunnya, dengan hasil yang sangat positif. Akan tetapi
sebagian masyarakat maupun stakeholders meragukan hasil survey internal dengan alasan bias, kurang obyektif, adanya unsur ketakutan responden, dsb. Untuk itu sejak
tahun 2005, DJP mencoba mengadakan survey yang lebih obyektif dengan menggunakan lembaga survey independen, yaitu AC Nielsen, dan tidak dibiayai oleh
DJP, melainkan disponsori oleh AusAID. Metode Survey Persepsi Kepuasan Wajib Pajak yang digunakan adalah pengisian kuesioner melalui 2 tahap, yaitu tahap
kualitatif dan kuantitatif, yang kemudian hasilnya dikonversikan menjadi suatu nilai yang disebut EQ Index. Survey telah dilakukan untuk WP di lingkungan Kanwil WP
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Besar, Kanwil DJP Jakarta Khusus yang mengadministrasikan perusahaan PMA, Perusahaan Go Public, Badan dan Orang Asing, serta BUMN ketika survey
dilakukan KPP BUMN masih berada di bawah Kanwil ini, KPP Madya di Batam dan Jakarta Pusat, serta KPP kanyor pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil
DJP Jakarta Pusat. Hasilnya selengakapnya dapat dilihat sebagai berikut:
2005 81
KPP Waj ib Paj ak Besar Kanw il DJP Waj ib Paj ak Besar
2007 74
KPP Pr at am a : 15 KPP Pr at am a
di Kanw il DJP Jak ar t a Pusat
2006 78
KPP Mady a : KPP Mady a Jak ar t a Pusat dan
KPP Mady a Bat am
Ta h u n EQ
I n de x Ka n t or
2005 81
KPP Waj ib Paj ak Besar Kanw il DJP Waj ib Paj ak Besar
2007 74
KPP Pr at am a : 15 KPP Pr at am a
di Kanw il DJP Jak ar t a Pusat
2006 78
KPP Mady a : KPP Mady a Jak ar t a Pusat dan
KPP Mady a Bat am
Ta h u n EQ
I n de x Ka n t or
Survey kepuasan untuk Kanwil Khusus telah dilakukan pada tahun 2006 oleh AC Nielsen memakai metode kualitatif dengan hasil yang juga sangat memuaskan
Contoh hasil survey atas Kepuasan Wajib Pajak KPP PW Besar tahun 2005
D.5 MANFAAT MODERNISASI BAGI WAJIB PAJAK
Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi Wajib Pajak sebagai berikut :
a. Pelayanan yang lebih baik, terpadu, dan personal, melalui:
b. Konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak PPh, PPN, PBB
BPHTB c.
Adanya tenaga Account Representative AR dengan tugas antara lain : - konsultasi untuk membantu segala permasalahan WP
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
- mengingatkan WP atas pemenuhan kewajiban perpajakannya - update atas peraturan perpajakan yang terbaru
SDM yang professional: - adanya fit and proper test dan competency mapping
- pelaksanaan kode etik yang tegas dan konsisten
- pemberian tunjangan khusus peningkatan remunerasi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN PENAGIHAN PAJAK
A. KETENTUAN UMUM
I. Dasar Hukum
Dasar hukum Penagihan Pajak antara lain adalah : a
Undang-undang Nomor.16 Tahun 2000 Pasal 18 menyatakan bahwa surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat
Ketetapan Pajak kurang bayar tambahan SKPKBT,Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keberatan, Keputusan banding yang menyebkan jumlah
pajak yang dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan. b
Undang-undang Republik Indonesia No.19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan surat paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor.19 tahun 2000. c
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak DJP No. Kep. 645PJ2002 tentang bentuk, jenis, kode kartu, formulir, surat-surat dan buku yang digunakan dalam
pelaksanaan penagihan dengan surat paksa.
II. Pengertian Pajak
Pengertian Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2008 adalah kontribusi wajib pajak negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk kepentingan negara bagi pembangunan negara.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli pajak diantaranya adalah : Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo;1995 Pajak adalah iuran
rakyat kepada negara yang diwajibkan membayar pajak berdasarkan Undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut P.J.A Adriani dalam Barata;1998 pajak adalah iuran kepada negara
yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Ray N. Sommer, Hersel M. Andersen dan Horace R. Brock dalam Barata;1998 pajak adalah pengalihan sumber-sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, yang wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dan tanpa mendapatkan imbalan yang langsung, sehingga pemerintah
dapat melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial. Menurut Edwin R.A. Seligman dalam buku Essay In Taxation yang
diterbitkan di amerika menyatakan : “Tax is compulsary contribution from the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of
all, without reference to Special benefit Conperred”. Dari defenisi di atas terlihat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang. Memang, bagaimanapun juga pihak itu
ditujukan manfaatnya kepada masyarakat. Menurut DR. Soeparaman Soemahamidjaja dari disertasinya yang berjudul
Pajak berdasarkan azas gotong royong menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib pajak berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-
norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari defenisi di atas tidak tampak istilah
“dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan kontra prestasi menekankan pada mewujudkan kontra prestasi
itu diperlukan pajak. Menurut Philip E. Taylor dalam buku The Economic of Public Finance
memberikan batasan pajak seperti di atas hanya menggantikan without reference dengan with little reference.
1. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut Mardiasmo 1995;2 menyimpulkan bahwa fungsi pajak adalah :
a Fungsi penerimaan Budgeter, yaitu pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. b
Fungsi mengatur Reguler, yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2. Jenis-jenis Pajak
Menurut Mardiasmo 1995;6 ada tiga macam pengelompokan pajak yaitu: a
Menurut golongannya : 1
Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan PPh 2
Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN b
Menurut Sifatnya : 1
Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan PPh 2
Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah PPnBM.
c Menurut Lembaga Pemungutnya :
1 Pajak Pusat negara, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN, dan PPnBM, PBB dan Bea Materai.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri dari :
a. Pajak daerah TK 1 propinsi
b. Pajak daerah TK 2 kotamadyakabupaten.
3. Pajak Penghasilan PPh
Menurut Udang-undang Nomor.17 Tahun 2000 Pasal 4 ayat 1 mengatakan bahwa Pengertian Penghasilan adalah : tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh dari wajib pajak yang berasal dari dalam maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan dengan nama
atau dalam bentuk apapun. Dari pengertian penghasilan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian pajak penghasilan adalah : iuran resmi yang dipungut dari masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan, atau atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan.
Yang menjadi subjek pajak adalah :
a. Orang pribadi
Warisan yang belum terbagi, satu kesatuan, menggantikan yang berhak. b.
Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan Komanditir, perseroan lainnya, badan usaha milik negara BUMN dan badan usaha milik daerah
BUMD dengan nama dan dalam bentuk apaun persekutuan, perkumpulan,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga, dana pensiun, dan bentuk usaha lainnya.
c. Bentuk usaha tetap BUT
Subjek pajak terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
Subjek pajak dalam negeri :
a Orang pribadi yang bertempat tinggal atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada dan mempunyai maksud untuk
bertempat tinggal di Indonesia b
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. c
Warisan yang belum terbagi
Subjek Pajak luar negeri :
a Badan Perwakilan
b Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat
bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia, serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. c
Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh menteri keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain yang
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
d Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh
menteri keuangan dengan syarat bukan Warga Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
Yang tidak termasuk objek pajak :
a Bantuan atau sumbangan
b Harta hibahan
c Warisan
d Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa dan lain-lain. e
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura atau kenikmatan dari pemerintah.
f Laba dari perseroan komanditir yang modalnya tidak terbagi atas saham.
g Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badabn sebagai pengganti
atau sebagai pengganti penyertaan modal. h
Iuran yang diterima dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.
i Penghasilan yang diperoleh dari perusahaan modal ventura berupa pembagian
laba dari badan pasangan usaha yang didrikan di Indonesia. j
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
5. Pengertian Penagihan Pajak
Menurut Rochmat Soemitro, dalam Hadi, 1988;67 diartikan bahwa penagihan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, karena
wajib pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak.
Menurut Moeljo Hadi, 1988;67 mengemukakan ada empat unsur penagihan : a
Serangkaian Tindakan Yaitu bahwa penagihan dilakukan tahap demi tahap dari diterbitkan surat
teguran, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan dan permohonan jadwal waktu, tempat, tanggal, bulan pelelangan pada kantor lelang negara.
b Aparatur Direktorat Jenderal Pajak
Yaitu juru sita pajak negara yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, telah mendapat pendidikan khusus, diangkat serta telah disumpah
lebih dahulu sebelum tugas. c
Wajib pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh. Yaitu utang pajak yang terdapat dalam surat teguran pajak STP, surat
ketetapan pajak SKP, surat ketetapan pajak tambahan SKPT. Surat Tagihan Pajak STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau
sangsi administrasi berupa bunga dan denda. SKP Surat ketetapan pajak Adalah surat ketetapan yang meliputi SKPKB
atau SKPKBTSKPKLNSKPN.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
d Menurut Undang-undang Perpajakan.
Yaitu tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan serta penagihan pajak negara dengan surat paksa.
Apabila perkataan pembayaranpenyetoran pajak dibandingkan dengan penagihan, maka perkataan pajak dimaksud bahwa aktifitas dan inisiatifnya
dari wajib pajak, sedangkan perkataan penagihan pajak inisiatifnya dan aktifitasnya datang dari pihak fiskus.
6. Utang Uajak.
Adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga denda atau kenaikan tang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
7. Penanggung Pajak
Adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas paembayaran pajak, termasuk wakil menjalankan hak dan memenuhi kewajiban pajak menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan.
III. Tujuan Penagihan
Adapaun tujuan penagihan pajak adalah sebagai berikut : a.
Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perajakan : a
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB b
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT c
Surat Tagihan Pajak SPT
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
d Memberikan kepercayaan terhadap wajib pajak akan melaksanakan hak
dan kewajiban Self Assessment
IV. Pelaksanaan Penagihan Pajak
Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1.
Penagihan pasif dilakukan melalui Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan pajak. Adalah
tindakan yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak KPP dengan cara dapat melakaukan pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa
dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak. 2. Penagihan Aktif
Adalah penagihan pajak yang dilakukan melalui Surat Paksa diatur dalam Undang-undang Nomor.19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-undang Nomor.19 Tahun 2000 pasal 7 ayat 1 adalah : surat paksa diterbitkan apabila :
a Penanggung pajak tidak melunasi hutang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya.
b Terhadap penanggung pajak telah di laksanakan penagihan seketika
dan sekaligus.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan sangsuran atau penundaan pembayaran pajak.
V. Dasar penagihan Pajak
Menurut Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2000 pasal 18 1 menyatakan bahwa surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan kurang
bayar tambahan, surat keputusan pembetulan, surat keberatan, keputusan banding yang menyebabkan jumlah yang harus dibayar bertambah, merupakan dasar
penagihan pajak. Setiap wajib pajak sebelum melakukan pembayaran, ia wajib mendaftarkan
dirinya kepada direktorat jenderal pajak dalam wilayah wajib pajak bertempat tinggal atau berkedudukan untuk mendapatkan Nomor pokok wajib pajak dari KPP. Tugas
administrasi perpajakan tidak lagi melakukan kegiatan pada tugas merampungkan atau menetepkan surat pemberitahuan pajak, guna menentukan jumlah yang terutang
dan jumlah ppajak yang seharusnya di bayar pada fiskus, namun tugasnya sekarang adalah melakukan pembinaan, penelitian, pengawasan dan penerapan sanksi
administrasi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI
1. SURAT TAGIHAN PAJAK STP Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 Pasal 14 I
Yaitu surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.Surat tagihan pajak dikeluarkan apabila :
a. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.
b. Dari hasil penelitian SPT Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung. c.
Wajib pajak dikenakan sanksi atau administrasi berupa denda atau bunga. d.
Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang pajak pertambahan nilai PPN tahun 1984 tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak PKP. e.
Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak atau PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak tetapi tidak membuat faktur pajak.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR SKPKB Undang-umdang Nomor.16 tahun 2000 Pasal 13 1
Yaitu surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajaknya
sanksi administrasi, jumlah yang masih harus di bayar. Direktorat jenderal pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB dalam hal sebagai
berikut : a.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaaan atau keterangan pajak yang terutang bayar.
b. Apabila surat pemberitahuan SPT tidak disampaikak dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan menurut undang-undang dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktu sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran. c.
Apabila berdasarakan hasil pemeriksaan mengenai pajak pertambahan nilai PPN dab pajak pertambahan nilai barang mewah PPnBM ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak, tidak seharusnya dikenakan tarif 0 .
3. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN Udang-undang Nomor.16 Tahun 2000 Pasal 15 1
Surat Paksa yaitu surat perintah dengan paksa kepada penanggung pajak untuk membayar pajak.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
A. Dari segi isinya
a Berkepala kata-kata “Atas nama keadilan” yang dengan undang-undang yang
bunyinya yaitu “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” b
Nama wajib pajak, keterangan cukup tentang alas an yang menjadi dasar penagihan, perintah membayar.
c Dikeluarkan atau ditanda tangani oleh pajak yang berwenang.
B. Dari segi karekteristik
a Mempunyai kekuatan hukum yang sama dan putusan hakim dalam perkara.
b Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
c Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak.
d Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan.
Apabila pajak yang masih harus dibayar, tidak dilunasi dalam jangka waktu 1x24 jam sesudah tanggal jatuh pemberitahuaan surat paksa maka Kantor Pelayanan
Pajak KPP segera menerbitkan surat sita, kendatipun wajib pajak belum juga melunasi hutang pajaknya, maka lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan surat
perintah melakukan penyitaan, kepala KPP mengajukan permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan ke kantor lelang negara setempat.
Sistem self assessment adalah salah satu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada
pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus. Sistem ini telah dilaksakan secara efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan perundangan-undangan
perpajakan pada tahun 1983, dengan memberi kepercayaan dan tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kepada wajib pajak untuk menghitung, memungut, membayar, dan melapotkan sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakn. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sebelum sistem ini, di indonesa
diberlakukan sistem Offical Assessment. Namun, sistem tersebut tidak efesien, dan menimbulkan kecenderungan masyarakat Wajib pajak kurang bertanggung jawab,
dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dengan menyadari kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh
sistem-sistem tersebut, malka kita sekarang menggunakan sistem Self Assessment. Hal penting yang mempengarui keberhasilan sistem Self Assessment adalah
tingkat kepatuhan wajib pajak. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak berdasarkan sistem self assessment adalah :
1. Adanya kepastian hukum
2. Perhitungan sederhana dan mudah dimengerti oleh wajib pajak
3. Lebih mencerminkan asas keadilan dan merata
4. Memperkecil kemungkinan Wajib Pajak tidak mampu membayar pajak akibat
penghitungan yang terlalu besar. Sesuai dengan sistem self assessment yang berlaku sekarang ini wajib pajak
diwajibkan untuk menghitung, melapor, serta membayar hutang pajaknya. Apabila terdapat kekeliruan atau kasalahan dalam melakukan penghitungan pajak atau wajib
pajak melanggar ketentuan undang-undang perpajakan yang menyebabkan jumlah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar, barulah Direktorat Jenderaj Pajak Dirjen Pajak menerbitkan surat Ketetapan pajak yang dapat berupa :
1. Surat Tagihan Pajak STP
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT
4. Surat Keputusan Pembetulan
5. Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding.
Kelima jenis yang dimaksud merupakan dasar tindakan atau sarana administrasi bagi direktorat jenderal pajak untuk melakukan penagihan pajak.
Tindakan Penagihan dilakukan apabila wajib pajak tidak atau kurang membayar pajaknya yang terutang, yang besarnya dalam pelaksanaannya akan diawali dengan:
a Surat Teguran
Apabila pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat teguran setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Surat teguran tidak dapat
diterbitkan apabila terhadap penanggung pajak telah disetujui untuk mengangsur ataupun menunda pembayaran pajaknya.
b Surat Paksa
Apabila jumlah hutang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat 21 hari sejak tanggal diterbitkannya surat
teguran, maka akan diterbitkan surat paksa.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c Surat Pelaksanaan Melakukan Penyitaan SPMP
Apabila jumlah hutang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak surat paksa diberitahukan, maka
segera akan diterbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. d
Kesempatan Terakhir Dalam hal ini wajib pajak diberikan kesempatan selama 10 hari setelah jatuh
tempo, untuk melunasi kewajiban-kewajibannya sebagai wajib pajak. e
Lelang Apabila hutang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak
dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, akan segera dilaksanakan pengumuman lelang, dan
segera dilakukan penjualan barang sitaan penanggung pajak melalui kantor lelang.
4. Penagihan Seketika dan Sekaligus.
Dalam arti pajak suatu peristiwa atau keadaan yang mendesak dan untuk menjaga kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan mengakibatkan pajak yang
terutang tidak dapat ditagih, maka fiskus diberi wewenang untuk melakukan penagihan seketika dan sekaligus.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini merupakan suatu penyimpangan dari ketentuan yang diatur dalam pasal 9 ayat 3 UU NO 16 Tahun 2000 yang berbunyi :
“STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.”
Namun Fiskus dapat menyimpang dari jangka waktu 1 bulan sebagaimana disebut, dengan alasan-alasan sebagaimana diatur dalam pasal 20 ayat 2 UU No.16
tahun 2000 yaitu : a
Penanggung pajak akan meninggalkan indonesia untuk selamanya- lamanya atau berniat untuk itu.
b Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan penatausahaan atau pekerjaan yang dilakukan di indonesa.
c Terdapat tanda- tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usahanya. d
Badan usaha akan dibubarkan oleh negara e
Terjadimya penyatuan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda- tanda kepemilikan.
Logika hukum dan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana terjantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT dan
Surat Pembetulan, Suart Keputusan Penbetulan, Putusan Banding yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah dimaksud ialah dalam rangka pengenaan dan pengawasan penerimaan negara di sektor perpajakan.
Apabila urusan-urusan yang ada pada pasal 20 ayat 2 Undang-undang Nomor.16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan KUP, maka Kepala
Kantor Pelayanan Pajak segera menerbitkan Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.
Prinsip-prinsip penagihannya menyimpang dalam arti bahwa pelaksanaaanya dikakukan tanpa menyimpulkan apakah STP, SKPKB, SKPKBT telah jatuh tempo
atau belum, bahkan dapat menyimoang dari jadwal waktu penagihan pajak.
5. Pengertian Juru Sita Pajak dan Tugasnya
1 Juru Sita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi
penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan pembayaran
2 Tugas-tugas juru sita pajak
Menurut pasal 5 ayat 1dan 2 UU No 19 Tahun 2000 juru sita pajak bertugas : a.
Peritahukan Surat Paksa b.
Melaksakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkMelaksanakan Surat Perintah penagihan seketika dan sekaligus
c. Memban surat perintah melaksanakan penyitaan.
d. Melaksnakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
6. Kendala-kendala yang dihadapi juru sita pajak :
a. Juru Sita tidak diperbolehkan masuk rumah
b. Juru sita tidak diperbolehkan menyita barang wajib pajak
c. Wajib pajak atau wakilnya tidak mau mendatangani beruta acara sita
d. Pembuktian barang-barang yang bukan milik wajib pajak.
7. Penyitaan terhadap barang-barang wajib pajak atau penanggung pajak.
Penyitaan adalah serangkaian indakan untuk mengambil atau menyimpan dibawah pengawasannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
bergerak untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Barang-barang wajib pajak yang boleh disita :
1 Barang gerak yang boleh disita antara lain :
a Semua barang yang ada di dalam rumah penanggung pajak
b Semua barang gerak yang ada di toko penanggung pajak
c Semua barang gerak yang ada di tempat usaha penanggung pajak
d Semua barang gerak yang ada di kantor penanggung pajak
2 Barang tak gerak yang boleh disita :
a Rumah tinggal, bangunan kontor, bangunan perusahaan, gudang, dan
sebagainya, baik yang disewakan maupun yang dikontrakkan kepada yang orang lain.
b Kebun, sawah, bungalow dan sebagainya yang tempati maupun yang
dikerjakan sendiri maupun yang dikerjakan orang lain.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Barang-barang wajib pajak yang tidak boleh disita dikecualikan 1
Barang-barang yang tidak boleh disita : a
Tempat tidur beserta perlengkapannya dari penanggung pajak b
Perlengkapan penanggung pajak dan yang bersifat dinas c
Alat-alat pertukangan yang termasuk usaha penanggung pajak d
Persediaan makanan dan minuman untuk satu bulan yang berada dirumah e
Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanangung pajak f
Ternak yang semata-mata dipergunakan untuk semata-mata untuk menjalankan perusahaan penanggung pajak
8. Penjualan Dengan Lelang
Pengertian Lelang Lelang adalah penjualan barang yang dilakukan dengan cara penawaran naik
atau turun dan tertulis melalui usaha mengumpulkan orang. Persiapan Melakukan Lelang
1 Permintaan Jadwal Waktu Tempat Pelelangan
Jika setelah 10 hari sejak tanggal Surat Perintah melakukan Penyitaan SPMP wajib pajak belum juga melunasi utang pajak maka Kantor Pelayanan Pajak
KPP mengajukan permintaan penetapan tanggal dan tempat pelelangan, kepada kantor lelang negara setempat.
2 Pengeluaran Surat Pemberitahuan akan dilakukan pelelangan.
Apabila waktu dan tempat pelelangan sudah ditentukan oleh juru sita pajak harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk pelelangan tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a Surat Teguran
b Surat Paksa
c Laporan Surat Paksa
d Surat Pemberitahuan akan dilakukan Penyitaan
e Surat Perintah Melakukan penyitaan
f Berita Acara Pelaksanaan Sita
g Pemberitahuan Penyetoran Barang Gerak atas nama wajib pajak
h Permintaan Jadwal waktu dan tempat Pelelangan
i Surat Pembeeritahuan akan dilakukan Pelelangan
j Bukti-bukti Pemilikan daru barang yang disita
k Daftar Perincian untang pajak terdiri dari : paokok pajak, bunga atau denda
dan biaya Penagihan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
JADWAL WAKTU PELAKSANAAN JADWAL WAKTU PELAKSANAAN
PENAGIHAN PAJAK
SKPKBSKPKBTSTPSK
Pembetulan SK Keputusan Banding Putusan Banding
SURAT TEGURAN
Waktu 7 hari setelah Jatuh Tempo
SURAT PAKSA
Waktu 21 hari sejak tanggal diterbitkannya
Surat Teguran
DIADAKAN PELAKSAAN
LELANG OLEH
Pejabat Lelang waktu 14 hari sejak Tanggal
Pengumuman Lelang
PENGUMUMAN LELANG
Waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan
Penyitaan
KESEMPATAN TERAKHIR
Waktu 10 hari sejak SPMB Diterima
SURAT PERINTAH
Pelaksanaan Waktu 2 x 24 jam
sejak surat paksa diberitahukan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
9. Pelaksanaan Penagihan Pajak dilakukan sebagai berikut :
a. KP. RIKPA 4.7 dikeluarkan apabila dipenuhi salah satu urusan sebaimana
tercantum dalam pasal 20 undang-undang nomor 16 tahun 2000. b.
KP. RIKPA 4.7 dikeluarkan tanpa memperhatikan apakah STP SKPKB SKPKBT SK. Pembetulan SK. Keberatan Putusan banding wajib pajak telah
lewat jatuh tempo atau belum. c.
KP. RIKPA 4.7 dapat dikeluarakan tanpa memperhatikan apakah telah diberikan Surat Teguran KP. RIKPA 4.6 atau belum.
d. Perkataan “Seketika dan Sekaligus” Mengandung pengertian bahwa seluruh utang
pajak harus dilunasi atau sekaligus dalam waktu yang bersama sebagaimana yang ditentukan dalam KP. RIKPA 4.7.
e. Istilah Seketika dan Sekaligus dan diartikan bahwa penagihan itu harus dilakukan
dalam waktu 2 x 24 jam sejak disampaikan pada waktu pajak dilunasi. f.
Sejalan dengan itu, apabila wajib pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejakl KP. RIKPA 4.7 disampikan pada wajib pajak, belum juga melunasi utang pajaknya,
maka segera akan dilakukan tindakan penagihan dengan surat paksa. g.
Dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah disampaikan surat paksa utang pajak belum juga dilunasi oleh wajib pajak, maka Seketika itu juga Kontor Pelayanan
Pajak menyelesikan SPMP surat pelaksanaan melakukan penyitaan dan apabila jangka waktu 2 x 24 jm telah melaksakan penyitaan dengan disaksikan 2 orang
saksi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
h. Berita Acara pelaksanaan Sita segera dibuat, ditandatangani oleh juru sita pajak
dan para saksi ikut menandatangani serta wajib pajak. i.
Apabila dalam waktu 2 x 24 jam sesudah dibuat berita acara pelaksanaan sita, utang pajak belum juga dilunasi, maka kepala kantor pelayanan pajak segara
mengajukan permintaan jadwal waktu dan tempat Pelelangan kepada kepala kantor lelang negara setempat, dengan permintaan khusus agar terhadap kasus ini
diberikan prioritas utama berkaitan dengan keadaan yang mendesak. j.
Setelah dokumen-dokumen yang diperlukan lengkap diserahkan kepada kantor lelang negara, maka kepala KPP diberitahukan pelaksanaan lelang.
k. Sebelum dilakukan pelaksanaan lelang, terlebih dahulu dilakukan pengumuman
lelang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
10. Kendala dalam Penagihan Pajak
Tunggakan pajak semakin hari semkin membesar seiring lajunya tingkat pemeriksaan sedangkan tingkat pencairan masih rendah. Akumulasi tunggakan sejak
tahun 1983 dan sebelumnya sampai akhir tahun 2007 diperkirakan mencapai angka 12 triliyun lebih. Pengurangan tunggakan pajak dapat terjadi karena adanya beberapa
1. SK Pembetulan SK Keberatan Putusan Banding.
2. Pembayaran utang pajak.
3. Penghapusan Piutang Pajak.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Terhadap penghapusan piutang pajak, disebabkan wajib pajak meninggal dunia, tidak meninggalkan harta warisan, wajib pajak tidak dapat ditemukan lagi,
wajib pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi serta dalawuarsa penagihan, ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi serta melalui hasil penelitian setempat
dan penelitian administrasi tentang dalawuarsa penagihan. Tindakan penagihan selalu tidak dapat dilakukan secara tuntas dan konsisten
dan sering berhenti pada tinggkat Surat Paksa saja. Adapun kendala-kendala yang dihadapi bersifat klasik baik berupa bersifat eksternal yang datang dari luar juru sita
maupun bersifat internal yang berrsifat dari diri Juru sita. 1. Kendala Eksternal
a. Masalah kesadaran wajib pajak untuk membayar utang pajak masih rendah. Tingkat Kesadaran wajib pajak untuk membayar utang pajak masih rendah,
Walaupun sistem perpajakan kita telah menganut sistem “self assessment” namun tingkat kesadaran wajib pajak untuk melaksanakannya dengan baik dan benar serta
membayar utang pajak tepat waktu masih rendah sekali. Hal ini dapat kita lihat apabila dilakukan pemeriksaan, penelitian maupun pengawasan terhadap pembayaran
masa atau anggsuran bulanan sering ditemukan hal-hal yang tidak benar, seperti tidak menyetor sebaigaimana mestinya, menunda pembayaran, memperkescil perhitungan
dengan mengurangi omzet, sehingga deterbitkan Surat Ketetapan Pajak SKP. Terhadap utang pajak tersebut wajib pajak masih juga menunda pembayaran, dengan
berbagai alasan seperti sedang mengajukan atau putusan banding belum diterima, walaupun pada saat pemeriksaan telah dilakukan dan wajib pajak menyatakan setuju
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
terhadap hasil pemeriksaan tersebut, namun pada saat pembayaran wajib pajak menghindar dan mencari dalih.
b. Alamat Wajib Pajak penanggung pajak tidak dikenal wajib pajak pindah berdomisili tidak memberitahukan.
Masalah ini merupakan penyebab yang paling menonjol sehingga tidak dapat dilakukannya pencairan tunggakan. Hal ini sering terjadi disebabkan :
1 Pada saat penetapan dilakukan oleh seksi terkait dari hasil pemeriksaan sederhana
kantor atau dari buku pengawasan pembayaran masa, ternyata datanya tidak up tu date. Pada saat Surat Ketetapan Pajak SKP dikeluarkan wajib pajak sudah
tidak ada lagi pindah domisili tidak dikenal sudah tidak efektif lagi. 2
Setelah SKP dikeluarkan sebagai hasil pemeriksaan, sedangkan penagihan belum dilakukan atau sering berlarut-larut, sehingga wajib pajak sudah pindah alamat
atau domosili, tanpa memberitahu. Petugas tidak bisa memantau wajib pajak karena memang tidak pumya organ seperti kaki, kuping, mata, layaknya seperti
petugas luar. Mungkin saatnya mulai perlu memikirkan petugas intelijen atau seksi intelijen sebagai Sub Direktorat Penyelidikan, seperti yang dimiliki oleh
ABRI maupun aparat kejaksaan. Hal ini sekaligus untuk mengantisifasi memasuki era perdagangan bebas, dimana semua akan lebih canggih termasuk
kejahatan dibidang ekonomi dan perpajakan. 3
Kesulitan mengidentifikasi objek pajak Untuk melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa sampai tindakan
sita dan lelang, selalu terbentur pada objek sita, harta kekayaan wajib pajak sudah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tidak ditemukan lagi atau sudah dipindahtangankan. Berkenaan dengan hal tersebut untuk memudahkan penagihan pajak dengan Surat Paksa diharapkan kepada tim
pemeriksa untuk melengkapi Lembar Hasil Pemeriksaan LHP dengan kekayaan wajib pajak dengan lengkap dan rinci, kondisi harta tersebut serta dimana
keberadaannya sesuai SE.07PJ.75.1994, tanggal 11 Mei 1994. 4
Penetapan Pajak tidak tepat waktu. Hal ini sering terjadi dimana pemeriksaan terhadap wajib pajak untuk masa
pajak 4 atau 5 tahun kebelakang saat wajib pajak masih maju tapi pada saat Surat Ketetapan Pajak SKP diterbitkan sudah tidak bisa dicairkan, karena kemampuan
wajib pajak umtuk membayar sudah tidak ada, disebabkan : a.
Usaha wajib pajak telah mengaalmi kemunduran dibandingkan dengan kondisi atau 5 tahun yang lalu.
b. Wajib Pajak tutup usaha atau pailit.
c. Wajip Pajak Orang Pribadi telah meninggal dunia.
Penulis teringat saat pertama kali belajar pajak dengan filosofi dasar perpajakan yang masih relevan untuk dianut yaitu : TRI DARMA PERPAJAKAN
1 Mencukupi semua Subjek Pajak secara merata dan adil
2 Pengenaan semua objek pajak yang seharusnya
3 Pembayaran dan penagihan dilakukan tepat pada waktunya.
5 Adanya interfensi dari pahak ketiga.
Hal inipun bukan tidak sering terjadi justru terhadap wajib pajak penunggak besar yang disita dan pada saat akan dilakukan dilelang muncul pihak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
ketiga yang terpengaruh umtuk meminta menunda waktu pelaksanaan lelang dan sebaigainya. Sehingga dalam pelaksanaan sangat signifikan bahwa juru sita pajak
perlu mendapat dukungan dari atasan. 2. Kendala Internal
a. Kesiapan Jurusita pajak
Keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia sehingga mempengarui kuantitas maupun kualitas yang ada. Jumlah petugas Jurusita pajak masih belum
mencukupi dibandingkan volume kerja dan jumlah wajib pajak, kinerja Jurusita pajak masih bisa dioptimalkan mungkin waktunya untuk memikirkan kembali agar Jurusita
Pajak menjadi jabatan fungsional sehingga lebih tangguh, trampil dan profesional sehingga Jurusita Pajak tidak memikirkan lagi kapan mutasi atau kapan
dipromosikan. b.
Mobilitas sarana yang masih kurang mendukung Keterbatasan sarana penunjang dalam melaksanakan tugas penagihan di
lapangan karena keterbatasan dana perlengkapan yang tersedia. Hal tersebut memang dirasakan perlu untuk dilengkapi dengan mobil dinas Jurusita Pajak, pakaian
seragam Jurusita Pajak, tujuannya ntuk mendorong semangat, disiplin yang kuat dan tanggung-jawab yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
11. Peranan Penagihan Yang Dilakukan Oleh Kantor Pelayanan Pajak Binjai Terhadap peningkatan Penerimaan Negara.
Perkembangan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang semakin besar. Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini masih belu
dapat diimbangi dengan kegiatan pencairannya, namun demikian secara umum penerimaan pajak semakin meningkat. Oleh karena itu terhadap penunggak pajak
perlu dilaksanakan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.
Di era reformasi yang sedang didengungkan sekarang ini dan dengan pembaharuan disektor hukum, hal ini merupakan momentum yang sangat baik umtuk
segera melaksanakan tindakan penagihan pajak sebaik-baiknya, dengan tetap memperhatikan kualitas penagihan yang sesui dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta dilandasi dengan integritas yang tinggi. Dengan demikian aplikasi Undang-undang Penagihan pajak dengan Surat Paksa
diharapkan menjadi semakin luas dalam rangka menunjang pengumpulan dana pembangunan.
Masyarakat harus menyadari, fasilitas yang dinikmati selama ini berasal dari Wajib Pajak yang selalu membayar pajak sesuai dengan keuntungan yang
diterimanya. Sudah masyarakat sudah memahaminya, maka akan tumbuh kesadaran umtuk
menyampaikan laporan pajak tepat pada waktunya. Pajak yang dibayar itu pada
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
akhirnya juga untuk kepentingan bersama, misalnnya untuk pembangunan, perbaikan jalan, dan sebagainya.
Penerimaan yang diandalkan untuk membantu mengamankan rencana penerimaan yaitu dari PPh Orang Pribadi, dan pencairan tunggakan pajak. Bukan
berarti penerimaan dari sektor PPN tidak membantu. Sebenarnya penerimaan PPN cukup baik, hanya restitusinya besar sekali. Restitusi PPN yang cukup besar berasal
anak perusahaan Pertamina sekitar Rp 100 miliar. Bahkan restitusi secara keseluruhan mencapai sekitar Rp 770 miliar, termasuk dari PPh.
Kegiatan penagihan yang telah dilaksanakan cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari gencarnya pelaksanaan lelang yang telah dilakukan.
Jadi pencairan tunggakan pajak merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksaan tugas dari aparat pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan neagra.
Kalau dari hasil pelaksanaan pemeriksaan lengkap maupun sederhana tidak bisa dicairkan, maka sia-sia usaha tersebut.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN