1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Memasuki milenium ketiga, yang ditandai dengan bergulirnya globalisasi di seluruh sektor kehidupan masyarakat dunia dan berkembangnya teknologi di
bidang informasi dan komunikasi yang menembus batas wilayah kenegaraan, aspek hubungan kemanusiaan yang selama ini bersifat nasional berkembang
menjadi bersifat internasional. Hal tersebut juga mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak dan pengaruh,
baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Menurut Santoso 2004 sungguh penting memahami pengaruh gejala
perkembangan dunia, yaitu globalisasi, liberalisasi, dan interdependensi, yang mulai menandai tiap-tiap hubungan antar negara. Pengaruh gejala tersebut akan
semakin jelas terlihat ketika arus barang, jasa, modal, teknologi, dan informasi, bahkan perpindahan penduduk menunjukkan peningkatan yang signifikan dari
waktu ke waktu baik secara kuantitatif ataupun kualitatif. Secara faktual harus diakui bahwa peningkatan arus lalu lintas orang,
barang, dan jasa dari dan ke wilayah Indonesia dapat mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi serta proses modernisasi masyarakat. Peningkatan arus
orang asing ke wilayah Indonesia tentunya akan berdampak kepada peningkatan penerimaan uang kepada rakyat Indonesia. Meningkatnya investasi dan aktivitas
perdagangan juga akan meningkatkan devisa negara. Begitu pula dengan
peningkatan arus orang Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar wilayah untuk keperluan bekerja akan menghasilkan dana berupa remittance. Hal-hal
tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Santoso 2004 peningkatan arus lalu lintas barang, jasa, modal,
informasi dan orang juga dapat mengandung pengaruh yang negatif seperti: 1. dominasi perekonomian nasional oleh perusahaan transnasional yang bergabung
dengan perusahaan Indonesia melalui Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, pembelian saham atau kontrak lisensi; dan 2. munculnya
Transnational Organized Crimes TOC mulai dari perdagangan wanita dan anak- anak, pencucian uang, narkotika, dan obat terlarang, imigran gelap, sampai
terorisme. Dampak negatif ini akan semakin meluas ke pola tatanan sosial budaya
nasional yang dapat berpengaruh pada aspek pemeliharaan keamanan dan ketahanan nasional secara makro. Untuk meminimalisir dampak negatif yang
timbul akibat dinamika mobilitas manusia yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, Imigrasi Indonesia harus memiliki peranan yang semakin besar.
Penetapan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif selective policy membuat imigrasi Indonesia memiliki landasan operasional dalam menolak atau
mengizinkan orang asing, dari mulai masuk, keberadaan serta kegiatannya di Indonesia.
Selective policy selain untuk mengatur masuknya Orang Asing ke wilayah Indonesia, juga memastikan bahwa Orang Asing yang memperoleh Izin Tinggal di
wilayah Indonesia harus sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di
Indonesia. Berdasarkan kebijakan dimaksud serta dalam rangka melindungi kepentingan nasional, hanya Orang Asing yang memberikan manfaat serta tidak
membahayakan keamanan dan ketertiban umum yang diperbolehkan masuk dan berada di wilayah Indonesia. Dengan demikian, tugas dan fungsi institusi imigrasi
sangat penting dalam tatanan kehidupan kenegaraan. Secara operasional, peranan Imigrasi di Indonesia selalu mengandung tiga
fungsi, yaitu : 1. Fungsi pelayanan masyarakat, yang dapat dilihat dalam proses pemberian paspor RI dan pemberian visa; 2. Fungsi penegakan hukum dan
keamanan, dapat dilihat dalam pemberian izin masuk dan keluar bagi Orang Asing yang dianggap tidak membahayakan bagi pertahanan dan keamanan
Indonesia, serta melakukan tindakan hukum bagi Orang Asing yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan perizinannya; 3. Fungsi fasilitator
pembangunan ekonomi, yang dapat dilihat dari penyederhanaan prosedur keimigrasian bagi para investor asing yang akan menanam modalnya di Indonesia,
antara lain kemudahan pemberian Izin Tinggal Tetap ITAP bagi para penanam modal yang telah memenuhi syarat tertentu. Dengan demikian, diharapkan akan
tercipta iklim investasi yang menyenangkan dan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis UPT Keimigrasian di bawah Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Bali, memiliki tugas pokok dan fungsi keimigrasian di wilayah kerja yang terdiri dari 3 tiga kecamatan, yaitu
Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara dan Kecamatan Kuta Selatan, di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Seperti diketahui bahwa Bali merupakan salah satu tujuan wisata favorit tidak saja di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali
secara konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan, dan secara nasional Bali merupakan barometer bagi kemajuan pariwisata Indonesia.
Di tengah-tengah situasi persaingan dunia pariwisata yang semakin ketat, Bali diharapkan tetap dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu daerah
tujuan wisata utama di Indonesia dan dunia. Alam yang indah dan budaya Bali
yang khas dan sarat akan kegiatan spiritual, membawa masyarakat senantiasa berkreasi dengan menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
memberikan nuansa yang berbeda dari destinasi wisata lainnya. Bali telah diakui sebagai salah satu destinasi utama bagi wisatawan
internasional, hal tersebut sekaligus merupakan tantangan untuk mempertahankan citra pariwisata Bali di mata internasional agar mampu bersaing di pasar global
yang cenderung mendekati pasar persaingan sempurna yang memungkinkan bagi suatu daerah atau negara lain untuk menawarkan produk serupa dengan produk
pariwisata Bali. Perkembangan pariwisata dunia yang terus bergerak dinamis serta kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata dalam berbagi pola
yang berbeda merupakan peluang sekaligus tantangan bagi kepariwisataan Bali.
Bandar Udara Bandara Internasional Ngurah Rai yang termasuk wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, saat ini adalah salah satu
bandara internasional yang terpenting dan tersibuk di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 1.1. Jumlah WNA dan WNI yang bepergian dari beberapa bandara di Indonesia Tahun 2012 - 2014
Sumber : Pusat Data Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi, Maret 2015
Tabel 1.1, di atas menginformasikan bahwa Bandara Internasional Ngurah Rai adalah bandara yang paling banyak dilalui oleh orang asing untuk keluar
masuk wilayah Indonesia, oleh sebab itu Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai memiliki peran yang sangat strategis bagi provinsi Bali.
Petugas Imigrasi yang bertugas di Tempat Pemeriksaan Imigrasi TPI baik di bandar udara, pelabuhan dan pos lintas batas adalah petugas negara
terdepan dalam hal pencitraan bangsa, hal tersebut dikarenakan petugas imigrasi merupakan ujung tombak dalam pelayanan kepada setiap orang, baik Warga
Negara Indonesia WNI maupun Warga Negara Asing WNA yang masuk
TABEL 1.1.
Kewarganegaraan, Tipe Perlintasan Total
WNA WNI
Tahun TPI
Keberangkatan Kedatangan
Total Keberangkatan
Kedatangan Total
2012
Bandara Soekarno-Hatta 2.267.910
2.222.830 4.490.740
3.730.297 3.714.773
7.445.070 11.935.810
Bandara Ngurah Rai 2.781.303
2.773.632 5.554.935
206.707 191.654
398.361 5.953.296
Bandara Polonia 194.133
200.028 394.161
557.208 433.907
991.115 1.385.276
Bandara Juanda 148.938
99.367 248.305
455.064 478.429
983.493 1.231.798
2013
Bandara Soekarno-Hatta
2,490,342 2,350,192
4,840,534 4,036,800
3,851,629 7,888,429
12,728,963
Bandara Ngurah Rai 3,055,078
3,044,457 6,099,535
240,069 215,778
455,847 6,555,382
Bandara Polonia 214,266
235,443 449,709
650,350 523,593
1,173,943 1,623,652
Bandara Juanda 166,638
168,898 335,536
523,171 595,100
1,118,271 1,453,807
2014
Bandara Soekarno-Hatta 2.591.521
2.416.274 5.007.795
3.700.344 3.577.620
7,277.964 12.285.759
Bandara Ngurah Rai 3.679.838
3.589.960 7.269.798
267.369 238.901
506.270 7.776.068
Bandara Polonia 2.26010
239.232 465.242
663.065 625.153
1.288.219 1.753.461
Bandara Juanda 164.573
175.550 340.123
508.241 560.357
1.068.598 1.408.721
maupun keluar wilayah Indonesia, sehingga apabila pelayanan keimigrasian buruk maka sedikit banyak akan mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia
internasional dan dapat berdampak negatif bagi sektor pariwisata dan ekonomi nasional.
Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian, keimigrasian adalah hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau
keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Hal tersebut berarti peranan Imigrasi dalam hal ini Kantor
Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, selain memiliki tugas di bidang lalu lintas orang keluar masuk Indonesia melalui Bandara Internasional Ngurah Rai juga
memiliki tugas di bidang pengawasan atas keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Bali, khususnya di 3 tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kuta Utara, Kuta
dan Kuta Selatan. Jumlah orang asing di Bali, terutama di wilayah Kabupaten Badung sangat
banyak. Selain sebagai turis, ada juga yang beraktivitas dan bekerja memegang Izin Tinggal sesuai dengan maksud dan tujuan keberadaannya di Bali. Hal
tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.2
Jumlah WNA Pemegang Izin Tinggal di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai
No. Jenis Izin Tinggal
2011 2012
2013 2014
1. Izin Tinggal Terbatas ITAS
4.474 4.709
6.441 9097
2. Izin Tinggal Tetap ITAP
302 399
476 625
Sumber : Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, 2015
Keberadaan dan kegiatan orang asing di Bali diakui memang memiliki banyak dampak positif bagi perekonomian masyarakat, namun di sisi lain juga
membawa beberapa dampak negatif. Terdapat beberapa kasus aktivitas-aktivitas ilegal yang modusnya semakin lama semakin bervariasi, antara lain :
1 Penyalahgunaan izin tinggal. Izin tinggal adalah izin yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri kepada orang asing untuk
berada di wilayah Indonesia, namun pada kenyataannya seringkali terdapat orang asing yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
maksud dan tujuan pemberian izin tinggalnya tersebut, misalnya seorang pemegang Izin Tinggal Kunjungan ITK Wisata ternyata bekerja di salah satu
perusahaan di Bali; 2 Memiliki aset secara ilegal. Berdasarkan UU No. 51960 tentang Undang-
Undang Pokok Agraria UUPA dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, orang asing tidak memiliki hak
atas kepemilikan tanah maupun bangunan di wilayah Indonesia, orang asing hanya memiliki hak sewa atau hak pakai tanah dan bangunan.
3 Memiliki dan mengelola usaha secara ilegal. Indonesia terbuka terhadap investasi pihak asing, namun ada peraturan yang harus diikuti oleh orang asing
apabila ingin membuka dan menjalankan usaha di Indonesia, yaitu harus resmi tercatat sebagai investor melalui Penanaman Modal Asing PMA dan
mengalirkan dana investasi dalam jumlah tertentu ke Bali, namun pada kenyataannya terdapat orang asing dengan modal sangat minim dengan modus
bekerja paruh waktu, mengumpulkan uang, kemudian membuat usaha di Bali;
4 Berada di Indonesia melebihi dari batas waktu Izin Tinggal yang diberikan. Keberadaan Orang Asing di Indonesia dibatasi oleh waktu izin tingal yang
diberikan sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangannya ke Indonesia, namun dalam kenyataannya banyak Orang Asing yang berada di wilayah
Indonesia melebihi izin tinggalnya. Hal-hal tersebut merupakan sebagian tantangan yang harus dihadapi oleh
pegawai imigrasi Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai sebagai bagian dari aparat pemerintah di sektor pelayanan publik dan penegakan hukum.
Seiring dengan tuntutan masyarakat agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang baik good governance, peningkatan kinerja dan kualitas
pelayanan merupakan salah satu isu yang sangat krusial baik dalam sektor publik maupun sektor privat. Hal tersebut terjadi karena di satu sisi tuntutan masyarakat
terhadap kinerja dan kualitas pelayanan dari tahun ke tahun semakin besar, namun praktek penyelenggaraan pelayanan terhadap masyarakat belum mengalami
perbaikan yang signifikan. Demikian halnya dengan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai sebagai salah satu lembaga publik di Bali, tidak terlepas dari
isu tersebut. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai memiliki kewajiban dan perlu melaksanakan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan serta
meningkatkan kepuasan publik melalui kinerja dan pelayanan keimigrasian yang transparan, akuntabel dan responsif terhadap keluhan masyarakat.
Tujuan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai untuk senantiasa meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat ternyata
dirasakan masih belum maksimal, hal tersebut dapat terlihat dari masih adanya
keluhan masyarakat dan pemberitaan baik cetak maupun elektronik terhadap pelayanan dan kinerja Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, antara lain:
1 Pada artikel www.bisnisbali.com yang berjudul “Gaet Wisatawan, Imigrasi
harus Hentikan Pungli” 3 Desember 2013 Anggota BPPI, menyatakan bahwa adanya wisatawan Cina dan Belanda yang mengeluh tentang indikasi pungli di
imigrasi dan bea cukai Bandara Ngurah Rai Bali. 2 Pada acara Bali Terkini yang disiarkan langsung oleh Radio Global 96,5 FM
Jumat, 7 Maret 2014, dinyatakan bahwa adanya tindakan oknum pegawai imigrasi yang meminta imbalan untuk memperlancar pengurusan surat-surat.
3 Pada artikel di www.kompas.com yang berjudul “Lagi, Gubernur Pastika Bikin
Video Petugas Nakal di Imigrasi” 27 November 2014, yang berisi pernyataan Gubernur Bali Made Mangku Pastika bahwa banyak keluhan wisatawan asing
atas kinerja dan layanan petugas imigrasi bandara Ngurah Rai, terutama soal pemeriksaan dokumen warga negara asing yang tiba di bandara.
4 Artikel di www.kompas.com tanggal 22 September 2015 yang berjudul “Palak
Turis di Bandara, Dua Petugas Imigrasi Ditetapkan sebagai Tersangka.” Beberapa hal tersebut membuat masyarakat secara tidak langsung
memiliki stigma negatif terhadap kinerja dan pelayanan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, walaupun sebenarnya tanpa masyarakat mengetahui
mengenai berita tersebut, masalah yang terjadi seperti di atas memang sudah menjadi pembahasan publik. Sehingga jajaran pimpinan Kantor Imigrasi Kelas I
Khusus Ngurah Rai sangat perlu senantiasa melakukan pembenahan guna meningkatkan kualitas pelayanan keimigrasian. Perlu adanya komitmen dari
pimpinan, sanksi serta aturan yang tegas untuk menindaklanjuti penyalahgunaan wewenang yang seringkali dilakukan oleh oknum pegawai sebagai penyelenggara
pelayanan publik. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan sehingga sesuai harapan
masyarakat, Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai perlu didukung oleh sumber daya manusia yang handal, memiliki integritas tinggi, ramah dan
profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif dan efesien. Menurut Armstrong 2007, sumber daya organisasi sebagai faktor yang sangat
substansial dalam mencapai kemajuan suatu organisasi, secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 2 dua kelompok, yaitu sumber daya manusia human
resources dan sumber daya non-manusia non-human resources. Kedua kategori sumber daya tersebut sama pentingnya, akan tetapi sumber daya manusia
merupakan faktor dominan. Organisasi yang memiliki tujuan yang bagus, dilengkapi fasilitas, sarana dan prasarana yang canggih, namun apabila tanpa
sumber daya manusia yang baik, maka kemungkinan besar tujuan organisasi sulit tercapai. Sumber daya manusia dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada
potensi manusia yang ada dalam organisasi, dan merupakan modal dasar organisasi untuk melakukan aktivitas dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan organisasi tentu tidak terlepas dari peran pimpinannya, untuk mencapai tujuan organisasi tersebut pimpinan organisasi dituntut untuk dapat
mempengaruhi orang lain, yaitu para pegawai yang menjadi bawahannya dan mengarahkannya kepada tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Untuk
mencapai prestasi kerja pegawai yang maksimal, kepemimpinan yang baik
merupakan salah satu faktor yang dapat menggerakan, mengarahkan, membimbing dan memotivasi pegawai untuk lebih berprestasi dalam bekerja.
Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan
keterampilan kepemimpinan dalam memberikan pengarahan adalah merupakan faktor penting efektivitas kinerja organisasi.
Pada era transparansi seperti saat ini, kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada pegawai, kepemimpinan yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu memotivasi, menyamakan persepsi, menyatukan visi dan misi serta memberdayakan pegawainya. Peran
pemimpin sangat besar untuk memotivasi anggota organisasi dan memberi semangat agar berperilaku dengan baik dalam upaya mencapai tujuan kelompok
maupun organisasi Gadot, 2007. Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu Rivai, 2009 dan pengelolaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi Gibson, 2006. Kinerja juga diartikan sebagai hasil kerja yang
dicapai sehubungan dengan posisinya dalam organisasi Kast Rosenzweig, 2007. Faktor penentu kinerja pegawai dapat dijelaskan dengan pendekatan teori
atribusi yang menyatakan bahwa terdapat 2 dua kategori dasar atribusi yang melekat pada diri seseorang pegawai yang akan menentukan kinerjanya. Atribusi
tersebut ada yang bersifat internal atau disposisional dihubungkan dengan sifat orang, dan yang bersifat eksternal atau situasional yang dapat dihubungkan
dengan lingkungan seseorang. Faktor internal meliputi; bakat, kemampuan,
kemauan dan upaya. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas; lingkungan kerja, rekan kerja dan pimpinan. Oleh karena itu, agar individu dalam organisasi
berkinerja tinggi, organisasi harus memperhatikan secara tepat dengan menghargai bakat-bakat mereka, kemampuan mereka, serta membimbingnya
secara tepat Simamora, 2006. Penelitian tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.
telah banyak dilakukan. Ditemukan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai Carmeli, 2003; Goleman et al.,
2004; Bierhoff dan Muller, 2005; Amran et al., 2007. Hal ini terjadi karena seorang pemimpin yang dapat memberi dukungan kepada pegawai akan
berdampak pada peningkatan kinerja. Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan untuk mempengaruhi
atau menggerakan perilaku orang lain agar mampu bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin dituntut untuk
memahami perilaku para pegawai yang menjadi wewenang dan menggerakkan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Dengan demikian, seseorang yang
diangkat sebagai pemimpin harus memiliki kompetensi Robbins, 2006. Menurut Bass 1990 para pemimpin memerlukan energi ekstra dalam
mempertahankan tekadnya untuk meraih prestasi tinggi dan mampu mempengaruhi perilaku bawahannya dengan baik sehingga mendapatkan
kemajuan dalam organisasinya. Dari perspektif tersebut ditemukan bahwa kemampuan seorang pemimpin untuk menggerakkan kelompok ke dalam suasana
kerja yang bergairah dan kooperatif akan menentukan keberhasilan perusahaan Bierhoff Muller, 2005, Shore et al., 2006.
Goleman 2004 menyatakan bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan komitmen, motivasi, dan optimisme dalam melaksanakan
pekerjaan dan menumbuhkan atmosfer kerjasama. Gairah yang dapat mempengaruhi perilaku bawahan diarahkan berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki
untuk mencapai tujuan organisasi. Pegawai yang diberdayakan oleh pemimpin akan berperilaku kerja yang baik terhadap organisasi sehingga berdampak pada
peningkatan kinerja Gibson, 2000. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku kerja dan juga
berdampak positif pada peningkatan kinerja pegawai Avolio et al. 2004, Carmeli 2003; Gilder, 2003.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, fenomena, realitas atau kondisi yang sebenarnya, maka disusun masalah penelitian sebagai berikut:
1 Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai?
2 Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap perilaku kerja pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai?
3 Bagaimana pengaruh perilaku kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap perilaku kerja dan kinerja pegawai. Secara operasional penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis dan menguji secara empirik terhadap hal-hal berikut:
1 Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai.
2 Pengaruh kepemimpinan terhadap perilaku kerja pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai.
3 Pengaruh perilaku kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1 Manfaat teoritis, penelitian ini dapat menyajikan informasi mengenai pengaruh kepemimpinan terhadap perilaku kerja dan kinerja pegawai, serta
memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur penelitian pada bidang manajemen sumber daya manusia di Indonesia;
2 Manfaat praktis, penelitian ini mempunyai implikasi sebagai bahan pertimbangan untuk dasar kebijaksanaan dalam menghadapi dan memahami
masalah perilaku kerja pegawai yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA