Makna Filosofis Cerita Landasan Teoretis

commit to user 46 yang lain. Dengan berhubungan dengan orang lain maka akan dapat saling melengkapi.

3. Makna Filosofis Cerita

Membicarakan tentang cerita wayang hampir selalu dikaitkan dengan kata-kata filsafat, makna filosofi, mistik dan lain sebagainya. Apabila masing- masing hal tersebut tidak kita pahami maka akan menimbulkan penafsiran yang berbeda. Menurut Sri Mulyono 1979: 16-18 kata Filsafat berasal dari kata Philosophia kebijaksanaan Philosophos . Kedua kata itu sudah lama sekali dipakai orang. Dari sejarah telah terungkap bahwa kata-kata itu sudah dipakai oleh filsuf Sokrates dan Plato pada abad ke V sebelum Masehi. Seorang filsuf berarti pecinta kebijaksanaan. Apabila orang telah mencapai kebijaksanaa, Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam secara ilmiah dan bertanggung jawab. Gagasan itu tidak boleh dibalik, sebab tidak setiap berpikir adalah berfilsafat. Syarat-syarat untuk dapat dikategorikan cara berpikir ilmiah itu apabila: 1 Orang berpikir secara radikal yaitu bermaksud mencari dan mengetahui sampai ke akar-akarnya yang paling dalam. Seorang filsuf tidak akan puas dengan hal-hal yang kelihatan. Maka filsafat wayang juga berarti mencari commit to user 47 pengetahuan perihal wayang sampai ke akar-akarnya yang paling dalam. Kulitnya harus kita kupas dan bayangannya harus disingkirkan. 2 Orang berpikir dengan tujuan, sehingga ada sasaran atau objeknya. 3 Orang berpikir secara kritis, ia akan meneliti causalitasnya kaitan sebab- musababnya secara mendalam dan terus menerus. 4 Orang berpikir dengan landasan dasar yang kuat, meskipun konsep itu tidak bisa dibuktikan secara matematis, tetapi harus dapat ditunjukkan atau diungkapkan dengan argumentasi. Tegasnya harus ada landasan, metode dan caranya. 5 Orang berpikir secara sistematis, tertib dan urut, jalan pikirannya tidak boleh meloncat-loncat dan tidak boleh gegabah. Perbuatan gegabah tergesa-gesa adalah tidak ilmiah. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencari kebenaran diperlukan kedalaman dalam berpikir. Berpikir secara mendalam untuk mencari kebenaran adalah dengan berfilsafat. Demikian juga halnya untuk membahas atau mengupas suatu makna secara mendalam diperlukan juga berpikir secara filsafat.

4. Relevansi Cerita