Kajian Pedagang Kaki Lima

pelayanan pelanggan dengan cara mengantarkan barang yang dibelinya. Masalah yang dihadapi adalah memilih lokasi sedemikian, sehingga jarak yang ditempuh menjadi minimum. Usaha meminimumkan jarak ini berarti juga memperhitungkan biaya angkutan yang minimum Marsudi Djojodipuro, 1992: 69. Teori lokasi biaya rendah yang dikembangkan oleh Weber berasumsikan bahwa permintaan adalah konstan dan tidak dipengaruhi oleh perusahaan yang berdekatan. Secara implisit teori ini juga mengasumsikan persaingan bebas tanpa ada kemungkinan timbulnya kekuatan monopoli yang dibawakan oleh lokasi perusahaan lain. Lokasi biaya minimum tidak perlu menjamin keuntungan maksimum. Keuntungan dapat saja meningkat, bila lokasi perusahaan yang bersangkutan pindah ke daerah konsentrasi permintaan sekalipun biaya bertambah. Gejala ini disebabkan oleh penjualan yang meningkat, sekalipun keuntungan per satuan produk lebih rendah Marsudi Djojodipuro, 1992: 119.

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 1. Penelitian yang Relevan No Penelitian yang Relevan 1 Nama Ariani 07405249012 Skripsi UNY 2011 Judul Dampak Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Pasar Rakyat Dusun Tungkul Desa Hilir Kantor Kota Ngabang Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat Metode Penelitian survei Hasil 1. Setelah relokasi, 43,88 pedagang kaki lima mengalami penurunan pendapatan. 2. 85,71 responden merasa lebih mudah menjangkau lokasi pasar laut daripada lokasi pasar rakyat. Persamaan  Mengkaji dampak relokasi pedagang kaki lima  Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Perbedaan  Lokasi penelitian berbeda  Kajian penelitian Ariani berfokus pada dampak relokasi terhadap pendapatan. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tanggapan relokasi terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang. 2 Nama Inti Hanggita 07405244036 Skripsi UNY 2013 Judul Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pada Obyek Wisata Pantai Parangtritis Pasca Relokasi Pasar Di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Metode Penelitian deskripsi Hasil 1. Pendapatan pedagang setelah direlokasi mengalami perubahan yang semakin meningkat 11,53 2. Jenis barang dagangan tidak mengalami perubahan. 3. Jumlah persediaan barang dagangan pedagang pada saat berdagang baik sebelum maupun sesudah direlokasi sama. Persamaan  Mengkaji relokasi pedagang terhadap kondisi sosial ekonomi  Sama-sama merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif  Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Perbedaan  Lokasi penelitian berbeda  Kajian skripsi Inti Hanggita berfokus pada kondisi sosial ekonomi pedagang. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tanggapan relokasi tempat usaha pedagang terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang.

C. Kerangka Pikir

Kegiatan perekonomian di kota Magelang dari waktu ke waktu terus berkembang. Kondisi ini didukung dengan angka angkatan kerja yang terus meningkat. Peningkatan angka angkatan kerja dapat dimaknai dalam dua hal. Peningkatan angka angkatan kerja apabila sejalan dengan banyaknya lapangan pekerjaan formal yang tersedia, maka dapat memberikan dampak perekonomian positif bagi masyarakat kota. Peningkatan angka angkatan kerja tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan formal yang memadai akan berpengaruh pada meningkatnya penduduk miskin yang disebabkan tingginya angka pengangguran. Jumlah lapangan pekerjaan formal di Kota Magelang belum dapat menampung seluruh calon pekerja yang ada. Kondisi ini memacu mereka yang belum dapat pekerjaan di sektor formal kemudian membuka usaha di sektor informal, salah satunya menjadi pedagang kaki lima. Menjadi pedagang kaki lima PKL merupakan salah satu alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk bertahan hidup. Modal usaha yang relatif kecil, tempat usaha tidak memakan space banyak, dan lokasinya fleksibel di tengah keramaian, maka mata pencaharian menjadi PKL ini mulai dilirik oleh masyarakat. Keberadaan PKL makin hari makin menjamur di kawasan Kota Magelang. Kebanyakan dari PKL menjajakan dagangannya pada lokasi yang bukan peruntukannya. Mereka biasanya menempati trotoar, badan jalan, dan ruang publik taman sebagai tempat usaha tanpa memperhatikan rasa aman dan nyaman pada lingkungan sekitar. Belokasi di trotoar maupun badan jalan,