Analisis Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015

(1)

CIBIS TOWER 9 JAKARTA SELATAN PT WASKITA KARYA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

RIDANTI LENGGO GENI NIM : 1111101000088

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 September 2015


(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN Skripsi, Oktober 2015

Ridanti Lenggo Geni, NIM. 1111101000088

Analisis Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015

xiii + 159 halaman, 9 tabel, 15 gambar, 6 lampiran

ABSTRAK

PT Waskita Karya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa konstruksi. PT Waskita Karya pada tahun 2013 kasus kecelakaan kerja meningkat sebanyak 7 kali serta terdapat 19 kecelakaan pada Proyek Cibis Tower 9. Untuk mencegah kecelakaan tidak terjadi PT Waskita Karya melakukan risk assessment. Pelaksanaan Risk Assessment diketahui tidak dilakukan dengan tepat, baik dari segi waktu, alur proses, revisi, pengumpulan informasi serta komunikasi kepada pekerja.

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Data penelitian didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara informan, sedangkan data sekunder didapatkan dengan telaah dokumen. Penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dianalisis dengan teknik Management Oversight and Risk Tree pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hal-hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment adalah sistem pengumpulan informasi, waktu analisis risiko, lingkup analisis risiko, pelaksana analisis risiko, temuan bahaya, kesesuaian pengendalian dengan hirarki pengendalian, arahan penggunaan pengendalian, kesesuaian pengendalian dengan situasi yang berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian maka Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya disarankan untuk mengubah waktu sistem pertemuan dan membuat jadwal shift safety morning, melaksanakan risk assessment sesuai prosedur yang ada dan ditinjau secara berkala, mengkomunikasikan hasil risk assessment kepada Kepala Proyek dan divisi terkait, memberikan pelatihan tentang risk assessment kepada personil, melakukan pemantauan pelaksanaan risk assessment yang dibuat agar dapat terdeteksi kesalahan-kesalahan dalam memprioritaskan bahaya, membuat jadwal pengawas untuk pekerja di lapangan.

Daftar bacaan: 46 (Tahun 2003 – 2014) Kata Kunci: Analisis Risk Assessment, MORT


(4)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Undergraduate Thesis, October 2015

Ridanti Lenggo Geni, NIM. 1111101000088

Analysis the Implementation of Risk Assessment at Cibis Tower 9 South Jakarta Project of PT Waskita Karya 2015

xiii + 159 pages, 9 tables, 15 pictures, 6 attachments

ABSTRACT

PT Waskita Karya is one of State Owned Enterprises who are competent in the construction service. During 2013 PT Waskita Karya cases of occupational accidents increased by seven time and there were 19 cases of accidents that occur in Cibis Tower 9 Project. PT Waskita Karya applying risk assessment to prevent the accidents . The implementation of risk assessment known were not done properly in terms of time, the process, revision and communication to employers.

The study is a qualitative research to find the cause of problem in the implementation if risk assessment at PT Waskita Karya Cibis Tower 9 Project 2015. Type of data used is primary data by observation and interviews, adn secondary data by document review. The causes of problem is analyzed by using Management Oversight and Risk Tree (MORT) on Task Specific Risk Assessment LTA.

The result showed that causes inaccurate implementation of risk assessment is the information systems, timing of risk analysis, scope of risk analysis, implementing risk analysis, hazard identification, suitability of the hierarchy control, directive of equipment used, and suitability to different situations.

Based on the research, Waskita’s Project Cibis Tower 9 advised to change the system time meeting and make a shift for safety morning, carrying out risk assessment according to existing procedures and reviewed periodically, communicate the results of the risk assessment to the Head of Project and related divisions, provide a training on risk assessment to personnel, monitoring the implementation of the risk assessment made in order to undetected errors in hazard prioritizing, scheduling supervisor to workers in the field.

Reading List: 46 (2003 – 2014)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi

ANALISIS PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA PROYEK CIBIS TOWER 9 JAKARTA SELATAN PT WASKITA KARYA

TAHUN 2015

Telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 30 September 2015 Oleh

Ridanti Lenggo Geni NIM. 1111101000088

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Fase Badriah, Ph.D NIP. 19530730 198011 1 001 NIP. 19710605 200604 2 012


(6)

v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RIDANTI LENGGO GENI NIM: 1111101000088 LEMBAR PENGESAHAN

Jakarta, 30 September 2015 Penguji I,

Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP: 19840404 200912 2 007

Penguji II,

Dr. Iting Shofwati, ST. MKKK NIP: 19760808 200604 2 003

Penguji III,


(7)

vi

CURRICULUM VITAE PERSONAL DETAILS

Name : Ridanti Lenggo Geni Place of Birth : Jakarta

Date of Birth : March, 17th 1994 Gender : Female

Address : Kp.Kelapa RT04/05 No.39

Kel. Rawapanjang, Kec. Bojonggede. Kab. Bogor No. Telephone : 085692540253

Email : [email protected]

EDUCATIONAL BACKGROUND Formal Education

2011 – 2015 : Bachelor Degree of Public Health Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Faculty of Medicine and Health Science

2008 – 2011 : SMA Negeri 5 Depok 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Depok 1999 – 2005 : SD Negeri Citayam 04 Informal Education

2006 – 2009 : Language Institute and Professional Education PEC ORGANIZATIONAL EXPERIENCE

2006– 2008 : Anggota Paskibra SMP Negeri 1 Depok 2006– 2008 : Bendahara Pramuka SMP Negeri 1 Depok 2009 – 2010 : Anggota Osis SMA Negeri 5 Depok 2008 –2011 : Sekertaris Paskibra SMA Negeri 5 Depok 2009 –2010 : Anggota Tari Tradisional SMA Negeri 5 Depok 2010 –2011 : Anggota Bulutangkis SMA Negeri 5 Depok 2011 – 2014 : Bendahara Tari Saman FKIK UIN Jakarta


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya maka penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Risk Assessment Pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta Mama Isnaeni Nasaroh, Papa Ery Supridha dan Adinda Retno Sekar Hutami yang dengan doa, restu serta dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas waktu..

2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku pembimbing I yang telah memberi arahan dan masukan kepada penulis.

5. Ibu Fase Badriah, Ph.D selaku pembimbing II yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Asi Samosir selaku sekretaris K3LMP Proyek Cibis Tower 9 Cilandak yang memberikan informasi serta arahan selama kegiatan turun lapangan berlangsung.

7. Pak Gallang Wicaksono, Pak Majuandi Situmorang dan Ibu Nidaa A’diilah selaku staff K3LMP yang senantiasa memberikan ilmu dan pengalaman berarti mengenai K3.

8. Para penguji skripsi, Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Ibu Dr. Iting Shofwati, MKKK dan Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK yang senantiasa memberi masukan demi perbaikan penyusunan skripsi.


(9)

viii

9. Seluruh informan dari Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya yang telah memberikan banyak informasi terkait penelitian.

10.Kawan Sholihah dan anggota Bukan 5cm yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.

11.Kawan Peminatan K3 angkatan 2011 yang senantiasa memberi semangat dalam menyusun skripsi.

12.Rekan-rekan Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 yang selalu berbagi informasi terkait penyusunan skripsi.

13.Pihak lainnya yang sudah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, rekan mahasiswa, instansi pendidikan serta perusahaan terkait.

Terimakasih atas perhatiannya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 4 September 2015


(10)

ix DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

CURRICULUM VITAE ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6


(11)

x

2. Bagi Proyek Cibis dan PT Waskita Karya ... 6

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 8

B. Kecelakaan Kerja... 8

1. Kecelakaan Kerja Konstruksi ... 9

2. Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ... 9

C. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja ... 11

1. Teori Domino ... 12

2. ILCI Loss Causation Model ... 13

3. Fault Tree Analysis ... 16

4. Management Oversight and Risk Tree (MORT) ... 16

D. Manajemen Risiko ... 19

1. Tahapan Manajemen Risiko ... 20

2. Risk Assessment ... 21

3. Cabang Risk Assessment dalam MORT ... 25

E. Kerangka Teori ... 36

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 37

A. Kerangka Pikir ... 37


(12)

xi

BAB IV METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Waktu ... 42

C. Informan Penelitian ... 42

1. Informan Utama ... 43

2. Informan Pendukung ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Pengumpulan Data... 45

F. Analisis Data dan Pengolahan Data ... 47

G. Penyajian Data ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN... 49

A. Gambaran Umum Perusahaan dan Proyek ... 49

1. Sejarah Perkembangan PT Waskita Karya (Persero) ... 49

2. Visi dan Misi Perusahaan ... 50

3. Kebijakan K3 ... 50

4. Jenis Kegiatan Usaha ... 51

5. Gambaran Area Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ... 53

6. Struktur Organisasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ... 54

7. Sistem Manajemen K3LMP Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ... 55


(13)

xii

C. Gambaran Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9

Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015 ... 57

D. Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015 ... 62

E. Pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015 ... 102

BAB VI PEMBAHASAN ... 104

A. Keterbatasan Penelitian ... 104

B. Pembahasan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015 ... 104

C. Pembahasan Penyebab Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015 ... 110

1. Cabang Task Spesific Risk Analysis ... 110

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA ... 123

D. Pembahasan Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015 ... 134

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 140

A. Simpulan ... 140

B. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 144


(14)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Cabang Utama Pohon MORT ... 18

Bagan 2. 2 Tahapan Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004... 21

Bagan 2. 3 Cabang Risk Assessment MORT ... 27

Bagan 2. 4 Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed... 28

Bagan 2. 5 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ... 34

Bagan 2. 6 Kerangka Teori ... 36

Bagan 3. 1 Kerangka Pikir...39

Bagan 5. 1 Struktur Organisasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak...54

Bagan 5. 2 Alur Proses Risk Assessment K3LMP ... 59

Bagan 5. 3 Pohon MORT pelaksanaan risk assessment ... 102


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Teori Kecelakaan Kerja ... 19

Tabel 2. 2 Arti Simbol dalam MORT ... 35

Tabel 2. 3 Kode Warna Pohon MORT... 35

Tabel 3. 1 Definisi Istilah...39

Tabel 4. 1 Informan Penelitian ... 43

Tabel 4. 2 Triangulasi Sumber ... 44

Tabel 4. 3 Triangulasi Teknik ... 46

Tabel 5. 1 Karakteristik Informan...56


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Teori Domino ... 12

Gambar 2. 2 Teori ILCI Loss Causation Model ... 14

Gambar 5. 1 Lokasi Proyek Cibis Tower 9 Cilandak ...53

Gambar 5. 2 Lembar Persetujuan Hasil Risk Assessment ... 60

Gambar 5. 3 Prosedur Persetujuan Hasil Penilaian Risiko ... 60

Gambar 5. 4 Topik Toolbox Meeting ... 65

Gambar 5. 5 Absensi Safety Morning ... 68

Gambar 5. 6 Revisi Hasil Risk Assessment ... 70

Gambar 5. 7 Form Hasil Risk Assessment Proyek Cibis Tower 9 ... 75

Gambar 5. 8 Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan Pengendalian Risiko ... 80

Gambar 5. 9 Matriks Penilaian Tingkat Risiko ... 82

Gambar 5. 10 Matriks Penentuan Pengendalian ... 83

Gambar 5. 11 Contoh Pengendalian Risiko ... 85

Gambar 5. 12 Instruksi Kerja Alat Pelindung Diri ... 95


(17)

xvi

DAFTAR ISTILAH

K3LMP : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan, Mutu, Pengamanan

HIRADC : Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial IADL : Identifikasi Aspek Dampak Lingkungan AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan HSE : Health Safety and Environment

ISO : International Organization for Standardization OHSAS : Occupational Health and Safety Assessment Series APD : Alat Pelindung Diri


(18)

1 A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah industri merupakan bagian yang sangat penting. Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan, hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja (Kani, 2013).

Jumlah kecelakaan di Indonesia adalah yang tertinggi di kawasan ASEAN. Pada tahun 2010, 32% dari kasus kecelakaan kerja yang terjadi di sektor konstruksi melibatkan semua jenis proyek kerja seperti pembangunan jalan, jembatan, terowongan dan bendungan. Kecelakaan kerja sektor konstruksi menempati presentase tertinggi yakni 32%, diikuti dengan sektor industri 31,60%, sektor transportasi 9,30%, sektor kehutanan 3,80%, sektor pertambangan 2,60% dan lain-lain 21% (Jamsostek, 2011). Dibandingkan dengan sektor pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan, sektor konstruksi menjadi perhatian karena terus mendaftarkan tingkat korban kecelakaan kerja tertinggi (Camino López dkk., 2008).

Pada Industri konstruksi pekerja menghadapi bahaya dan risiko kerja 2 - 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja-pekerja lain pada umumnya (Sucita dan Broto, 2011). Bahaya dan risiko K3 dapat diketahui dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko K3 yang memungkinkan terjadinya kerugian (Rijanto, 2012). Terdapat berbagai risiko tinggi dalam industri konstruksi seperti tertimpa material, tersengat listrik, terjatuh dari ketinggian


(19)

(Adiyanto dan Irawan, 2013). Hal ini sejalan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2013 diketahui kecelakaan kerja menimpa sebanyak 192.911 orang (BPJS Ketenagakerjaan, 2013). Di Indonesia, angka kecelakaan kerja tertinggi terdapat pada sektor konstruksi. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia pada tahun 2010 terjadi di sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya (Jamsostek, 2011).

Perseroan Terbatas (PT) Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi. Dilihat dari aspek keselamatan kerja, tingkat kecelakaan kerja di PT Waskita Karya meningkat sebanyak 7 kali dalam proyek yang sedang dikerjakan selama tahun 2013 (PT Waskita Karya, 2013). PT Waskita Karya menaungi beberapa proyek di Indonesia, salah satunya proyek yang sedang berjalan periode tahun 2014-2015 adalah Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan. Kecelakaan kerja pada Proyek Cibis Tower 9 tercatat sebanyak 19 kecelakaan sejak September 2014 sampai dengan akhir Juli 2015 (Laporan Bulanan Proyek Cibis Tower 9, 2015).

Salah satu langkah untuk menghindari terjadinya kecelakaan dengan melakukan risk assessment untuk seluruh proses pekerjaan yang ada pada proyek konstruksi (Pinto dkk., 2011). Risk assessment merupakan upaya untuk menghitung besarnya suatu risiko dan menetapkan kemungkinan risiko


(20)

tersebut dapat diterima atau tidak (Bachtiar dan Sulaksmono, 2013). Risk assessment dilakukan untuk memisahkan risiko kecil dengan risiko yang besar dan menyediakan data evaluasi dan perbaikan risiko (Brown, 2014). Selain itu risk assessment menjadi syarat penyusunan Program K3 yang kemudian digunakan untuk merencanakan dan melakukan tindakan pengendalian dan pencegahan risiko (Labombang, 2011).

Pelaksanaan risk assessment dapat dianalisis dengan menggunakan Task Spesific Risk Assessment LTA (Less Than Adequate) dan Task Spesific Risk Assessment Not Performed yang merupakan cabang dari teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) dalam menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang tersedia (Ericson, 2005). Pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed digunakan untuk menganalisis risk assessment yang tidak dilaksanakan sedangkan Task Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk Assessment (Noordwijk Risk Initiative, 2009). Pada penelitian Pratiwi tahun 2014 mengenai analisis penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada pekerjaan Direktorat Produksi PT Dirgantara Indonesia, untuk menganalisis pelaksanaan risk assessment berdasarkan teknik MORT yaitu terletak pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yang akan menjadi fokus analisis untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pada pelaksanaan risk assessment.

Langkah awal dalam menerapkan sistem manajemen K3 adalah dengan melakukan risk assessment. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya telah berupaya


(21)

melaksanakan risk assessment dengan adanya prosedur Penilaian Risiko (Risk Assessment) dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01, serta hasil risk assessment dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01-01. Pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya diketahui tidak dilakukan di waktu yang tepat, belum sesuai alur proses penilaian risiko, ketidaktepatan juga meliputi revisi dokumen, identifikasi bahaya serta tidak dikomunikasikannya hasil penilaian risiko pada pekerja atau karyawan lain termasuk pimpinan.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa PT Waskita Karya pada tahun 2013 kasus kecelakaan kerja meningkat sebanyak 7 kali serta terdapat 19 kecelakaan pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan sejak September 2014 sampai dengan akhir Juli 2015. Untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak terjadi PT Waskita Karya melakukan risk assessment. Pelaksanaan Risk Assessment dibuktikan dengan adanya prosedur Penilaian Risiko (Risk Assessment) dengan nomor dokumen PW-K3LMP-01 akan tetapi diketahui pelaksanaan Risk Assessment tidak dilakukan dengan tepat, baik dari segi waktu, alur proses, revisi, pengumpulan informasi serta komunikasi kepada pekerja. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan analisis pelaksanaan risk assessment dengan Task Spesific Risk Assessment pada


(22)

Teknik MORT pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya Tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana mengetahui gambaran umum PT Waskita Karya dan Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan Tahun 2015?

2. Bagaimana pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

3. Apakah yang menyebabkan ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

4. Apakah yang menyebabkan ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dari cabang Recommended Risk Controls LTA pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015?

5. Bagaimana gambaran pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015? D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran umum PT Waskita Karya dan Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan Tahun 2015.

b. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.


(23)

c. Untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

d. Untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dari cabang Recommended Risk Controls LTA pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. e. Untuk mengetahui gambaran pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk civitas akademik program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai pelaksanaan risk assessment pada kegiatan konstruksi.

2. Bagi Proyek Cibis dan PT Waskita Karya

Hasil penelitian dapat menjadi informasi dan rekomendasi untuk perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pelaksanaan risk assessment pada kegiatan konstruksi PT Waskita Karya.


(24)

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana meningkatkan kompetensi peneliti dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai pelaksanaan risk assessment pada kegiatan konstruksi. Bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi referensi untuk meneliti risk assessment pada cabang Task spesific not performed yang tidak digunakan dalam penelitian ini, selain itu juga dapat dilakukan penelitian terkait penyebab kecelakaan kerja dengan teori yang sama yakni MORT pada cabang lainnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari tahun 2015 sampai dengan September tahun 2015.

Data penelitian didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan observasi dan wawancara informan, sedangkan data sekunder didapatkan dengan cara telaah dokumen terkait risk assessment. Penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dianalisis dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment.


(25)

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 menurut PP RI No. 50 Tahun 2012 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai segala daya dan upaya serta pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (Depnaker, 2005).

B. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu insiden yang menyebabkan cidera, sakit penyakit atau kematian (OHSAS 18001, 2007). Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Menakertrans, 2012).


(26)

1. Kecelakaan Kerja Konstruksi

Menurut Permen PU Nomor 05/PRT/M/2014, pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu. Kecelakaan kerja konstruksi merupakan kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja pada seluruh kegiatan dalam pekerjaan konstruksi baik dalam rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang disingkat K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. 2. Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja

Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tenaga kerja adalah kelemahan sistem manajemen K3, kondisi – kondisi yang membahayakan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti penempatan mesin dan bahan – bahan yang mengganggu, lingkungan pekerjaan yang kurang mendukung, proses, sifat pekerjaan dan cara kerja. Selain itu, tindakan yang membahayakan seperti kurangnya pengetahuan keterampilan pelaksana, cacat tubuh yang tidak kentara, keletihan dan


(27)

kelesuan, serta sikap dan tingkah laku yang tidak sempurna juga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Srijayanti dkk., 2013).

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tenaga kerja adalah kelemahan sistem manajemen K3 (Srijayanti dkk., 2013). Manajemen risiko merupakan elemen sentral dari manajemen K3 yang diibaratkan sebagai mata uang dengan dua sisi. Jika tidak ada bahaya dan risiko, maka upaya K3 tidak diperlukan dan sebaliknya manajemen K3 diperlukan sebagai antisipasi terhadap adanya bahaya dan risiko (Ramli, 2010).

a. Bahaya

Bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau membahayakan kesehatan atau sumber potensial yang dapat merusak energi (Taylor, 2004). Banyak definisi mengenai bahaya, namun istilah ini akan menjadi sangat umum saat dibicarakan pada keselamatan dan kesehatan ditempat kerja dimana suatu bahaya (hazard) bisa menjadi sumber dari potensi kerusakan, gangguan efek kesehatan yang mempengaruhi sesuatu atau seseorang di bawah kondisi-kondisi tertentu dtempat kerja (workplace) (CCOHS, 2009). Keberadaan bahaya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan (Ramli, 2010).


(28)

b. Risiko

Risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (AS/NZS 4360, 2004). Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (OHSAS 18001, 2007).

Risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya. Risiko juga menggambarkan besarnya potensi bahaya untuk dapat menimbulkan insiden atau cidera pada manusia yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya, sehingga diperlukan manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan manajemen K3 yang baik (Ramli, 2010)

C. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:


(29)

1. Teori Domino

Gambar 2. 1 Teori Domino

Heinrich mengemukan sebuah teori yang dikenal sebagai “Teori Domino”. Dalam teorinya tersebut dinyatakan mengenai lima faktor yang terjadi secara berurutan dan berakhir dengan suatu kerugian. Lima faktor tersebut adalah (Stranks, 2007):

a. Kebiasaan atau lingkungan sosial (uncestry or social environment). Kebiasaan merupakan karakter sifat individu seperti sombong, keras kepala, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan sosial yang mempengaruhi terbangunnya karakter sifat tersebut.

b. Kesalahan manusia (Fault by the person) meliputi: Keterampilan dan pengetahuan pekerja yang minim, masalah fisik dan mental, motivasi yang minim atau salah penempatan, perhatian yang kurang.

c. Kondisi tidak aman dan atau tindakan tidak aman (unsafe condition and or unsafe action). Tindakan tidak aman seperti berdiri di bawah tumpukan barang, menyalakan mesin tanpa memperhatikan


(30)

peringatan, memindahkan alat pengaman dan lain-lain. Sedangkan kondisi tidak aman seperti peralatan yang tidak dilengkapi pengaman, pencahayaan yang kurang, dan hal lainnya yang secara langsung menyebabkan kecelakaan.

d. Kecelakaan (accident) kejadian seperti terjatuh, oleh objek yang melayang dan lain-lain yang mana kecelakaan tersebut dapat menyebab cedera.

e. Cidera atau kerusakan peralatan (loss/injury) Patah tulang, luka, dan lain-lain yang mana merupakan cedera akibat kecelakaan.

Salah satu kesulitan/kendala dari penggunaan teori Heinrich ini adalah model tersebut masih terlalu luas dan dapat diartikan dalam banyak cara. Model ini tidak menyediakan gambaran umum atau klasifikasi yang dapat dijadikan dasar penelitian ilmiah. Model ini juga melibatkan faktor perilaku manusia, dan faktor mekanik atau fisik dalam klasifikasi yang sama (Stranks, 2007).

2. ILCI Loss Causation Model

The International Loss Control Institute mengembangkan suatu sistem pencegahan kerugian yang disebut sebagai ILCI Loss Causation Model yang juga mengacu pada urutan peristiwa yang akan berakibat pada kerugian. Pada buku Practical Loos Control leadershift (1986), Frank E. Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang saling berhubungan dan berakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan peralatan atau terhentinya proses. Urutan kejadian tersebut adalah (Sklet, 2004) :


(31)

Gambar 2. 2 Teori ILCI Loss Causation Model a. Kurang Pengendalian/ Kontrol

Kontrol merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yang penting meliputi, perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengontrolan. Seseorang secara propesional memimpin perusahaan mengetahui tentang program keselamatan/loss control, mengetahui standar-standar, memimpin karyawan guna mencapai standar, mengukur kinerja dirinya sendiri dan orang lain, mengevaluasi hasil dan keperluan, mengomentari dan mengoreksi guna pengembangan kinerja. Tanpa itu, rangkaian kecelakaan berawal dan menyebabkan faktor-faktor penyebab yang berkelanjutan mengarah pada kerugian. Tanpa pengontrolan manajemen memadai, penyebab kecelakaan dan pengaruh rangkaian di mulai dan tanpa koreksi, mengarah pada kerugian.

b. Penyebab Dasar

Penyebab dasar adalah akar masalah, penyebab nyata setelah gejala-gejala, alasannya mengapa terjadi tindakan dan kondisi tidak standar, faktor yang bila dikenali membuat pengendalian manajemen yang berarti. Seringkali mengacu pada berbagai sumber penyebab


(32)

diantaranya penyebab dasar, penyebab tidak langsung dan penyebab utama. Penyebab dasar juga membantu menjelaskan mengapa timbul kondisi yang tidak standar.

c. Penyebab Langsung

Penyebab langsung kecelakaan merupakan suatu kejadian yang terjadi sebelum terjadi kontak, biasanya dapat dilihat. Keadaan ini biasanya disebut keadaan dan tindakan tidak aman.

d. Insiden/ Kejadian

Insiden disebabkan adanya suatu kontak dengan sumber nergi yang melampaui ambang batas dari yang seharusnya diterima oleh tubuh atau benda. Setiap kali timbul potensi kecelakaan maka selalu terbuka kemungkinan terjadinya suatu kontak/kejadian, baik yang mengakibatkan kerugian atau tidak. Bilamana tenaga yang dipindahkan terlalu banyak, menyebabkan seseorang cidera/luka atau kerugian harta benda, yang disebabkan karena energy kinetic, listrik, panas, radiasi, kimia dan lain-lain.

e. Kerugian/ Loss

Akibat dari kecelakaan adalah kerugian berupa cidera ringan bahkan kematian pada karyawan/pekerja, kerusakan peralatan, kerugian harta benda atau kerugian proses produksi. Jenis dan derajat kerugian sebagian tergantung hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi/memperkecil resiko kerugian. Konsep tentang kontrol kerugian yang dikemukakan oleh Frank. E. Bird dan George Germani merupakan penyesuaian dari model yang dikemukakan oleh H.W


(33)

Heinrich, pada tahun 1969 di Amerika Utara menyimpulkan tentang formula 1-10-30-600, dapat diartikan bahwa setiap adanya suatu kejadian cidera berat seperti fatality, cidera kehilangan jam kerja selalu ada kurang lebih 30 property damage, serta 600 kajian yang tidak terlihat adanya cidera atau kerusakan material (termasuk neermiss incident).

3. Fault Tree Analysis

Fault Tree Analysis (FTA) merupakan deduktif untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan bersifat top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang tidak diinginkan atau kerugian yang terjadi kemudian menganlisa penyebab dari kejadian tersebut yang dideskripsikan dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault tree) (Stranks, 2007). FTA adalah daftar peristiwa kegagalan, suatu metode model grafik dan logika dengan kombinasi kejadian yang memungkinkan yaitu rusak atau baik, yang terjadi dalam sistem (Susanto, 2010). Terdapat 5 tahapan untuk melakukan analisa dengan FTA, yaitu:

a. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari sistem yang ditinjau b. Penggambaran model grafis Fault Tree

c. Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree d. Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree e. Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree 4. Management Oversight and Risk Tree (MORT)

Management Oversight and Risk Tree (MORT) merupakan sebuah prosedur untuk menganalisis serta menyelidiki penyebab dan faktor yang


(34)

berkontribusi atas kejadian kecelakaan dan insiden (Noordwijk Risk Initiative, 2009). Secara luas pendekatan manajemen untuk menemukan penyebab kecelakaan adalah dengan sistem MORT. Pendekatan MORT merupakan mata rantai penyebab dari level pekerja hingga level manajemen tingkat atas (Oakley, 2003).

Metode MORT adalah sebuah pernyataan logika dari sebuah fungsi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk mengatur risiko secara efektif. MORT dapat diaplikasikan di berbagai industri yang berbeda. Filosofi MORT menyatakan bahwa cara yang paling efektif mengatur keselamatan adalah menyatukannya ke dalam manajemen bisnis dan pengendalian operasi. MORT sering digunakan sebagai alat untuk menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang ada (Ericson, 2005).

MORT menjadi prosedur analisis yang komprehensif yang menyediakan metode disiplin untuk menentukan penyebab dan faktor-faktor utama yang berkontribusi kecelakaan. Secara total, sekitar 1.500 peristiwa dasar tercakup oleh bagan MORT. Di bagian bawah, MORT terdiri dari kumpulan pertanyaan. Kriteria yang memandu keputusan apakah peristiwa dan kondisi tertentu yang memuaskan atau kurang memadai berasal dari pertanyaan-pertanyaan ini. Bagan MORT pada dasarnya adalah bagan logika yang rumit. Bagan MORT bagan sangat efektif dalam menjamin perhatian pada akar penyebab yang mendasari manajemen bahaya (International Crisis Management Association, 2014).


(35)

18 Bagan 2. 1 Cabang Utama Pohon MORT


(36)

Tabel 2. 1 Perbandingan Teori Kecelakaan Kerja

Teori Kelebihan Kekurangan

Domino - Spesifik

- Bisa digunkan untuk semua sektor industri

- Mencakup model sekuensial, pengolahan dan informasi oleh manusia

- Kecelakaan bersumber pada genetika pekerja

- Dilakukan oleh ahli

ILCI - Spesifik

- Bisa digunakan untuk semua sektor industri

- Fokus pada tindakan dan kondisi tidak aman

- Hanya mampu

menganalisis penyebab sampai level manajemen perusahaan

- Dilakukan oleh ahli FTA - Bersifat terbuka

- Segala kemungkinan penyebab mempunyai peluang yang sama untuk dipilih

- Dilakukan oleh ahli

- Tidak memiliki dasar teori kecelakaan kerja

- Pengguna harus memiliki pengalaman dan terlatih MORT - Model sekuensial (Memiliki

daftar penyebab-penyebab yang telah ditentukan)

- Bersifat deduktif

- Memiliki pedoman pertanyaan

- Dilakukan oleh ahli

Sumber: (Katsakiori dkk, 2009)

D. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan. Manajemen risiko merupakan


(37)

metode yang sistematis yang terdiri dari menetapkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan (AS/NZS 4360, 2004).

1. Tahapan Manajemen Risiko

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperlukan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3, juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan, misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, dan lain sebagainya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktifitas rumah sakit, industri kimia, kilang minyak, dan bidang lainnya.

Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan kriteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi hazard, analisis, dan evaluasi risiko serta menentukan langkah atau straregi pengendaliannya. Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses manajemen risko digambarkan sebagai berikut (AS/NZS 4360, 2004):


(38)

Bagan 2. 2 Tahapan Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004 2. Risk Assessment

Risk assessment adalah metode sistematis untuk menentukan risiko dari suatu aktivitas dapat ditoleransi atau tidak. Risk assessment akan bermanfaat jika hasil risiko yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan tersebut ditindaklanjuti dengan cara mengelola (mengendalikan/ memperlakukan) risiko tersebut dengan baik. Tujuannya adalah memberikan masukan untuk keputusan tentang apakah risiko perlu dikendalikan dan strategi pengendalian risiko yang tepat dan hemat biaya. Risk assessment melibatkan pertimbangan sumber risiko, keparahan dan kemungkinan terjadinya. Pengendalian sendiri berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang posistif (AS/NZS 4360, 2004).


(39)

Dalam melaksanakan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko harus dilakukan oleh pekerja yang mempunyai kompetensi yang ditetapkan. Orang yang menganalisis risiko harus memiliki pemahaman yang baik tentang pekerjaan dan pengetahuan untuk menemukan bahaya. Melibatkan pekerja akan membantu meminimalkan kelalaian, memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk solusi. Ada berbagai pendekatan dalam menggambarkan kemungkinan dan keparahan suatu risiko baik secara kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif (AS/NZS 4360, 2004).

a. Penilaian risiko dengan analisis kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan di ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan. Dalam metode analisis kualitatif terdapat 2 unsur yang dijadikan pertimbangan, yaitu:(AS/NZS 4360, 2004):

1) Konsekuensi

Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan.

2) Kemungkinan

Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan.


(40)

Tingkat risiko pada analisis kualitatif merupakan hasil perkalian nilai variabel konsekuensi dan kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan.

b. Penilaian risiko dengan analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan hasil perhitungan numerik untuk tiap konsekuensi dan tingkat kemungkinan dengan menggunakan variasi, seperti:

 Catatan-catatan terdahulu

 Pengalaman kejadian yang relevan

 Literatur-literatur yang beredar dan relevan  Marketing tes dan penelitian pasar

 Percobaan-percobaan dan prototype

Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis risiko lainnya. c. Penilaian risiko dengan analisis semi kuantitatif

Pada analisis semikuantitatif penilaian numerik diberikan kepada tingkat likelihood dan consequences berdasarkan penilaian subyektif. Nilai tersebut tidak mencerminkan secara tepat ukuan relatif dari penilaian deskriptif. Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena risiko di agi menjadi beberapa kategori. Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter yang ada pada analisis semi kuantitatif


(41)

dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Analisis semi kuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas (likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko (AS/NZS 4360, 2004).

Hasil dari analisis risko kemudian di evaluasi dengan membandingkan nilai risiko yang diperoleh dengan kriteria risiko yang ditentukan apakah risiko yang di analisis dapat diterima atau tidak. Jika risiko masih berada di atas batas yang dapat diterima, harus dilakukan langkah pengendalian (Ramli, 2010).

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi risikonya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. Dalam menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian, sebagai berikut (Ramli, 2010) :

1) Eliminasi

Eliminasi merupakan teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan.

2) Subtitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahay dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya.


(42)

3) Pengendalian Teknis

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau saran teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.

4) Pengendalian Administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi kerja atau pemeriksaan kesehatan.

5) Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernapasan, pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam konsep K3 penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena APD bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan.

3. Cabang Risk Assessment dalam MORT

Tujuan dari MORT adalah untuk merumuskan sistem manajemen keselamatan yang ideal berdasarkan sintesis terbaik elemen program keselamatan sehingga tersedia teknik manajemen keselamatan. MORT digunakan sebagai alat praktis dalam penyelidikan kecelakaan dan evaluasi program keselamatan yang ada (Ericson, 2005).


(43)

Pertanyaan-pertanyaan di MORT memiliki urutan tertentu, yang dirancang untuk membantu mengklarifikasi fakta-fakta seputar insiden.

Struktur MORT menyerupai sebuah pohon dan berasal dari fault tree (pohon kegagalan). Dilihat dari struktur pohon MORT, kerugian akibat kecelakaan dan insiden timbul dari dua sumber yang berbeda. Sumber pertama berasal dari risiko yang sudah diidentifikasi lalu risiko tersebut diterima dengan pengelolaan yang benar (assumed risk) dan sumber kedua berasal dari risiko yang belum dikelola dengan benar. Sumber kedua ini dimasukkan sebagai kelalaian (oversight and omission).

Bagan MORT berperan sebagai daftar yang memungkinkan untuk berkonsentrasi pada isu-isu terungkap melalui proses. Bagan MORT dasar dapat digunakan untuk memfasilitasi dan memeriksa proses identifikasi bahaya secara keseluruhan (International Crisis Management Association, 2014). Bagan MORT memiliki dua kegunaan langsung yaitu untuk menganalisis manajemen dan faktor organisasi relatif terhadap kecelakaan yang telah terjadi dan untuk mengevaluasi atau mengaudit program keselamatan dalam kaitannya dengan kecelakaan yang signifikan yang memiliki potensi untuk terjadi (ILO, 2011).

Untuk menganalisis penyebab masalah pelaksanaan risk assessment berdasarkan teknik MORT yaitu terletak pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA (Less Than Adequate). Cabang Task Spesific Risk


(44)

Assessment Not Performed membahas tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk Assessment.

Bagan 2. 3 Cabang Risk Assessment MORT

Berikut ini penjelasan cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA (Noordwijk Risk Initiative, 2009):


(45)

a. Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed membahas tentang risk assessment yang. Permasalahan dapat timbul jika penilaian risiko tidak dilakukan pada pekerjaan yang memiliki risiko tinggi.


(46)

1) Task Analysis Not Required

Cabang ini merupakan cabang pertama pada lapisan Supervision and Stuff Peformance LTA dengan kode e1. Cabang ini akan membahas apakaah perusahaan mewajibkan pelaksanaan pre-job analysis pada setiap pekerjaan.

2) Task Analysis LTA

Cabang ini merupakan cabang kedua pada lapis Supervision and Stuff Peformance LTA dengan kode e2. Jika perusahaan mewajibkan pre-job analysis maka cabang ini akan membahas ketepatan job analysis yang ditinjau dari identifikasi bahaya pada setiap langkah proses kerja.

3) Task Analysis Not Made

Cabang ini merupakan cabang ketiga pada lapis kelima Supervision and Stuff Peformance LTA dengan kode e3. Pada cabang Task Analysis Not Made terdapat empat cabang lagi yang wajib dipertimbangkan sebagai penyebab kegagalan pre-job analysis, yakni:

a) Authority LTA

Cabang ini merupakan cabang pertama yang menjurus bahwa kelemahan risk assessment disebabkan oleh ketidakahlian analisis menganalisis sebuah pekerjaan.

b) Budget LTA

Cabang ini merupakan cabang kedua yang menekankan pada aspek pembiayaan untuk pelaksanaan risk assessment.


(47)

c) Time LTA

Cabang ini merupakan cabang yang membahas tentang permasalahan waktu untuk pelaksanaan risk assessment. d) Supervisor Judgement LTA

Cabang ini merupakan cabang keempat yang membahas tentang ketidaktepatan supervisor mengambil keputusan dalam pelaksanaan pre-job analysis.

b. Task Spesific Risk Assessment LTA

Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA merupakan cabang yang akan menjadi fokus analisis untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pada pelaksanaan risk assessment. Berikut merupakan cabang dari Task Spesific Risk Assessment: 1) Task Spesific Risk Analysis LTA

Cabang dengan kode D10 ini mempertimbangkan kualitas analisis risiko pekerjaan yang sudah dilakukan.

a) Knowledge LTA

Cabang dengan kode E4 ini mempertimbangkan pengetahuan yang memadai tersedia untuk analisis risiko.

i. Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA

Cabang dengan kode F5 ini mempertimbangkan saran dan input pekerja yang memadai digunakan dalam analisis risiko.


(48)

ii. Technical Information Systems LTA

Cabang dengan kode F6 ini mempertimbangkan analisis risiko pekerjaan cukup didukung oleh sistem informasi teknis.

b) Execution LTA

Cabang dengan kode E5 ini mempertimbangkan hal-hal yang memengaruhi kualitas analisis risiko.

iii. Time LTA

Cabang dengan kode F7 ini mempertimbangkan waktu yang cukup untuk melakukan analisis risiko.

iv. Budget LTA

Cabang dengan kode F8 ini mempertimbangkan anggaran yang memadai untuk melakukan analisis risiko. v. Scope

Cabang dengan kode F9 ini mempertimbangkan ruang lingkup dan detail dari analisis risiko pekerjaan yang cukup untuk mencakup semua risiko yang terkait dengan pekerjaan/ proses tersebut.

vi. Analytical Skill LTA

Cabang dengan kode F10 ini mempertimbangkan pengalaman dan keterampilan para pengawas dan peserta lain yang memadai untuk menyelesaikan penilaian risiko pekerjaan yang diperlukan.


(49)

vii. Hazard Selection LTA

Cabang dengan kode F11 ini menganggap bahaya yang tidak dicantumkan memicu masalah. Temuan bahaya sangat penting untuk kecukupan analisis risiko.

- Hazard Identification LTA

Cabang dengan kode G1 ini mempertimbangkan kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya. - Hazard Prioritisation LTA

Cabang dengan kode G2 ini mempertimbangkan metode yang digunakan dalam memprioritaskan bahaya yang telah diidentifikasi.

2. Recommended Risk Control LTA

Cabang dengan kode D11 ini mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian risiko pekerjaan.

c. Clarity LTA

Cabang dengan kode E6 ini mempertimbangkan rekomendasi dari penilaian risiko pekerjaan cukup jelas untuk mengizinkan penggunaannya mudah dan paham.

d. Compatibility LTA

Cabang dengan kode E7 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan persyaratan yang ada.


(50)

e. Testing of Control LTA

Cabang dengan kode E8 ini mempertimbangkan pengendalian diuji untuk efektivitas sebelum diimplementasikan. f. Directive LTA

Cabang dengan kode E9 ini mempertimbangkan arahan untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan.

g. Availability LTA

Cabang dengan kode E10 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan tersedia untuk digunakan oleh personil yang terlibat.

h. Adaptability LTA

Cabang dengan kode E11 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan dirancang dengan cara yang memungkinkan mereka untuk secara memadai disesuaikan dengan situasi yang berbeda-beda.

i. Use Not Mandatory

Cabang dengan kode E12 ini mempertimbangkan penggunaan pengendalian yang direkomendasikan adalah wajib.


(51)

34 Berikut ini cabang Task Spesific Risk Assessment LTA:


(52)

Berikut arti simbol-simbol dalam MORT (Noordwijk Risk Initiative, 2009): Tabel 2. 2 Arti Simbol dalam MORT

Simbol Arti

Simbol ini digunakan untuk menyatakan suatu kegagalan atau kelalaian.

Simbol ini mendeskripsikan komponen dasar dari sebuah cabang.

Simbol ini menyatakan akhir dari sebuah rangkaian tanpa informasi dan solusi yang cukup. Cabang ini baru dapat dianalisis pada cabang Assumed Risk.

Gerbang DAN.

Gerbang ATAU.

Simbol yang digunakan untuk perpindahan ke lokasi lain.

Untuk meninjau proses lebih mudah menggunakan kode warna bagan (Noordwijk Risk Initiative, 2009):

Tabel 2. 3 Kode Warna Pohon MORT

Warna Arti

Merah Masalah ditemukan

Hijau Isu telah relevan dan dinilai memuaskan

Biru Menunjukan masalah relevan tetapi tidak memiliki informasi yang cukup untuk menilai masalah besar


(53)

c12

d10 d11

e4 e5 e6

e7 e8 e9 e10 e11 e12

f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11

g1 g2

E. Kerangka Teori

Berdasarkan teori MORT yang dikeluarkan Noordwijk Risk Initiative (2009) untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 2. 6 Kerangka Teori

Task Spesific Risk Assessment LTA Task Spesific Risk Analysis LTA Rceommended Risk Control LTA Knowledge LTA Execution

LTA Clarity LTA

Compati bility LTA Testing of Control LTA Directive to Use LTA Availabi lity LTA Adaptabili

ty LTA Mandatory Use Not

Use of workers Input LTA Technical Information System LTA Time LTA Budget LTA Scope LTA Analytical Skill LTA Hazard Selection LTA Hazard Identificatio

n LTA

Hazard Prioritisatio


(54)

37 BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Proyek Cibis Tower 9 merupakan kegiatan industri konstruksi yang dalam proses pekerjaanya mengandung sumber bahaya serta risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan. Penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan studi pendahuluan yang menyatakan bahwa pelaksanaan risk assessment Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya diketahui tidak dilakukan di waktu yang tepat, belum sesuai alur proses penilaian risiko, ketidaktepatan juga meliputi revisi dokumen, identifikasi bahaya serta tidak dikomunikasikannya hasil penilaian risiko pada pekerja atau karyawan lain termasuk pimpinan.

Berdasarkan temuan tersebut, peneliti melakukan proses analisis pelaksanaan risk assessment dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT). Teknik MORT yang digunakan adalah cabang yang fokus pada risk assessment, yakni cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas pelaksanaan risk assessment yang tidak tepat. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang menjadi fokus analisis pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.


(55)

Peneliti akan menganalisis letak permasalahan dan mencari informasi lebih dalam tentang penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment melalui observasi, wawancara dan telaah dokumen. Penyebab berdasarkan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yaitu Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Control Controls LTA.

Pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA, peneliti akan melihat status ada tidaknya ketidaktepatan dari cabang-cabang yang terkait. Kemudian pada cabang Recommended Risk Controls LTA, peneliti juga akan melihat status dari cabang-cabang yang terkait apakah memadai atau belum. Hasil analisis tersebut akan didapatkan output yaitu penyebab tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment. Penyebab tersebut akan digambarkan melalui pohon MORT dan pembahasannya sehingga diketahui cabang-cabang manakah yang kurang memadai dalam pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 PT Waskita Karya tahun 2015.


(56)

39 Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3. 1 Kerangka Pikir Pelaksanaan risk

assessment

Analisis pelaksanaan risk assessment dengan MORT.

Task Spesific Risk Assessment LTA: a. Task Spesific Risk Analysis LTA

(Use of workers's input, Technical information

system, Time, Budget, Scope, Analytical Skill,

Hazard identification, Hazard Prioritisation)

b. Recommended Risk Controls LTA

(Clarity, Compatibility, Testing of control,

Directive to use, Availability, Adaptability, Use

not mandatory)

Ada tidaknya ketidaktepatan pelaksanaan risk

assessment dan penyebabnya


(57)

B. Definisi Istilah

Tabel 3. 1 Definisi Istilah

No Istilah Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil

1. Pelaksanaan Risk Assessment

Proses atau cara melaksanakan risk assessment dibandingkan dengan teori AS/NZS 4360 Tahun 2004 tentang Manajemen Risiko.

Telaah dokumen, Wawancara

Daftar dokumen, Pedoman

wawancara

Gambaran

pelaksanaan risk assessment

2. Analisis

pelaksanaan risk assessment

Analisis terhadap masalah dalam pelaksanaan risk assessment berdasarkan teknik MORT cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yang terdiri dari 2 cabang utama, yaitu Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA.

Wawancara, Observasi, Telaah dokumen

Pedoman wawancara, Lembar observasi, Daftar dokumen

Status ada tidaknya masalah pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Control LTA a. Cabang Task

Spesific Risk Analysis LTA

Analisa yang mempertimbangkan kualitas risk assessment yang meliputi, Use of workers's input, Technical information system, Time,


(58)

No Istilah Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil Budget, Scope, Analytical Skill, Hazard

identification, Hazard Prioritisation pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya.

b. Cabang

RecommendedRisk

Controls LTA

Analisa yang mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian risiko yang meliputi, Clarity, Compatibility, Testing of control, Directive to use, Availability, Adaptability, Use not mandatory pada Proyek Cibis Tower 9Jakarta Selatan PT Waskita Karya.

3. Penyebab tidak tepatnya

pelaksanaan Risk Assessment

Hal yang menyebabkan pelaksanaan risk assessment tidak terlaksana secara tepat.

Wawancara, Observasi, Telaah dokumen Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Daftar Dokumen Hal-hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment


(59)

42 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrumen (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini ingin menganalisis ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment dianalisis dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) dan difokuskan pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari hingga September tahun 2015.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu yakni informan dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang sedang diteliti (Sugiyono, 2009). Informan penelitian dipilih berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti


(60)

berdasarkan ciri-ciri informan yang sudah diketahui sebelumnya. Pada penelitian ini ada beberapa kategori informan penelitian yang harus terpenuhi agar informasi didapatkan bervariasi yaitu:

1. Informan Utama

Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam objek yang diteliti, dalam penelitian ini Informan utama yang diplih untuk wawancara adalah Sekertaris K3LMP dan staf K3LMP.

2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah Kepala Proyek, safety koordinator, dan pekerja. Hal ini dapat memberikan telaah secara mendalam mengenai pelaksanaan risk assessment di Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan.

Tabel 4. 1 Informan Penelitian No.

Kategori Informan

Jabatan

Jumlah Informan 1. Informan Utama

Sekertaris K3LMP 1

Staf K3LMP 2

2.

Informan Pendukung

Kepala Proyek 1 Safety Koordinator 1

Pekerja Besi 1

Pekerja Kayu 1


(61)

Tabel 4. 2 Triangulasi Sumber

No. Data

Informan Sekertaris K3LMP Kepala Proyek Staf K3LMP Safety Koordina tor Pekerja

1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

– Cabang Knowledge LTA a Cabang Use of Workers

Suggestion & Input LTA  -   

b Cabang Technical

Information System LTA  -   

– Cabang Execution LTA  -

c Cabang Time LTA  - -  - d Cabang Budget LTA   - - - e Cabang Scope LTA  -  - - f Cabang Analytical Skill LTA     - g Cabang Hazard

Identification LTA  - - - -

h Cabang Hazard

Prioritisation LTA  - - - -

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

i Cabang Clarity LTA  -  -  j Cabang Compatibility LTA  - -  - k Cabang Testing of Control

LTA  -  - -

l Cabang Directive LTA  -  -  m Cabang Availability LTA    -  n Cabang Adaptability LTA  -  -  o Cabang Use Not Mandatory  -  - 


(62)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi, dokumen terkait, alat perekam suara, kamera, laptop dan alat tulis. E. Pengumpulan Data

Data penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder.

1. Data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara pihak-pihak terkait.

 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007). Wawancara menggunakan pedoman wawancara dari teknik MORT cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yang ditujukan kepada informan yang telah ditetapkan.

 Observasi merupakan pengamatan yang didasarkan atas pengalaman secara langsung (Moleong, 2007). Proses observasi menggunakan lembar observasi dan didukung dengan kamera. Selain itu, didukung dengan peralatan seperti alat perekam dan alat tulis.

2. Sedangkan data sekunder didapatkan dari telaah dokumen perusahaan seperti:

1. Kebijakan risk assessment 2. Form risk assessment 3. Lembar inspeksi


(63)

4. Anggaran dana

5. Daftar pengendalian risiko 6. Risalah pertemuan

7. Metode kerja

8. Form Hazard Identification 9. Hasil risk assessment 10.Form bukti pelanggaran 11.Lembar penerimaan dokumen 12.Instruksi Kerja

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi data membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data (Moleong, 2007).

Tabel 4. 3 Triangulasi Teknik

No Data Sumber Data

Wawancara Observasi Telaah Dokumen 1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

– Cabang Knowledge LTA

a Use of Workers’ Suggestion

and Input LTA   (6)

b Technical Information System

LTA   (6)

Cabang Execution LTA

c Time LTA  - (1,9)

d Budget LTA  - (4)

e Scope LTA   (1,2,9)

f Analytical Skill LTA  - (1,9)


(64)

No Data Sumber Data

Wawancara Observasi Telaah Dokumen

H Hazard Prioritisation LTA  - (1,9)

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

i Clarity LTA  - (1,2,5)

j Compatibility LTA  - (1,2,4)

k Testing of Control LTA  - (2,9)

l Directive LTA   (2,5,10,12)

m Availability LTA   (4,11)

n Adaptability LTA   (9)

o Use Not Mandatory   (1,3,10)

F. Analisis Data dan Pengolahan Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan kategori. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis atau kajian isi. Teknik kajian isi digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong, 2007). Sesuai dengan penjelasan teknik analisis data kualitatif yaitu analisis isi, semua data yang sudah diperoleh selanjutnya dinarasikan dan disusun kedalam transkrip untuk kemudian dibuat matriksnya.

Pengolahan data yang dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan telaah dokumen. Kemudian data yang terkumpul disusun dalam bentuk transkrip data. Data yang telah disusun dikategorikan sesuai kode dalam cabang Task Spesific Risk Assessment LTA dari pohon Management Oversight and Risk Tree (MORT). Analisis data dan interpretasi data mengikuti cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA, sehingga dapat diketahui


(65)

penyebab ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment pada Proyek Cibis Tower 9 Jakarta Selatan PT Waskita Karya tahun 2015. Seluruh data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks serta pohon MORT.

G. Penyajian Data

Penyajian data penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif dan disajikan dalam bentuk matriks berdasarkan unsur yang diteliti.


(66)

49 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan dan Proyek

1. Sejarah Perkembangan PT Waskita Karya (Persero)

PT Waskita Karya merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang memainkan peran utama dalam pembangunan negara. PT Waskita Karya didirikan pada 1 Januari 1961 dan sejak 1973 status hukum PT Waskita Karya telah diubah menjadi “Persero”. Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum terlibat dalam jangkauan yang lebih luas dalam kegiatan konstruksi termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandara, bangunan, tanaman pembuangan limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas industri lainnya.

Memasuki tahun 1990, PT Waskita Karya (Persero) telah menyelesaikan banyak bangunan bertingkat dengan reputasi baik diterima seperti BNI City (bangunan tertinggi di Indonesia), Bank Indonesia Bangunan Kantor, Graha Niaga Tower, Mandiri Plaza Tower, Shangri-La Hotel dan beberapa apartemen bertingkat bangunan di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia.

Upaya selalu dilakukan untuk mengutamakan kualitas terdepan apa pun telah memungkinkan PT Waskita Karya (Persero) dalam memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995; yang menjadi pengakuan internasional meyakinkan tentang Sistem Manajemen


(67)

Mutu ISO dilaksanakan oleh perusahaan dan titik awal menuju era global kompetisi. Pada bulan Juni 2003, PT Waskita Karya (Persero) telah berhasil memperbarui Sistem Manajemen Mutu dan mampu mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 dan pada tahun 2007 melanjutkan proses restrukturisasi dan siap menjalani provatisasi untuk pengembangan usahanya. Hingga saat ini PT Waskita Karya (Persero) terdiri dari beberapa wilayah dan divisi, kantor cabang dan anak perusahaan yang tersebar di Indonesia dan luar negeri.

2. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi

Menjadi perusahaan jasa konstruksi terbaik yang memberikan nilai tambah bagi stakeholder.

b. Misi

Meningkatkan nilai perusahaan yang kompetitif dan berkualitas dengan:

1) Sumber daya manusia yang kompeten

2) Sinergi dengan pelanggan, mitra kerja dan lembaga keuangan serta, 3) Berorientasi pada keselamatan, kesehatan dan peduli lingkungan 3. Kebijakan K3

PT Waskita Karya (Persero) sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi selalu mengendalikan risiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan dan Mutu dengan cara menerapkan Sistem Manajemen PT Waskita Karya (Persero) untuk memenuhi kepuasan stakeholders.


(1)

No Pertanyaan PRA1 PRA5 10 Bagaimana kesesuaian

atau keterkaitan pengendalian yang direkomendasikan dengan persyaratan yang ada?

“Sesuai peraturan kan dimasukan juga di form nya, pengendalian juga sudah sesuai hirarki kan kamu bisa baca sendiri.”

“Ya kalau selama pekerjaan tuh ya liat HIRADC berdasarkan itu aja pengendaliannya tapi tidak semua diikuti. APD dan rambu-rambu paling yang diterapkan.”

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5

11 .

Bagaimana sistem pengujian

pengendalian untuk efektivitas sebelum diimplementasikan?

“Tidak ada pengujian ya kita siapkan pengendalian sesuai standar aja karena sistem kerja disini yang cepat jadi tidak melakukan pengujian-pengujian.”

“Pengujian dari supllier lah dek, disini mah tinggal make aja pekerjanya.”

“Tidak sih tidak ada. Sudah efektif jadi kalau disini langsung diterapkan saja pengendaliannya. Pengendalian yang digunakan juga tidak jauh berbeda dengan proyek lainnya.”

“Ya seharusnya ada pengujian tapi disini tidak ada karena sudah ada saja sudah bagus.”


(2)

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5 12 Bagaimana arahan

untuk penggunaan pengendalian yang di rekomendasikan?

“Gini arahan ke pekerja ada pas safety morning selalu diulang bahaya apa aja pengendalian apa aja seperti induksi. Kita punya banyak karakter sifat pekerja ada yang bandel, ada yang cuek, ada yang tertib. K3LMP memberikan arahan ke pekerja jika masih bertindak tidak aman akan kita tegur lagi.

“Kalau disini semua arahan pengendalian di lapangan, dikantor sih jarang ada arahan ya.”

“Arahan pengendalian untuk menggunakan APD, bertindak safety, tanggap darurat juga. Tidak hanya K3LMP tapi pelaksana kadang juga kasih arahan karena pekerja sebanyak ini susah ya kalau yang ngawas cuma berdua saja.”

“Sudah benar ya ada arahan mungkin kalau pekerja belum melaksanakan sesuai pengendalian ya itu memang mereka juga yang tidak sayang sama diri sendiri.”

No PRA6 PRA7 PRA8

12 “Ada arahan pas baru masuk kesini. Wah kalau arahan di safety morning tidak tahu saya tidak pernah ikut.”

“Masih jarang yang pakai APD masih kurang pengawasan untuk pekerja nya, ya kita mandor suka bantu tegur saja.”

“Pengarahan sendiri setiap minggu ada pengarahan. Ya udah berjalan kaya sepatu APD kita gunakan semaksimal mungkin ya untuk action nya belum semuaya kadang kan terlalu ribet.”


(3)

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA4 13 Bagaimana

ketersediaan perlengkapan pengendalian untuk digunakan oleh personil yang terlibat?

“Saya rasa perlengkapan sudah cukup karna banyak yang dimodifikasi dari proyek sebelumnya untuk keperluan safety disini. Walaupun disini K3 digabung dengan Mutu, Lingkungan dan Pengamanan semua pengendalian yang dibutuhkan sudah terpenuhi semua ya.”

“Ketersediaan pengendalian untuk pekerja sudah lengkap dari APD atau teknis.”

“Di lapangan kalau untuk perlengkapan safety sudah ada semua kan bisa dilihat juga APD, rambu-rambu sampai ruang medis semua ada.”

“Untuk perlengkapan itu bagian K3LMP dan Logistik, selama ini kalau butuh apa-apa selalu siap sedia sih kita. Saya juga selalu ingatkan anggaran dana kan ada jadi saya tidak mau sampai lah ada kekurangan.”

No PRA6 PRA7 PRA8

13 “Alhamdulillah perlengkapan cukup mbak. Ya kaya helm, sepatu, body harness ada.”

“Kalau disini lengkap

pengendaliannya.” “Dari pada proyek yang dulu di Bogor mending disini sih lebih lengkap. Ya kaya ada bu dokter, APD, APAR terus juga ada safety net gitu.”


(4)

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5 14 Bagaimana

rancangan

pengendalian yang direkomendasikan sesuai dengan situasi yang berbeda-beda?

“Semua pekerjaan pengendalian di lapangan di sama ratakan, sarung tangan, masker, helm, sepatu tapi akan ada penambahan dari jenis pekerjaannya. Seperti bagian las perlu pakai kedok, bagian cor bekisting pakai body harness.”

“Ndak ada beda-beda sama semua,

ribet kalau harus dibeda-bedain.” “Harusnya sih disesuaikan tapi ya begini. Mungkin kalau di hiradc dibedakan tapi sudah di lapangan sama saja semua pakai terkadang pekerja nya sendiri suka lalai tidak pakai APD.”

“Situasi di setiap pekerjaan memang berbeda tapi pengendalian dari K3LMP tidak dibedakan sejauh ini semua pekerja menggunakan APD yang sama.”

No PRA6 PRA7 PRA8

14 “Kurang ya, padahal kan kerja di besi itu kan karat kadang kita harus minta dulu baru dikasih sarung tangan kalau ngga minta ya ngga pakai. Dikasih tapi sarung tangan kan nggak seawet helm”

“Susah ya namanya proyek situasi beda-beda kadang pekerja juga harus aktif gitu, sering sih kita lapor kalau butuh apa-apa gitu ke K3LMP nya.”

“Ya alhamdulillah disini masih ada APD biar ngga spesifik juga tapi alhamdulillah lah sudah dikasih helm, sepatu.”


(5)

No Pertanyaan PRA1 PRA2 PRA3 PRA5 15 Bagaimana upaya

menekankan bahwa penggunaan

pengendalian yang di rekomendasikan adalah wajib?

“Oh ya ada punishment nya denda kan kamu juga bantu bagikan form denda nya. Ada jenis-jenis pelanggaran nya juga kan kamu sudah tahu. Kita buat itu supaya mereka patuh terhadap peraturan demi keselamatan mereka juga. Untuk reward juga ada kita pantau di lapangan mandor siapa yang anak buahnya rapih kerja nya itu akan dikasih reward nya ya uang bonus buat mereka.”

“Ada hukuman denda kalau pekerja tidak menggunakan APD, jika pekerja tetap bandel dan tidak ada perubahan kita langsung buat surat untuk pengeluaran pekerja. Sedangkan kalau reward ada dalam bentuk uang biasanya pas safety morning dikasih reward untuk pekerja yang rajin.”

“Hukuman paling berat ya dikeluarkan kalau ada pekerja yang berantem, kalau pekerja yang tidak patuh paling kita potong gaji dari mandornya.”

“Ada dari waskita sendiri ada punishment berupa denda atau kita bikin surat peringatan terlebih dahulu. Rewardnya ya situ kan pernah ikut lah safety morning kan ya dari waskita sendiri suka memberikan reward kan.”

No PRA6 PRA7 PRA8

15 “Ada kalau terus membandel dari mandor juga kena dendanya potong progres, teguran biasanya dari memo. Untuk reward untuk yang tertib.”

“Ditegur kadang juga dikasih sanksi kadang ada yang disuruh keluar proyek disuruh pulang dulu ambil helm. Jarang denda atau dikeluarkan tapi pernah kalau ada pekerja yang bandel diarahin malah membantah.”

“Kalau disini ditegur sekali dua kali lalu difoto sistemnya dipotong upahnya bukan ke pekerja tapi ke mandor. Hm reward nya kalau safety morning aja ada nya.”


(6)

172

1. Kebijakan Risk Assessment

 PW-K3LMP-01 Prosedur Penilaian Risiko 2.

Form Risk Assessment

 PW-K3LMP-01-01 Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan

Pengendalian Risiko 3. Lembar

Inspeksi

 PW-K3LMP-06-10 Inspeksi Harian

4. Anggaran Dana  - Rincian Biaya K3LMP 5. Daftar

Pengendalian Risiko

 - Penilaian dan

Pengendalian Risiko

6. Risalah Pertemuan

 PW-K3LMP-04 Formulir Absensi

7. Metode Kerja  - Metode Kerja 8.

Form Hazard Identification

 PW-K3LMP-01-01 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan

Penentuan Pengendalian Risiko 9.

Hasil Risk Assessment

 PW-K3LMP-01-01 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan

Penentuan Pengendalian Risiko 10. Form Bukti

Pelanggaran

 03/IM/WK/DG/DG2814122/2015 Form Bukti Pelanggaran 11. Lembar

Penerimaan Dokumen

 - Tanda Terima

Dokumen

12. Instruksi Kerja APD

 IK-PW-K3LMP-APD-08 Instruksi Kerja Alat Pelindung Diri