commit to user Healy dan Wahlen 1999 dalam Gumanti 2000menyatakan bahwa
manajemen laba terjadi ketika eksekutif suatu badan usaha menggunakan kebijakan dalam menyusun laporan keuangan dan membentuk transaksi untuk
mengubah laporan keuangan. Tujuannya adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil
perjanjian yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
a. Motivasi Manajemen Laba
Watts dan Zimmerman 1990 mengajukan tiga hipotesis sehubungan dengan Teori Akuntansi Positif, yang didasarkan atas pemikiran bahwa
manajer akan memilih standar akuntansi yang paling menguntungkan diri mereka sendiri. Ketiga hipotesis tersebut adalah
Bonus Plan Hypothesis, Debt Covenant Hypothesis
dan
Political Cost Hypothesis. 1
Bonus Plan Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer yang memiliki perjanjian bonus dengan pemilik perusahaan lebih menyukai metode akuntansi yang
meningkatkan pendapatan tahun berjalan.. Jika besar bonus yang akan didapat manajer didasarkan pada besarnya laba yang dihasilkan, manajer
diprediksi akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga meningkat pula bonus yang diperoleh.
Apabila perjanjian bonus bagi manajer memiliki batas atas untuk jumlah yang dapat diterima, maka laba suatu periode yang lebih tinggi dari
batas atas target laba untuk mendapatkan bonus akan memberi inisiatif bagi manajer untuk mengurangi laba yang dilaporkan dalam periode
commit to user tersebut dan mentransfer laba pada periode berikutnya. Kelebihan laba
sesungguhnya dengan laba yang dilaporkan akan disajikan pada tahun berikutnya. Upaya ini membuat manajer cenderung akan selalu
memperoleh bonus di setiap periode.
2 Debt Covenant Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan dengan
debt covenant
yang didasarkan atas angka-angka laporan keuangan akan menghindari kondisi gagal bayar
default
dengan cara menggeser laba di masa mendatang untuk dilaporkan sebagai laba tahun berjalan.
Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka
perusahaan akan mempunyai
leverage ratio
yang kecil, sehingga menurunkan kemungkinan
default technic
gagal bayar
.
Seperti diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi
atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham dan sebagainya selama masa perjanjian, jika perjanjian
tersebut dilanggar, perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam pinjaman tambahan.
Perjanjian hutang memiliki syarat yang harus dipenuhi yang mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi
seperti
debt to equity ratio
, rasio modal kerja minimum, serta batasan- batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan.
Jika dilanggar akan dikenakan sanksi pembatasan atas pembayaran
commit to user deviden atau pembatasan penambahan hutang. Laba yang tinggi
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian hutang. Manajer diprediksi akan cenderung untuk memilih
kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba.
3 Political Cost Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan yang berhadapan dengan biaya politis cenderung untuk menurunkan laba dengan tujuan
untuk meminimalkan biaya politik yang harus mereka tanggung Scott, 2003. Biaya politik menyangkut semua biaya transfer kekayaan yang
harus ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan politis seperti
anti trust
, subsidi pemerintah, pajak dan tarif, persaingan dengan perusahaan asing, serta regulasi-regulasi lain Watts dan Zimmerman, 1978.
Manajemen laba bisa digunakan untuk mengatasi persaingan dengan perusahaan asing. Untuk memperoleh proteksi tersebut, perusahaan akan
memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan laba sehingga laba mereka tampak turun sebagai akibat persaingan dengan perusahaan asing tersebut.
Teori motivasi manajemen laba yang lain adalah teori yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen 1999 dalam Gumanti 2000. Teori
tersebut disebutkan tiga motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba, yaitu:
1
Capital Market Motivations
Investor menggunakan informasi keuangan sebagai dasar dalam menilai saham, hal inilah yang mendorong manajer untuk memanipulasi
commit to user laba agar dapat mempengaruhi kinerja harga saham perusahaan dalam
jangka pendek. Ada beberapa alasan khusus yang mendasari motivasi ini, yaitu:
a
Management Buyouts
Informasi laba sangat penting untuk penilaian dalam management buyouts. Manajer memilih untuk menurunkan labadengan tujuan agar
harga saham turun sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli saham oleh manajemen dapat ditekan sedikit mungkin
b Penawaran Saham
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gumanti 2001, manajer melakukan manajemen laba pada saat IPO yaitu terjadi 2 tahun
sebelum
go public.
c Ramalan Laba Manajemen dan Analis Keuangan
financial analyst expectation and management earnings forecast
Manajemen laba dilakukan manajer untuk memenuhi target dari ramalan laba yang dilakukan oleh analis keuangan. Healy dan Wahlen
1999 dalam Gumanti 2000 menemukan bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk mencegah menurunnya nilai pasar atas saham
mereka karena laba yang dilaporkan lebih rendah dari harapan para analis keuangan.
2
Contracting Management
Kontrak pada dasarnya menggunakan data keuangan sebagai persyaratan dalam kontrak tersebut. Manajemen laba digunakan untuk
commit to user menghindari sanksi kontrak akibat data keuangan yang tak sesuai dengan
persyaratan. Ada 2 macam kontrak, yaitu: a
Kontrak Pinjaman
lending contract
Kontrak ini dibuat untuk membatasi tindakan manajemen yang akan menguntungkan pemegang saham perusahaan namun kontrak ini
merugikan para kreditur. Apabila kontrak dilanggar, perusahaan akan dikenakan sanksi, seperti pembatasan atas pembayaran deviden dan
penangguhan atau pembatasan penambahan hutang. Kondisi keuangan perusahaan yang hampir melanggar kontrak dapat memotivasi manajer
untuk melakukan manajemen laba. Yaitu menaikkan laba satu tahun sebelum pelanggaran kontrak pinjaman Healy dan Wahlen, 1999
dalam Gumanti 2000. b
Kontrak Kompensasi
Manajemen
Management Compesation
Contracts
Kompensasi yang dijanjikan atas laba yang dihasilkan perusahaan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.
Manajer menaikkan laba yang dilaporkan untuk memenuhi target laba dalam kontrak bonus mereka. Manajer akan memilih prosedur yang
akan menaikkan laba sehingga meningkatkan bonus mereka. Menurut Scott 2003:380, pada saat CEO
Chief Executive Officer
akan dipensiun juga terjadi manajemen laba untuk memaksimalkan bonus
yang akan diterima dan untuk menunda masa pensiun atau pemecatan atas dirinya.
commit to user
3 Regulatory Motivations
Ada dua bentuk peraturan yang memotivasi manajer untuk melakukan manajeman laba menurut Healy dan Wahlen 1999 dalam Gumanti
2000, yaitu:
a Industry Specific Regulations
Di Amerika Serikat, setiap industri memiliki aturan yang berbeda. Industri perbankan harus memelihara rasio kecukupan modal
yang dinyatakan dalam angka-angka akuntansi. Sedang dalam industri asuransi, insurer harus memenuhi batas minimum kesejahteraan
financial
financial health
. Peraturan-peraturan inilah yang akan mendorong manajer untuk melakukan manajeman laba agar dapat
memenuhi peraturan yang ditetapkan. Beberapa studi menemukan bahwa bank yang mendekati batas modal minimum menurunkan
penghapusan kerugian piutang dan mengakui keuntungan yang tidak normal dari portofolio sekuritasnya.
b Anti Trust and Other Regulations
Manajemen laba dilakukan manajer berkaitan dengan investigasi anti trust, subsidi pemerintah, persaingan dengan perusahaan asing,
serta regulasi lain. Cahan 1992 dalam Gumanti 2000 meneliti perusahaan terkait dengan UU
anti trust
yang melarang untuk melakukan monopoli dengan indikasi laba yang dilaporkan adalah
tinggi. Manajemen yang akan diinvestigasi akan menurunkan labanya
commit to user untuk meminimalkan resiko tuduhan bahwa perusahaan melakukan
monopoli.
b. Tujuan Manajemen Laba