Kaidah Bahasa dalam Teks Eksplanasi

Contoh di atas merupakan interpretasi dari keseluruhan teks eksplanasi tsunami. Penjelasan secara umum sudah dijelaskan pada bagian pernyataan umum dan dijelaskan secara rinci pada deretan penjelas. Bagian yang tebal merupakan pendapat mengenai apa yang terjadi jika tsunami melanda suatu kawasan. Pendapat tersebut tidak lantas muncul begitu saja, melainkan hasil dari kesan dari sebuah pengamatan yang didapat terhadap suatu fenomena alam yang terjadi.

2.2.2.3 Kaidah Bahasa dalam Teks Eksplanasi

Setiap teks yang dipelajari dalam kurikulum 2013 selalu mempunyai unsur kebahasaan yang harus dipahami oleh peserta didik. Kemendikbud 2013:134 menyebutkan 4 unsur bahasa yang perlu dipahami dalam teks eksplanasi, yaitu 1 kohesi, 2 konjungsi, 3 modalitas, 4 kalimat simpleks. 1 Kohesi Kohesi merujuk pada kesinambungan antarbagian dalam teks Gerot dan Wignell 1994:170. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik ata u koheren. Kohesi merujuk pada perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada umumnya wacana yang baik memiliki keduanya Djajasudarma 2006:44. Alwi 2003:41 mengungkapkan bahwa kohesi adalah keterkaitan antar- proposisi yang secara eksplisit diungkapkan oleh kalimat-kalimat yang digunakan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kohesi merujuk pada keterkaitan antar-proposisi dan kesinambungan atau keserasian antarbagian dalam teks sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Teks yang kohesif berarti dalam setiap unsurnya terjadi keterpaduan dan saling berkaitan sehingga membentuk suatu rangkaian kalimat yang saling padu dan utuh. Misalnya pada paragraf pertama teks eksplanasi berjudul tsunami berikut ini. Tsunami adalah serangkaian gelombang yang terbentuk karena gempa atau letusan gunung berapi di bawah laut atau didaratan dekat pantai. Gelombangnya yang besar menyebabkan banjir dan kerusakan saat menghantam pantai. Pada paragraf tersebut, kata “gelombangnya” mengacu pada gelombang tsunami yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. Kalimat kedua menjelaskan bagaimana gelombang tsunami dapat menyebabkan banjir dan kerusakan. Kata “gelombangnya” pada awal kalimat tidak akan muncul begitu saja tanpa menjelaskan gelombang apa yang sebenarnya dimaksud. Karena pada kalimat pertama dijelaskan bahwa tsunami adalah serangkaian gelombang, maka kata “gelombangnya” mengacu pada gelombang tsunami yang tersusun dari serangkaian gelombang. 2 Konjungsi Soegiarto dalam Mohtar 2009:69 menjelaskan konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua unsur kalimat, kata penghubung yang menghubungkan unsur klausa. Selanjutnya, Keraf 1991:116 mengemukakan bahwa konjungsi adalah kata yang menghubungkan kalimat-kalimat. Ada pula ahli yang mengatakan bahwa konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan sesuatu yang lain dalam kontruksi hipotesis, dan selalu menghubungkan dua klausa atau lebih Kridalaksana 1990:99. Konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menggunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf Moeliono 1991:518. Selanjutnya konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konjungsi atau kata sambung adalah partikel atau kata tugas yang menghubungkan dua unsur bahasa baik berupa kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Contoh konjungsi adalah dan, atau, serta, tetapi, sementara itu, sedangkan, selanjutnya. Misalnya dalam paragraf berikut ini. Tsunami adalah serangkaian gelombang yang terbentuk karena gempa atau letusan gunung berapi di bawah laut atau di daratan dekat pantai. Gelombangnya yang besar menyebabkan banjir dan kerusakan saat menghantam pantai. Konjungsi yang terdapat dalam dua kalimat tersebut adalah konjungsi “atau” dan konjungsi “dan”. Konjungsi “atau” berada di kalimat pertama dan terletak dalam satu kalimat, sementara konjungsi “dan” terdapat pada kalimat kedua dan terletak dalam satu kalimat pula. 3 Modalitas Chaer 2007:262 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau keizinan. Dalam bahasa Indonesia, modalitas dinyatakan secara leksikal. Hasanuddin 2009:772 menjelaskan bahwa modalitas adalah: 1 klasifikasi proposisi menurut hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan; 2 cara pembicara menyatakan sikap terhadap situasi dalam suatu komunikasi antarpribadi; 3 makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, yang dinyatakan dalam kalimat; dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti barangkali, harus, akan atau dengan adverbial kalimat seperti pada hakikatnya, menurut hemat saya, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modalitas merupakan klasifikasi proposisi keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, yang menyatakan makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, yang dinyatakan dalam kalimat. Modalitas ini berkaitan dengan isi tuturan yang diyakini, diragukan, diharapkan, atau diandaikan oleh pembicara, atau dengan kata lain, berkaitan dengan sikap yang diambil oleh pembicara dan menyangkut pandangan subjektif dari pengirim pesan atau pembicarapenulis. Perhatikan salah satu kalimat yang terdapat dalam bagian interpretasi teks eksplanasi “tsunami” diatas, “Kamu tidak perlu khawatir karena tidak semua gempa dan letusan gunung berapi menyebabkan tsunami dan tidak semua tsunami menimbulkan gelombang besar”. Kata yang diberi garis bawah adalah contoh modalitas yang terdapat dalam teks eksplanasi. 4 Kalimat Simpleks Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal. Kalimat simpleks hanya mengandung satu struktur S-P-O-Ket-Pel, meskipun unsur-unsur dalam kurung tersebut belum tentu ada dalam kalimat Kemendikbud 2013:196. Perhatikan salah satu kalimat yang terdapat dalam teks eksplanasi “tsunami” diatas, “Gelombang tsunami yang terjadi di laut melaju lebih cepat daripada gelombang normal ”. Kata yang diberi garis bawah adalah verba utama.

2.2.2.4 Teks Eksplanasi Sosiokultural

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN SECARA TERTULIS MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN TERBIMBING DENGAN MEDIA FILM PENDEK BERMUATAN NASIONALISME PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 KENDAL

0 20 258

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA ANAK BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN METODE SQ3R PADA PESERTA DIDIK KELAS VII H SMP NEGERI 16 SEMARANG

0 15 311

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN TEKS BERITA DENGAN METODE PENAMPILAN MELALUI MEDIA TEKS BERJALAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

4 22 200

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI BERMUATAN BUDAYA MELALUI DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN PUZZLE PADA SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 18 SEMARANG

15 143 219

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI DENGAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 UNGARAN

2 30 303

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS DESKRIPSI SECARA TERTULIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI METODE MIND MAP (PETA PIKIRAN) DENGAN MEDIA FOTO PADA SISWA KELAS VII C SMP N I GABUS KAB

3 33 223

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI SECARA TERTULIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 19 TEGAL TAHUN

19 389 250

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG.

0 0 210

MENANGKAP MAKNA DALAM TEKS EKSPLANASI DE

0 0 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENANGKAP MAKNA TEKS CERITA PENDEK SECARA LISAN MELALUI BERCERITA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MEDIA AUDIOVISUAL BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

0 0 5