Metode Vektor. Metode Admitansi. Resonansi Pada Rangkaian Paralel

53 Faktor kualitas juga dapat didefinisikan dalam bentuk : ϑ = 2 π perioda 1 dalam diserap yang energi disimpan yang maksimal energi Sedangkan lebar band : β = ϑ ω

3. Rangkaian Paralalel Arus Bolak Balik

Dalam rangkaian arus bolak-balik apabila beban dihubungkan paralel maka untuk menganalisis rangkaian tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara, antara lain :

a. Metode Vektor.

Misalkan rangkaian yang terhubung paralel terdiri dari dua cabang seperti ditunjukkan pada gambar 15 di bawah ini Gambar 43. Rangkaian AC dengan Beban Terhubung Paralel. Dari cabang A diperoleh persamaan sebagai berikut : Z 1 = 2 L 2 X R + I 1 = 2 L 2 1 X R V Z V + = Cos ∅ 1 = 1 1 Z R atau ∅ 1 = Cos –1 1 1 Z R A C B I 2 – R 2 54 Dari cabang B diperoleh persamaan : Z 2 = 2 L 2 X R + I 2 = 2 C 2 2 X R V Z V + = Cos ∅ 1 = 2 2 Z R atau ∅ 1 = Cos –1 2 2 Z R Pada cabang A vektor arus tertinggal terhadap tegangan dengan sudut ∅ 1. Sedang pada cabang B vektor arus mendahului tegangan dengan sudut ∅ 2 dan arus I merupakan jumlah vektor dari I 1 dan dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 16 berikut ini. Gambar 44. Gambar Vektor Rangkaian RLC Paralel. Vektor arus I 1 dan I 2 mempunyai komponen ke sumber X komponen aktif dan komponen ke sumber Y komponen reaktif. Jumlah komponen aktif arus I 1 dan I 2 = I 1 Cos ∅ 1 + I 2 Cos ∅ 2 Jumlah komponen reaktif = I 2 Sin ∅ 2 – I 1 Sin ∅ 1 Sehingga besarnya arus total I dinyatakan dengan persamaan; I = 2 1 2 2 2 2 1 1 Sin I 2 Sin I Cos I 1 Cos I Φ − Φ + Φ + Φ Sedangkan sudut fase antara vektor tegangan V dan arus I dinyatakan dalam bentuk persamaan; 2 2 1 1 2 1 Cos I 1 Cos I 1 Sin I 2 Sin I tg Φ + Φ Φ − Φ = Φ − I 2 ∅ 2 ∅ 1 I 1 V 55

b. Metode Admitansi.

Model rangkaian seperti gambar 17 dapat dianalisis dengan metode admintansi sebagai berikut; Gambar 45. Rangkaian dengan Beban Paralel. Z 1 = 2 L 2 1 X R + Y 1 = 1 Z 1 = 2 1 2 1 b g − + Z 2 = 2 2 L 2 2 X R + Y 1 = 2 Z 1 = 2 2 2 2 b g − + Z 3 = 2 C 2 X R + Y 1 = 3 Z 1 1 = 2 3 2 3 b g + Y = Y 1 + Y 2 + Y 3 Z = Y 1

c. Resonansi Pada Rangkaian Paralel

Jika rangkaian paralel dihubungkan dengan sumber tegangan yang frekuensinya berubah-ubah, maka pada frekuensi tertentu komponen arus reaktif jumlahnya akan nol. Pada kondisi ini rangkaian disebut beresonansi. Perhatikan Gambar 18 berikut ini. C R 1 R 2 L 1 L 2 R 3 56 Gambar 46. Rangkaian RLC Paralel dan Diagram Phasor. Rangkaian beresonansi saat I C - I L Sin ∅ = 0 I L Sin ∅ = I C I L = Z V Sin ∅ = Z X L I C = C X V Z V x Z X L = C X V atau X L x X C = Z 2 X L = ω L dan Xc = C 1 ω maka C L ω ω = Z 2 R C I C L I I ∅ 1 I C I 2 Sin ∅ 1 I L V I L Cos ∅ 1 ∅ 1 Z R X 57 C L = R 2 + X L 2 = R 2 + 2 π f L 2 2 π f = 2 2 L R LC 1 − sehingga f = π 2 1 2 2 L R LC 1 − Jika R diabaikan maka freakuensi resonansi menjadi f = π = ω 2 1 C 1 sama seperti Resonansi Seri.

4. Rangkaian Tiga Fasa