semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Mulyana, 2004 : 175.
Persepsi manusia terbagi menjadi dua yaitu persepsi terhadap objek lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia atau yang sering disebut
persepsi sosial. Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Mulyana, 2004 : 175. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka
mengandung resiko. R.D Laing dalam buku Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar menyebutkan bahwa ”manusia selalu
memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang lain pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai orang
lain itu, dan seterusnya.” 2004 : 176.
2.1.2 Prasangka Sosial
Prasangka Sosial merupakan sikap-perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, kelompok atau
yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang negatif terhadap golongan lain
dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain. Prasangka sosial pada mulanya merupakan sikap-sikap dan perasaan
negatif, namun lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan yang
diprasangkai, tanpa alasan-alasan yang objektif pada pribadi orang yang dikenakan tindakan-tindakan diskriminatif.
Tindakan-tindaan diskriminatif ini diartikan sebagai tindakan- tindakan yang bercorak menghambat-hambat, merugikan perkembangan
seseorang bahkan mengancam kehidupan pribadi orang-orang yang kebetulan termasuk dalam golongan yang diprasangkai tersebut.
Gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang bercorak tindakan- tindakan diskriminatif terhadap segolongan manusia, tanpa terdapat alasan-
alasan yang obyektif dan membenarkan tindakan diskriminatif menunjukkan dengan jelas bahwa ada prasangka sosial.
Terjadinya prasangka sosial semacam ini dapat juga disebut pertumbuhan prasangka sosial dengan tidak sadar dan yang berdasarkan
kepada kekurangan pengetahuan dan pengertian akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya dari golongan-golongan orang yang dikenakan stereotipe-
stereotipe tersebut. Faktor lain yang lebih sadar dan dapat mempertahankan serta memupuk prasangka sosial dengan gigih adalah faktor kepentingan
perseorangan atau golongan tertentu. Gerungan, 1983 : 175. Berikut ini beberapa pengertian prasangka yang dituliskan oleh
beberapa pakar komunikasi untuk memperjelas pengertian prasangka : 1.
Gordon Allport ”Prasangka adalah antipati berdasarkan generalisasi yang salah
atau generelisasi yang tidak luwes” 2.
Jones
”Prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada cara generalisasi yang salah dan tidak fleksibel”
3. Johnson
”Prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotipe kita tentang anggota dari kelompok tertentu”
Dari beberapa pengertian diatas, kita dapat mengatakan bahwa prasangka mengandung sikap, pikiran, keyakinan, kepercayaan, dan bukan
tindakan. Jadi, prasangka tetap ada dipikiran, sedangkan diskriminasi mengarah ke tindakan sistematis. Liliweri, 2005 : 201-202
Prasangka sosial erat kaitannya dengan stereotipe. Stereotipe sudah terbentuk pada orang yang berprasangka, sebelumnya orang tersebut
mempunyai kesempatan bergaul sewajarnya dengan orang lain yang dikenakan prasangka itu. Dan biasanya, stereotipe terbentuk berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subyektif. Gerungan, 1983 : 168-169.
Beberapa pakar cenderung menganggap stereotipe itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin mengatakan bahwa
stereotipe merupakan komponen kognitif kepercayaan dari prasangka. Sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini
konsekuensi dari stereotipe, dan lebih teramati daripada stereotipe. Lan Robertson juga mengatakan ”Pikiran berprasangka selalu menggunakan citra
mental yang kaku yang meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian disebut stereotipe.” Mulyana, 2004 : 224.
Secara umum, kita dapat melihat bahwa prasangka mengandungtiga tipe : afektif berkaitan dengan perasaan yang negatif, kognitif selalu
berpikir tentang sebuah stereotipe, dan behavioral tindakan dalam bentuk diskriminasi. Secara umum dapat pula disimpulkan bahwa prasangka antar
ras atau antar etnik merupakan sikap negatif yang diarahkan kapada kelompok antar ras atau antar etnik tertentu dan difokuskan pada ciri-ciri
negatif. Liliweri, 2005 : 203
2.1.3 Stereotipe