Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Menentukan Pengendalian

commit to user 39

9. Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun

Menurut suma‟mur 1993 keamanan pengangkutan sehubungan dengan bahan-bahan yang berbahaya adalah sangat penting, agar dicegah bahaya bagi tenaga kerja, bahaya terhadap masyarakat dan kerusakan harta kekayaan termasuk alat angkutan. Bagi angkutan udara IATA mengeluarkan ketentuan-ketentuan pengankutan yang bertalian dengan bahan-bahan berbahaya antara lain larangan membawa bahan eksplosif dan bahan yang mudah terbakar. Untuk angkutan laut, antara lain terdapat norma-norma Maritim Internasional Bahan-bahan Berbahaya International Maritime Dangerous Goods Code Dalam kegiatan pengankutan bahan-bahan berbahaya, bahaya utama adalah kebakaran dan peledakan. Pada angkutan kapal, berbagai faktor harus diperhatikan yaitu pengaturan muatan secara keseluruhan, pengaruh gerakan kapal dalam cuaca buruk, dan pengaruh perubahan suhu dan kelembapan terhadap keselamatan bahan yang diangkut. Beberapa bahan hanya boleh dilempatkan diatas dek, sedangkan lainnya dibawah dek dan jauh dari tempat-tempat orang atau bahan makanan. Kapal tangki minyak harus memiliki perlengkapan listrik yang bebas dari kemungkinan nyala api. Ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan pengangkutan bahan-bahan yang berbahaya melalui laut, sunagi, terusan harus lebih ketat. Demikian juga peraturan pengangkutan bahan berbahaya lewat udara sangat ketat. Bahan radioaktif diangkut dalam commit to user 40 suatu kompartemen kecil diujung sayap dan dimasukkan dalam tempat yang memberi perlindungan secara baik. Pada angkutan kereta api, terdapat pembatasan mengenai jumlah maksimum yang boleh disimpan dalam sesuatu wadah. Pada angkutan mobil, pengemudi harus sepenuhnya mengenal bahaya-bahaya dan pencegahan serta tindakan bila terjadi kebocoran, kebakaran atau kecelakaan lalu lintas.

10. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Menentukan Pengendalian

Risiko Identifikasi faktor bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam melakukan i dentifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan pengendaliannya meliputi : a. Menentukan personil penilai Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang commit to user 41 berkaitan. Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil dapat berupa suatu tim yang terdiri dari beberapa orang. b. Menentukan obyekbagian yang akan dinilai Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagiandepartemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. c. KunjunganInspeksi tempat kerja Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey Inspection ” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait. Berdasarkan penjelasan tersebut pelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan pengendaliannya dapat berupa : a. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah upaya sitematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati dan waspada dalam melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah. Ramli, 2009. Dalam arti lain indentifikasi bahaya adalah commit to user 42 proses untuk mengenali hazard yang ada dan menetapkan karakteristiknya. OHSAS 18001 tahun 2007. Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebaiknya mempertimbangkan : 1 Aktivitas rutin dan non rutin. 2 Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja. 3 Perilaku, kemampuan dan faktor manusia. 4 Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja. 5 Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan. 6 Tersedianya infrastruktur, peralatan dan material oleh perusahaan. 7 Perubahan atau rencana perubahan baik kegiatan maupun materialnya. 8 Perubahan pada system manajemen K3 yang bedampak terhadap operasi, aktivitas maupun prosesnya. Tujuan persyaratan ini untuk memastikan identifikasi bahaya secara komperhensif dan rinci agar semua peluang bahaya dapat diidentifikasi dan dapat dilakukan tindakan pengendalian. Pelaksanaan identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan metode dan aspek dalam melaksanakan di perusahaan. Beberapa teknik identifikasi bahaya menurut dapat diklasifikasikan menjadi : commit to user 43 1 Teknik pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Misalnya, sesesorang akan tahu bahaya lobang dijalan setelah tersandung atau terperosok. Cara ini sangat primitif dan terlambat karena kecelakaan terjadi baru kita menyadari dan mengambil langkah pencegahan dan metode ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat dilihat dengan mudah. 2 Teknik Semi Proaktif Teknik ini juga disebut belajar dari pengalaman orang lain karena kita tak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini tidak efektif karena tidak semua bahaya yang diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecalakaan, tidak semua kejadian kecelakaan yang dilaporkan dan diinformasikan kepada pihak lain untuk dijadikan pelajaran, kecelakaan telah terjadi dan tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain. 3 Teknik Pro Aktif Metode terbaik untuk mengidentifikasikan bahaya adalah cara proaktif, atau mencari bahaya sebelum sebelum bahaya tersebut menimbulkan kecelakaan yang merugikan. Tindakan proaktif tersebut memiliki kelebihan: commit to user 44 a Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera b Bersifat peningkatan berkelanjutan continual improvement karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya pencegahan. c Meningkatkan “Awareness” semua pekerja setelah mengenal bahaya yang ada disekitarnya. d Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan karena bahaya menimbulkan kerugian. Terdapat beberapa teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif yang antara lain data kejadian, daftar periksa, Brainstorming, What If Analisys, Hazops Hazard and Operability Study, analisa moda kegagalan dan efek Failure Mode and Effect Analisys, task Analisys, Even Tree Analisys, analisa pohon kegagalan Fault Tree Analisys serta analisa keselamatan kerja Job Safety Analisys. Ramli, 2009 b. Penilaian Risiko Menurut Ramli 2009 risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya hazard event yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Sedangkan penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang commit to user 45 diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki dan menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak OHSAS 18001. Penilaian risiko Risk Assessment mencakup dua tahap proses yaitu mengalisa risiko risk analysis dan mengevaluasi risiko risk evaluation, dimana kedua tahapan ini sangat penting karena akan menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko. 1 Analisis Risiko Analisis risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya bahaya likelyhood dan tingkat keparahan saverity. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko baik kualitatif, semi maupun kuantitatif. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan teknik alalisis risiko yang tepat antara lain memeperhatikan kondisi, fasilitas dan jenis bahaya yang ada, dapat membantu dalam penentuan pengendalian risiko serta dapat membedakan tingkat bahaya secara jelas agar memudahkan dalam menentukan prioritas langkah pengendaliannya. Metode analisis risiko antara lain adalah: a Menghitung peluang insiden probability atau Likelyhood Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi ditempat kerja kita dapat menggunakan skala berberdasarkan tingkat potensinya. commit to user 46 Tabel 2. Nilai Kemungkinan Likelyhood Tingkat Kriteria Penjelasan 4 Mungkin terjadi Umum atau sering terjadi 3 Sedang Pernah terjadi kejadian 2 Kecil kemungkinannya Kejadian bisa terjadi atau terdengar pernah terjadi 1 Jarang sekali Tidak mungkin terjadi Sumber : PT. Eastern Logistics, 2007 b Menghitung tingkat keparahan saverity Tabel 3. Nilai Keparahan Saverity Dampak Keselamatan Dampak Kesehatan Dampak Lingkungan Dampak Keuangan 1 Cidera ringan Perlu pertolongan P3K, kasus rawat jalan Berdampak kelingkungan unit kerja 10 juta 2 Berdampak pada performa kerja, pembatasan kerja Memerlukan perawatan intensif di rumah sakit Berdampak pencemaran lingkungan perusahaan 100 juta atau lebih 3 Cacat permanen dan pengaruh performa kerja dalam waktu yang lama Mengancam jiwa menimbulakn kecacatan atau penyakit kronis Berdampak pencemaran lingkungan perusahaan dan masyarakat disekitar pabrik 100 juta – 1 milyar 4 Menyebabkan kematian dan kematian banyak orang kematian Berdampak lingkunagn sangat besar dan masyarakat luas jauh dari kawasan pabrik 1 milyar Sumber : PT. Eastern Logistics, 2007 commit to user 47 c Mengkombinasikan perhitungan peluang dan konsekuensi untuk menentukan tingkat risiko. Tingkatan risiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi peluang bahaya dan konsekuensi. Hubungan ini dapat kita gambarkan dalam matriks sebagai berikut : Gambar 13. Rasio Perhitungan Peluang Dan Konsekuens Sumber : PT Eastern logistics 2012 Keterangan : H : High tinggi M : Medium sedang L : Low rendah d Prioritas resiko Setelah dilakukan penilaian tingkat resik, selanjutnya harus dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian resiko. Potensi bahaya hazard dengan tingkat resiko „urgent‟ harus menjadi prioritas utama, diikuti tingkat resiko „hight‟, „medium‟, dan terakir tingkat resiko „low‟. Sedangkan tingkat resiko „none‟ untuk commit to user 48 sementara dapat diabaikan dari rencana pengendalian resiko, namun tidak menutup kemungkinan untuk tetap menjadi prioritas terakir. Berdasarkan matrik rangking tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko. Ketentuan tindak lanjutnya untuk penanganan risiko tersebut adalah sebagai berikut : a Risiko Rendah Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Hal yang perlu diperhatikan adalah jalan keluar yang lebih menghemat biaya atau peningkatan yang tidak memerlukan biaya tambahan besar. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar, langkah pencegahan dengan kontrol administrasi, dan alat pelindung diri. b Risiko Sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan perlu diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko perlu diterapkan dengan jangka waktu yang ditentukan, langkah commit to user 49 pencegahan dengan substitusi, kontrol administrasi, rekayasa enginering dan alat pelindung diri. c Risiko tinggi Pekerjaan tidak dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko ada dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan segera dilakukan, langkah pencegahan dengan eliminasi, substitusi, kontrol administrasi, rekayasa enginering dan alat pelindung diri. Setelah kriteria risiko dapat diterima ditetapkan, maka akan dibandingkan dengan hasil penilaian risiko yang telah ditentukan. Apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak oleh perusahaan. Apabila risiko tersebut masih berada pada tingkat yang dapat diterima, harus ada tindakan pengendalian. 2 Evaluasi Risiko Evaluasi risiko digunakan untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku, atau kemampuan perusahaan untuk menghadapi risiko. Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan commit to user 50 kuantifikasi risiko dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risik o . Risiko memang harus ditekan, namun memiliki keterbatasan seperti faktor biaya, teknologi, kepraktisan, kebiasaan, dan kemampuan dalam menjalankannya dengan konsisten. Kita dapat menekan risiko sampai ketingkat paling rendah dengan menggunakan teknologi yang canggih dengan sistem pengamanan yang mutakhir, namun memerlukan biaya yang sangat tinggi sehingga tidak dapat diterima oleh manajemen perusahaan. Perlunya kajian mendalam dari beberapa aspek untuk menentukan batas risiko yang dapat diterima As Low As Reasonably Practicably ALARP tidak mudah, aspek teknis, sosial, moral, lingkungan, atau tingkat ekonomi perusahaan membutuhkan analisa keuangan cost benefit analisys dan berbeda pada setiap perusahaan. Oleh karena itu tingkat ALARP yang ditetapkan harus baik untuk K3 dan baik pula untuk bisnis sehingga kelangsungan usaha dapat terus berjalan. c. Tindakan Pengendalian Risiko Organisasi harus memastikan bahwa penilaian risiko dipertimbangkan dalam menentukan pengendaliannya. Pengendalian merupakan metode untuk menurunkan tingkat faktor bahaya dan commit to user 51 potensi bahaya sehingga tidak membahayakan. Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : 1 Pengendalian langsung pada sumber bahaya, misalnya : a Eliminasi, upaya menghilangkan bahaya yang ada secara langsung. b Subsitusi, mengganti bahan yang memiliki potensi risiko tinggi dengan bahan yang potensi risikonya rendah. c Isolasi, pemisahan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung. 2 Pengendalian pada lingkungan Pengendalian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan : a Lay out tata ruang dan housekeeping b Ventilasi keluar setempat. c Ventilasi umum untuk memasukkan udara segar dari luar d Mengatur antara jarak sumber bahaya dengan tenaga kerja 3 Pengendalian pada tenaga kerja a Rotasi tenaga kerja b Peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja K3 dikalangan karyawan. c Penggunaan APD yang baik dan benar sehingga dapat memberi perlindungan terakhir kepada pekerja dari bahaya yang dihadapi di tempat kerja, berat alat pelindung diri commit to user 52 seringan mungkin, dipakai secara fleksibel, tahan lama, bentuk menarik, memenuhi standar, tidak menimbulkan bahaya tambahan karena salah penggunaan, tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakai, mudah disimpan, harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. 4 Pemberian pelatihan kepada karyawan yang sudah disesuaikan dari semua potensi bahaya yang ada di perusahaan, pemberian pelatihan tersebut harus dilakukan sesuai kebutuhan karyawan. 5 Referency of Document diperlukan agar ada petunjuk praktis bagi karyawan sebelum melakukan pekerjaan, biasanya dalam bentuk Standar operasional Prosedur perusahaan. Setelah dilakukan pengendalian risiko, kita dapat melihat sisa risiko risk residu dari hasil pengendalian bahaya tersebut, sehingga penilai terhadap efektifitas pengendalian bahaya dapat diketahui dan melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan agar risiko yang masih besar dapat dikendalikan menjadi bisa ditoleransi. d. ImplementasiPenerapan Langkah untuk implementasi hasil pelaksanaan Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control HIRADC selanjutnya dilakukan pelaksanaan dan penerapannya antara lain : commit to user 53 1 Setelah menentukan kontrol yang sesuai, kepala departemen menetapkan pelaksanaan dalam setiap aktivitas harian di dalam tim. 2 Selama proses kegiatan, masing-masing departemen harus menetapkan tujuan, sasaran, program untuk mengurangi tingkat risiko yang akan ditinjau 6 bulan sekali. 3 Kemajuan pencapaian tujuan, sasaran, dan program harus dipantau secara berkala dan ditulis dalam formulir manajemen HSE. 4 Setiap karyawan harus menerapkan kontrol yang telah ditentukan di setiap area kerjanya. 5 Apabila kontrol tidak dapat diaplikasikan, karyawan dapat berpatisipasi untuk memberikan kontrol dengan menyarankan ke supervisor atau manajer. 6 Seluruh karyawan harus melaksanakan pemantauan dan pengukuran dari kontrol yang ada. 7 Setiap manajer maupun manajer HSE harus meninjau kontrol tersebut setiap 6 bulan sekali untuk mengakomodasi saran dari karyawan terhadap kontrol yang ada. e. Review Setelah dilakukan penerapan pengendalian tersebut, tindakan tinjauan kembali atau review dilakukan menunjuk tim khusus yang commit to user 54 akan meninjau dan menilai apakah risiko tersebut sudah berkurang sampai tingkat yang bisa diterima oleh karyawan. Pelaksanaan review tersebut dilakukan dengan jangka waktu 6 bulan sekali dengan melihat apakah ada kegiatan baru yang ada di perusahaan, desain tempat kerja yang berubah maupun perubahan sistem kerja serta terjadi kecelakaan yang serius. Untuk semua dokumen HIRADC harus disimpan oleh safety officer atau supervisor yang telah diketahui oleh departemen QHSE. commit to user 55

B. Kerangka Pemikiran