4. Tekanan Ketaatan
a. Pengertian Tekanan Ketaatan
Tekanan ketaatan biasanya berasal dari seseorang yang memiliki kekuasaan, misalnya auditor senior, klien, atau bisa juga
antara atasan dengan bawahan, dalam penelitian ini tekanan ketaatan diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor dalam
menjalankan pekerjaan auditnya baik dari entitas atau klien yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar
etika demi tujuan dari entitas atau klien yang diperiksa. Rahmawati Hanny Yustrianthe 2012 menyatakan bahwa auditor akan merasa
dalam tekanan ketaatan saat mendapatkan perintah dari atasan atau dari klien untuk melakukan yang mereka inginkan yang mungkin
bertentangan dengan standar dan etika profesi auditor. Teori ketataan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan adalah
individu yang dapat mempengaruhi orang lain dengan memberikan
perintah.
Rahmi Ayu Puspitasari 2011 menyebutkan ada enam dimensi kekuatan interpersonal dari pengaruh timbal balik yang terjadi antara
dua pihak sumber pengaruh dan penerima pengaruh, yaitu:
1 Reward Power
Adalah kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena atasan mempunyai kemampuan memberi penghargaan
kepada bawahan.
2 Coersive Power
Adalah kemampuan atasan untuk memberikan hukuman kepada bawahan.
3 Legitimate Power
Adalah kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena posisinya dalam struktur organisasi.
4 Referent Power
Adalah kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena kualitas dan kesukaan akan kharismanya.
5 Expert Power
Adalah kekuatan atasan yang muncul karena kemampuan atasan dianggap lebih baik dibandingkan dengan bawahan.
6 Informational Power
Adalah kekuatan atasan yang muncul karena isi informasi yang dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahan.
Paradigma ketaatan Milgram yang disebutkan oleh Hartanto dalam Rahmi Ayu Puspitasari 2011 menyatakan bahwa bawahan
yang mendapatkan tekanan dari atasan akan mengalami perubahan secara psikologis dari seseorang yang berperilaku otonomis menjadi
seseorang yang berperilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber
kekuasaan dan dirinya terlepas dari tanggungjawab atas apa yang dilakukannya.
b. Indikator Tekanan Ketaatan