Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran (Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan)

(1)

(Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

MAIUSNA SIRAIT 110901076

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Maiusna Sirait

NIM : 110901076 Departemen : Sosiologi

Judul : DAMPAK JEJARING INDOMARET TERHADAP

KONDISI SOSIAL EKONOMI PEDAGANG ECERAN (Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Medan)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

(Drs. Muba Simanihuruk, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si)

NIP.196703171993031002 NIP.196603181989032001

Dekan

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 196805251992031002


(3)

Realitas pertumbuhan ritel Indomaret seperti deret ukur yang dulu terpusat pada kota besar, kini telah merambah ke berbagai daerah seperti di Kelurahan Padang Bulan. Ekspansi besar-besaran pasar modern ke berbagai daerah telah menghadapkan pasar pedagang kecil pada persaingan terbuka yang keras. Saat ini jaringan peritel Indomaret telah memukul mundur pedagang eceran. Sistem jejaring inilah yang membuat para peritel modern kembali diuntungkan dari segi harga. Jejaring yang dibangun antara pemasok (suplier) dengan pihak Indomaret dapat mempermudah dan meningkatkan keuntungan bagi pihak Indomaret, akan tetapi di sisi lain dapat menimbulkan keresahan sosial bagi sejumlah besar pedagang eceran. Karena itu, peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang “Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jejaring Indomaret dan dampaknya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan. Penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan kuantitatif, yaitu pengujian Spearman’s Rho Rank Order Corelation dengan bantuan perangkat SPSS versi 21. Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang sampel pedagang eceran di Kelurahan Padang Bulan. Akan tetapi untuk mengetahui dan mengelaborasi data secara komprehensif terkait berkembangnya jejaring Indomaret, maka peneliti juga melakukan wawancara dengan berbagai pihak, seperti Coordinator Officer PT INDOMARCO PRISMATAMA Distribution Center Kota Medan, Kepala Toko Indomaret, Asisten Kepala Toko Indomaret, Staff Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kota Medan, Akademisi Ekonomi Universitas Suatera Utara, Staff Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah Kota Medan

dan Kepala Bidang Tata Usaha Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Adapun alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung serta melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan penetrasi kapitalisme bahkan berhasil mengubah Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 dengan menghapus zonasi dalam mendirikan Indomaret. Hal ini berarti membuka peluang atau kesempatan yang besar bagi pihak Indomaret dalam mengembangkan usahanya.

Sistem jejaring Indomaret yang semakin meluas ternyata mengakibatkan bangkrutnya sejumlah besar pedagang eceran. Hal tersebut dibuktikan dari koefisien korelasi (rs) yang dihasilkan sebesar -0,336. Korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika jejaring Indomaret semakin meluas atau bertambah banyak maka kondisi sosial ekonomi pedagang eceran semakin rendah. Dalam hal ini terlihat bahwa koefisien korelasi -0,336 berada pada tingkat hubungan “rendah tapi pasti”. Maksudnya secara perlahan-lahan jejaring Indomaret pasti menimbulkan kebangkrutan bagi pedagang eceran, hal ini ditandai dengan mulai berkurangnya jumlah konsumen yang berbelanja di warung yang berakibat menurunnya tingkat pendapatan pedagang eceran.

Kata kunci : akumulasi modal, waralaba Indomaret dan pedagang eceran.


(4)

Reality of Indomaret retail growth as progression in which first focused on the big cities, now has penetrated into various areas such as in the village of Padang Bulan. Massive expansion of modern market to various areas have small merchant market exposes the harsh open competition. Currently, Indomaret retailer network has been repulsed retailers. Networking system is what makes the modern retailer back benefit in terms of price. Networks built between suppliers with the Indomaret can simplify and increase profits for Indomaret, but on the other hand can lead to social unrest for a large number of retailers. Therefore, researchers wanted to investigate further about the "Impact of Indomaret Network Against Retailer Socio-Economic Conditions in the village of Padang Bulan, Medan.

This study aims to determine the impact on the Indomaret Network and Socio-Economic Conditions Retail Merchants in the village of Padang Bulan, Medan. This research used correlation study with a quantitative approach, namely testing Rho Spearman's Rank Order Correlation with the help of the SPSS version 21. The study was conducted on 40 samples of retail traders in the village of Padang Bulan. But to know and elaborate comprehensive data related to the development of Indomaret networking, the researchers also conducted interviews with various parties, such as the Coordinator Officer PT Indomarco Prismatama Distribution Center Medan, Head Indomaret Stores, Shop Assistant Chief Indomaret, Staff Business Competition Supervisory Commission (KPPU) of Medan, Academician of Economics, University of North Sumatera, Staff Department of Industry and Trade of Medan, Head of Legal Medan Regional Secretariat of Administration and Head of Integrated Licensing Service Agency (BPPT).

The data collection tool was done by direct observation and interviews as well as through questionnaires. The results showed the penetration of capitalism even managed to change the Medan Mayor Regulation No. 20 of 2011 by deleting the zoning in establishing Indomaret. This means a great opportunity for Indomaret in developing business.

Indomaret networking system expanding it caused the collapse of a large number of retailers. This is evidenced from the correlation coefficient (rs) generated at -0.336. Negative correlations indicate the opposite direction, meaning that if the network Indomaret expanding or multiplying the socio-economic conditions retailers lower. In this case it appears that the correlation coefficient of -0.336 is at the level of relations "low but surely". That is slowly networking Indomaret certainly cause bankruptcy for retailers, it is marked by the reduction in the number of consumers who shop at stalls which resulted in reduced levels of revenues retailers.


(5)

Kemuliaan bagi Allah yang Esa yang maha kasih dan adil. Puji dan syukur yang tiada hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasihNya. Bukan karena kuat, gagah dan kemampuan yang dimiliki, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Namun itu semua karena kasih karunia dan anugerah-Nya semata. Terimakasih atas hikmat, kekuatan, dan pemeliharaan yang Engkau beri dalam pengerjaan tugas akhir yang berjudul “Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran (Studi Korelasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan)”. Terimakasih untuk ujian dan penghiburan yang Tuhan Yesus Berikan, sehingga membuat penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Secara Khusus skripsi ini saya hadiahkan kepada orang-orang yang sangat berperan dalam kehidupan penulis. Terutama kepada orangtua penulis tercinta “Ayahanda Alm. St. Hotman Sirait, S.H dan Ibunda Nurliatik Simarmata”. Terimakasih untuk setiap kerja keras,

tetesan keringat, nasihat, dan doanya. Spesial untuk bapak terinta yang telah tiada, maaf jika bapak tidak sempat membaca tugas akhir ini, namun bapak telah menjadi motivator terbesar saya dalam menulis tugas akhir ini.


(6)

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Muba Simanihuruk M.Si, selaku dosen pembibing akademik dan dosen pembimbing penulis. Beliau telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya serta arahan dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof, Dr. Badarruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik USU

3. Ibu Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua jurusan departemen Sosiologi yang banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staff departemen sosiologi yaitu kak Bety, Kak Fenny, dan seluruh staff bagian pendidikan yang telah banyak membantu menyelesaikan masalah-masalah administrasi.

5. Bapak, Ibu Dosen serta Karyawan FSIP USU yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis.

6. Bapak Rahmad Doni, SH, M. Hum selaku Kepala Subbagian Peraturan Perundang-Undangan Bagian Hukum Sekretariat Kota Medan, Bapak Abdul Rahim, S.H. M.Si Selaku Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan Kota Medan, Mari Yunani Hapsari, S.Sos, M.Si, Selaku Staff Investigator Utama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan Zahara, S.E selaku Staff Pencegahan KPPU, Drs. M Syafruddin, M.Si selaku Kepala Tata Usaha Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) dan Bapak Yance, Amd Selaku Staff IT (BPPT). Terimakasih


(7)

7. Seluruh Staff PT INDOMARCO PRISMATAMA Distribution Center Kota Medan, yaitu Muhammad Ilham selaku Coordinator Officer, Hendri Hutagalung selaku Kepala Toko Indomaret, dan Tetty Novita selaku Asisten Kepala Toko. Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah disampaikan sehingga penelitan ini berjalan dengan baik. 8. Adik-adik penulis yakni Muslim Mustafa Sirait, Lidia Siska Sirait,

Febri Irwansyah Sirait dan Janri Fransisco Sirait atas dukungan dan doa bagi kakak Mai selama ini.

9. Kelompok Tumbuh Bersama “El-Shaddai” yakni Kak Elisabeth Ambarita, Elisabet latif Rumahorbo, Angela C.Y Manihuruk, Erawati Siagian, dan Katrina Sinaga yang selalu membantu, memberikan semangat, motivasi, kritik, saran, dukungan dan doa bagi peneliti. 10. Kelompok kecil “Areta Angelica” yakni Anita Elisabet Lubangaol,

Chaterine Hutabarat, Entry Welni Tindaon, Sarah Tambunan, Grace Sihombing, dan Hot Graciana Damanik atas dukungan dan doa kalian. 11. Seluruh komponen pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP baik AKK, PKK, TPP dan Alumni atas dukungan, doa dan bimbingan yang mengajari peneliti menjadi alumni berkualitas, jadi garam dan terang dunia.

12. Tim kerja perpustakan UKM KMK USU periode 2014 yaitu Maiusna, Brian Halomoan Pardosi, Novaniati Pardosi, dan Minar Pasaribu atas dukungan dan doa bagi penulis selama pelayanan.


(8)

Hendrikson, Nahotamasi, Wawan, Silia, Andriani, Defa, Anita, Nidia, Isbul, Ismi dan semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

14. Keluarga Sirait yakni mak Tua Rince Nainggolan, Bapak Tua Rince Sirait, mak Tua Nora Sinaga dan Bapak Tua Nora Sirait, mak Tua Yenny Simanjuntak dan Bapak Tua Yenny Sirait, dan uda Wita Sirait yang mendukung peneliti dalam mengerjakan studi dengan baik. 15. Syalom Camp yakni Kak Dina, Ayu, Santi, Doriska, Rosner, Kak

Novita, Mariana, Rita, Marta, Mida, Yohana, dan Vina atas kebersamaanya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, 2 Agustus 2015


(9)

Lembar Persetujuan ... i

Abstrak ……….... ii

Kata Pengantar... iv

Daftar isi……… viii

Daftar Tabel ………. x

Daftar Gambar ………. xii

Daftar Bagan………. xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Hipotesis ... 13

1.6 Definisi Konsep ... 14

1.7 Operasional Variabel ... 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapitalisme ... 24

2.1.1 Pengertian Kapitalisme ... 24

2.1.2 Ciri-ciri Khusus Ekonomi Kapitalis... 25

2.1.3 Hukum Gerak kapitalisme ... 28

2.1.4 Akumulasi Modal ... 30

2.2 Franchise (Waralaba) ... 33

2.2.1 Tipe-Tipe Waralaba ... 35

2.2.2 Jenis-Jenis Waralaba ... 35

2.2.3 Jaringan Waralaba Indomaret ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Lokasi Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.3.1 Populasi... 40

3.3.2 Sampel ... 41

3.4 Instrumen Penelitian ... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Teknik Pengukuran Skor ... 44

3.7 Analisis Data ... 45

3.8 Jadwal Kegiatan ... 48

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Kelurahan Padang Bulan ... 49

4.1.2 Gambaran Kependudukan ... 51


(10)

4.2.1 Visi dan Misi Indomaret ... 56

4.2.2 Logo dan Mascot Indomaret ... 56

4.2.3 Budaya Perusahaan ... 58

4.2.4 Maksud dan Tujuan Perusahaan ... 58

4.2.5 Struktur Organisasi PT INDOMARCO PRISMATAMA... 58

4.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi ... 63

4.2.7 Pola Waralaba Indomaret ... 66

4.2.8 Proses Pendirian Waralaba (franchisee) Indomaret ... 68

4.3 Temuan Data ... 69

4.3.1 Analisis Identitas Responden ... 70

4.3.1.1 Kepala Biro Hukum Walikota Medan ... 70

4.3.1.2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan ... 72

4.3.1.3 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ... 73

4.3.1.4 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan .... 74

4.3.1.5 Pihak Indomaret ... 75

4.3.1.5.1 Coordinator Officer PT INDOMARCO PRISMATAMA Distribusi Center Kota Medan... 75

4.3.1.5.2 Kepala Toko ... 76

4.3.1.5.3 Asisten Kepala Toko Indomaret Padang Bulan ... 77

4.3.1.6 Akademisi Ekonomi ... 78

4.3.1.7 Pedagang Eceran... 79

4.3.2 Analisa Data ... 86

4.3.2.1 Analisis Tabel Tunggal ... 86

4.3.2.2 Analisis Tabel Silang ... 126

4.4 Uji Hipotesis ... 135

4.4.1 Uji Korelasi ... 136

4.4.2 Regresi Linier Sederhana ... 138

4.4.3 Koefisien Determinasi ... 139

4.5 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 140

4.5.1 Waralaba Indomaret sebagai Bentuk Aplikatif Kapitalisme... 140

4.5.2 Akumulasi modal ... 147

4.5.3 Sistem Jejaring Indomaret ... 156

4.5.3.1 Jaringan Kerjasama Pemasok ... 156

4.5.3.2 Jaringan Kerjasama Indomaret... 161

4.5.4 Kontradiksi Ekonomi Kerakyatan dengan Liberalisasi Pasar ... 162

4.5.5 Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran ... 172

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 183

5.2 Saran ... 186

5.3Keterbatasan Penelitian... 188

DAFTAR PUSTAKA ... 189 LAMPIRAN


(11)

Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel Dampak Jejaring Indomaret Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran ... 23

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 48

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 79

Tabel 4.3 Distribusi Usia Responden ... 79

Tabel 4.4 Distribusi Pendidikan Responden ... 80

Tabel 4.5 Distribusi Suku Bangsa Responden... 81

Tabel 4.6 Distribusi Agama Responden ... 83

Tabel 4.7 Distribusi Jenis Usaha Responden... 83

Tabel 4.8 Distribusi Lama Usaha Responden ... 84

Tabel 4.9 Distribusi Jenis Pekerjaan Utama Responden ... 85

Tabel 4.10 Distribusi Jarak Indomaret Ke Warung Menurut Responden.... 85

Tabel 4.11 Display Barang Dagangan di Indomaret Menurut Responden . 87 Tabel 4.12 Kondisi Fisik Bangunan Indomaret Menurut Responden ... 88

Tabel 4.13 Ketersediaan Fasilitas Parkir di Indomaret Menurut Responden... 88

Tabel 4.14 Suasana Berbelanja di Indomaret Menurut Responden ... 90

Tabel 4.15 Kondisi Kebersihan Indomaret Menurut Responden ... 90

Tabel 4.16 Tingkat Keamanan Berbelanja di Indomaret Menurut Responden... 91

Tabel 4.17 Menurut Responden Harga Promosi di Indomaret Murah Sehingga Menggiurkan Untuk Belanja ... 92

Tabel 4.18 Menurut Responden Suasana Indomaret Membuat Konsumen Betah dan Ingin Belanja di Lain Waktu ... 93

Tabel 4.19 Menurut Responden Jarak Indomaret berdampak terhadap Usaha Dagang ... 94

Tabel 4.20 Distribusi Responden Mengenai Jam Kerja Indomaret Berdampak Negatif Terhadap Usaha Dagang ... 96

Tabel 4.21 Kelengkapan Barang di Indomaret Menurut Responden ... 97

Tabel 4.22 Kualitas Barang Dagangan di Indomaret Menurut Responden 98 Tabel 4.23 Pelayanan di Indomaret Menurut Responden ... 99

Tabel 4.24 Kemasan Produk Indomaret Menurut Responden ... 100

Tabel 4.25 Kesetujuan Mekanise/Kinerja Indomaret Menurut Responden. 101 Tabel 4.26 Label Harga di Indomaret Menurut Responden ... 102

Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Mengikuti Trend ... 103

Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Gengsi ... 104

Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Jarak untuk Berbelanja di Indomaret ... 105

Tabel 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Jarak Berdampak Negatif Terhadap Usaha Dagang Eeran ... 106

Tabel 4.31 Tanggapan Pedagang Terhadap Kehadiran Indomaret ... 106

Tabel 4.32 Perubahan yang Terjadi Sebelum dan Sesudah Adanya Indomaret ... 108

Tabel 4.33 Responden Berdasarkan Orang yang Membantu Usaha Dagang ... 108


(12)

dan Sesudah Berdirinya Indomaret ... 112 Tabel 4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Omzet ... 113 Tabel 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Keuntungan Bersih ... 115 Tabel 4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Pengeluaran

Sehari-hari ... 116 Tabel 4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Kehadiran

Indomaret Terhadap Intensitas Responden dalam Menabung ... 116 Tabel 4.40 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Pengobatan ... 117 Tabel 4.41 Distribusi Responden Berdasarkan Kehadiran Indomaret

Mempengaruhi Jenis Makanan ... 118 Tabel 4.42 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Mengkonsusi

Daging ... 119 Tabel 4.43 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Mengkonsusi

Junk Food ... 120 Tabel 4.44 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Melakukan Tawar

Menawar ... 122 Tabel 4.45 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Berinteraksi

dengan Pedagang Eeran Lain ... 123 Tabel 4.46 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan

Pendidikan Anak ... 124 Tabel 4.47 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Antar Pedagang 125 Tabel 4.48 Uji Silang Antara Display Barang Indomaret dengan Perubahan

yang Terjadi Pada Usaha Eceran ... 126 Tabel 4.49 Uji Silang Antara Harga Promosi Indomaret dengan

Intensitas Memasok Barang Dagang ... 127 Tabel 4.50 Uji Silang Antara Jarak Indomaret dengan Rata-Rata

Pembeli di Usaha Eceran ... 129 Tabel 4.51 Uji Silang Antara Jam Kerja Indomaret dengan Omzet

Pedagang Per Hari ... 132 Tabel 4.52 Uji Silang Antara Pelayanan di Indomaret Dengan Keuntungan

Bersih Per Hari Pedagang Eceran ... 134 Tabel 4.53 Uji Korelasi Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi

Sosial Ekonomi Pedagang Eceran di Kelurahan Padang Bulan 136 Tabel 4.54 Koefisien Korelasi Spearman ... 137 Tabel 4.55 Regresi Linier Sederhana ... 138


(13)

Gambar 4.1 : Logo Indomaret ... 56

Gambar 4.2 : Mascot Indomaret ... 57

Gambar 4.3 : Indomaret Keliling ... 154

Gambar 4.4 : Rekonstruksi Terjadinya Retailer Surplus ... 158


(14)

Bagan 2.1 Skema Distribusi Waralaba Indomaret ... 38 Bagan 4.3 Struktur Organisasi PT Indomarco Prismatama ... 62 Bagan 4.4 Struktur Organisasi Indomaret di Kelurahan Padang Bulan,

Medan ... 63 Bagan 4.6 Hukum Akumulasi Modal... 149


(15)

Realitas pertumbuhan ritel Indomaret seperti deret ukur yang dulu terpusat pada kota besar, kini telah merambah ke berbagai daerah seperti di Kelurahan Padang Bulan. Ekspansi besar-besaran pasar modern ke berbagai daerah telah menghadapkan pasar pedagang kecil pada persaingan terbuka yang keras. Saat ini jaringan peritel Indomaret telah memukul mundur pedagang eceran. Sistem jejaring inilah yang membuat para peritel modern kembali diuntungkan dari segi harga. Jejaring yang dibangun antara pemasok (suplier) dengan pihak Indomaret dapat mempermudah dan meningkatkan keuntungan bagi pihak Indomaret, akan tetapi di sisi lain dapat menimbulkan keresahan sosial bagi sejumlah besar pedagang eceran. Karena itu, peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang “Dampak Jejaring Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jejaring Indomaret dan dampaknya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan. Penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan kuantitatif, yaitu pengujian Spearman’s Rho Rank Order Corelation dengan bantuan perangkat SPSS versi 21. Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang sampel pedagang eceran di Kelurahan Padang Bulan. Akan tetapi untuk mengetahui dan mengelaborasi data secara komprehensif terkait berkembangnya jejaring Indomaret, maka peneliti juga melakukan wawancara dengan berbagai pihak, seperti Coordinator Officer PT INDOMARCO PRISMATAMA Distribution Center Kota Medan, Kepala Toko Indomaret, Asisten Kepala Toko Indomaret, Staff Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kota Medan, Akademisi Ekonomi Universitas Suatera Utara, Staff Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah Kota Medan

dan Kepala Bidang Tata Usaha Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Adapun alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung serta melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan penetrasi kapitalisme bahkan berhasil mengubah Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 dengan menghapus zonasi dalam mendirikan Indomaret. Hal ini berarti membuka peluang atau kesempatan yang besar bagi pihak Indomaret dalam mengembangkan usahanya.

Sistem jejaring Indomaret yang semakin meluas ternyata mengakibatkan bangkrutnya sejumlah besar pedagang eceran. Hal tersebut dibuktikan dari koefisien korelasi (rs) yang dihasilkan sebesar -0,336. Korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan, artinya jika jejaring Indomaret semakin meluas atau bertambah banyak maka kondisi sosial ekonomi pedagang eceran semakin rendah. Dalam hal ini terlihat bahwa koefisien korelasi -0,336 berada pada tingkat hubungan “rendah tapi pasti”. Maksudnya secara perlahan-lahan jejaring Indomaret pasti menimbulkan kebangkrutan bagi pedagang eceran, hal ini ditandai dengan mulai berkurangnya jumlah konsumen yang berbelanja di warung yang berakibat menurunnya tingkat pendapatan pedagang eceran.

Kata kunci : akumulasi modal, waralaba Indomaret dan pedagang eceran.


(16)

Reality of Indomaret retail growth as progression in which first focused on the big cities, now has penetrated into various areas such as in the village of Padang Bulan. Massive expansion of modern market to various areas have small merchant market exposes the harsh open competition. Currently, Indomaret retailer network has been repulsed retailers. Networking system is what makes the modern retailer back benefit in terms of price. Networks built between suppliers with the Indomaret can simplify and increase profits for Indomaret, but on the other hand can lead to social unrest for a large number of retailers. Therefore, researchers wanted to investigate further about the "Impact of Indomaret Network Against Retailer Socio-Economic Conditions in the village of Padang Bulan, Medan.

This study aims to determine the impact on the Indomaret Network and Socio-Economic Conditions Retail Merchants in the village of Padang Bulan, Medan. This research used correlation study with a quantitative approach, namely testing Rho Spearman's Rank Order Correlation with the help of the SPSS version 21. The study was conducted on 40 samples of retail traders in the village of Padang Bulan. But to know and elaborate comprehensive data related to the development of Indomaret networking, the researchers also conducted interviews with various parties, such as the Coordinator Officer PT Indomarco Prismatama Distribution Center Medan, Head Indomaret Stores, Shop Assistant Chief Indomaret, Staff Business Competition Supervisory Commission (KPPU) of Medan, Academician of Economics, University of North Sumatera, Staff Department of Industry and Trade of Medan, Head of Legal Medan Regional Secretariat of Administration and Head of Integrated Licensing Service Agency (BPPT).

The data collection tool was done by direct observation and interviews as well as through questionnaires. The results showed the penetration of capitalism even managed to change the Medan Mayor Regulation No. 20 of 2011 by deleting the zoning in establishing Indomaret. This means a great opportunity for Indomaret in developing business.

Indomaret networking system expanding it caused the collapse of a large number of retailers. This is evidenced from the correlation coefficient (rs) generated at -0.336. Negative correlations indicate the opposite direction, meaning that if the network Indomaret expanding or multiplying the socio-economic conditions retailers lower. In this case it appears that the correlation coefficient of -0.336 is at the level of relations "low but surely". That is slowly networking Indomaret certainly cause bankruptcy for retailers, it is marked by the reduction in the number of consumers who shop at stalls which resulted in reduced levels of revenues retailers.


(17)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat dalam sebuah sistem sosial selalu mengalami perubahan, mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang lebih kompleks telah mampu memberikan pengaruh yang besar bagi aktivitas atau perilaku manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, hal ini menunjukkan bahwa setiap masyarakat akan menuju kehidupan yang semakin kompleks.

Soemardjan dalam (Nanang, 2011), menyebutkan bahwa perubahan sosial yang terjadi meliputi segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain itu, perubahan tersebut juga terjadi pada aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak dipungkiri perubahan sosial tidak terlepas dari globalisasi yang berarti dunia tanpa batas, realitas dunia semakin kecil, dunia menjadi sebuah desa global dimana segala macam informasi, modal, dan kebudayaan bergerak dengan cepat tanpa halangan batas-batas kedaulatan (Kushendrawati, 2006).

Bukti terjadinya perubahan tersebut yaitu adanya transformasi ideologi pasar ekonomi global. Adapun penetrasi paham ekonomi global antara lain Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis. Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis adalah sebuah sistem yang memberikan kebebasan yang besar bagi pelaku-pelaku ekonomi


(18)

untuk melakukan kegiatan terbaik bagi kepentingan individu atau sumber daya ekonomi atau faktor produksi. Menurut Karl Marx, kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana sejumlah besar pekerja, yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki hal-hal berikut : komoditas-komoditas, alat-alat produksi, dan bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji (Ritzer, 2005).

Terjadinya penetrasi ideologi kapitalisme membentuk kebijakan pasar terbuka atau pasar bebas (Free Trade Market) yang diagung-agungkan negara barat dengan membangun jargon baru bagi politisi di negara berkembang untuk memperluas pasar kapitalisme barat. Sistem kapitalisme yang diawali dengan semangat globalisasi dan liberalisasi tersebut dipandang sebagai cara terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia, sehingga diyakini dan secara sistematis disosialisasikan serta dikendalikan oleh asosiasi IMF, Bank Dunia, dan GATT (General Agreement On Tariffs and Trade) yang didirikan pada tahun 1947 di Jenewa, Swiss. Pada Januari 1995 berubah menjadi (WTO) World Trade Organization (Gayatri, 2008).

Liberalisasi tersebut bermula pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997/1998 yang mengharuskan diterapkannya segala program liberalisasi. Hal tersebut berujung pada ditandatanganinya letter of intent dengan IMF yang memberikan peluang bagi investasi asing untuk masuk ke Indonesia (Tarmidi, 1998). Hal tersebut menjadi awal perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat, seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Salah satunya dibidang industri ritel. Sejak saat itu


(19)

peritel-peritel asing atau pasar modern mulai berdatangan dan meramaikan investasi pasar seperti: Hypermarket, Supermarket dan Minimarket. Beberapa diantaranya adalah Giant (Malaysia), Continent (Jerman), Lotte Mart (Korea Selatan), Sun Plaza (Rumania), Carrefour (Prancis), Walmart (Amerika Serikat), Yaohan (Jepang), Lotus (Spanyol), Mark dan Spencer (Inggris), Sogo (Jepang), Makro (Belanda), Seven Eleven (Amerika Serikat), dan Circle K (Amerika Serikat). Begitu juga dengan pengusaha lokal yang membangun usaha minimarket seperti Indomaret, alfamart, alfa midi, alfa express, Post-Shop, dan lainya (Soliha, 2008).

Berdasarkan studi yang dilakukan Francorp (dalam Rakhmadani, 2008), suatu perusahaan konsultan waralaba terbesar dari Amerika Serikat, Indonesia memiliki potensi dan prospek sangat baik dalam pertumbuhan bisnis waralaba (Rakhmadani, 2008). Salah satu jenis waralaba yang tren pada masa kini adalah waralaba Indomaret. Seperti halnya di Taiwan, Franchise Seven Eleven memiliki persamaan jaringan kerja dengan Franchise Indomaret yang menjamur di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan perkembangan usaha ritel di Indonesia yang semakin menjamur di mana-mana, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk meluaskan usahanya dan memperoleh keuntungan yang maksimal sehingga berdirilah Indomaret di seluruh penjuru daerah. Perkembangan ini membuat konsumen dimanjakan dengan berbagai pilihan dalam berbelanja. Memang tidak bisa dipungkiri Indomaret telah membangun suatu tuntutan dan konsekuensi gaya hidup dalam masyarakat.

Indomaret adalah jaringan peritel waralaba di Indonesia. Merek dagang Indomaret dikelola oleh PT Indomarco Prismatama. Waralaba yang bernama


(20)

Indonesia Market Ritel tersebut akrab disebut dengan singkatan Indomaret. Perusahaan ritel ini menawarkan konsep kerjasama bisnis dalam bentuk waralaba, sehingga setiap orang yang berminat untuk berbisnis dibidang penyediaan barang-barang ritel dimungkinkan memperoleh lisensi kepemilikan toko Indomaret. Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m2. Indomaret juga merupakan salah satu jenis waralaba yang sangat diminati oleh pelaku usaha retail minimarket sehingga terus menambah gerai diberbagai kawasan perumahan, perkantoran, niaga, wisata dan apartemen.

Di Indonesia, Indomaret pertama kali berdiri pada tahun 1988. Untuk memaksimalkan keuntungan, maka pelaku bisnis menyusun strategi pemasaran dengan mengembangkan jaringan Indomaret melalui sistem bisnis waralaba pada tahun 1997. Pada awal tahun 2014, jumlah Indomaret meningkat drastis hingga mencapai 10.600 gerai. Dari total itu 60% gerai adalah milik sendiri dan sisanya 40% gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota Jabodetabek, Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan, Medan dan Sulawesi. Secara khusus di Kota Medan jumlah Indomaret tahun 2015 terdapat 368 gerai (Data dari Staff Officer Distribution Center PT Indomarco Prismatama, 21 April 2015).

Gambar 1.1 berikut menunjukkan laju pertumbuhan jumlah gerai Indomaret yang ada di Indonesia :


(21)

Sumber : www.indomaret.co.id

Hal ini membuktikan Indomaret berhasil dalam meningkatkan jaringan dengan melakukan penetrasi pasar hingga ke pelosok daerah. Waralaba yang bermotto mudah dan hemat tersebut mendapat penghargaan selaku perusahaan waralaba unggul pada tahun 2003. Hal ini merupakan yang pertama kali diberikan kepada perusahaan mini market di Indonesia dan sampai saat ini hanya Indomaret yang menerimanya (http://profil.merdeka.com/indonesia/i/indomaret/).

Visi Indomaret adalah menjadi asset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global. Dalam bekerja menjunjung tinggi nilai kejujuran, kebenaran, keadilan, kerjasama tim, kemajuan melalui inovasi yang ekonomis, dan kepuasan pelanggan Indomaret. Indomaret dengan kekuatan modal yang dimiliki lebih leluasa untuk meningkatkan eksistensi serta ekspansi dirinya keberbagai wilayah. Modal jaringan yang melandasi aktivitas dengan bekerjasama dengan owner, penjaga toko, dan keseluruhan struktur organisasi yang terdapat di dalamnya saling berhubungan Indomaret satu dengan yang lain. Selain itu, didukung dengan jaringan kerjasama dengan berbagai pemasok dapat

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tahun 1997 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Gerai 230 2167 3039 3892 4955 5482 7100 8800 10600

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000


(22)

mempercepat akumulasi modal. Ini merupakan strategi andalan Indomaret dalam memperluas jaringan.

Ekspansi besar-besaran pasar modern ke berbagai daerah telah menghadapkan pasar pedagang kecil pada persaingan terbuka yang keras. Saat ini jaringan peritel modern telah memukul mundur pedagang tradisional. Peritel modern menguasai pasar hampir seluruh daerah Indonesia, mulai tingkat provinsi hingga dusun-dusun. Persaingan menjadi tidak seimbang karena perbedaan modal antara pedagang eceran dengan peritel modern. Modal para pedagang eceran umumnya berasal dari individu dan kecil. Sedangkan modal para peritel modern besar dan menggunakan sistem jaringan. Sistem jejaring inilah yang membuat para peritel modern kembali diuntungkan dari segi harga. Jejaring yang dibangun antara pemasok (suplier) dengan pihak Indomaret dapat mempermudah dan meningkatkan keuntungan bagi pihak Indomaret, akan tetapi disisi lain dapat menimbulkan keresahan sosial bagi sejumlah besar pedagang eceran.

Perkembangan persaingan bisnis ritel di Kota Medan semakin hari, semakin tampak tidak sehat. Pemerintah cenderung mengobral ijin terhadap pemain ekonomi besar hingga akhirnya iklim usaha berlaku hukum rimba. Siapa yang kuat maka ialah yang menjadi pemenang. Sesuai realitanya, bisnis usaha kecil maupun kelontong tampak mengalami marginalisasi bahkan kalah bersaing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian AC Nielson tahun 2006 menunjukkan jumlah pertumbuhan pasar modern mencapai 31,4 % sementara pertumbuhan pasar tradisional minus 8,1 % setiap tahunnya. Dengan adanya minimarket, warung-warung kelontong kelas teri yang berada pada jarak lebih dari 500 meter omzetnya akan berkurang hingga 50%, sedangkan yang kurang dari 500 meter,


(23)

akan segera gulung tikar(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/program/sekolahpas ar/diakses pada 3 November 2014 pukul 08.00 WIB).

Realitas pertumbuhan ritel Indomaret seperti deret ukur yang dulu terpusat pada kota besar, kini telah merambah keberbagai daerah seperti di Kelurahan Padang Bulan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan pada Desember 2013, menyatakan Padang Bulan sebagai daerah kelurahan yang luas wilayahnya 168 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 9.179 jiwa. Hal ini sudah tentu mengalami berbagai perkembangan sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat maupun imigran seperti mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang kompleks, maka Indomaret sebagai solusi tepat yang memberi layanan setiap saat. Hal ini dapat mengganti posisi toko-toko kelontong atau warung-warung yang jam operasionalnya terbatas.

Masuknya Indomaret di Kelurahan Padang Bulan Medan pertama kali tahun 2008. Saat ini jumlah Indomaret yang terdapat didaerah ini sebanyak empat gerai. Dari segi jarak antara satu Indomaret dengan yang lain banyak berdekatan. Hal ini sangat berdampak terhadap para pedagang kecil yang dari historisnya sudah ada lebih dahulu. Ditempat peneliti melakukan riset terdapat beberapa Indomaret yang berdekatan dengan kelontong dan warung eceran kecil. Kondisi ini menyebabkan banyak konsumen yang beralih untuk berbelanja digerai Indomaret, padahal sebelum berdirinya gerai tersebut konsumen berbelanja pada pedagang eceran atau kelontong. Seperti halnya berdasarkan hasil praobservasi yang peneliti lakukan, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebelum adanya


(24)

Indomaret, masyarakat selalu berbelanja kebutuhan sehari-hari di warung kelontong maupun grosir.

Kondisi ini sangat memprihatinkan, yang mana semakin tampaknya persaingan dan kesenjangan yang begitu tajam secara eksplisit menguntungkan pihak Indomaret. Hal itu dikarenakan dari segi manajemen pengelolaan, permodalan dan berbagai kualitas pelayanan maupun produk yang lebih rendah. Sehingga pilihan masyarakat dalam hal berbelanja beralih ke Indomaret (Lufti, 2008).

Hal yang sangat berbeda dengan Indomaret yang menjual produk terstandarisasi, terdapat manajemen pengelolaan, pelayanan dan kebersihan yang sangat diperhatikan. Ditambah lagi dengan beragam inovasi yang menarik animo perhatian konsumen, dengan memberikan layanan pulsa, promo yang ditawarkan menggiurkan konsumen, ruangan ber-AC, harga yang terjangkau, siap melayani konsumen kapan saja karena buka 24 jam, adanya layanan pesan-antar-ambil dari Indomaret, Indomaret Card, ATM Indomaret, JackCard Indomaret dan Western Union. Pola strategi pemasaran dengan pemanfaatan aspek ruang dan waktu secara sinergis tersebut menjadi daya tarik utama konsumen untuk berbelanja di Indomaret. Selain itu, pola distribusi produk yang praktis karena didukung oleh 13 pusat distribusi dengan menggunakan teknologi mutakhir. Ditambah keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup Intraco, yaitu Indogrosir dan BSD Plaza (indomaret.co.id).

Begitupun saat ini belum ada tindakan pemerintah daerah untuk melakukan penertiban terhadap gerai Indomaret yang sudah banyak berdiri di sekitar Padang Bulan. Aparatur daerah seperti melakukan pembiaran terhadap


(25)

kondisi ini. Bahkan menghapus Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 mengenai zonasi dalam mendirikan minimarket. Adapun substansi regulasi tersebut mengatur jarak minimal 500 meter dari minimarket sebelunya. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan berakibat buruk terhadap persaingan usaha, yang paling buruk adalah bisa saja pedagang kecil dan grosir sampai gulung tikar dikarenakan omzet yang setiap harinya menurun diakibatkan oleh kondisi ini sehingga tidak mampu lagi untuk memutar modalnya.

Sepertihalnya observasi yang peneliti lakukan dari sepanjang Simpang Pembangunan sampai pasar I Padang Bulan yaitu perbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai terdapat beberapa pedagang eceran yang sepi pengunjung bahkan nyaris tutup. Hal ini diasumsikan karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan pedagang dalam menghadapi persaingan Indomaret. Hal ini ditandai dengan jarak warung eceran dengan Indomaret tersebut kurang lebih 10 meter dari Indomaret dan bahkan ada yang berjarak hanya dibatasi tembok.

Temuan ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lufti (2008) dengan judul “Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional Dikelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ditempat peneliti riset terdapat empat gerai Indomaret yang jaraknya sangat berdekatan dengan pedagang grosir maupun dengan Indomaret sendiri. Kemunculan gerai ini memberikan dampak negatif terhadap pedagang yang produknya sama dengan Indomaret. Hal ini disebabkan minat konsumen lebih nyaman belanja di Indomaret, selain tempat yang nyaman, pelayanan yang diberikan pramuniaga juga memuaskan terlebih adanya promo-promo dan potongan harga yang diberikan untuk harga bahan


(26)

pokok rumah tangga. Permasalahan lain terkait dengan pasokan produk Indomaret selalu ada, tidak tergantung pada modal usaha. Berbeda halnya dengan pedagang grosiran yang harus memikirkan pasokan barng-barang yang dijual setiap bulannya, jikalau modal tidak ada, maka persediaan barang terputus. Hal tersebut diatas membuat terpuruknya omset pedagang grosir yang hanya melayani konsumen secara konvensional.

Selain itu, penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini juga dilakukan oleh Fadhilah (2011) yang mengkaji tentang “Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional” penelitian ini dilakukan pada Pasar Ngaliyah di kota

Semarang. Persaingan bebas yang menghalalkan segala cara pun dilakukan, minimarket disekitar tidak memberi peluang pada pasar tradisional dalam kemitraan usaha. Praktek monopolipun digunakan, dimana pusat kontrol pasokan (supply) barang atau jasa dipegang oleh peritel besar seperti minimarket sekitar. Mereka yang mengontrol pasokan barang menetapkan harga yang menguntungkan baginya, tetapi sebaliknya dengan para pedagang tradisional mengalami penurunan omset. Hal ini didasari ketidakmampuan Pasar Tadisional Ngaliyah bersaingan dengan harga pasar modern sekitar karena rantai distribusi produk yang sangat panjang dibandingkan dengan pasar modern sehingga dalam membuat harga sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga pasar modern. Dari sebanyak 71 pedagang kelontong, 37 pedagang (52,11%) mengalami penurunan pendapatan beras, 52 pedagang (73,23%) mengalami penurunan pendapatan penjualan telur, 44 pedagang (61,97%) mengalami penurunan pendapatan penjualan minyak goreng, 53 pedagang (74,47%) penurunan penjualan mie instan, 65 pedagang (91,54%) mengalami penurunan pendapatan


(27)

penjualan susu, 23 pedagang (32,39%) mengalami penurunan pendapatan penjualan tepung terigu, 23 pedagang (32,39%) mengalami penurunan pendapatan penjualan sabun cuci/deterjen. 47 pedagang (66,20%) mengalami penurunan penjualan sabun mandi, 38 pedagang (53,52%) mengalami penurunan pendapatan shampoo, 59 pedagang (83,09%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan pasta gigi.

Melihat perkembangan bisnis waralaba Indomaret yang semakin merebak dimana-mana secara eksplisit membangun persaingan ritel modern dengan ritel tradisional, seperti warung eceran maupun kelontong. Hal ini mengindikasikan struktur jaringan ekonomi baru yang secara langsung telah meningkatkan kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan bagi pedagang kecil. Oleh sebab itu, masalah ini perlu untuk diteliti, sehingga penulis ingin meneliti lebih jauh tentang “Dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran” studi korelasi di Kelurahan

Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu menganalisis jaringan Indomaret dengan menggunakan perspektif sosiologi. Penelitian ini menguraikan bagaimana jejaring Indomaret secara internal maupun eksternal sehingga berdampak negatif terhadap pedagang eceran. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kemudian untuk mengelaborasi data tersebut peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Artinya peneliti tidak hanya menyajikan data secara kuantitas mengenai dampak yang dialami oleh pedagang


(28)

eceran, akan tetapi penelitian ini juga menguraikan proses jaringan Indomaret yang mengakibatkan keresahan sosial bagi pedagang tersebut.

1.2Perumusan Masalah

Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik ataupun judul penelitian yang akan dijawab dan mencari jalan pemecahannya. Selain itu, batasan permasalahan ini mengarahkan peneliti agar terfokus dan tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Sosiologi dalam matakuliah sosiologi ekonomi, serta dapat menambah referensi dari hasil penelitian bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan penelitian ini.


(29)

b. Manfaat Praktis

Secara praktis rangkaian kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis permasalahan sosiologis dan menyusun karya tulis ilmiah.

2. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi instansi pemerintah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara serta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk melakukan penegakan hukum secara lebih tegas dalam memberikan izin pendirian Indomaret. Di samping itu, mendorong PT INDOMARCO PRISMATAMA supaya memperhatikan keadilan bagi pedagang eceran di sekelilingnya dalam mendirikan gerai Indomaret. Serta, menjadi sumber referensi bagi peneliti lain yang memerlukan data dan informasi mengenai dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang kecil lainnya.

1.5Hipotesis

Hipotesis merupakan prosisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan salah satu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, (Prasetyo, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis Nol. Hipotesis alternatif (Ha) terbukti kebenarannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis dalam penelitan ini adalah sebagai berikut :


(30)

1. Ha :Terdapat dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran di Kelurahan Padang Bulan, Medan.

2. Ho :Tidak ada dampak jejaring Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran di Kelurahan Padang Bulan, Medan.

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (Suyanto, 2005). Definisi konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. (Siregar, 2011) mendefinisikan dampak adalah suatu kondisi yang timbul akibat tindakan-tindakan yang dilakukan apakah berakibat positif atau negatif. Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang timbul akibat kehadiran Indomaret terhadap kondisi sosial ekonomi pedagang eceran atau kelontong di Kelurahan Padang Bulan, Medan.

2. Konsep jaringan yang dimaksud peneliti adalah hubungan antar simpul (orang atau kelompok) yaitu Indomaret melalui media hubungan sosial dengan menjalin kerjasama. Dalam hubungan tersebut diikat oleh kepercayaan dan dipelihara atau dipertahankan oleh nilai-nilai dan norma yang mengikatnya. Jaringan dalam hal ini kegiatan usaha Indomaret melalui satu kesatuan dalam sistem pendistribusian barang ke berbagai gerai.


(31)

Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan menjual produk berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang franchisor (pemberi waralaba) di mana pihak franchisee (penerima waralaba) berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba. Dalam penelitian ini waralaba indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas jangkauan kurang dari 200 m2. Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibangun tahun 1987 di Ancol, Jakarta Utara (http://id.wikipedia.org/wiki/indomaret). 4. Kapitalisme (Ritzer, 2005) adalah sistem ekonomi di mana sejumlah besar

pekerja, yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki hal-hal berikut : komoditas-komoditas, alat-alat produksi, dan bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji. Dalam penelitian ini kaum kapitalis sebagai pemilik modal dapat melakukan ekspansi waralaba modal dengan tujuan mengakumulasikan modal untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.

5. Pedagang eceran adalah pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen (Damsar, 2011).

6. Usaha Eceran menurut Kotler dan Amstrong (2003) adalah kegiatan yang menyangkut penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen pribadi dan non-bisnis. Dalam penelitian ini usaha eceran merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan menjual berbagai produk secara langsung


(32)

kepada konsumen, dengan kata lain merupakan tahap akhir dari saluran distribusi yang menyampaikan produk langsung kepada konsumen ak hir. Adapun beberapa contoh barang dagangan yang dijual seperti minumam, makanan, permen, rokok, perlengkapan mandi, kebutuhan sembako, dan lain-lain.

7. Warung kelontong yaitu usaha dagang yang bersifat tradisional atau konvensional dimana pembeli tidak bisa mengambil barangnya sendiri, karena rak toko yang belum modern dan menjadi pembatas antara penjual dan pembeli. Dari segi variasi produk yang dipasarkan lebih banyak dari warung eceran, karena warung kelontong juga menjual barang basah dan barang kering.

8. Persaingan adalah dalam hal ini muncul antara waralaba Indomaret yang memiliki cara-cara tersendiri yang lebih kreatif dan inovatif serta lebih unggul dari pedagang eceran maupun kelontong.

9. Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenu han kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, tingkat pendapatan, mata pencaharian, dan lain-lain. Sosial ekonomi pedagang eceran dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu :

a. Pendapatan, yaitu perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan melalui penjualan barang.

b. Jenis pekerjaan, yaitu kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan dengan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya.

c. Kesehatan, yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.


(33)

d. Pendidikan, yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

e. Investasi atau tabungan pedagang adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan sebagai cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih baik di masa depan. f. Sandang, yaitu suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, dengan

adanya pakaian kita bisa mengahindai dari terik matahari atau dari kedinginan dan menjadikan indah bila dikenakan.

g. Pangan, yaitu jenis makanan yang dikonsumsi oleh pedagang eceran maupun kelontong.

h. Interaksi sosial, yaitu sebuah proses sosial yang terjadi akibat dari hukum pertukaran barang dan jasa.

i. Solidaritas, yaitu integrasi yang ditunjukkan masyarakat atau kelompok dengan orang atau tetangga mereka. Hal ini mengacu hubungan dalam masyarakat yang saling mengikat satu sama lain.

j. Budaya

Menurut E.B. Taylor dalam (Setiadi, 2010) mengatakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.


(34)

1.7 Operasional Variabel

Defenisi operasionalisasi adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989). Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian kuantitatif secara umum terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.7.1 Variabel bebas (X) yaitu jejaring Indomaret di Kelurahan Padang Bulan. Adapun indikator variabel tersebut sebagai berikut :

1. Strategi pemasaran yang ditetapkan Indomaret. a. Aspek ruang

yaitu untuk memperindah dan mempercantik ruangan sehingga menarik orang untuk memperhatikan atau sekadar melirik tempat tersebut. Misalnya memperindah bentuk dan warna bangunan, memanfaatkan etalase toko dengan memajangkan barang-barang, terutama keluaran terbaru secara menarik, apik dan menggelitik. Selain itu, untuk membuat orang betah dan berlama-lama untuk belanja. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan berkenaan dengan strategi ini antara lain menyediakan sarana bermain untuk anak, memutar lagu melalui pengeras suara, pelayanan


(35)

yang siap membanu calon pembeli yang perlu informasi dan seterusnya sehingga kegiatan berbelanja dilakukan bukan semata untuk berbelanja juga sebagai rekreasi. Adapun indikator aspek ruang adalah sebagai berikut:

1.Display barang 2. Nyaman 3. Menarik 4. Lengkap 5. Efisiensi 6. Luas ruko 7. Kebersihan b. Aspek waktu

Pemanfaatan aspek waktu bagi aktor ekonomi dipengaruhi oleh kombinasi asek lain, seperti politik, sosial, budaya, dan lainnya. Hal ini menunjuk pada dimensi persaingan pasar. Misalnya pemanfaatan momen tertentu seperti menjelang lebaran, natal dan tahun baru untuk dijadikan masa “pengurangan harga” karena pada momen tersebut orang lagi banyak mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu. Contoh lain adanya penyimpanan dan penimbunan suatu komoditas merupakan suatu kegiatan untuk mengantisipasi suatu permintaan. Hal ini dilakukan apabila permintaan naik sedangkan penawaran tetap maka harga akan naik. Adapun indikator aspek waktu adalah sebagai berikut :

1. Jam Kerja 2. Jarak


(36)

3. Harga 4. Diskon

1.7.2 Variabel terikat (Y) yaitu kondisi sosial ekonomi pedagang eceran dan kelontong. Adapun indikator variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan

Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat diartikan sebagai penerimaan atau jumlah yang didapat dari hasil utama. Sementara definisi lain yaitu jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Dari uraian tersebut disimpulkan dalam kategori sebagai berikut :

1. Pendapatan berupa uang, yaitu :

a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur, dan kerja serabutan (outsourching). b) Dari usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha itu sendiri,

komisi dan penjualan kerajinan rumah tangga.

c) Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

2. Pendapatan berupa barang, yaitu :

a) Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang harus di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati ( Sumardi, 1987).


(37)

2. Jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja.

3. Kesehatan, yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. 4. Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat tercapai tujuan pendidikan optimal. Kedua mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi/mempersiapkan individu untuk peranan-perananan tertentu, sehubungan dengan keterampilan dan keahlian (Tirtahadja dan Sulo, 2005).

5. Tabungan atau investasi

Tabungan adalah menyimpan sebagian pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan sebagai cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Karena pada dasarnya, kita semua memiliki tujuan dan impian yang lebih baik di masa depan. Itu semua dapat terwujud jika didukung dengan keuangan yang memadai untuk menjalankan aktivitass. Dalam kehidupan sehari-hari, uang sudah menjadi bagian penting dalam mendukung berbagai aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut. Dimanapun berada, langsung ataupun tidak langsung, setiap aktinitas yang kita lakukan selalu berhubungan dengan uang, dan


(38)

semua itu bermuara kearah pengeluaran atau pemasukan, maka dari itu perlu adanya tabungan (http://www.madania.info.htm).

6. Sandang

Pakaian adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya pakaian kita bisa mengahindai dari terik matahari atau dari kedinginan dan menjadikan indah bila dikenakan.

7. Pangan

Pangan adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh pedagang eceran maupun kelontong.

8. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah sebuah proses sosial yang terjadi akibat dari hukum pertukaran barang dan jasa.

9. Solidaritas Sosial

Solidaritas merupakan integrasi yang ditunjukkan masyarakat atau kelompok dengan orang atau tetangga mereka. Hal ini mengacu hubungan dalam masyarakat yang saling mengikat satu sama lain.

10. Budaya

Menurut E.B. Taylor dalam (Setiadi, 2010) mengatakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.


(39)

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel Dampak Jejaring Indomaret terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Eceran

Variabel Indikator Skala Pengukuran

Jejaring Indomaret (X) Yaitu kegiatan usaha di bidang Indomaret melalui

satu kesatuan dan sistem pendistribusian barang ke

outlet yang lain merupakan jaringannya.

1. Strategi pemasaran yang ditetapkan Indomaret. a. Aspek ruang

1.Teratur 2. Nyaman 3. Menarik 4. Lengkap 5. Efisiensi 6. Luas ruko 7. Kebersihan b. Aspek waktu

1. Lama berdiri 2.Jarak

3.Jam Kerja 4.Harga 5.Diskon c. Pelayanan

Senyum, Salam, dan Sapa

Skala Likert

Sosial Ekonomi Pedagang (Y)

Kondisi sosial ekonomi pedagang eceran adalah variabel dependen dalam penelitian ini. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat

(Koentjaraningrat, 1990).

1. Pendapatan 2. Jenis pekerjaan 3. Kesehatan 4. Pendidikan 5. Investasi 6.Sandang 7.Pangan

8. Interaksi Sosial 9. Solidaritas Sosial 10.Budaya


(40)

2.1Kapitalisme

2.1.1 Pengertian Kapitalisme

Marx (Ritzer, 2003), kapital adalah uang yang menghasilkan banyak uang. Dengan kata lain, kapital lebih merupakan uang yang diinvestasikan ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Kapitalisme menurut Max Weber bukan sekadar sebuah nilai atau sikap mental untuk mencari keuntungan secara rasional dan sistematis atau sekadar sebuah sistem produksi yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Sementara menurut Karl Marx kapitalisme merupakan sebuah cara produksi dan hubungan dalam proses produksi kemudian menimbulkan berbagai implikasi seperti ekonomi politik, sosial psikologis maupun kultural. Ketika feodalisme mulai memudar, kemudian hadir sistem ekonomi yang kapitalistik, maka yang terjadi kemudian adalah perubahan hubungan antarkelas, mode produksi (mode of production), dan perubahan gaya hidup masyarakat.

Esensi kapitalisme adalah pemilikan, persaingan, dan rasionalitas. Berbeda dengan feodalisme dimana modal dan sumber pembentukan kelas tergantung pada kepada pemilikan luas lahan dan tradisi, dalam kapitalisme sumber perbedaan dan pembagian kelas adalah modal dan kepemilikan aset industri. Hal ini berdampak buruk bagi kelas proletar yang cenderung teralienasi dan mengalami proses eksploitasi yang menyebabkan posisi mereka benar-benar marginal.

Esensi lain yang mendasar dari kapitalisme menurut Robert Lekachman dan Borin Van Loon (Suyanto, 2011), antara lain :


(41)

1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan karenanya bisa diproduksi berulang kali (reproducible).

2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat produksinya dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk menggunakan hak miliknya guna meraup keuntungan pribadi. 3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi,

mengalokasikan sumber daya dan menetapkan tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas yang berbeda.

Waralaba Indomaret merupakan salah satu bentuk aplikatif kapitalisme, dengan kata lain sebuah bisnis ekonomi besar yang mana cara produksi dan hubungan dalam proses produksi menguasai pelaku ekonomi kecil lainnya. Indomaret ditandai sebagai kapitalisme karena secara legal alat-alat produksi dan modal yang besar bahkan tenaga kerja dimiliki oleh pelaku bisnis. Misalnya hak kekayaan intelektual seperti hak paten merek suatu produk dan gedung Indomaret, mesin, serta keseluruhan tenaga kerja dikoordinasikan dan dikendalikan oleh pemilik waralaba Indomaret. Secara signifikan proses tersebut mengindikasikan peminggiran sosial bagi pedagang kecil.

2.1.2 Ciri-Ciri Khusus Ekonomi Kapitalis

Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Mereka adalah orang yang memberi upah. Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang muncul dari dasar hubungan eksplotatif tersebut. Para kapitalis adalah


(42)

orang-orang yang hidup dari keuntungan kapital mereka melalui eksploitasi proletariat. Adapun karakteristik pokok ekonomi kapitalisme menurut Mandel (2006) adalah sebagai berikut :

1. Produksi terdiri dari produksi komoditas, yaitu produksi yang bertujuan untuk dijual di pasar. Jika komoditi yang diproduksi tidak terjual diatas harga yang ada, perusahaan kapitalis dan kelas borjuis secara keseluruhan tidak akan mendapatkan nilai lebih yang dihasilkan pekerja melalui komoditi.

2. Produksi dijalankan dalam kondisi dimana alat produksi dimiliki secara pribadi. Adanya kekuasaan untuk mengatur tenaga produktif (alat produksi dan tenaga kerja) bukan milik kolektif, melainkan terbagi-bagi antara perusahaan-perusahaan yang dikontrol oleh kelompok-kelompok kapitalis yang berbeda (kepentingan individu dan keluarga, perusahaan terbatas dan kelompok-kelompok financial).

3. Produksi dijalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas dan dibawah tekanan persaingan. Setiap individu kapitalis (pemilik pribadi, tiap perusahaan atau kelompok kapitalis) berusaha untuk mendapatkan keuntungan terbesar tanpa mempertimbangkan hasil keseluruhan dari keputusan serupa yang diambil oleh perusahaan lain yang beroperasi dalam bidang yang sama. Hal ini dilakukan untuk memperoleh bagian keuntungan terbesar dari keuntungan yang bisa dikeruk dari pasar.

4. Tujuan produksi kapitalis adalah memaksimalkan keuntungan. Kelas pemilik prakapitalis hidup dari produk surplus sosial, umumnya mengkonsumsi dalam cara yang tidak produktif. Kapitalis harus


(43)

merendahkan biaya produksi (biaya dan harga) serta menggunakan teknologi mesin yang canggih untuk mendapatkan jumlah kapital yang besar. Karenanya dibawah cambukan kompetisi, kapitalisme diwajibkan untuk mencari maksimalisasi keuntungan agar mengembangkan investasi produktif hingga maksimum.

5. Produksi kapitalis muncul menjadi produk yang tidak hanya untuk memperoleh keuntungan akan tetapi akumulasi kapital.

Berdasarkan ciri-ciri kapitalisme sebagaimana yang telah dikemukakan diatas maka dapat dijelaskan bahwa Indomaret adalah salah satu contoh dari sekian banyak bentuk Ekonomi Kapitalisme, dimana memproduksi barang yang akan di distribusikan kepada konsumen. Bukan hanya kebutuhan pokok masyarakat akan tetapi kebutuhan tambahan seperti rekreasi dan kenyamanan serta kepuasan juga menjadi basis dalam menjalankan bisnis Indomaret. Dalam menjalankan bisnis Indomaret tidak terlepas dari tekanan persaingan dari pelaku ekonomi lain. Oleh sebab itu, pemilik waralaba Indomaret menggunakan berbagai strategi dalam meraup keuntungan. Seperti merendahkan biaya produksi dan harga jual produk kepada konsumen, membuat promosi dan mengakumulasikan modal melalui ekspansi waralaba keberbagai daerah. Hal ini menjadi fenomena umum bahwa kontrol perusahaan keluarga menjadi modern karena pemilik usaha tidak secara langsung berhubungan dengan buruh akan tetapi melalui manajer Indomaret yang disebut sebagai borjuis minor.

Dilain pihak Desai (Suyanto, 2011) memberikan gagasan bahwa dasar kekuatan dalam menjalankan waralaba Indomaret adalah sebuah modal produksi.


(44)

Hal ini juga yang menandai ciri-ciri kapitalisme antara lain : (1). Produksi untuk dijual dan bukannya untuk dikonsumsi sendiri, (2). Adanya pasar dimana tenaga kerja dibeli dan dijual dengan alat tukar upah melalui hubungan kontrak, (3). Penggunaan uang dalam proses tukar menukar yang selanjutnya memberikan peranan yang sistematis kepada bank dan lembaga keungan nonbank, (4). Proses produksi atau proses kerja berada dalam kontrol para pemilik modal atau agen-agen manajerialnya, (5). Kontrol dalam keputusan keuangan berada ditangan pemilik modal, dimana para pekerja tidak ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, (6). Berlakunya persaingan bebas diantara pemilik kapital.

2.1.3 Hukum Gerak Kapitalisme

Modus produksi kapitalis yang berkembang berdasarkan hukum gerak kapitalisme (Mandel, 2006), yaitu sebagai berikut :

1. Konsentrasi dan sentralisasi kapital dalam kompetisi ikan yang besar menelan ikan yang kecil, perusahaan-perusahaan yang besar mengalahkan yang kecil, yang memiliki sedikit alat yang tidak memperoleh keuntungan dari kemajuan produksi massal, dan tidak dapat menggunakan teknik -teknik yang paling maju dan mahal. Pada waktu yang sama, banyak perusahaan yang hancur oleh kompetisi di serap oleh pesaing mereka yang menang (sentralisasi kapital).

2. Proletarisasi progresif terhadap populasi pekerja. Sentralisasi kapital membuat jumlah bos-bos kecil yang bekerja atas usaha sediri setiap waktu dihancurkan. Lebih lagi konsentrasi kapital berarti bahwa biaya mendirikan bisnis meningkat secara terus menerus, dan menghalangi


(45)

mayoritas bourjuis kecil dan seluruh kelas pekerja dari akses kepemilikan industri dan perusahaan komersial yang besar.

3. Pertumbuhan komposisi organik kapital. Fungsi kapital dibagi menjadi dua yaitu; 1) untuk membeli mesin, bangunan, dan bahan baku. Nilainya tetap sama selama proses produksi, nilai kapital hanya dipertahankan tenaga kerja. Hal ini disebut kapital konstan. 2). Membeli tenaga kerja untuk membayar upah. Marx menyebutnya kapital variabel.

4. Jika komposisi organik kapital meningkat, keuntungan akan cenderung meningkat. Selain itu, adanya peningkatan nilai lebih dengan kenaikan angka eksploitasi pekerja upahan.

5. Sosialisasi objektif dari produktif. Seiring dengan berkembangnya sistem kapitalis, ikatan teknik dan sosial saling ketergantungan dan berkembang diantara perusahaan dan sektor industri terus bertambah.

Sebagaimana hukum gerak kapitalisme yang dipaparkan diatas mengindikasikan bahwa esensi bisnis adalah memperoleh keuntungan, yaitu melalui konsentrasi dan sentralisasi kapital. Sepertihalnya yang dilakukan oleh waralaba Indomaret. terbukti perkembangan Indomaret semakin pesat hal ini menunjukkan sebagai sebuah investasi yang menarik dan menguntungkan kapitalis. Pada akhirnya minimarket tersebut akan mengusai pasar dan mengalahkan usaha kecil seperti dagangan eceran maupun kelontong yang berada sekitar Indomaret.


(46)

2.1.4 Akumulasi Modal

Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, kapitalis mengembangkan jaringan usaha produksinya dengan memaksimalkan sirkulasi kapital tersebut atau sirkulasi komoditas, yaitu keinginan untuk memperoleh banyak keuntungan dan lebih banyak nilai-surplus melalui ekspansi bisnis. Karl Max menyebutkan hal ini sebagai “hukum akumulasi modal kapitalis”.

Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal dalam memperbesar faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx menjelaskan tiga tipe sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri kapital, yaitu uang→Komoditas→Uang (dengan jumlah yang lebih besar), jika disimpulkan maka formulanya adalah M1-C-M2. Operasi ini disebut “ membeli untuk menjual” atau “kapitalisasi nilai lebih” masuk akal hanya jika penjual

tersebut membawa nilai tambah atau sebuah nilai lebih. Dalam hal ini M2 merupakan nilai lebih, jumlah peningkatan dalam nilai M. Sedangkan sirkulasi bentuk kedua bukan ciri kapital, yaitu Komoditas→Uang→Komoditas, maka formulanya adalah (C1-M-C2).

Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M

C...P...C’-M’(money-comodity…production…commodity’-money’). Titik tersebut menandakan proses peredaran (sirkulasi) telah diinterupsi, sedangkan C’ dan M’ menandakan peningkatan pada C dan M sebagai hasil nilai-lebih. Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk pembiayaan faktor produksinya, keuntungan untuk konsumsi pribadinya ataupun


(47)

sebagai modal untuk pengembangan usaha sang pemilik modal yang kemudian awam dikenal dengan akumulasi modal (Engels, 2007).

Seorang kapitalis mengeluarkan uang (M) untuk merekrut pekerja dan membeli alat-alat produksi, kemudian menjual output yang dihasilkan untuk uang yang cukup untuk menutupi pengeluaran awalnya dan memperoleh keuntungan “nilai-surplus”. Dalam proses ini nilai tampil dalam berbagai-bagai bentuk seperti uang dan nilai melalui input produksi (tenaga kerja, bahan mentah, mesin-mesin dan gedung), setelah memproduksi maka dihasilkan nilai dari hasil komoditi yang diproduksi kemudian komoditi tersebut dijual akhirnya memperoleh nilai uang surplus.

Adapun hal yang mendasari akumulasi modal yang dilakukan oleh pemilik modal tidak lain lagi karena adanya persaingan bisnis waralaba yang dirangkum dalam Sistem Ekonomi Kapitalis. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam Smith, Sistem Ekonomi Liberal Kapitalis adalah sistem ekonomi yang terbentuk dengan sendirinya sebagai akibat persaingan yang sehat antar individu dalam memenuhi kepentingan ekonominya. Sebuah perusahaan akan kalah dalam persaingan apabila produk-produk yang dihasilkannya memiliki kualitas yang kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan gagal mendapatkan keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu memenuhi pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi kapital dalam bentuk teknologi mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas produksi perusahaan (Suyanto, 2011).

Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih


(48)

banyak lagi. Untuk melakukan ini, kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat (Ritzer, 2003). Sementara menurut Karl Marx (Prawironegoro, 2012) menyatakan bahwa dalam masyarakat kapitalis, persaingan yang terjadi antara kapitalis dengan kapitalis lainnnya dalam memperebutkan daerah pemasaran. Persaingan itulah yang mendorong akhirnya akumulasi modal, konsentrasi perusahaan, kesengsaraan proletar, kelebihan produksi dan krisis ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu bentuk aplikasi sirkulasi modal Karl Marx adalah melalui ekspansi jaringan Indomaret di berbagai daerah. Dalam proses sirkulasi komoditas juga dipengaruhi harga, yaitu harga barang itu sendiri menjadi tidak sama persis dengan nilainya sendiri.

Bisnis waralaba Indomaret merupakan salah satu upaya yang dilakukan kaum kapitalis dalam meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan kekuatan modal yang dimiliki kaum kapitalis dengan mudah dapat bekerjasama dengan berbagai sumber produksi, baik perusahaan nasional maupun internasional. Hal ini dilakukan supaya dapat mensuplay produk yang akan dijual digerai Indomaret atau bahkan mampu membeli alat produksi sehingga kaum kapitalis dapat menghasilkan produk dengan label Indomaret. Apabila sebagian nilai-surplus diakumulasi, daya beli yang berkorespondensi dengannya digunakan untuk menambah alat-alat produksi dan perluasan ekonomi kapitalis.

Secara spesifik, pemilik Indomaret memiliki modal yang besar minimal Rp 500 juta kemudian mensuplay barang dari PT Indomarco Prismatama dan perusahaan multinasional atau nasional lainya seperti, Unilever, Indogrosir dan lainnya. Komoditas tersebut kemudian dikemas dan disusun dengan layout yang


(49)

menarik dengan berbagai diskon dan harga yang murah yaitu sesuai harga pokok penjualan, selanjutnya didistribusikan kepada konsumen dan pada akhirnya akan memperoleh nilai uang lebih dari komoditas yang dipasarkan tersebut.

2.2 Franchise (Waralaba)

Franchise dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah waralaba. Franchise bersal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari penghambaan atau perbudakan. Dalam konteks ini, Franchise (waralaba) kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sehingga pewaralabaan (Franchising) merupakan suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchise) (Tunggal, 2004).

Sedangkan PH Collin (Widjaja, 2002) dalam law dictionary mendefinisikan Franchise sebagai peran nama dagang dalam pemberian waralaba dengan imbalan royalti. Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua jenis kegiatan :

1. Waralaba produk dan merek dagang.

2. Waralaba format bisnis (Fox dalam waralaba atau lisensi, 2002).

Waralaba produk dan merek dagang adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba memberi hak penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba yang disertai dengan pemberian ijin untuk menggunakan merek


(50)

dagang milik pemberi waralaba. Atas ijin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba memperoleh suatu bentuk pembayaran royalti dimuka, dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba.

Dalam bentuk ini terdapat hubungan berlanjut, yaitu hubungan kontrak antara pemilik waralaba dan pemegang waralaba. Ini merupakan suatu metode baku dalam melakukan bisnis dengan citra (image) yang melekat pada barang dan jasa. Dalam hal ini, penerima waralaba menyediakan paket yang mencakup pengetahuan (know-how) dari usahanya, prosedur operasional, penyediaan produk, manajemen, cara promosi dan jaringan penjualan. Penerima waralaba pada umumnya membayar sejumlah uang kepada pemberi waralaba, yang berupa penyediaan dana untuk menyiapkan outlet beserta desain interior, membeli bahan baku produksi, membeli peralatan yang diperlukan dan membayar royalti.

Pemberi waralaba yang sudah mengembangkan produk atau format bisnis yang berhasil dengan mewaralabakan, memperoleh cara untuk melipatgandakan konsep bisnisnya di banyak lokasi geografis tanpa menginvestasikan modal, waktu dan usaha untuk mendirikan outlet milik perusahaannya sendiri. Penerima waralabalah yang mempertaruhkan uangnya. Meskipun pada awalnya pemberi waralaba menerima biaya awal yang kecil dari penerima waralaba, namun pada akhirnya ia mendapatkan hasil yang cukup dari royalti yang berlanjut ditambah lagi hasil dari pembelian pasokan atau produk yang dilakukan penerima waralaba secara terus menerus.


(51)

2.2.1 Tipe-Tipe Waralaba

Mencermati perkembangan dan penggolongan usaha waralaba, menurut Sjahputra (Widjaja, 2002), terdapat beberapa tipe waralaba, antara lain :

1. Product franchising (trade name-franchising)

Dalam pengaturan ini, dealer diberi hak untuk mendistribusikan produk untuk pabrikan. Untuk hak tersebut, dealer (franchise/penerima waralaba) membayar fee untuk hak menjual kepada produsen (franchisor/pemberi waralaba).

2. Manufacturing franchising (Product-distribution franchising).

Pengaturan ini sering digunakan dalam industri ringan (pepsi, coca-cola). 3. Business-format franchising (pure comprehensive franchising).

2.2.2 Jenis-Jenis Waralaba

Sementara itu menurut International Franchise Association (IFA) yaitu Organisasi Waralaba International yang beranggotakan negara-negara di dunia yang berkedudukan di Washington DC, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu:

1. Product Franchise

Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar sejumlah biaya atau membeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini.


(1)

a. Biro Hukum Sekretariat Daerah, yaitu memperhatikan dan merumuskan regulasi yang membangun keadilan bagi seluruh masyarakat.

b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, yaitu melakukan pengawasan terhadap iklim usaha industri dan dagang yang kondusif serta melakukan pemberdayaan terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) sehingga kompetitif dengan toko modern. Ini dikarenakan sifat pedagang eceran yang lemah dalam banyak hal, maka diperlukan peran pemerintah secara aktif memberdayakan pedagang eceran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membantu memperbaiki akses mereka dalam mendapatkan informasi, modal, hubungan dengan produsen atau suplier (pemasok).

c. Badan Pelayanan dan Perijinan Terpadu (BPPT), yaitu supaya menyelenggarkan pelayanan administrasi dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisaisi, keamanan dan kepastian bagi pihak Indomaret pada saat mendirikan Indomaret. d. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, yaitu mengatur

tata letak (lokasi) Indomaret dengan pedagang eceran. Pemerintah harus melakukan perlindungan usaha kecil ritel dengan mengeluarkan kebijakan yang menfasilitasi terciptanya equal playing field (harmoni) antara usaha kecil, menengah dan besar.


(2)

188

5.3 Keterbatasan Penelitian

Menganalisis masalah jaringan Indomaret merupakan suatu hal yang baru oleh karena itu sangat menarik untuk digali lebih dalam lagi. Akan tetapi dalam proses penelitian, peneliti mengalami keterbatasan. Keterbatasan penelitian ditemukan pada saat melakukan wawancara dengan pihak Indomaret selaku informan kunci dalam penelitian ini. Hal itu dikarenakan Indomaret sebagai waralaba nasional yang cenderung tertutup atau tidak transparan terhadap publik. Hal ini menjadi kendala bagi peneliti untuk mengumpulkan informasi yang mendalam. Sebagai solusi peneliti mengumpulkan data dari beberapa pihak yang berkaitan dengan jaringan Indomaret. Adapun pihak tersebut adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Medan seperti Biro Hukum Walikota Medan selaku regulator, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, Akademisi Ekonomi, konsumen Indomaret atau eceran dan pedagang eceran. Selain itu, hambatan penelitian juga ditemukan bahwa terdapat beberapa pedagang eceran yang tidak bersedia di wawancarai.


(3)

Arikunto, Suharimi.2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Bungin, Burhan.2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Cohen N Joseph, Miguel A Centeno. Global Capitalism A Sociological Perpective. Cambrigde: Polity Press.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Prenada Media Group. ---.1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Dumenil Gerard, Duncan Foley. 2015. Analisa Marx Atas Produksi Kapitalis. Jakarta : IndoPROGRESS.

Engels Frederick. 2007. Tentang Das Kapital Marx. Bey’s Renaissance.

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

George, Ritzer-Goodman J Douglas, Teori Sosiologi Modern, Prenada Media, Jakarta, 2004, hal. 383

Lee, J Martyn. 2006. Budaya Konsumen Terlahir Kembali. Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Made I, Wirartha . Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: ANDI Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Rajawali Press. Mustika, Andi. 2014. Tinjauan Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang


(4)

190

Diterbitkan. Medan : Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU.

Prawironegoro, Darsono. 2012. Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta: Nusantara Colsulting.

Rahardjo M, Dawam.1987. Kapitalisme Dulu Dan Sekarang. Jakarta: LP3ES. Ritzer George, Douglas J Goodman. 2004. Classical Sociological Theory.

Amerika : McGraw-Hill Companies.

Sanderson, K Stephen. 2010. Makro Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press

Silalahi, Ulber.2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Situorang S Heli,dkk. 2007. Analisis Data Penelitian. Edan: USU PRESS.

Sumarsona, Sonny. 2009. Manajemen Bisnis Waralaba. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Umar Husein.2000. Riset pemasaran dan perilaku konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Widjaja, Gunawan. 2002. Lisensi atau Waralaba Suatu Panduan Praktis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Jurnal :

Fadhilah, Ani Nur. 2011. Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus di Ngaliyah).


(5)

Iskandar Verry, dkk. 2009. Evaluasi Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sumatera Barat dalam Industri Ritel Modern. Medan : KPPU.

Kushendrawati M, Selu. 2006, Desember. Masyarakat Konsumen Sebagai Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena Budaya dalam Realitas Sosial. Makara, Sosial Humaniora (Vol.10. No.2, pp.49-57). Depok: UI Press.

Laksemana, Lutfi. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Laporan Utama Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Kompetisi Negeri Surga Ritel.2012. Edisi 34.

Pidato pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi (FE) UM, Kamis, 28 April 2011, di akses pada 18 November 2014)

Undang-Undang

Permendag Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern

Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Toko Modern.


(6)

192

Peraturan Walikota Medan Nomor 23 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Peraturan Walikota Medan Nomor 47 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.