Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

(1)

ANALISIS PENYEBAB MASALAH DALAM PELAKSANAAN RISK ASSESSMENT PADA DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA

INDONESIA (PERSERO) BERDASARKAN TASK SPESIFIC RISK ASSESSMENT DARI MANAGEMENT OVERSIGHT

AND RISK TREE (MORT) TAHUN 2014

SKRIPSI

Disusun oleh: Sinta Pratiwi NIM. 1110101000061

Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 1435 H/ 2014 M


(2)

(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, 1 Juli 2014

Sinta Pratiwi, NIM. 1110101000061

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

xix + 215 halaman, 19 tabel, 13 gambar, 6 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan manufacturing pesawat terbang. Berdasarkan data kecelakaan kerja tahun 2013 terdapat 6 kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada kawasan Direktorat Produksi. Risk assessment merupakan salah satu upaya untuk mencegah peningkatan kecelakaan kerja, namun ditemukan ketidaktepatan dalam pelaksanaannya.

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Jenis data yang digunakan adalah data primer dengan cara observasi dan wawancara, serta data sekunder dengan cara telaah dokumen. Penyebab masalah dianalisis dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hal-hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment adalah sistem pengumpulan informasi, penentuan waktu analisis risiko, lingkup lokasi pelaksanaan analisis risiko, tipe risiko yang dianalisis, pelaksana analisis risiko, temuan bahaya, kejelasan pengendalian untuk memudahkan pemahaman dan penggunaan, kesesuaian dengan hirarki pengendalian, pengujian pengendalian sebelum diimplementasikan, ketersediaan peralatan pengendalian, dan kesesuaian dengan situasi.


(4)

iii

Berdasarkan hasil penelitian, maka Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia disarankan untuk mengubah waktu sistem pertemuan menjadi lebih siang, melaksanakan risk assessment sesuai jadwal berkala yang telah dibuat pada masing-masing unit, menetapkan personil pelaksana melalui surat tugas serta diberikan pelatihan risk assessment, melakukan revisi prosedur risk assessment

terkait penambahan aspek bahaya terhadap proses produksi dan penentuan kategori analisis risiko (probabilitas dan konsekuensi), memberikan sosialisasi terkait cara pakai serta perawatan pengendalian, melakukan tinjauan ulang terhadap rekomendasi pengendalian yang telah ada, dan menerapkan pengujian pengendalian sebelum diimplementasikan.

Daftar bacaan: 26 (Tahun 1990 – 2014)


(5)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, July 2014

Sinta Pratiwi, NIM. 1110101000061

Cause Analysis of Problems in the Implementation of Risk Assessment at Directorate of Production PT. Indonesian Aerospace (Persero) Based on Task Specific Risk Assessment of Management Oversight and Risk Tree (MORT) 2014

xix + 215 pages, 19 tables, 13 pictures, 6 charts, 8 attachments

ABSTRACT

PT. Indonesian Aerospace is one of airlines in Asia who are experienced and competent in the design, development, and manufacturing aircraft. Based on data from accidents in 2013 there were 6 cases of accidents that occur in the Directorate of Production. Risk assessment is one way to prevent an increase accidents, but there are inaccuracies in the implementation.

This study is a qualitative research to find the cause of problems in the implementation of risk assessment in Directorate of Production PT. Indonesian Aerospace in 2014. Type of data used is primary data by observation and interviews, and secondary data by document review. The cause of problem is analyzed by using Management Oversight and Risk Tree (MORT) on Task Specific Risk Assessment LTA.

The results showed that cause inaccurate implementation of risk assessment is the information systems, timing of risk analysis, scope of the location, type of risk analysis, implementing risk analysis, hazard identification, clarity of control for ease of understanding and use, suitability of the hierarchy control, control testing before being implemented, control equipment availability, and suitability to different situations.

Based on the research results, Directorate of Production PT. Indonesian Aerospace was suggested to changing the timing of the meeting, carry out a risk assessment according to the schedule have been made on each unit, appointed executor through letter assignment and given training, revised risk assessment procedures related to the addition of the hazard of production process and


(6)

v

determining categories of risk analysis (probability and consequence), provide socialization related how to wear and maintenance of recommended controls, conducts a review of the existing control recommendations, and implement control testing before being implemented.

Reading List: 26 (Tahun 1990 – 2014)


(7)

(8)

(9)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Personal

Nama : Sinta Pratiwi

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 13 November 1992

Alamat : Jalan Bintara 8 RT 005 RW 03 No. 129, Bekasi Barat 17134

No. Handphone : 08151652616

No. Rumah : 021-8856035

Alamat Email : [email protected] Pendidikan Formal

TK : TK Al-Kautsar Pondok Pucung, Bekasi

SD : SDN Bintara IV, Bekasi

SMP : SMPN 199 Jakarta

SMA : SMAN 103 Jakarta

Pengalaman Organisasi

- Kepala Biro Kesekretariatan PAMI Jakarta Raya Tahun 2010 – 2011

- Deputi Kementerian MSDM PAMI Nasional Tahun 2011 – 2012

- Sekretaris Jenderal PAMI Nasional Tahun 2012 – 2013

- Sekretaris BEM Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2012 – 2013

- Sekretaris BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Tahun 2013 – Sekarang

- Penggagas Gerakan Pangan Aman dan Sehat Indonesia Tahun 2013

- Penggagas Pecinta ASI Eksklusif Nusa Indah II Tahun 2013

- Dewan Penasihat Forum Studi K3 UIN Jakarta Tahun 2013 – 2014 Pelatihan

- Training Penulisan Ilmiah Tahun 2012 oleh PAMI

- Training for Young Researcher Tahun 2012 oleh PAMI

- PAMI Leadership Camp Tahun 2012 di Solo, Jawa Tengah oleh PAMI

- Pembentukan Karakter Tahun 2013 oleh Karang Taruna Jawa Barat

- Basic Fire Fighting Training Tahun 2013 oleh Forum Studi K3


(10)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurah bagi Nabi Muhammad SAW. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014” dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih atas dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Ayahanda tercinta, H. Supidin Iskak yang senantiasa memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis.

2. Kakak-kakak penulis, Pranu Siswanto, ST., Ramdhani Amri, ST., Gandi Permana, ST., Nani Kurniawati, Amd., dan Amandha Laras Ayu, SH. yang senantiasa mendukung dan mendoakan adik tercinta.

3. Ibu Iting Shofwati, ST., M.KKK sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan pemahaman dan wawasan dalam menyusun skripsi.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberikan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Sudaryanto sebagai pembimbing lapangan yang senantiasa memandu dan mengarahkan proses pelaksanaan penelitian di PT. Dirgantara Indonesia.

6. Bapak R. Turjaman Effendi sebagai Manager K3LH PT. Dirgantara Indonesia yang senantiasa mendukung penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Seluruh Tim K3LH PT. Dirgantara Indonesia yang senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

8. Seluruh informan dari Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia yang telah memberikan banyak informasi terkait penelitian.


(11)

x

9. Para penguji skripsi, Minsarnawati, SKM., M.Kes, Fajar Ariyanti, Ph.D, Ir. Rulyenzi Rayid, M.Si, M.KKK yang senantiasa memberi masukan demi perbaikan penyusunan skripsi.

10.Seluruh dosen Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan ilmunya.

11.Rekan-rekan peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja angkatan 2010 yang senantiasa memberi semangat dalam menyusun skripsi.

12.Pihak lainnya yang sudah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik secara konstektual maupun konseptual. Sehingga dalam hal ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Mudah-mudahan, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa lain, instansi pendidikan serta perusahaan terkait.

Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 1 Juli 2014


(12)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR ISTILAH ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan... 6

1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat... 7

1.6 Ruang Lingkup ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kecelakaan Kerja ... 9

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ... 9

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ... 10

A Bahaya ... 10

B Risiko ... 11


(13)

xii

2.2.1 Tahapan Manajemen Risiko ... 13

2.2.2 Pelaksanaan Risk Assessment ... 14

A Penentuan Lokasi ... 15

B Penentuan Waktu ... 16

C Pelaksana ... 17

D Tahapan ... 18

E Perlengkapan ... 25

2.3 Metode Analisis Program Keselamatan ... 26

2.3.1 Metode MORT ... 26

A Tujuan ... 27

B Cabang Terkait Risk Assessment ... 29

2.3.2 Metode SMORT ... 39

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 41

3.1 Kerangka Pikir... 41

3.2 Definisi Istilah ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

4.1 Jenis Penelitian ... 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 46

4.3 Informan Penelitian ... 47

4.4 Instrumen Penelitian ... 48

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 48

4.6 Validitas Data ... 52

4.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 54

BAB V HASIL ... 55

5.1 Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia ... 55

5.1.1 Profil Perusahaan ... 55

5.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 56

5.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 58

5.1.4 Proses Produksi Perusahaan ... 59

5.1.5 Sistem Manajemen K3 Perusahaan ... 59


(14)

xiii

B Prosedur Risk Assessment ... 61

5.2 Hasil Penelitian ... 62

5.2.1 Karakteristik Informan ... 62

5.2.2 Gambaran Pelaksanaan Risk Assessment ... 63

5.2.3 Penyebab Masalah Pelaksanaan Risk Assessment ... 66

A Cabang Task Spesific Risk Analysis ... 67

B Cabang Recommended Risk Controls ... 91

5.2.4 Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 107

BAB VI PEMBAHASAN ... 108

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 108

6.2 Pembahasan Ketidaktepatan Pelaksanaan Risk Assessment ... 108

6.3 Pembahasan Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 113

6.4 Pembahasan Penyebab Masalah Pelaksanaan Risk Assessment ... 119

6.4.1 Cabang Task Spesific Risk Analysis ... 119

6.4.2 Cabang Recommended Risk Controls ... 136

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 150

7.1 Simpulan... 150

7.2 Saran ... 153

Daftar Pustaka ... 155

Pedoman Wawancara ... 158

Transkrip Wawancara ... 165

Triangulasi Sumber ... 188

Lembar Observasi ... 197

Daftar Dokumen ... 199

Triangulasi Data ... 201

Foto Bukti Jenis Pengendalian ... 212


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998) ... 21

2.2 Arti Simbol dalam MORT ... 38

2.3 Kode Warna dalam MORT ... 38

3.1 Definisi Istilah ... 44

4.1 Informan Penelitian ... 47

4.2 Pengumpulan Data ... 49

4.3 Daftar Dokumen ... 51

4.4 Triangulasi Teknik ... 52

4.5 Triangulasi Sumber ... 53

5.1 Karakteristik Informan ... 64

5.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 80

5.3 Kategori Probabilitas Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 87

5.4 Kategori Konsekuensi Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 88

5.5 Kategori Indeks Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 89

5.6 Simplifikasi Risk Assessment Matrix Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 89

5.7 Pengkategorian Probabilitas Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment Tahun 2014 ... 90

5.8 Pengkategorian Konsekuensi Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment Tahun 2014 ... 90

5.9 Pengkategorian Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment Tahun 2014 ... 91


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Simbol dalam Cabang Task Spesific Risk Asessment LTA ... 37

5.1 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 59

5.2 Diagram Alir Proses Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 60

5.3 Lembar Safety PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 73

5.4 Lembar Action Plan PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 73

5.5 Form Hasil Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 79

5.6 Form Identifikasi Aspek K3LH PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 84

5.7 Form Proses Kerja PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 85

5.8 Lembar Inspeksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 86

5.9 Bukti Penerimaan Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 95

5.10 Penanggung Jawab Dokumen K3LH PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 95

5.11 Daftar SOP PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 100


(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

2.1 Tahapan Manajemen Risiko AS/NZS 4360 : 2004 ... 14

2.2 Cabang Utama Pohon MORT ... 30

2.3 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA... 36

3.1 Kerangka Pikir ... 43

5.1 Flow Chart Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ... 65


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara ... 158

2. Transkrip Wawancara ... 165

3. Triangulasi Sumber ... 188

4. Lembar Observasi ... 197

5. Daftar Dokumen ... 199

6. Triangulasi Data ... 201

7. Foto Bukti Jenis Pengendalian ... 212


(19)

xviii

DAFTAR SINGKATAN 1. MORT : Management Oversight and Risk Tree

2. LTA : Less Than Adequate

3. K3LH : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup 4. SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5. SQCDP : Safety, Quality, Control, Delivery, Person

6. RKAP :Rencana Anggaran Keuangan Perusahaan 7. MSDS : Material Safety Data Sheet

8. APD : Alat Pelindung Diri 9. SPL : Surat Peringatan Lisan 10. SPT : Surat Peringatan Tertulis 11. SOP : Standar Operasional Prosedur


(20)

xix

DAFTAR ISTILAH

1. Risk Assessment: Proses penilaian dan pengendalian risiko.

2. Manufacturing : Proses mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. 3. Machining : Proses kerja yang memanfaatkan mesin.

4. Metal Forming : Proses pembentukan atau mengubah bentuk logam. 5. Bonding Composite : Proses penggabungan dua bahan berbeda.

6. Surface Treatment : Proses mengubah sifat logam pada bagian permukaan. 7. Maintenance : Perawatan fasilitas produksi.

8. Supervisor : Seseorang yang bertanggung jawab memastikan pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

9. Leader : Seseorang dari sebuah tim yang ditunjuk untuk memimpin pekerjaan.

10. Flow Chart : Penggambaran secara grafik untuk menjelaskan sebuah proses. 11. Indeks Risiko : Gabungan nilai risk probability dan risk severity.

12. Resultant Index : Evaluasi ulang indeks risiko setelah dilakukan tindakan pengendalian.

13. Briefing : Pengarahan untuk memberitahukan aturan-aturan tertentu. 14. Safety Sheet : Lembar untuk mengetahui status safety.

15. Action Plan : Lembar untuk merumuskan rencana mengatasi suatu masalah. 16. Training : Proses memberikan kompetensi khusus yang dibutuhkan pekerja. 17. Hardware : Perlengkapan berupa alat, seperti APD, APAR, kotak P3K, alat

pengukuran, dll.

18. Blasting : Proses pembersihan permukaan material dengan penyemprotan udara bertekanan tinggi.

19. Boring : Proses meluaskan atau memperbesar lubang. 20. Reward : Penghargaan atas tindakan yang sesuai aturan.


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Safety is No Accident adalah slogan yang dikenal secara luas dalam dunia industri. Berdasarkan laporan International Labor Organitation

(ILO), setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal sekitar 6.000 kasus. Sementara di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan kerja. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4% dari Gross National Product (Kemenakertrans, 2013).

Sepanjang tahun 2012 terjadi 103.000 kasus kecelakaan kerja, dan setiap hari ada 9 orang peserta Jamsostek yang meninggal akibat kecelakaan kerja tersebut. Sementara untuk wilayah Jawa Barat dan Banten, ada 37.390 kasus kecelakaan kerja dengan pembayaran klaim mencapai Rp 139.688.155.446 (Jamsostek, 2013).

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpegalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan manufacturing pesawat terbang. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Dirgantara Indonesia selama tahun 2009 sampai 2013, jumlah kasus kecelakaan kerja dapat dilihat pada bagan berikut ini:


(22)

Sumber: Data Kecelakaan Kerja PT. Dirgantara Indonesia

Bagan 1.1 Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja PT. Dirgantara Indonesia

Berdasarkan bagan 1.1 jumlah kasus kecelakaan kerja PT. Dirgantara Indonesia, diketahui setiap tahun masih terjadi kasus kecelakaan kerja. Beberapa kasus diantaranya terjadi pada kawasan Direktorat Produksi, sebagian lainnya terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja. Hal tersebut tidak sejalan dengan program pemerintah untuk mencapai zero accident atau kecelakaan nihil di tempat kerja, karena kecelakaan dapat menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat, yang dapat berupa korban jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan.

Risk assessment merupakan salah satu upaya untuk mencegah peningkatan kecelakaan kerja pada kawasan tersebut. Berdasarkan penelitian pendahuluan, didapatkan gambaran bahwa PT. Dirgantara Indonesia sebenarnya telah berupaya melaksanakan risk assessment, dibuktikan dengan adanya prosedur Petunjuk Penilaian dan Pengendalian

5 21 9 11 6 0 5 10 15 20 25

2009 2010 2011 2012 2013

Ju m lah K asu s Tahun

Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja

PT. Dirgantara Indonesia


(23)

3

Risiko (Risk Assessment) dengan nomor dokumen D4 GO 03, serta form hasil risk assessment dengan nomor dokumen GO-03-02.

Namun, pada pelaksanaan risk assessment di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia didapatkan beberapa hal yang tidak tepat, yaitu tidak semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena pelaksanaannya hanya berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment

berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan risk assessment

tidak ditentukan, serta ketidaksesuaian penentuan kategori analisis risiko (konsekuensi dan kemungkinan) antara prosedur dengan form hasil risk assessment.

Cara untuk menganalisis pelaksanaan risk assessment yaitu dengan teknik Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment. MORT sering digunakan sebagai alat untuk menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang ada (Ericson, 2005).

Pada penelitian Neldi tahun 2011 mengenai analisis pelaksanaan JSA pada pekerjaan Wellwork and Initial Completion kontraktor Migas, untuk menganalisis pelaksanaan JSA berdasarkan teknik MORT yaitu pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed

membahas tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment (NRI, 2009). Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini


(24)

yang akan menjadi fokus analisis apabila risk assessment dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014. Dari penelitian ini, PT. Dirgantara Indonesia dapat memperoleh informasi mengenai penyebab masalah pelaksanaan risk assessment yang ada di Direktorat Produksi sehingga menjadi bahan masukan dalam memperbaiki pelaksanaan risk assessment.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, diketahui bahwa PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2013 masih terdapat 6 kasus kecelakaan kerja, beberapa kasus diantaranya terjadi pada kawasan Direktorat Produksi. Untuk mencegah kecelakaan kerja tersebut, maka dilaksanakan risk assessment.

Namun, dalam pelaksanaan risk assessment di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia didapatkan beberapa hal yang tidak tepat, yaitu tidak semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena pelaksanaannya hanya berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment

berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan risk assessment


(25)

5

(konsekuensi dan kemungkinan) antara prosedur dengan form hasil risk assessment. Atas dasar itu, peneliti ingin melakukan analisis penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari

Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah mengenai hal-hal berikut:

1. Bagaimana ketidaktepatan ruang lingkup pelaksanaan risk assessment

pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014?

2. Apa yang menyebabkan masalah dalam pelaksanaan risk assessment dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014?

3. Apa yang menyebabkan masalah dalam pelaksanaan risk assessment dari cabang Recommended Risk Controls LTA pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014?

4. Bagaimana gambaran pohon MORT pelaksanaan risk assessment


(26)

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ketidaktepatan ruang lingkup pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.

2. Untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment dari cabang Task Spesific Risk Analysis pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.

3. Untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment dari cabang Recommended Risk Controls pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.

4. Untuk mengetahui gambaran pohon MORT pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.


(27)

7

1.5 Manfaat 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana meningkatkan kompetensi peneliti dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, khususnya mengenai pelaksanaan risk assessment. Penelitian ini juga merupakan kontribusi positif peneliti terhadap perusahaan, khususnya untuk mengevaluasi pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi PT. Dirgantara Indonesia untuk memperbaiki pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi. Dari penelitian ini, PT. Dirgantara Indonesia dapat memperoleh informasi mengenai penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment yang ada di Direktorat Produksi sehingga menjadi bahan masukan dalam memperbaiki pelaksanaan risk assessment.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi civitas akademik program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan keilmuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, khususnya mengenai risk assessment.


(28)

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari sampai dengan Juni Tahun 2014.

Data penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara informan utama serta informan pendukung, sedangkan data sekunder didapatkan dengan cara telaah dokumen terkait risk assessment.

Penyebab masalah dianalisis dengan menggunakan teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT) pada cabang Task Spesific Risk Assessment. Teknik ini dipilih karena salah satu fungsinya untuk mengevaluasi kualitas program keselamatan dan penekanan pada faktor manajemen. Penelitian ini akan fokus pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yang terdiri dari cabang Task Spesific Risk Analysis LTA


(29)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pada saat melakukan suatu pekerjaan. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma’mur, 1996).

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga karena di akhir peristiwa itu ada unsur ketidaksengajaan, tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Suatu peristiwa dapat digolongkan suatu kecelakaan jika bersifat diluar kamauan manusia, disebabkan oleh kekuasaan dari luar yang berlangsung secara cepat dan menyebabkan cidera badan dan jiwa (Suma'mur, 1996).

Kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja dalam industri, diantaranya peralatan, bahan, cara kerja, lingkungan, dan manusia (Sahab, 1997).


(30)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja A.Bahaya

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian. Bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian, cidera atau kerugian lain (Sahab,1997).

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya yang ada di lingkungan kerja (Sahab,1997). Sumber bahaya itu berasal dari:

a. Bangunan, instalasi, dan peralatan; b. Bahan baku;

c. Proses kerja; d. Cara kerja; e. Lingkungan.

Sumber bahaya tersebut menyebabkan kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan ataupun dapat berdampak cidera pada manusia, kerusakan properti, terhentinya proses produksi, penurunan kesehatan ataupun kerusakan lingkungan (Diberardinis, 1999).


(31)

11

B.Risiko

Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang akan menimbulkan dampak pada suatu objek (Cross, 1998). Risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau konsekuensi yang dapat ditimbulkannya (AS/ NZS, 2004).

5 macam tipe risiko, yaitu: (Kolluru, 1996) a. Risiko Keselamatan

Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.

b. Risiko Kesehatan

Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia

c. Risiko Lingkungan dan Ekologi

Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan


(32)

dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.

d. Risiko Finansial

Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.

e. Risiko Terhadap Masyarakat

Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

2.2 Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah pemeliharaan, proses, dan struktur yang mengacu langsung pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan (AS/NZS, 2004).

Tujuan manajemen risiko, yaitu: (AS/NZS, 2004)

a. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi; b. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan


(33)

13

c. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan keuntungan bukan kerugian;

d. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level; e. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat

terjadi kegagalan;

f. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.

Manfaat manajemen risiko, yaitu: (AS/NZS, 2004)

a. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut;

b. Meningkatkan produktivitas kerja;

c. Membantu meningkatkan perencanaan kerja perusahaan yang efektif, lingkungan kerja, produksi, dan mencapai performa perusahaan yang lebih baik;

d. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk memenuhi target perusahaan dan perlindungan aset;

e. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

2.2.1 Tahapan Manajemen Risiko

Beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko, yaitu: (AS/NZS, 2004)

1. Menetapkan tujuan dan lingkup pelaksanaan manajemen risiko; 2. Melaksanakan identifikasi risiko;


(34)

3. Melakukan analisis risiko untuk menetapkan kemungkinan dan konsekuensi yang akan terjadi serta menetapkan tingkat risiko; 4. Menetapkan evaluasi untuk menetapkan skala prioritas dan

membandingkan dengan kriteria yang ada;

5. Melakukan pengendalian risiko yang tidak dapat diterima;

6. Melakukan pemantauan dan tinjauan ulang program manajemen risiko yang telah dilaksanakan;

7. Komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dalam proses manajemen risiko yang melibatkan pihak internal dan eksternal.

Bagan 2.1 Tahapan Manajemen Risiko AS / NZS 4360 : 2004

2.2.2 Pelaksanaan Risk Assessment

Risk assessment adalah proses analisis risiko sampai pengendalian risiko (NRI, 2009). Risk assessment adalah metode


(35)

15

sistematis untuk menentukan risiko dari suatu aktivitas dapat ditoleransi atau tidak. Risk assessment akan bermanfaat jika hasil risiko yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan tersebut ditindaklanjuti dengan cara mengelola (mengendalikan/ memperlakukan) risiko tersebut dengan baik (AS/NZS, 2004).

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan (Westa, 1985).

Tujuan analisis risiko adalah memberikan masukan untuk keputusan tentang apakah risiko perlu dikendalikan dan strategi pengendalian risiko yang tepat dan hemat biaya. Analisis risiko melibatkan pertimbangan sumber risiko, konsekuensi dan kemungkinan terjadinya. Pengendalian sendiri berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang posistif (AS/NZS, 2004).

A.Penentuan Lokasi Risk Assessment

Risk Assessment harus dilakukan di seluruh aktifitas usaha, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut dilakukan oleh karyawan langsung maupun kontrak, suplier dan


(36)

kontraktor, serta aktifitas fasilitas atau personal yang masuk ke dalam tempat kerja (AS/NZS, 2004).

Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih dahulu. Dalam memilih pekerjaan untuk dianalisis dan dalam menyusun tata cara analisis, pengawasan utama yang harus diikuti sebuah departemen adalah banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan, kecelakaan yang menghasilkan luka berat, kecelakaan yang menghasilkan luka cacat, dan pekerjaan baru dengan perubahan di dalam peralatan kerja atau proses (Soeripto, 1997).

B.Penentuan Waktu Risk Assessment

Dalam melaksanakan risk assessment harus dilakukan sebelum dan selama proses pekerjaan berjalan. Sebelum bekerja karena untuk melindungi pekerja sebelum dampak buruk terjadi. Selanjutnya selama proses kerja terus dilakukan peninjauan terutama apabila ada perubahan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 pasal 15 ayat 1 yang menyatakan bahwa untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, pengusaha wajib melakukan peninjauan yang dilaksanakan dalam hal:


(37)

17

a. Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan; b. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar; c. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan; d. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;

e. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi;

f. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja; g. Adanya pelaporan;

h. Adanya masukan dari pekerja/ buruh.

Pemantauan dan peninjauan ulang perlu dilakukan untuk memonitor efektifitas seluruh tahapan proses manajemen risiko. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses manajemen risiko dengan optimal (AS/NZS, 2004).

C.Pelaksana Risk Assessment

Dalam melaksanakan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko harus dilakukan oleh pekerja yang mempunyai kompetensi yang ditetapkan. Orang yang menganalisis risiko harus memiliki pemahaman yang baik tentang pekerjaan dan pengetahuan untuk


(38)

menemukan bahaya. Melibatkan pekerja akan membantu meminimalkan kelalaian, memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk solusi (AS/NZS, 2004).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 Pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa dalam menyusun rencana K3 pengusaha harus mempertimbangkan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko. Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha yang didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3. Sumber daya manusia yang dimaksud harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat serta kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/ operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 Pasal 10 ayat 3.

D.Tahapan Risk Assessment

Risk assessment merupakan bagian dari kegiatan proses manajemen risiko, yaitu mencakup keseluruhan proses dari kegiatan menganalisa risiko dan pengendalian risiko. Analisis risiko adalah sebuah bentuk sistematika dalam penggunaan informasi yang telah tersedia untuk mengidentifikasi bahaya


(39)

19

(hazard) dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap individu, populasi, bangunan, dan lingkungan (Kolluru, 1996).

Metode analisis risiko yang digunakan dalam analisis risiko dapat bersifat kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif atau bisa juga kombinasi dari ketiganya tergantung dari kondisi dan situasinya. Metode dalam melakukan analisis risiko, yaitu:

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan di ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan (AS/NZS, 2004).

Dalam metode analisis kualitatif terdapat 2 unsur yang dijadikan pertimbangan, yaitu: (AS/NZS, 2004)

1) Konsekuensi

Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan.

2) Kemungkinan

Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan.


(40)

Tingkat risiko pada analisis kualitatif merupakan hasil perkalian nilai variabel konsekuensi dan kemungkinan dari risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan(AS/NZS, 2004).

Kelebihan menggunakan analisis kualitatif: (Cross, 1998) 1. Mudah dimengerti;

2. Tidak menggunakan sumber daya yang mahal; 3. Dapat digunakan ketika tidak tersedia data yang baik;

4. Dapat menyampaikan prioritas pengamatan yang menyeluruh pada risiko yang besar jumlahnya.

Kelemahan menggunakan analisis kualitatif: (Cross, 1998) 1. Subjektif;

2. Sangat bergantung pada kepercayaan bahwa apa yang tidak terjadi tidak akan terjadi;

3. Outcomers tergantung pada Details Of Risk Chart Form;

4. Faktor analisis yang kurang baik seringkali mempengaruhi risiko dan bagaimana risiko tersebut dapat dikurangi;

5. Dapat menjadi arit sesuai kebijakan yang ada.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan hasil perhitungan numerik untuk tiap konsekuensi dan tingkat probabilitas dengan menggunakan data variasi, seperti catatan kejadian, literatur, dan


(41)

21

eksperimen. Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis risiko yang lain (Kolluru, 1996).

c. Analisis Semi Kuantitatif

Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena risiko di bagi menjadi beberapa kategori. Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter yang ada pada analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Analisis semi kuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas (likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko (AS/NZS, 2004).

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998)

No. Metode Kelebihan Kelemahan

1 Analisis Kualitatif Lebih mudah Hasil analisis kurang akurat Lebih cepat

2 Analisis Semi Kuantitatif

Lebih akurat dibandingkan

Kurang akurat dibanding analisis


(42)

analisis kualitatif kuantitatif Lebih mudah dan

lebih cepat dibandingkan analisis kuantitatif

Skala yang dipakai harus tepat untuk menentukan tingkat risiko 3 Analisis Kuantitatif Lebih akurat Waktu lebih lama

Lebih sulit

Sumber data harus memadai dan representatif

Tahapan berikutnya adalah mengevaluasi risiko dengan membandingkan nilai risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang telah ditentukan. Hal ini berguna untuk menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang harus dikurangi atau dikendalikan dengan cara yang lain (AS/NZS, 2004).

Selanjutnya adalah pengendalian risiko, yaitu proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif (AS/NZS, 2004). Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, menyatakan bahwa apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian.


(43)

23

Hirarki pengendalian merupakan daftar pilihan pengendalian yang telah diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan paparan (Tranter, 1999). Dalam melakukan langkah-langkah untuk mengatasi risiko yang timbul, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat membantu dalam pemilihan pengendalian yang disebut dengan hirarki pengendalian. Urutan prioritas atau hirarki tersebut, yaitu: (Suardi, 2005)

a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Eliminasi berarti menghilangkan peralatan yang dapat menimbulkan bahaya.

b. Substitusi, prinsip dari alat kendali ini adalah mengendalikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada.

c. Rekayasa Engineering dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko. Ciri khusus dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.


(44)

d. Pengendalian Administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya.

e. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.

Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan. Salah satunya dapat dilihat dari adanya punishment. Punishment adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku (Siagian, 2002). Selain itu, pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa upaya pengendalian di evaluasi apabila terjadi ketidaksesuaian atau perubahan pada proses kerja.

Kemudian hasil risk assessment harus dikomunikasikan. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain, komunikasi sangat


(45)

25

penting untuk berjalannya suatu organisasi (Handoko, 2002). Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1, bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Salah satu sistem informasi terbaik adalah pertemuan atau rapat. Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah (Wursanto, 2000).

E.Perlengkapan Risk Assessment

Beberapa perlengkapan untuk mendukung pelaksanaan risk assessment harus disediakan perusahaan. Salah satunya adalah anggaran. Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan (Supriyono, 1990).

Selain itu, dalam usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/ materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Satrianegara, 2009). Hal ini sesuai dengan lampiran I tentang pedoman penerapan


(46)

SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, dan peralatan pelindung diri.

2.3 Metode Analisis Program Keselamatan 2.3.1 Metode MORT

Berbagai metodologi yang dikembangkan untuk identifikasi dan penilaian risiko kecelakaan salah satunya Management Oversight and Risk Tree (MORT), namun fokus bergeser ke perintah yang lebih tinggi dari pengendalian risiko kecelakaan, yaitu untuk kontrol kondisi di tingkat manajemen. Inisiatif untuk mengembangkan MORT diambil pada akhir tahun 1960 oleh US Energy dalam Penelitian dan Pengembangan Administrasi, yang ingin meningkatkan program keselamatan mereka dalam rangka untuk mengurangi kerugian mereka akibat kecelakaan (ILO, 2011).

MORT adalah prosedur analisis yang komprehensif yang menyediakan metode disiplin untuk menentukan penyebab dan faktor-faktor utama yang berkontribusi kecelakaan. Atau, ia berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kualitas dari sistem yang ada. Sementara mirip dalam banyak hal untuk analisis pohon kesalahan, MORT lebih umum dan menyajikan lebih dari 1500 elemen tertentu dari program manajemen yang universal yang ideal untuk


(47)

27

mengoptimalkan lingkungan, keselamatan dan kesehatan, dan program lainnya (OSTI, 1992).

Diagram MORT pada dasarnya adalah diagram logika yang rumit. Diagram MORT diagram sangat efektif dalam menjamin perhatian pada akar penyebab yang mendasari manajemen bahaya (ICMA, 2014).

Ketika cabang diagram MORT dijabarkan secara rinci, ada unsur-unsur dari berbagai bidang seperti analisis risiko, analisis faktor manusia, sistem informasi keselamatan dan analisis organisasi. Secara total, sekitar 1.500 peristiwa dasar tercakup oleh diagram MORT. Di bagian bawah, MORT terdiri dari kumpulan pertanyaan. Kriteria yang memandu keputusan apakah peristiwa dan kondisi tertentu yang memuaskan atau kurang memadai berasal dari pertanyaan-pertanyaan ini. Kekurangan pada tingkat pengawasan dan manajemen yang terungkap secara lebih sistematis (ILO, 2011).

A.Tujuan MORT

MORT adalah sebuah prosedur untuk menganalisis penyebab dan faktor yang berkontribusi dalam kejadian kecelakaan. MORT sering digunakan sebagai alat untuk menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang ada (Ericson, 2005).

Tujuan dari MORT adalah untuk merumuskan sistem manajemen keselamatan yang ideal berdasarkan sintesis terbaik


(48)

elemen program keselamatan sehingga tersedia teknik manajemen keselamatan. MORT digunakan sebagai alat praktis dalam penyelidikan kecelakaan dan evaluasi program keselamatan yang ada (ILO, 2011).

Pertanyaan-pertanyaan di MORT diminta dalam urutan tertentu, yang dirancang untuk membantu mengklarifikasi fakta-fakta seputar insiden. Grafik MORT bertindak sebagai daftar cepat yang memungkinkan untuk berkonsentrasi pada isu-isu terungkap melalui proses. Diagram MORT dasar dapat digunakan untuk memfasilitasi dan memeriksa proses identifikasi bahaya secara keseluruhan oleh orang-orang dengan minat dan motivasi untuk memastikan keunggulan (ICMA, 2014).

Diagram MORT memiliki dua kegunaan langsung yaitu untuk menganalisis manajemen dan faktor organisasi relatif terhadap kecelakaan yang telah terjadi dan untuk mengevaluasi atau mengaudit program keselamatan dalam kaitannya dengan kecelakaan yang signifikan yang memiliki potensi untuk terjadi. Diagram MORT berfungsi sebagai alat skrining dalam perencanaan analisis dan evaluasi. Hal ini juga digunakan sebagai checklist

untuk perbandingan kondisi aktual dengan sistem ideal. Dalam aplikasi ini, MORT memfasilitasi memeriksa kelengkapan analisis dan menghindari bias pribadi (ILO, 2011).


(49)

29

B.Cabang Terkait Risk Assessment

Struktur MORT menyerupai sebuah pohon dan berasal dari

fault tree (pohon kegagalan). Jika ditelusuri dari struktur pohon MORT, pada lapis kesepuluh terdapat dua cabang yang fokus membahas terkait risk assessment yaitu cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed membahas tidak terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan menjadi fokus analisis mengenai ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment (NRI, 2009).


(50)

Berikut ini Cabang MORT: (NRI, 2009)

Bagan 2.2 Cabang Utama Pohon MORT

Losses Oversights & Omissions Spesific Control Factora LTA Accident Potentially Harmful Energy Flow or

Condition Vulnerable People or Objects Controls & Barrier LTA Control of Work & Process LTA Technical Information Systems LTA Operational Readliness LTA Inspection LTA Maintenance LTA

Supervision & Staff Performance LTA

Time LTA Continuity of Supervision LTA Detection/ Correction of Hazards LTA Performance Errors Task Performance Errors Task Assignment LTA Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Task Spesific Risk Assessment LTA

Pre Task Briefing

LTA

Fit Between Task Procedures & Actual Situation LTA Personnel Performance Discrepancy Performance

Errors in Unrelted Tasks Emergency Shutoff Performance Errors Support of Supervision LTA Barriers LTA

Events & Energy Flows Leading to Accident/Incident Stabilisation & Restoration LTA Management System Factors LTA Assumed Risks


(51)

31

a. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed

Cabang dengan kode C11 ini mempertimbangkan penilaian risiko pekerjan harus telah dilakukan untuk pekerjaan, namun situasinya penilaian risiko tersebut belum diterapkan meskipun adanya risiko yang signifikan (NRI, 2009).

b. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang akan menjadi fokus penelitian. Cabang ini fokus kepada analisis apabila

risk assessment dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaan (NRI, 2009).

Cabang dengan kode C12 ini mempertimbangkan penilaian risiko pekerjan memadai dan skala atau tingkat risiko benar. Berikut ini penjelasan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA: (NRI, 2009)

1) Task Spesific Risk Analysis LTA

Cabang dengan kode D10 ini mempertimbangkan kualitas analisis risiko pekerjaan yang sudah dilakukan.

a) Knowledge LTA

Cabang dengan kode E4 ini mempertimbangkan pengetahuan yang memadai tersedia untuk analisis risiko pekerjaan.


(52)

i. Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA

Cabang dengan kode F5 ini mempertimbangkan saran dan input pekerja yang memadai digunakan dalam analisis risiko pekerjaan.

ii. Technical Information Systems LTA

Cabang dengan kode F6 ini mempertimbangkan analisis risiko pekerjaan cukup didukung oleh sistem informasi teknis.

b) Execution LTA

Cabang dengan kode E5 ini mempertimbangkan hal-hal yang memengaruhi kualitas analisis risiko pekerjaan.

iii. Time LTA

Cabang dengan kode F7 ini mempertimbangkan waktu yang cukup untuk melakukan analisis risiko pekerjaan.

iv. Budget LTA

Cabang dengan kode F8 ini mempertimbangkan anggaran yang memadai untuk melakukan analisis risiko pekerjaan.

v. Scope LTA

Cabang dengan kode F9 ini mempertimbangkan ruang lingkup dan detail dari analisis risiko pekerjaan


(53)

33

yang cukup untuk mencakup semua risiko yang terkait dengan pekerjaan/ proses tersebut.

vi. Analytical Skill LTA

Cabang dengan kode F10 ini mempertimbangkan pengalaman dan keterampilan para pengawas dan peserta lain yang memadai untuk menyelesaikan penilaian risiko pekerjaan yang diperlukan.

vii. Hazard Selection LTA

Cabang dengan kode F11 ini menganggap bahaya yang tidak dicantumkan memicu masalah. Temuan bahaya sangat penting untuk kecukupan analisis risiko pekerjaan.

1. Hazard Identification LTA

Cabang dengan kode G1 ini

mempertimbangkan kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya.

2. Hazard Prioritisation LTA

Cabang dengan kode G2 ini

mempertimbangkan metode yang digunakan dalam memprioritaskan bahaya yang telah diidentifikasi.


(54)

2) Recommended Risk Controls LTA

Cabang dengan kode D11 ini mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian risiko pekerjaan.

c) Clarity LTA

Cabang dengan kode E6 ini mempertimbangkan rekomendasi dari penilaian risiko pekerjaan cukup jelas untuk mengizinkan penggunaannya mudah dan paham.

d)Compatibility LTA

Cabang dengan kode E7 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan persyaratan yang ada.

e) Testing of Control LTA

Cabang dengan kode E8 ini mempertimbangkan pengendalian diuji untuk efektivitas sebelum diimplementasikan.

f) Directive LTA

Cabang dengan kode E9 ini mempertimbangkan arahan untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan. g) Availability LTA

Cabang dengan kode E10 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan tersedia untuk digunakan oleh personil yang terlibat.


(55)

35

h)Adaptability LTA

Cabang dengan kode E11 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan dirancang dengan cara yang memungkinkan mereka untuk secara memadai disesuaikan dengan situasi yang berbeda-beda.

i) Use Not Mandatory

Cabang dengan kode E12 ini mempertimbangkan penggunaan pengendalian yang direkomendasikan adalah wajib.


(56)

Berikut ini cabang Task Spesific Risk Assessment LTA: (NRI, 2009)

Bagan 2.3 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

Task Spesific Risk Assessment LTA Task Spesific Risk

Analysis LTA Knowledge LTA Use of Workers' Suggestion and Input LTA Technical Informati on SystemS LTA Execution LTA

Time LTA Budget LTA

Scope

LTA Analytical Skill LTA

Hazard Selection LTA Hazard Identifica tion LTA Hazard Prioritisa tion LTA Recommended Risk Controls LTA Clarity LTA Compati

bility LTA Testing of Control

LTA

Directive

LTA Availability LTA Adaptability LTA

Use Not Mandatory


(57)

37

Berikut ini simbol dalam cabang Task Spesific Risk Assessment LTA: (NRI, 2009)


(58)

Berikut ini arti simbol-simbol dalam MORT: (NRI, 2009) Tabel 2.2 Arti Simbol dalam MORT

Simbol Arti

Simbol ini digunakan untuk menyatakan suatu kegagalan atau kelalaian.

Simbol ini mendeskripsikan komponen dasar dari sebuah cabang.

Simbol ini menyatakan akhir dari sebuah rangkaian tanpa informasi dan solusi yang cukup. Cabang ini baru dapat dianalisis pada cabang Assumed Risk.

Gerbang DAN.

Gerbang ATAU.

Simbol yang digunakan untuk perpindahan ke lokasi lain.

Untuk meninjau proses lebih mudah menggunakan kode warna grafik: (NRI, 2009)

Tabel 2.3 Kode Warna dalam MORT

Warna Arti

Merah Dimana masalah ditemukan.

Hijau Dimana isu yang relevan dinilai telah memuaskan.

Biru

Menunjukan dimana anda pikir masalah relevan tetapi tidak memiliki informasi yang cukup untuk menilai itu benar


(59)

39

2.3.2 Metode SMORT

Safety Management and Organization Review Technique

(SMORT) merupakan modifikasi sederhana dari MORT dikembangkan di Skandinavia. Teknik ini disusun dengan cara tingkat analisis dengan checklist terkait, sementara MORT didasarkan pada struktur pohon yang komprehensif. Karena proses analisis terstruktur, SMORT diklasifikasikan sebagai salah satu metodologi pohon berbasis (Tinmannsvik, 2003).

Analisis SMORT meliputi pengumpulan data berdasarkan daftar periksa dan pertanyaan yang terkait, selain evaluasi hasil. Informasi yang dapat dikumpulkan dari wawancara, studi dokumen dan penyelidikan. Teknik ini dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan rinci dari kecelakaan dan near miss. Hal ini juga dilayani dengan baik sebagai metode untuk audit keselamatan dan perencanaan langkah-langkah keamanan (Tinmannsvik, 2003).

SMORT terdiri dari evaluasi dengan menggunakan checklist

dari dua jenis faktor (Tinmannsvik, 2003):

a. Safety spesific factors, faktor manajemen yang secara spesifik di desain untuk mempromosikan keselamatan dalam organisasi. Hal-hal yang termasuk Safety spesific factors yaitu sikap keselamatan, peralatan keselamatan, dan peralatan pelindung, kesiapsiagaan darurat, pertukaran pengalaman keselamatan, dan kegiatan program keselamatan (safety tujuan, organisasi keamanan,


(60)

perwakilan keselamatan, inspeksi, pertemuan keselamatan, investigasi kecelakaan dan rencana aksi keselamatan).

b. General management factors, faktor manajemen untuk memperbaiki sistem produksi dan organisasi pada umumnya. Hal-hal yang termasuk General management factors yaitu pendidikan dan pelatihan, mesin dan peralatan teknis, pemeliharaan, transportasi dan penyimpanan, prosedur rumah tangga dan kegiatan, komunikasi, kepemimpinan dan administrasi kerja.


(61)

41 BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Proses penelitian ini berdasarkan temuan bahwa pelaksanaan risk assessment terdapat beberapa hal yang tidak tepat. Ketidaktepatan ini didapatkan dari hasil penelitian pendahuluan, yaitu tidak semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena pelaksanaannya hanya berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment

berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan risk assessment

tidak ditentukan, serta ketidaksesuaian penentuan kategori analisis risiko (konsekuensi dan kemungkinan) antara prosedur dengan form hasil risk assessment.

Berdasarkan temuan tersebut, peneliti melakukan proses analisis penyebab masalah pelaksanaan risk assessment dengan menggunakan teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT). MORT sering digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi program keselamatan yang ada. Terdapat dua cabang yang fokus membahas terkait risk assessment yaitu cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA. Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed membahas tidak


(62)

terlaksananya risk assessment. Sedangkan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA membahas ketidaktepatan pelaksanaan risk assessment. Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA ini yang menjadi fokus analisis karena pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia risk assessment

dilaksanakan namun terdapat ketidaktepatan pelaksanaannya.

Peneliti akan mencari letak permasalahan dan mencari informasi lebih dalam tentang penyebabnya melalui observasi, wawancara dan telaah dokumen. Faktor yang menentukan cabang Task Spesific Risk Assessment LTA yaitu Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA.

Pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA, peneliti akan melihat status dari cabang-cabang yang terkait apakah memadai atau belum. Cabang yang tekait diantaranya cabang Knowledge LTA dan Execution LTA. Kemudian pada cabang Recommended Risk Controls LTA, peneliti juga akan melihat status dari cabang-cabang yang terkait apakah memadai atau belum. Cabang yang tekait diantaranya cabang Clarity LTA, Compatibility LTA, Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability LTA, dan Use Not Mandatory.

Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan output yaitu penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment. Penyebab masalah akan digambarkan melalui pohon MORT dan pembahasannya sehingga diketahui cabang-cabang mana yang kurang memadai dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014.


(63)

43 Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1. Kerangka Pikir Gambaran Ketidaktepatan

Ruang Lingkup Pelaksanaan Risk Assessment:

a. Lokasi b. Waktu c. Pelaksana

d. Tahapan

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Berdasarkan Teknik MORT cabangTask Spesific Risk

Assessment LTA:

a. Task Spesific Risk Analysis LTA

b. Recommended Risk Controls LTA

Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment

PROCESS INPUT


(64)

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No. Istilah Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil

1 Ketidaktepatan Ruang Lingkup Pelaksanaan

Risk Assessment

Penentuan lokasi, waktu, pelaksana, maupun tahapan yang tidak tepat dalam melaksanakan

risk assessment dibandingkan dengan teori AS/NZS 4360 Tahun 2004 dan PP No. 50 Tahun 2012. Telaah dokumen, Wawancara Daftar dokumen, Pedoman wawancara Gambaran ketidaktepatan lokasi, waktu, pelaksana, dan tahapan pelaksanaan

risk assessment

2 Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan

Risk Assessment

Analisis terhadap masalah dalam pelaksanaan

risk assessment berdasarkan teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT) cabang Task Spesific Risk Assessment LTA

yang terdiri dari 2 cabang utama, yaitu Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA.

Wawancara, Observasi, Telaah dokumen Pedoman wawancara, Lembar observasi, Daftar dokumen

Status cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA

a Cabang Task Spesific Risk

Cabang ini mempertimbangkan kualitas analisis risiko pada Direktorat Produksi PT.


(65)

45

Analysis LTA Dirgantara Indonesia. b Cabang

Recommended Risk Controls LTA

Cabang ini mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang direkomendasikan oleh penilaian risiko pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia.

3 Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan

Risk Assessment

Hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment.

Wawancara, Observasi, Telaah Dokumen

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Daftar Dokumen

Hal-hal yang

menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment


(66)

46 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2008), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Pada penelitian ini ingin mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Penyebab masalah dianalisis dengan menggunakan teknik Management Oversight and Risk Tree

(MORT). Penelitian ini akan fokus pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat dengan waktu pelaksanaan selama bulan Januari sampai dengan Juni Tahun 2014.


(67)

47

4.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini diambil berdasarkan metode

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang sedang diteliti (Sugiyono, 2008). Hal yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sampel sumber data. Informan tersebut sebagai berikut:

1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah penanggung jawab pelaksanaan risk assessment yaitu staf departemen K3LH dan supervisor

unit organisasi terkait. 2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah manajer departemen K3LH, kepala divisi dan pekerja di unit.

Tabel 4.1 Informan Penelitian No. Kategori

Informan Jabatan

1 Informan Utama

Staf K3LH Sentral

Staf K3LH Direktorat Produksi


(68)

SupervisorHigh Speed Machining

SupervisorMetal Forming and Heat Treatment

2 Informan Pendukung

Manajer K3LH

Kepala Divisi Detail Part Manufacturing

Pekerja Machining

Pekerja High Speed Machining

Pekerja Metal Forming and Heat Treatment

Pekerja Bonding Composite

Pekerja Surface Treatment

Pekerja Maintenance

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi, daftar dokumen, alat perekam suara, kamera, laptop, dan alat tulis.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara observasi dan wawancara pihak-pihak terkait. Proses observasi menggunakan lembar observasi dan didukung dengan kamera. Wawancara menggunakan pedoman wawancara yang ditujukan kepada informan utama dan informan


(69)

49

pendukung. Selain itu, proses ini didukung dengan peralatan seperti alat perekam dan alat tulis. Sedangkan data sekunder didapatkan dari telaah dokumen perusahaan.

Tabel 4.2 Pengumpulan Data

No. Data

Sumber Data

Instrumen

Primer Sekunder

Wawancara Observasi Telaah Dokumen 1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

a. Cabang Knowledge LTA

Cabang Use of Workers’ Suggestion and Input LTA

V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Dokumen 3 Cabang Technical Information System LTA

V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Dokumen 5 b. Cabang Execution LTA

Cabang Time

LTA V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Dokumen 1 dan 6 Cabang Budget

LTA V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 3, 7 dan 8 Cabang Scope

LTA V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi,


(70)

Dokumen 1 dan 2 Cabang

Analytical Skill LTA

V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 1 dan 3 Cabang Hazard

Identification LTA

V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 1, 2, 4, 9 dan 10

Cabang Hazard Prioritisation LTA

V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 1 dan 2 2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

c. Cabang Clarity

LTA V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 1, 2, 11, 12 dan 13

d.

Cabang

Compatibility LTA

V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 1, 2 dan 7 e. Cabang Testing

of Control LTA V - V

Pedoman Wawancara, Dokumen 2

f. Cabang Directive

LTA V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Dokumen 2, 14 dan 15

g. Cabang

Availability LTA V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Dokumen 2 dan 7 h. Cabang

Adaptability LTA V V -

Pedoman Wawancara, Dokumen 2


(71)

51

i. Cabang Use Not

Mandatory V V V

Pedoman Wawancara, Lembar Observasi, Dokumen 2, 14 dan 15

Tabel 4.3 Daftar Dokumen

No. Dokumen yang Dibutuhkan

1 Kebijakan Risk Assessment

2 Form Risk Assessment

3 Pedoman Partisipasi Karyawan 4 Lembar Inspeksi

5 Notulensi Pertemuan 6 Pedoman Program 7 Anggaran Dana

8 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab 9 Form Proses Kerja

10 Form Hazard Identification

11 Pedoman Pengendalian Dokumen 12 Daftar Pemegang Dokumen

13 Lembar Pengiriman dan Penerimaan Dokumen 14 Prosedur Kerja


(72)

4.6 Validitas Data

Validitas data penelitian ini menggunakan triangulasi data. Teknik triangulasi merupakan suatu teknik yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada (Sugiyono, 2008). Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Tabel 4.4 Triangulasi Teknik

No. Data Sumber Data

Wawancara Observasi Telaah Dokumen 1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

a. Cabang Knowledge LTA

Cabang Use of Workers’

Suggestion and Input LTA V V V

Cabang Technical

Information System LTA V V V

b. Cabang Execution LTA

Cabang Time LTA V V V

Cabang Budget LTA V - V

Cabang Scope LTA V V V

Cabang Analytical Skill LTA V - V

Cabang Hazard

Identification LTA V - V

Cabang Hazard

Prioritisation LTA V - V

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA

c. Cabang Clarity LTA V - V


(73)

53

e. Cabang Testing of Control

LTA V - V

f. Cabang Directive LTA V V V

g. Cabang Availability LTA V V V

h. Cabang Adaptability LTA V V -

i. Cabang Use Not Mandatory V V V

Tabel 4.5 Triangulasi Sumber

No. Data

Informan Staf

K3LH Supervisor

Manajer K3LH

Kepala

Divisi Pekerja 1. Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

a. Cabang Knowledge LTA

Cabang Use of Workers’

Suggestion and Input LTA V V - - V

Cabang Technical

Information System LTA V V - - V

b. Cabang Execution LTA

Cabang Time LTA V V - - -

Cabang Budget LTA V - V V -

Cabang Scope LTA V - - - -

Cabang Analytical Skill LTA V V V V -

Cabang Hazard

Identification LTA V - - - -

Cabang Hazard

Prioritisation LTA V - - - -

2. Cabang Recommended Risk Controls LTA


(74)

d. Cabang Compatibility LTA V - - - - e. Cabang Testing of Control

LTA V V - - -

f. Cabang Directive LTA V V - - V

g. Cabang Availability LTA V V - V V

h. Cabang Adaptability LTA V V - - V

i. Cabang Use Not Mandatory V V - - V

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan telaah dokumen. Kemudian data yang terkumpul disusun dalam bentuk transkrip data. Data yang telah disusun dikategorikan sesuai kode event dalam cabang Task Spesific Risk Assessment LTA dari pohon Management Oversight and Risk Tree (MORT).

Analisis data dan interpretasi data mengikuti cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA, sehingga dapat diketahui penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 2014. Seluruh data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi, dilengkapi dengan matriks serta pohon MORT.


(75)

55 BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia 5.1.1 Profil Perusahaan

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan

manufacturing pesawat terbang. Diawali dengan membangun dasar penguasaan teknologi melalui lisensi, perusahaan industri yang berdiri pada 23 Agustus 1976 ini memproduksi helikopter dan pesawat terbang, diantaranya NBO-105, Super puma NAS-332, dan NC-212. Tiga tahun kemudian perusahaan mengintegrasikan teknologinya bersama CASA merancang dan memproduksi CN-235.

Kemudian dalam rangka memantapkan kehadirannya dalam masyarakat industri kedirgantaraan dunia serta meningkatkan kemampuan sebagai industri pesawat terbang, kerjasama internasional ditandatangani. Kerjasama tersebut antara lain dengan Boeing Company, menghasilkan komponen pesawat Boeing, serta dengan Bell Helicopter Textron, memproduksi NBELL-412.

Selanjutnya dengan penguasaan teknologi serta keahlian yang terus berkembang, PT. Dirgantara Indonesia merancang bangun N250, generasi pesawat penumpang subsonic dengan daya angkut 64-68


(76)

penumpang dengan fly by wire system. Prototype pertamanya telah berhasil diterbangkan pertama kalinya pada tanggal 10 Agustus 1995 dan telah menjalani sekitar 600 jam uji terbang. Kemudian diteruskan dengan mengembangkan N2130 pesawat jet transonic dengan inovasi baru, dalam tahap preliminary design. Namun, kedua program tersebut terhenti karena adanya kendala pendanaan.

Pada tahun 1998 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter pada tahun sebelumnya, industri ini mempersiapkan paradigma baru. Melalui paradigma ini, PT. Dirgantara Indonesia lebih berorientasi bisnis dengan memanfaatkan teknologi yang telah diserap selama tiga windu, sebagai ujung tombak dalam menghasikan produk dan jasa.

PT. Dirgantara Indonesia telah berhasil sebagai industri manufaktur dan memiliki diversifikasi produknya, tidak hanya bidang pesawat terbang tetapi juga dalam bidang lain, seperti teknologi infomasi, telekomunikasi, otomotif, maritim, militer otomasi dan kontrol, minyak dan gas, turbin industri, teknologi simulasi, dan

engineering services.

5.1.2 Visi dan Misi Perusahaan A.Visi

Menjadi perusahaan industri kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tinggi dan


(77)

58 mampu bersaing dalam pasar global dengan mengandalkan keunggulan biaya.

B.Misi

1. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersial serta dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.

2. Sebagai pusat keuntungan bidang industri dirgantara terutama dalam rekayasa, rancang bangun manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer serta untuk aplikasi diluar industri dirgantara.

3. Menjadikan perusahaan sebagai kelas dunia di industri global yang mampu bersaing dan mampu melakukan aliansi stategi dengan industri dirgantara lainnya.


(1)

210

lokasi kerja untuk memantau setiap pekerjaan yang dilakukan di wilayah kerjanya.

g. Cabang

Availability LTA

Pada dokumen standar penggunaan APD, unit organisasi yang bertugas menyediakan APD berdasarkan standar yang ditentukan sesuai kondisi bahaya yang dihadapi. Sedangkan fungsi sentral K3 hanya memberikan spesifikasi dan jenis. Perlengkapan pengendalian diusahakan tersedia. K3LH mengajukan kebutuhan terkait pengendalian kepada Divisi Pengadaan dan Logistik. Kebutuhan pengendalian secara jenis cukup, namun secara jumlah kurang. Masalah keterbatasan dana menjadi kendala pengadaan.

Pengendalian pada mesin, tanda bahaya, apar, kotak P3K, serta APD dan lain

sebagainya tersedia di lokasi, namun secara kualitas dan kuantitas masih terbatas.

Pengendalian yang

direkomendasikan tersedia di lokasi, namun secara kualitas dan kuantitas masih terbatas. Masalah

keterbatasan dana menjadi kendala pengadaan.

h. Cabang

Adaptability LTA

- Rekomendasi

pengendalian yang diberikan diusahakan sesuai untuk berbagai situasi. Selain sesuai

Tidak semua jenis APD yang disediakan sesuai digunakan untuk beberapa pekerjaan.

Pengendalian yang

direkomendasikan hampir semua lokasi disamakan. Namun beberapa pengendalian tidak sesuai dengan beberapa pekerjaan.


(2)

211

dana. Namun beberapa pengendalian

dirasakan masih kurang sesuai dengan situasi.

i. Cabang Use Not Mandatory

Pada SOP di beberapa unit terdapat langkah pengendalian yang wajib dilaksanakan pada saat melakukan

pekerjaan. Selain itu, terdapat pula prosedur penggunaan APD yang mewajibkan

penggunaan APD.

Rekomendasi pengendalian wajib dilaksanakan. Terdapat sanksi apabila tidak diterapkan, mulai dari peringatan lisan, tertulis, penundaan kenaikan pangkat, pemotongan gaji, sampai pemecatan. Namun implementasinya tidak konsisten, pekerja hanya mendapat teguran apabila tidak menerapkan.

Pekerja menggunakan APD yang

diwajibkan, apabila tidak maka leader

terkait akan

memberikan teguran.

Pengendalian yang direkomendasikan wajib dilaksanakan didukung dengan adanya sanksi berupa teguran. Selain itu adanya prosedur menegaskan bahwa pengendalian wajib dilaksanakan.


(3)

212

Lampiran foto bukti perlengkapan pengendalian:

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 1. Pelindung Mesin PT. Dirgantara Indonesia

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 2.

Safety Sign

PT. Dirgantara Indonesia

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia


(4)

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 4. Poster PT. Dirgantara Indonesia

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia


(5)

214

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 6. APAR PT. Dirgantara Indonesia

Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia


(6)