60
Sumber: Output SPSS, lihat lampiran 6. Gambar 4.3. Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa model regresi ini bebas dari masalah heteroskedastisitas, dengan kata lain: variabel-variabel yang akan diuji dalam
penelitian ini bersifat homoskedastis.
c. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat koefisien Variance Inflation Factor VIF dan nilai Tolerance. Menurut Nunnally 1967
bahwa: “Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0.10 at
au sama dengan nilai VIF ≥10”, dengan kata lain data yang baik dapat dilihat apabila memiliki nilai Tolerance
lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 dan apabila nilai Tolerance
61 dan VIF tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka data penelitian mengandung
multikolinearitas yang berarti tidak layak digunakan sebagai data penelitian. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas dari output SPSS yang dilakukan.
Tabel 4.4. Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Colinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
PLAWTP .906
1.104 ARL
.901 1.110
KA .985
1.015 a. Dependent Variable: HS
Sumber: Output SPSS, lihat lampiran 6.
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance 0,10 dan nilai VIF 10 untuk variabel penelitian pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian,
audit report lag dan kualitas audit, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi sehingga data dikatakan baik dan dapat
digunakan untuk pengujian selanjutnya.
d.Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis Durbin Watson DW test. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang
diperoleh dari tabel Durbin Watson yang terdapat pada lampiran 3, yaitu nilai dL dan dU untuk k = jumlah variabel bebas dan n = jumlah sampel. Jika nilai DW
62 berada diantara nilai du hingga 4-dU, berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi
terpenuhi. Adapun kriteria dalam penentuan autokorelasi adalah sebagai berikut : 1 Jika DW dL atau DW 4-dL maka terdapat autokorelasi.
2 Jika dL DW dU atau 4-dU DW 4-dL maka status autokorelasi tidak dapat dijelaskan inconclusive.
3 Jika dU DW 4-dU maka tidak terjadi autokorelasi Non Autokorelasi.
Tabel 4.5 digunakan untuk melihat nilai Durbin Watson yang didapat dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 17. Tabel 4.5 digunakan untuk melihat
nilai Durbin Watson yang didapat dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 17. Tabel DW yang terdapat pada lampiran 3 menunjukkan bahwa dengan n = 91, k =
3, maka akan diperoleh nilai dL = 1.5915 dan dU = 1.7275 dan 4-dU = 4 –
1.5915 = 2.2725
Tabel 4.5. Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model Durbin-Watson
1 2.185
Sumber : Output SPSS, lihat lampiran 6.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa DW test sebesar = 2.185, Ini menyimpulkan bahwa data berada di dU DW 4-dU, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data yang digunakan dalam penelitian tersebut tidak terjadi autokorelasi Non Autokorelasi. Penulis menetapkan bahwa model layak digunakan setelah
asumsi klasik terpenuhi.
63
4.1.5. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian awal terhadap data penelitian berikut akan dilakukan uji hipotesis 1 dengan menggunakan analisis regresi berganda
kemudian uji hipotes 2 dan 3 menggunakan uji interaksi atau MRA Moderated Regression Analysis.
a. Pengujian Hipotesis 1
Pengujian hipotesis 1 dilakukan untuk melihat pengaruh pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian dan audit report lag terhadap harga saham
yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. 1. Uji Simultan Uji-F
Sebelum melakukan pengujian untuk uji parsial dengan menggunakan uji t, maka akan dilakukan pengujian apakah semua variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji-F dengan bantuan tabel F
yang terdapat pada lampiran 4. Berikut ini merupakan hasil perhitungan Uji-F.
Tabel 4.6. Uji-F
ANOVA
b
Model Df
F Sig.
1 Regression
2 1.803
.171
a
Residual 88
Total 90
a. Predictors: Constant, ARL, PLAWTP b. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS, lihat lampiran 7.
64 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa F
hitung
adalah sebesar 1.803 F
tabel
3.10 terdapat pada lampiran 4 dengan taraf signifikan sebesar 0.171 0.05. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian dan audit report lag dalam penelitian ini tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 2. Uji Parsial Uji-t
Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Tampilan output SPSS uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Uji-t
Coefficients
a
Model T
Sig. 1
Constant 3.598
.001 PLAWTP
-1.593 .115
ARL -.516
.607 a. Dependent Variable: HS
Sumber : Output SPSS, lihat lampiran 7.
Harga t hitung yang ada selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel yang terdapat pada lampiran 5, untuk kesalahan 5 uji dua pihak dan dk = n
– 2 = 89, maka diperoleh t tabel = 1.662 terdapat pada lampiran 5. Adapun kriteria
penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut : Ho Hipotesis Nol
: = 0 tidak ada pengaruh
Ha Hipotesis Alternatif :
≠ 0 ada pengaruh
Tabel 4.7 menjelaskan untuk variabel pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian, nilai t
hitung
-1.593 t
tabel
1.662 dan nilai sig sebesar 0.115
65 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dapat disimpulkan bahwa pengumuman
laporan audit wajar tanpa pengecualian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Variabel audit report lag, nilai t
hitung
-0.516 t
tabel
1.662 dan nilai sig sebesar 0.607 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dapat disimpulkan bahwa variabel
audit report lag tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 3. Koefisien Determinasi
Tabel 4.8 berikut merupakan Tabel model summary yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kualitas model regresi yang terbentuk dapat
menerangkan kondisi yang sebenarnya, dengan memperhatikan nilai koefisien determinasi R square.
Tabel 4.8. Uji Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
1
.462
a
.214 .018
Sumber : Output SPSS, lihat lampiran 7.
Tabel 4.8 menunjukkan kemampuan model dalam menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian dan audit
report lag, terhadap variabel terikat harga saham adalah sebesar 0.018 1,8, dimana dari 100 yang mempengaruhi harga saham ternyata pengumuman
laporan audit wajar tanpa pengecualian dan audit report lag dapat berpengaruh terhadap besarnya harga saham sebesar 1.8 sedangkan selebihnya sebesar
98.2 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
66 4. Uji Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.9. Uji Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error
Beta 1
Constant
8805.373 2447.072
PLAWTP -26.609
16.709 -.174
ARL -14.490
28.092 -.056
Sumber : Output SPSS, lihat lampiran 7.
Berdasarkan pada Tabel 4.9 dapat dilihat koefisien untuk persamaan regresi dari penelitian ini, yang dapat disusun dalam persamaan matematis sebagai
berikut: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
Y = 8805.373 + -26.609X
1
+ -14.490X
2
Persamaan regresi berganda tersebut menunjukkan nilai a = 8805.373 yang berarti apabila pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian dan audit report lag
tidak ada maka harga saham perusahaan bernilai 8805.373, dengan nilai
1
= - 26.609X
1
menunjukkan bahwa apabila pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian di perlambat maka akan menurunkan nilai harga saham. Dengan
nilai
2
= -14.490X
2
menunjukkan bahwa apabila audit report lag di perlambat maka akan menurunkan nilai harga saham.
b. Pengujian Hipotesis 2