Peranan Media Massa Landasan Teori

terhadap berbagai kenyataan objektif, pendapat mengenai siapa yang bersalah dalam sebuah kegagalan, atau dendam yang diawali oleh adanya pengkhianatan. Kita juga tidak akan b erbicara terlalu b anyak mengenai konflik dalam bentuk kekerasan fisik, pemberontakan bersenjata, atau perang. Jelas, setiap topik dapat dianggap penting dan masing-masing pantas diberi perhatian, tetapi kami tidak dapat membahas semuanya. Sebagai gantinya, kami ingin meneliti secara seksama sisi psikologis dari perbedaan kepentingan yang terjadi dan memberikan tekanan pada konflik sebagaimana hal ini terjadi saat ini beserta implikasi yang mungkin menyertai di masa mendatang. Apa yang akan menjadi disposisi pada kasus Sinai? Berapa lama waktu yang diperlukan oleh Bagian Produksi untuk memenuhi pesanan? Siapa yang pada akhirnya akan mendapatkan sepeda, dan mengapa? Tanpa mengabaikan masa lalu Frustasi di masa lalu dapat membuang orang begitu peduli tentang preseden yang mungkin terjadi di masa mendatang, sehingga mengembangkan permusuhan yang mendorong digunakannya taktik contentious yang berlebihan, pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang ingin kami jawab.

2.1.8 Peranan Media Massa

Media massa merupakan sesuatu yang ada dimana-mana dalam hidup kita. Peranan media sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari, karena media merupakan sumber informasi yang diperlukan oleh manusia. Manusia merupakan mahluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia lain, hal ini membuat manusia akan selalu membutuhan media sebagai sarana berinteraksi dan berbagi informasi dengan manusia lainnya. Euforia kebebasan media massa telah memperkuat ’filsafat pragmatisme’. Kebebasan di sektor apapun, tentu melahirkan kreativitas yang luar biasa. Kode Etik Jurnalistik dan Kode Etik Penyiaran pada hakikatnya didasari oleh nilai-nilai budaya. Namun sayang, banyak yang tidak peduli, bukan karena tidak membaca dan mempelajari, melainkan tidak punya hasrat untuk mengamalkan. Padahal, kehadiran media massa dalam masyarakat yang modern ikut membawa perubahan wawasan, sikap, dan perilaku masyarakat, meskipun tidak terlalu signifikan karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perubahan tersebut seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat itu sendiri. Pareno, 2005 : 14 Wiliam L. Rivers, Theodore Peterson, Jay W. Jensen 2003 menyatakan tentang media massa sebagai berikut : ”Media komunikasi massa dapat dan memang telah mempengaruhi perubahan, apalagi jika itu menyangkut kepentingan orang banyak. Media juga mampu menggalang persatuan dan opini publik terhadap peristiwa tertentu.” Perubahan wawasan, sikap, dan perilaku masyarakat yang disebabkan oleh terpaan media massa sudah menjadi bagian dari teri komunikasi masssa, dan dikembangkan menjadi teori-teori tentang media massa. Kesimpulannya, ada interaksi antara masyarakat dan media massa dalam perubahan tersebut. Dalam konteks fungsi dan peranan, perubahan masyarakat boleh disebut sebagai pelaksanaan fungsi media massa yang idealis itu, boleh juga dikatakan sebagai peranan media massa yang pragmatis, atau gabungan dari keduanya. Salah satu teori tentang efektivitas media massa menyatakan bahwa media massa yang efektif ialah yang mampu memenuhi selera khalayak. Melvin L. De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach 1982 berpendapat bahwa efektifitas media massa ditentukan oleh tingkat pelayanannya dalam memberikan informasi seluas-luasnya sehingga memuaskan khalayaknya. Kalau kita setuju dengan pendapat De Fleur dan Rokeach tersebut, peranan memang lebih memiliki peluang untuk memuaskan khalayak daripada fungsi media massa yang idealis itu. Tetapi, sebagai suatu idealis me, fungsi media massa hendaknya disosialisasikan terus menerus , secara utuh sesuai prinsip four in one, empat dalam satu fungsi, tidak dipisah-pisahkan. Pareno, 2005 : 19

2.2 Kerangka Berpikir

Persepsi adalah inti dari komunikasi, Sebuah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku manusia. Persepsi bisa berubah menjadi stereotipe, hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya komunikasi terbentuk setelah seseorang mempersepsikan sesuatu yang member rangsangan pada inderanya, dan jika persepsi seseorang terhadap suatu objek bersifat negative maka terbentuklah stereotipe. Biasanya, stereotipe terbentuk berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.