77
orang yang berkepentingan langsung. Sehubungan dengan itu, notaris berada dalam posisi sulit menghadapi proses pidana yang
dihadapkan kepadanya; b
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 43 KUHAP, lebih tinggi tingkatannya dari PJN, oleh karena itu, apa yang diatur dalam Pasal
40 PJN selayaknya tunduk kepada penyitaan yang diatur dalam KUHAP;
c Minuta Akta yang disimpan oleh notaris pada umumnya dianggap
sebagai arsip negara. 3
Oleh karena Minuta Akta ditafsirkan sebagai arsip negara atau melekat padanya rahasia jabatan notaris, pemberian izin oleh Ketua Pengadilan
Negeri, merujuk pada ketentuan Pasal 43 KUHAP.
2. Tata Cara Penyitaan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK
UU KPK tidak mengatur secara khusus mengenai tata cara penyitaan. Namun, hal itu dapat dilihat pada ketentuan mengenai penyitaan yang diatur
oleh Pasal 47 UU KPK, yaitu: 1
Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri
berkaitan dengan tugas penyidikannya. 2
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur mengenai tindakan penyitaan, tidak berlaku berdasarkan Undang-Undang
ini.
Universitas Sumatera Utara
78
3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib membuat berita acara
penyitaan pada hari penyitaan yang sekurang-kurangnya memuat: a.
Nama, jenis dan jumlah barang atau benda berharga lain yang disita; b.
Keterangan, tempat, waktu, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan penyitaan;
c. Keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai barang atau benda
berharga lain tersebut; d.
Tanda tangan dan identitas penyidik yang melakukan penyitaan; dan e.
Tanda tangan dan identitas dari pemilik atau orang yang menguasai barang tersebut.
4 Salinan berita acara penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3
disampaikan kepada tersangka atau keluarganya. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa KPK dalam melakukan
penyitaan wajib untuk membuat berita acara penyitaan yang sekurang- kurangnya boleh lebih memuat barang atau benda-benda apa aja yang disita
secara jelas, tempat dan waktu dalam melakukan penyitaan, keterangan pemilik atau yang menguasai barang atau benda tersebut dan juga
menyertakan tanda tangan penyidik maupun tanda tangan pemilik atau orang yang menguasai barang atau benda tersebut. Tujuan dibuatnya berita acara ini
adalah untuk menjaga terlaksananya penyitaan yang sesuai dengan peraturan yang mengatur untuk itu dan memberikan suatu kepastian kepada pihak yang
bersangkutan terkait proses penyitaan yang dilakukan oleh penyidik.
Universitas Sumatera Utara
79
Proses penyitaan tersebut kemudian dituangkan dalam berita acara penyitaan dan penyidik wajib untuk memberikan salinan berita acara
penyitaan tersebut kepada tersangka atau keluarganya. Oleh karena itu, tata cara penyitaan aset yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang
dilakukan oleh KPK harus tunduk pada ketentuan Pasal 47 ayat 3 dan ayat 4 UU KPK. Dengan demikian, KPK hanya dibenarkan menyita aset yang
memang terkait dengan tindak pidana pencucian uang. Pasal 47 ayat 2 UU KPK tersebut mengakibatkan seluruh peraturan
perundang-undangan yang mengatur perihal penyitaan menjadi tidak berlaku bagi Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.Dengan demikian, Pasal 47 UU
KPK menjadi satu-satunya acuan KPK dalam melakukan penyitaan. Perlu diperhatikan bahwa penyitaan tanpa izin Ketua Pengadilan
Negeri adalah sebuah kewenangan yang besar yang dapat disalahgunakan oleh KPKabuse of power. Namun, besarnya kewenangan tersebut juga dibarengi
dengan suatu syarat penting yaitu adanya bukti permulaan yang cukup. Dengan demikian, KPK tidak dapat melakukan penyitaan tanpa adanya bukti
permulaan yang cukup yaitu sekurang-sekurangnya 2 dua alat bukti.
Universitas Sumatera Utara
80
BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYITAAN ASET
YANG TIDAK TERKAIT TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
A. Kronologis Perkara dan Aset Terdakwa 1. Kronologis Perkara Berdasarkan Surat Dakwaan Pada Putusan Nomor:
20PID.SUSTPK2013PN.JKT.PST. tanggal 3 September 2013
Pada tahun 2001, Terdakwa Djoko Susilo menduduki jabatan sebagai Kapolres Bekasi Polda Metro Jaya berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: SKEP453III2001 tanggal 29 Maret 2001 tentang Pemberhentian Dari Dan Pengangkatan Dalam Jabatan Di
Lingkungan Polri. Lalu pada tahun 2003, Terdakwa menduduki jabatan sebagai Kapolres
Metro Jakut Polda Metro Jaya berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik lndonesia Nomor: SKEP628IX2003 tanggal 02 September
2003 tentang Pemberhentian Dari Dan Pengangkatan Dalam Jabatan Di Lingkungan Polri.
Pada tahun 2004, Terdakwa menduduki jabatan sebagai Dir Lantas Polda Metro Jaya berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik
lndonesia Nomor: SKEP537VII2004 tanggal 14 Juli 2004 tentang Pemberhentian Dari Dan Pengangkatan Dalam Jabatan Di Lingkungan Polri.
Universitas Sumatera Utara
81
Selanjutnya pada tahun 2008, Terdakwa menduduki jabatan sebagai Wadir Lantas Babinkam Polri berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara
Republik lndonesia Nomor: SKEP353VIII2008 tanggal 23 Agustus 2008 tentang Pemberhentian Dari Dan Pengangkatan Dalam Jabatan Di Lingkungan
Polri. Dan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik lndonesia Nomor: SKEP464XI2008 tanggal 14 November 2008 tentang
Pemberhentian Dari Dan Pengangkatan Dalam Jabatan Di Lingkungan Polri, Terdakwa menduduki jabatan sebagai Dirlantas Babinkam Polri.
Kemudian pada tahun 2010, Terdakwa menduduki jabatan sebagai Kepala Korps Lalu Lintas Polri Kakorlantas dan merupakan Kuasa Pengguna Anggaran
KPA Pengadaan Driving Simulator Uji Klinik Pengemudi Roda Dua R-2 dan Pengadaan Driving Simulator Uji Klinik Pengemudi Roda Empat R-4 Tahun
Anggaran TA 2011 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: SKEP559IX2010 tanggal 15 September 2010
tentang Pengukuhan Dalam Jabatan Di Lingkungan Polri. Pada tanggal 26 Juni 1985 Terdakwa menikah dengan Suratmi dan memiliki
3 tiga orang anak, yaitu 2 dua orang anak perempuan yang bernama Poppy Femialya dan Meixhin Sheby Adyaning Wara Susilo serta 1 satu orang anak
laki-laki yang bernama Arie Andhika Silamukti sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara LHKPN atas nama
Terdakwa pertanggal pelaporan 20 Juli 2010. Terdakwa yang masih berstatus menikah dengan Suratmi kemudian
melakukan pernikahan lagi pada tanggal 27 Mei 2001 dengan Mahdiana Binti M.
Universitas Sumatera Utara
82
Djaelani. Terdakwa menyembunyikan atau menyamarkan identitas dirinya dengan menggunakan identitas lain yaitu dengan nama Drs. Joko Susilo Bin Sarimun,
lahir di Madiun pada 09 Juli 1967, status belum menikah dan pekerjaan swasta, sebagaimana yang tercantum dalam Kutipan Akta Nikah Nomor: 818129V2001
Nomor Seri: JG tertanggal 28 Mei 2001. Pernikahan dengan Mahdiana tersebut, Terdakwa memiliki 2 dua orang anak yaitu 1 satu orang anak perempuan dan 1
satu orang anak laki-laki. Pada hari Senin tanggal 1 Desember 2008, Terdakwa yang masih berstatus
menikah dengan Suratmi melakukan pernikahan lagi dengan Dipta Anindita. Untuk
menyembunyikan atau
menyamarkan identitasnya,
Terdakwa menggunakan identitas lain dengan nama Joko Susilo, S.H., Bin Sarimun, lahir di
Malang pada tanggal 07 Oktober 1970, status belum menikah dan pekerjaan wiraswasta, sebagaimana yang tercantum dalam Kutipan Akta Nikah Nomor:
90919XII2008 Nomor Seri: CF 5746751 tertanggal 1 Desember 2008. Dari pernikahan dengan Dipta Anindita tersebut, Terdakwa memiliki 1 satu orang
anak laki-laki. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara LHKPN atas
nama Terdakwa pertanggal pelaporan 20 Juli 2010 berikut lampiran yang sudah diumumkan oleh KPK RI dalam Pengumuman Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara tertanggal 23 Agustus 2010, Terdakwa memiliki harta kekayaan sebesar Rp 5.623.411.116,- lima miliar enam ratus dua puluh tiga juta empat ratus
sebelas juta seratus enam belas rupiah yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
83
a. Harta Tidak Bergerak Tanah dan Bangunan
1 Tanah seluas 700 m
2
tujuh ratus meter persegi dan bangunan seluas 393 m
2
tiga ratus sembilan puluh tiga meter persegi yang terletak di Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Propinsi DKI Jakarta,
yang berasal dari hasil sendiri, perolehan tahun 2000 NJOP Rp 2.665.669.000,- dua miliar enam ratus enam puluh lima juta enam ratus
enarn puluh sembilan ribu rupiah; 2
Tanah seluas 700 m
2
tujuh ratus meter persegi yang terletak di Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Propinsi DKI Jakarta,
yang berasal dari hasil sendiri, NJOP Rp 1.945.300.000,- satu miliar sembilan ratus empat puluh lima juta tiga ratus ribu rupiah.
b. Harta Bergerak
1 Alat transportasi dan mesin lainnya sebesar Rp 275.000.000,- dua ratus
tujuh puluh lima juta rupiah yang terdiri dari: a
Mobil merek Toyota Kijang lnnova tahun pembuatan 2005 yang berasal dari hasil sendiri perolehan tahun 2005, nilai jual Rp
140.000.000,- seratus empat puluh juta rupiah; b
Mobil merek Toyota Kijang lnnova tahun pembuatan 2005 yang berasal dari hasil sendiri perolehan tahun 2005, nilai jual Rp
135.000.000,- seratus tigapuluh lima juta rupiah. 2
Harta Bergerak Lainnya: Nihil.
Universitas Sumatera Utara
84
c. Giro dan Setara Kas Lainnya
Berasal dari hasil sendiri dengan nilai Rp 237.442.116,- dua ratus tiga puluh tujuh juta empat ratus empat puluh dua seratus enam belas rupiah.
Selain harta tidak bergerak, harta bergerak serta giro dan setara kas lainnya tersebut, Terdakwa juga memiliki beberapa rekening, yaitu:
a. Rekening Nomor: 6790113738 atas nama Djoko Susilo di Bank BCA KCP
Kebayoran Blok M yang pembukaan rekeningnya dilakukan pada tanggal 24 Mei 2007 dengan setoran awal sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta
rupiah dan sampai dengan tanggal 1 Juni 2011, dana yang ada di dalam rekening tersebut sebesar Rp 65.300,- enam puluh lima ribu tiga ratus
rupiah; b.
Rekening Nomor: 0060268011 atas nama Djoko Susilo di Bank BCA KCP Wisma GKBI Ratu Plaza yang pembukaan rekeningnya dilakukan pada
tanggal 15 September 2004 dengan jumlah setoran awal sebesar Rp 352.458.000,- tiga ratus lima puluh dua juta empat ratus lima puluh delapan
ribu rupiah dan sampai dengan tanggal 15 Mei 2012, dana yang ada di dalam rekening tersebut sebesar Rp 10.000,- sepuluh ribu rupiah.
Selain harta kekayaan tersebut, Terdakwa diketahui mempunyai harta kekayaan yang diperoleh sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 sebesar Rp
53.894.480.929,- lima puluh tiga miliar delapan ratus sembilan puluh empat juta empat ratus delapan puluh ribu sembilan ratus dua puluh sembilan rupiah dan
US 60.000 enam puluh ribu dolar Amerika atau sekurang-kurangnya sejumlah tersebut. Oleh KPK harta kekayaan tersebut patut diduga sebagai hasil dari tindak
Universitas Sumatera Utara
85
pidana korupsi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan jabatan Terdakwa selaku Kapolres Bekasi Polda Metro Jaya terhitung sejak tanggal 29 Maret 2001,
selaku Kapolres Metro Jakut Polda Metro Jaya terhitung sejak tanggal 02 September 2003, selaku Dir Lantas Polda Metro Jaya terhitung sejak tanggal 16
Juli 2004, selaku Wadir Lantas Babinkam Polri terhitung sejak tanggal 23 Agustus 2008, selaku Dir Lantas Babinkam Polri terhitung sejak tanggal 14
November 2008 dan selaku Kakorlantas terhitung sejak tanggal 15 September 2010, karena dalam jangka waktu antara tahun 2003 sampai dengan tanggal 21
Oktober 2010, Terdakwa tidak memiliki usaha lain yang sah yang dapat menghasilkan keuntungan dengan nilai yang relatif besar, karena dengan
pekerjaan sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia diketahui Terdakwa menerima penghasilan yang berasal dari gaji yaitu:
1 Sejak bulan September 2004 sampai dengan Desember 2004 sebesar Rp
12.512.600,- dua belas juta lima ratus dua belas ribu enam ratus rupiah; 2
Sejak bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2005 sebesar Rp 40.131.400,- empat puluh juta seratus tiga puluh satu ribu empat ratus
rupiah; 3
Sejak bulan Januari 2006 sampai dengan Desember 2006 sebesar Rp 46.463.300,- empat puluh enam juta empat ratus enam puluh tiga ribu tiga
ratus rupiah; 4
Sejak bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 sebesar Rp 59.113.100,- lima puluh sembilan juta seratus tiga belas ribu seratus rupiah;
Universitas Sumatera Utara
86
5 Sejak bulan Januari 2008 sampai dengan September 2008 sebesar Rp
53.422.800,- lima puluh tiga juta empat ratus dua puluh dua ribu delapan ratus rupiah;
6 Sejak bulan Oktober 2008 sampai dengan Desember 2008 sebesar Rp
14.850.600,- empat belas juta delapan ratus lima puluh ribu enam ratus rupiah;
7 Sejak bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 sebesar Rp
87.099.700,- delapan puluh tujuh juta sembilan puluh sembilan ribu tujuh ratus rupiah;
8 Sejak bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 sebesarRp
93.542.500,- sembilan puluh tiga juta lima ratus empat puluh dua ribu lima ratus rupiah.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara LHKPN atas narna Terdakwa pertanggal pelaporan 20 Juli 2010, Terdakwa memiliki
penghasilan lain yang berasal dari: 1
Profesikeahliannya sebesar Rp 240.000.000,- dua ratus empat puluh juta rupiah pertahunnya;
2 Penghasilan yang berasal dari usaha jual beli perhiasan dan jual beli properti
sebesar Rp 960.000.000,- sembilan ratus enam puluh juta rupiah pertahunnya.
Selain dari penghasilan yang berasal dari gaji, profesikeahlian, usaha jual beli perhiasan dan properti serta penghasilan sebagai narasumber dalam kegiatan
internal dan eksternal Polri tersebut, Terdakwa tidak memiliki penghasilan lain
Universitas Sumatera Utara
87
yang sah diluar penghasilan sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia. Dengan demikian, uang yang dipergunakan Terdakwa untuk memperoleh harta
kekayaan tersebut patut diduga sebagai hasil dari tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan jabatannya.
Djoko Susilo ditetapkan menjadi Tersangka tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator Surat Izin Mengemudi SIM pada tanggal 27 Juli 2012
dimana penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang terhadap Tersangka digabung dengan penyidikan tindak pidana korupsi tersebut. Kemudian
perkaranya dilimpahkan ke penuntutan dan didakwa dengan Pasal 3 ayat 1 huruf c UU TPPU jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo. Pasal 65 ayat 1 KUHP.
Harta kekayaan Terdakwa dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 oleh Penyidik KPK telah disita dengan dugaan merupakan hasil tindak pidana
pencucian uang dengan tindak pidana asal yaitu tindak pidana korupsi
2. Aset Terdakwa Yang Diperoleh Pada Tahun 2003 Sampai 2010 Dan Telah Disita Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
Adapun harta kekayaan atau aset Terdakwa yang diperoleh pada periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 yang disita oleh KPK dengan dugaan hasil
tindak pidana pencucian dengan tindak pidana asal tindak pidana korupsi, yaitu: a.
Tahun 2003 Pada tanggal 20 Mei 2003, Terdakwa dengan menggunakan nama Mahdiana
membeli sebidang tanah seluas 1.234 m
2
seribu dua ratus tiga puluh empat meter persegi dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor:
Universitas Sumatera Utara
88
337Jagakarsa yang terletak di Jalan Durian RT 006 RW 04 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta
dengan harga sebesar Rp 757.676.000,- tujuh ratus lima puluh tujuh juta enam ratus tujuh puluh enam ribu rupiah.
b. Tahun 2004
Pada tanggal 20 April 2004, Terdakwa dengan menggunakan nama Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 1.098 m
2
seribu sembilan puluh delapan meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 408Jagakarsa
yang terletak di Jalan Paso Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta dari Djusrah Elly dan Rochadi
Prajitno dengan harga sebesar Rp 589.626.000,- lima ratus delapan puluh
sembilan juta enam ratus dua puluh enam ribu rupiah.
c. Tahun 2005
1 Sekitar tahun 2005, Terdakwa dengan menggunakan nama Eva
Handayani membeli sebidang tanah dan Hak Pengelolaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Umum SPBU Nomor:
44.51315 yang terletak di Jalan Arteri Kaliwungu Kendal Jawa Tengah dengan harga Rp 1.700.000.000,- satu miliar tujuh ratus juta rupiah.
Hak Pengelolaan SPBU Nomor: 44.51315 atas nama PT Selota Mandala Bersama dengan Direktur: Eva Handayani dan Komisaris:
Agung Margo Santoso, sedangkan untuk pengelolaan operasional SPBU tersebut dilaksanakan oleh Direktur Utama: Hari Ichlas dan Eddy
Budi Susanto selaku Direktur PT. Kestrelindo Aviatikara;
Universitas Sumatera Utara
89
2 Pada tanggal 1 Maret 2005, Terdakwa dengan mengunakan nama Eva
Handayani membeli sebidang tanah dengan luas 200 m
2
dua ratus meter persegi berikut dengan bangunan rumah seluas 231 m
2
dua ratus tiga puluh satu meter persegi yang terletak di Tanjung Mas Raya Estate
Blok D.6 Nornor 10 Kelurahan Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta, dengan harga sebesar Rp
1.156.000.000,- satu miliar seratus lima puluh enam juta rupiah. 3
Pada tanggal 11 Juli 2005, Terdakwa dengan menggunakan nama Anang Widodo Priyanto yang diwakili oleh Suratmi membeli sebidang
tanah kosong seluas 1.207 m
2
seribu dua ratus tujuh meter persegi dengan Persil Nomor 64 Blok 009 Kohir Nomor C. asal. No 1308 yang
terletak di Kampung Leuwinanggung Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat dengan harga
sebesar Rp 106.830.000,- seratus enam juta delapan ratus tiga puluh ribu rupiah.
4 Pada tanggal 07 Oktober 2005, Terdakwa dengan menggunakan nama
Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 67 m
2
enam puluh tujuh meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan
Nomor: 1779Pulo yang terletak di Jalan Dharmawangsa No 64 RT 005 RW 01 Kelurahan Pulo Kecamatan Kebayoran Baru Kota Jakarta
Selatan Propinsi DKI Jakarta dengan harga sebesar Rp 1.100.000.000,- satu miliar seratus juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
90
5 Pada Tanggal 28 Oktober 2005, Terdakwa dengan menggunakan nama
Anang Widodo Priyanto yang diwakili Suratmi membeli 3 bidang tanah yang terdiri dari:
a Sebidang tanah kosong seluas 441 m
2
empat ratus empat puluh satu meter persegi dengan Persil Nomor 64 Blok 009 Kohir Nomor C.
asal. No. 1613 yang terletak di Leuwinanggung Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Propinsi Jawa Barat
dengan harga sebesar Rp 28.244.000,- dua puluh delapan juta dua ratus empat puluh empat ribu rupiah dengan Sertifikat Hak Milik
Nomor: 1853Leuwinanggung; b
Sebidang tanah kosong seluas 441 m
2
empat ratus empat puluh satu meter persegi dengan Persil Nomor 64 Blok 009 Kohir Nomor C.
asal. No. 1292 yang terletak di Kampung Leuwinanggung Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa
Barat dengan harga sebesar Rp 41.920.000,- empat puluh satu juta sembilan ratus dua puluh ribu rupiah dengan Sertifikat Hak Milik
Nomor: 1864Leuwinanggung; c
Sebidang tanah kosong seluas 400 m
2
empat ratus meter persegi dengan Persil Nomor 64 Blok 009 Kohir Nomor C. asal. No. 1205
yang terletak
di Kampung
Leuwinanggung Kelurahan
Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat dengan harga sebesar Rp 25.600.000,- dua puluh lima juta
enam ratus ribu rupiah;
Universitas Sumatera Utara
91
6 Pada tanggal 7 Desember 2005, Terdakwa dengan menggunakan nama
Anang Widodo Priyanto yang diwakili Suratmi membeli sebidang tanah kosong seluas 900 m
2
sembilan ratus meter persegi dengan Persil Nomor 50 Blok 009 Kohir Nomor C. asal. No. 1292 yang terletak di
Kampung Leuwinanggung RT 0108 Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat dengan harga
sebesar Rp 57.600.000,- lima puluh juta enam ratus ribu rupiah; d.
Tahun 2006 1
Pada tanggal 16 Februari 2006, Terdakwa dengan menggunakan nama Anang Widodo Priyanto yang diwakili Suratmi membeli sebidang tanah
seluas 500 m
2
lima ratus meter persegi dengan Persil Nomor 77 Blok 009 Kohir Nomor C. asal. No. 2456 yang terletak di Kampung
Leuwinanggung Parigi
Kelurahan Leuwinanggung
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat dengan harga sebesar Rp
32.000.000,- tiga puluh dua juta rupiah; 2
Pada tanggal 13 Juli 2006, Terdakwa dengan menggunakan nama Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 65 m
2
enam puluh lima meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
5869Jatipadang yang terletak di Kampung Ragunan RT 008 RW 05 Kelurahan Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi DKI Jakarta dengan harga sebesar Rp 23.450.000,- dua puluh tiga juta empat ratus lima puluh ribu rupiah;
Universitas Sumatera Utara
92
3 Pada tanggal 27 Juli 2006, Terdakwa dengan menggunakan nama
Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 106 m
2
seratus enam meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 1774Jatipadang yang
terletak di Jalan Setapak Nomor 22 RT 007 RW 05 Kelurahan Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI
Jakarta dengan harga sebesar Rp 66.280.000,- enam puluh enam juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah;
4 Pada tanggal 14 September 2006, Terdakwa dengan menggunakan
nama Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 100 m
2
seratus meter pesegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 467Jatipadang yang
terletak di Jalan Jatipadang RT 007 RW 005 Kelurahan Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta
dengan harga sebesar Rp 67.291.000,- enam puluh tujuh juta dua ratus sembilan satu ribu rupiah.
5 Pada tanggal 28 Desember 2006, Terdakwa dengan menggunakan nama
Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 164 m
2
seratus enam puluh empat meter pesegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
2042Jatipadang yang terletak di Jalan Setapak RT 009 RW 05 Kelurahan Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi DKI Jakarta dengan harga sebesar Rp 76.840.000,- tujuh puluh enam juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah.
Universitas Sumatera Utara
93
e. Tahun 2007
1 Sekitar bulan April 2007, Terdakwa membeli kendaraan bermotor
berupa 1 satu unit mobil merek Tovota Avanza tahun 2007 dengan Nomor Polisi: 8-197-SW, Nomor Rangka: MHFM1CA4J7K002730,
Nomor Mesin: DAB9407 yang diatasnamakan Sonya Mariana Ruth Warrow istri Erick Maliangkay, yang selanjutnya mobil tersebut
diberikan kepada Erick Maliangkay; 2
Pada tanggal 14 Mei 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 897 m
2
delapan ratus sembilan puluh tujuh meter persegi dengan Sertifikat Hak Guna
Bangunan Nomor: 357Jatipadang yang terletak di Jalan Margasatwa Nomor 16 RT 00705 Kelurahan Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu
Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta dengan harga sebesar Rp 3.200.700.000,- tiga miliar dua ratus juta tujuh ratus ribu rupiah;
3 Pada tanggal 24 Mei 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Eva
Handayani membeli sebidang tanah darat kosong seluas 1.227 m
2
seribu dua ratus dua puluh tujuh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 470Leuwinanggung yang terletak di Jalan Kampung
Parigi RT 001 RW 10 Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat dengan harga sebesar Rp
126.381.000,- seratus dua puluh enam juta tiga ratus delapan puluh satu ribu rupiah;
Universitas Sumatera Utara
94
4 Pada tanggal 27 Mei 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama
Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 377 m
2
tiga ratus tujuh puluh tujuh meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat Hak Guna
Bangunan Nomor: 1956Tanjung Barat yang terletak di Jalan Cendrawasih Mas Blok A.9 Nomor 1 RT 002 RW 01 Kelurahan
Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta dengan harga sebesar Rp 818.000.000,- delapan
ratus delapan belas juta rupiah; 5
Pada tanggal 28 Mei 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Sudiyono membeli sebidang tanah seluas 190 m
2
seratus sembilan puluh meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat Hak Guna
Bangunan Nomor: 1263Tanjung Barat yang terletak di Tanjung Mas Raya Estate di Jalan Elang Mas I Blok C.3 Persil Nomor 16 RT 00201
Kelurahan Tanjung Barat Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta dengan harga sebesar Rp 243.130.400,- dua ratus
empat puluh tiga juta seratus tiga puluh ribu empat ratus rupiah, padahal harga pembelian sebenarnya sebesar Rp 689.440.000,- enam
ratus delapan puluh sembilan juta empat ratus empat puluh ribu rupiah; 6
Pada tanggal 28 Mei 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Sudiyono membeli 1 satu unit Rumah Susun HunianApartemen The
Peak A Beaufort Residence at Sudirman Rusun the Peak TOWER C REGIS Lantai 25 Nomor: C25A seluas 159 m
2
seratus lima puluh sembilan meter persegi dengan Hak Milik Atas Rumah Susun Nomor:
Universitas Sumatera Utara
95
1171XXITOWER C REGIS yang terletak di Jalan Setiabudi Raya Nomor 9 Jakarta Selatan dengan harga sebesar Rp 2.302.301.429,- dua
miliar tiga ratus dua juta tiga ratus satu ribu empat ratus dua puluh sembilan rupiah;
7 Pada tanggal 05 Juli 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Eva
Susilo Handayani membeli 4 empat bidang tanah yang terdiri dari: a
Sebidang tanah seluas 16.525 m
2
enam belas ribu lima ratus dua puluh lima meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
870Cirangkong yang terletak di Jalan Kampung Cirangkong Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Provinsi Jawa
Barat dengan harga sebesar Rp 57.837.500,- lima puluh tujuh juta delapan ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus rupiah;
b Sebidang tanah seluas 5.615 m
2
lima ribu enam ratus lima belas meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 868Cirangkong
yang terletak di Jalan Kampung Cirangkong RT 002 RW 06 Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Provinsi Jawa
Barat dengan harga sebesar Rp 28.075.000,- dua puluh delapan juta tujuh puluh lima ribu rupiah;
c Sebidang tanah seluas 7.475 m
2
tujuh ribu empat ratus tujuh puluh lima meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
158Kumpay yang terletak di Jalan Kampung Kumpay RT 002 RW 06 Desa Kumpay Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang Provinsi
Universitas Sumatera Utara
96
Jawa Barat dengan harga sebesar Rp 37.375.000,- tiga puluh tujuh juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah;
d Sebidang tanah seluas 17.920 m
2
tujuh belas ribu sembilan ratus dua puluh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
52Kumpay yang terletak di Jalan Kampung Pasir Bilik RT 004 RW 00 Desa Cinangsi Kecamatan CisalakJalancagak Kabupaten Subang
Provinsi Jawa Barat dengan harga sebesar Rp 62.720.000,- enam puluh dua juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah;
8 Pada tanggal 05 Juli 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Nona
Eva Susilo Handayani membeli 2 dua bidang tanah yang terdiri dari: a
Sebidang tanah seluas 16.300 m
2
enam belas ribu tiga ratus meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 871Cirangkong yang
terletak di Jalan Kampung Cirangkong Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat dengan harga
sebesar Rp 81.500.000,- delapan puluh satu juta lima ratus ribu rupiah;
b Sebidang tanah seluas 13.570 m
2
tiga belas ribu lima ratus tujuh puluh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
869Cirangkong yang terletak di Jalan Kampung Cirangkong Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Provinsi Jawa
Barat dengan harga sebesar Rp 67.850.000,- enam puluh tujuh juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah;
Universitas Sumatera Utara
97
9 Pada tanggal 25 September 2007, Terdakwa dengan menggunakan
nama Agus Margo Santoso membeli sebidang tanah seluas 3.988 m
2
tiga ribu sembilan ratus delapan puluh delapan meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 368Pandan Sari berikut Hak Pengelolaan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Untuk Umum SPBU Nomor: 34.16711 yang terletak di Jalan Raya Ciawi K-1518 Kelurahan Pandan
Sari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dengan harga yang tercantum dalam Akta Jual Beli sebesar Rp 1.891.505.000,-
satu miliar delapan ratus sembilan puluh satu juta lima ratus lima ribu rupiah padahal harga pembelian yang sebenarnya adalah sebesar Rp
10.000.000.000,- sepuluh miliar rupiah; 10
Pada tanggal 2 Oktober 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 240 m
2
dua ratus empat puluh meter persegi berikut bangunan rumah seluas 190 m
2
seratus sembilan puluh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
1792Sawangan yang terletak di Perumahan Telaga Golf Espanola Blok C-VI Nomor 03 Kelurahan Sawangan Kecamatan Sawangan Kota
Depok Provinsi Jawa Barat dengan harga yang tercantum dalam Akta Jual Beli sebesar Rp 623.700.000,- enam ratus dua puluh tiga juta
tujuh ratus ribu rupiah padahal harga pembelian sebenarnya sebesar Rp 840.000.000,- delapan ratus empat puluh juta rupiah;
11 Pada tanggal 10 Oktober 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama
Eva Handayani membeli 2 dua bidang tanah yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
98
a Sebidang tanah seluas 167 m
2
seratus enam puluh tujuh meter persegi dengan Persil Nomor 65 Blok 009 Kohir Nomor C. asal.
1467 yang terletak di Jalan Kampung Parigi Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa
Barat dengan harga sebesar Rp 17.201.000,- tujuh belas juta dua ratus satu ribu rupiah;
b Sebidang tanah seluas 150 m
2
seratus lima puluh meter persegi dengan Persil Nomor 65 Blok 009 Kohir Nomor C. asal. 1467 yang
terletak di
Jalan Kampung
Leuwinanggung Kelurahan
Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat dengan harga sebesar Rp 12.300.000,- dua belas juta tiga ratus
ribu rupiah; 12
Pada tanggal 10 Oktober 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama Agus Margo Santoso membeli sebidang tanah seluas 297 m
2
dua ratus sembilan puluh tujuh meter persegi dengan Persil Nomor 77 Blok 009
Kohir Nomor C.2415 yang terletak di Jalan Kampung Leuwinanggung Kelurahan Leuwinanggung Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi
Jawa Barat dengan harga sebesar Rp 30.591.000,- tiga puluh juta lima ratus sembilan puluh satu ribu rupiah;
13 Pada tanggal 14 Desember 2007, Terdakwa dengan menggunakan nama
Poppy Femialya membeli sebidang tanah seluas lebih kurang 3.077 m
2
tiga ribu tujuh puluh tujuh meter persegi dengan Hak Andharbeni Persil Nomor: 779 yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor:
Universitas Sumatera Utara
99
70 Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta Provinsi Jawa Tengah dengan harga sebesar Rp 2.967.539.000,- dua
miliar sembilan ratus enam puluh tujuh juta lima ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah;
f. Tahun 2008
1 Pada tanggal 2 Mei 2008, Terdakwa dengan menggunakan nama
Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 220 m
2
dua ratus dua puluh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 12537Jagakarsa
yang terletak di Jalan Gang Pondoh RT 005 RW 004 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI
Jakarta sebesar Rp 280.280.000,- dua ratus delapan puluh juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah;
2 Pada tanggal 14 Oktober 2008, Terdakwa dengan menggunakan nama
Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 610 m
2
enam ratus sepuluh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 12563Jagakarsa
yang terletak di Jalan Durian Nomor 07 RT 06 RW 04 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI
Jakarta sebesar Rp 764.400.000,- tujuh ratus enam puluh empat juta empat ratus ribu rupiah;
3 Pada tanggal 19 Oktober 2008, Terdakwa dengan menggunakan nama
Sudiyono membeli satuan Kondotel Lantai 3 tiga, Unit 331, Luas 36,8 m
2
SG dengan harga US 60.000 enam puluh ribu dolar Amerika yang terletak di Swiss-Belhotel Segara Nusa Dua Bali;
Universitas Sumatera Utara
100
4 Pada tanggal 21 Oktober 2008, Terdakwa dengan menggunakan nama
Dipta Anindita membeli sebidang tanah seluas 360 m
2
tiga ratus enam puluh meter persegi dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor:
11374Mekarjaya ynag terletak di Perumahan Pesona Khayangan Estate Blok E Nomor 1 Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Sukmajaya Kota
Depok Provinsi Jawa Barat dengan harga yang tercantum dalam Akta Jual Beli sebesar Rp 784.600.000,- tujuh ratus delapan puluh empat
juta enam ratus ribu rupiah, padahal harga pembelian sebenarnya sebesar Rp 2.650.000.000,- dua miliar enam ratus lima puluh juta
rupiah; 5
Pada tanggal 28 Oktober 2008, Terdakwa dengan menggunakan nama Dipta Anindita membeli sebidang tanah seluas 877 m
2
delapan ratus tujuh puluh tujuh meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat
Hak Milik Nomor: 1699Manahan yang terletak di Kawi Jalan Sam Ratulangi Nomor 16 Kelurahan Manahan Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta Provinsi Jawa Tengah dengan harga yang tercantum dalam Akta Jual Beli sebesar Rp 700.000.000,- tujuh ratus juta rupiah
padahal harga pembelian sebenarnya sebesar Rp 3.300.000.000,- tiga miliar tiga ratus juta rupiah;
6 Pada tanggal 30 Desember 2008, Terdakwa dengan menggunakan nama
Djoko Yuwono selaku penerima kuasa dari Djoko Waskito yang bertindak selaku orang tua dari anaknya yang belum dewasa, yaitu
Dipta Anindita telah membeli sebidang tanah seluas 703 m
2
tujuh ratus
Universitas Sumatera Utara
101
tiga meter persegi berikut bangunan rumah dengan Hak Guna Bangunan Nomor: 409Cipete Utara yang terletak di Jalan Prapanca
Nomor 6 Kelurahan Cipete Utara Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta dengan harga yang tercantum dalam Akta
Jual Beli sebesar Rp 5.797.831.000,- lima miliar tujuh ratus sembilan puluh tujuh juta delapan ratus tiga puluh satu ribu rupiah padahal harga
pembelian sebenarnya sebesar Rp 14.450.000.000,- empat belas miliar empat ratus lima puluh juta rupiah;
7 Sekitar tahun 2008, Terdakwa membeli kendaraan bermotor yang
terdiri dari: a
1 satu unit mobil merek Jeep Wrangler tahun 2007 dengan Nomor Polisi:
B-1379-KJB, warna
hitam, Nomor
Rangka: 1J4F459S84P708696, Nomor Mesin: P4708696, dengan harga
sekitar Rp 650.000.000,- enam ratus lima puluh juta rupiah; b
1 satu unit mobil merek Toyota Harrier tahun 2008 dengan Nomor Polisi: B-8706-UJ, warna silver, Nomor Rangka: ACU300079057,
Nomor Mesin: 2AZB297358, dengan harga sekitar Rp 450.000.000,- empat ratus juta rupiah.
g. Tahun 2009
1 Pada tanggal 31 Januari 2009, Terdakwa dengan menggunakan nama
Ledy Diah Hapsari Dewi membeli sebidang tanah seluas 197 m
2
seratus sembilan puluh tujuh meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 17504Mojosongo yang terletak di Jalan
Universitas Sumatera Utara
102
Lompo Batang Tengah III Nomor 20 Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah dengan harga sebesar Rp
80.000.000,- delapan puluh juta rupiah; 2
Pada tanggal 16 Desember 2009, Terdakwa dengan menggunakan nama Mahdiana membeli sebidang tanah seluas 64 m
2
enam puluh empat meter persegi berikut bangunan dengan Sertifikat Hak Milik Nomor:
6133Jatipadang yang terletak di Kampung Ragunan RT 008 RW 05 Kelurahan Jatipadang Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta
dengan harga sebesar Rp 94.030.000,- sembilan puluh empat juta tiga puluh ribu rupiah;
3 Sekitar tahun 2009, Terdakwa membeli 1 satu unit mobil merek
Nissan Serena tahun 2009 dengan Nomor Polisi: B-1571-BG, warna hitam, Nomor Rangka: C24A19509, Nomor Mesin: QR20714462A,
dengan harga sekitar Rp 230.000.000,- dua ratus tiga puluh juta rupiah.
h. Tahun 2010
Pada tanggal 11 Maret 2010, Terdakwa dengan menggunakan nama Poppy Femialya membeli 2 dua bidang tanah yang terdiri dari:
1 Sebidang tanah seluas 287 m
2
dua ratus delapan puluh tujuh meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 01239Panembahan yang
terletak di Kelurahan Panembahan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 RT 06 RW
02 dengan harga sebesar Rp 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
103
2 Sebidang tanah seluas 286 m
2
dua ratus delapan puluh enam meter persegi dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 01240Panembahan yang
terletak di Kelurahan Panembahan Kecamatan Keraton Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 RT 06 RW
02 dengan harga yang tercantum dalam Akta Jual Beli sebesar Rp 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah, padahal harga
pembelian sebenarnya dari 2 dua bidang tanah tersebut sebesar Rp 2.000.000.000,- dua miliar rupiah.
B. Tinjauan Yuridis Terhadap Penyitaan Aset Terdakwa Djoko Susilo yang Tidak Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi
Memasuki abad ke-21, perhatian dan keprihatinan komunitas internasional terhadap masalah korupsi yang menimpa berbagai negara berkembang semakin
menguat. Dalam mengungkapkan keprihatinan internasional terhadap masalah korupsi, ada bermacam-macam sebutan atau istilah yang digunakan untuk
menyebut tindak pidana korupsi, diantaranya adalah sebagai salah satu bentuk dari “crime as bussiness, economic crimes, white collar crimes, official crime”, atau
sebagai salah satu bentuk “abuse of power”.
52
Konferensi Internasional Anti Korupsi ke-7 tahun 1995 di Beijing, mencatat tindak pidana korupsi sebagai bentuk kejahatan yang sulit pembuktiannya.
Kesimpulan yang sama diungkapkan pula di dalam Kongres Persatuan Bangsa
52
Elwi Danil, KORUPSI Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 61.
Universitas Sumatera Utara
104
Bangsa PBB ke-9 di Kairo, yang menyatakan bahwa pola perkembangan tindak pidana korupsi semakin menyulitkan aparat penegak hukum untuk melakukan
penanggulangannya. Oleh karena itu, kongres merekomendasikan kepada negara- negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa PBB agar memberikan perhatian
yang intensif guna menemukan langkah-langkah baru dalam memerangi korupsi di kalangan pejabat publik. Kongres tersebut juga memberikan catatan khusus
tentang kemungkinan telah terjadinya peningkatan interaksi antara kasus-kasus korupsi di kalangan pejabat publik cases official corruption dengan organisasi
kejahatan transnasional transnational crime organization.
53
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak sosial dan hak
ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar
biasa. Begitu pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.
54
Dewasa ini tindak pidana korupsi hampir selalu melahirkan tindak pidana pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang
dilakukan untuk mengelabui atau menyulitkan penegak hukum untuk melacak aset yang berasal dari tindak pidana.
53
Ibid , hlm. 62.
54
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
105
Salah satu upaya pelaku tindak pidana korupsi untuk menghindari jeratan hukum atau menghindari pembayaran uang pengganti adalah dengan
menyembunyikan atau mengaburkan hasil kejahatannya melalui pencucian uang money laundering. Pencucian uang awalnya dimulai karena adanya uang yang
diperoleh secara tidak sah atau dirty money berasal dari manipulasi pajak dan kejahatan lain.
55
Salah satu tujuan dari penindakan represif adalah mengembalikan kerugian negara. Mengembalikan kerugian negara berupa aset hasil korupsi tidak semudah
membalikkan telapak tangan, kompleksitas penyelesaian perkara tindak pidana pencucian uang merupakan salah satu penyebab yang cukup dominan.
Penanganan perkara tindak pidana pencucian uang mempunyai arti penting bagi pengembalian aset negara terkait dengan tindak pidana korupsi. Namun,
pengembalian aset negara atas dasar pencucian uang harus memenuhi unsur-unsur tindak pidana pencucian uang sebagaimana diatur dalam UU TPPU maupun UU
PPTPPU.
56
55
Marwan Effendy, Korupsi dan Pencegahan, Jakarta: Timpani, 2010, hlm. 75.
56
Ibid , hlm. 71.
Universitas Sumatera Utara
106
Tindak pidana korupsi sebagai suatu tindak pidana yang bersifat extra ordinary crime
57
yang penanggulangannya juga harus dengan upaya-upaya yang luar biasa, selama ini dianggap belum efektif dilaksanakan oleh penegak hukum
kepolisian dan kejaksaan. Oleh karena itu, dibentuklah suatu lembaga khusus yang bersifat independen dan mandiri untuk menangani pemberantasan tindak
pidana korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. KPK diberi kewenangan yang besar untuk melakukan fungsi dan tugasnya sebagai penegak
hukum. Oleh karena diberikannya kewenangan yang besar kepada KPK, maka KPK dalam melaksanakan kewenangan tersebut harus lebih berhati-hati dan
bertindak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Djoko Susilo merupakan perwira tinggi Polri yang didakwa oleh KPK
melakukan tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM pada tahun 2011. Selain tindak pidana korupsi, Terdakwa juga didakwa tindak pidana pencucian
uang yang dilakukan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Pada tahap penyidikan, KPK telah melakukan penyitaan terhadap aset-aset Terdakwa. Aset
yang disita oleh KPK bukan hanya terkait tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM, melainkan juga aset yang diperoleh Terdakwa sebelum terjadinya
57
Alasan-alasan tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai extra ordinary crime, yaitu: a. Karena masalah korupsi sudah berurat berakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia. Korupsi tidak saja merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, tapi juga telah “memorak porandakan” tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kondisi itu
telah memprihatinkan masyarakat internasional; b. korupsi telah menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang besar dalam kehidupan masyarakat, karena sebagian besar masyarakat
tidak dapat menikmati hak yang seharusnya dia peroleh; c. karena korupsi itu telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat, maka masalahnya tidak lagi merupakan
masalah hukum semata, tapi korupsi itu sudah dirasakan sebagai pelanggaran terhadap hak sosial dan ekonomi masyarakat sebagai bagian dari hak asasi manusia; d. karena adanya perlakuan
diskriminatif di dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi; e. karena korupsi bukan lagi hanya berkaitan dengan sektor publik, melainkan sudah merupakan kolaborasi antara sektor
publik dengan sektor swasta. Elwi Danil, Op.Cit, hlm. 61.
Universitas Sumatera Utara
107
tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM tersebut. KPK menyita hampir seluruh aset yang dimiliki oleh Terdakwa dengan alasan bahwa antara gaji dan
penghasilan diluar gaji yang diperoleh Terdakwa tidak seimbang dengan harta kekayaan yang dimiliki Terdakwa. Selain itu, Terdakwa dalam membeli aset-aset
tersebut menggunakan identitas orang lain yang dianggap oleh KPK sebagai perbuatan “menyembunyikan” atau “menyamarkan” harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Lebih lanjut KPK menyatakan apabila Terdakwa keberatan dengan penyitaan tersebut, maka
Terdakwa dapat membuktikan bahwa aset Terdakwa tersebut bukan berasal dari tindak pidana korupsi.
Penyitaan aset Terdakwa yang diperoleh pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 merupakan tindakan yang melampaui kewenangan sehingga oleh
karenanya penyitaan tersebut menjadi tidak sah. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
A. Pasal 47 UU KPK Sebagai Dasar Hukum Penyitaan oleh KPK
Pasal 47 UU KPK telah menentukan secara tegas bahwa untuk dapat melakukan penyitaan, KPK wajib memiliki bukti permulaan yang cukup.
Pada Pasal 44 ayat 2 UU KPK diatur bahwa bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2 dua alat
bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau
optik. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 47 dan Pasal 44 ayat 2 UU KPK tersebut, maka dalam melakukan penyitaan terhadap aset
Universitas Sumatera Utara
108
Terdakwa, KPK harus mempunyai bukti permulaan yang cukup, yaitu sekurang-kurangnya 2 dua alat bukti.
Tentang bukti permulaan yang cukup yang diatur pada UU KPK berbeda dengan bukti permulaan yang cukup pada peraturan perundang-
undangan lainnya. Pada Pasal 44 ayat 2 UU KPK secara jelas dinyatakan sekurang-kurangnya 2 dua alat bukti. Alat bukti tidak dikenal dalam proses
penyelidikan dan penyidikan, melainkan dihadirkan oleh penuntut umum dalam pemeriksaan di pengadilan. Ketentuan Pasal 44 ayat 2 UU KPK
tersebut merupakan kompensasi dari tidak diberikannya kewenangan untuk menghentikan penyidikan kepada KPK.
58
Dengan demikian, maka seharusnya sekurang-kurangnya 2 dua alat bukti yang dijadikan bukti permulaan bahwa
aset Terdakwa yang diperoleh pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 adalah hasil tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal tindak
pidana korupsi harus dihadirkan oleh Penuntut Umum KPK pada persidangan. Namun, alih-alih menghadirkan alat bukti terjadinya tindak
pidana pencucian uang pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010, KPK pun tidak mampu menjelaskan tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian
uang pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penyitaan aset Terdakwa yang
diperoleh pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 oleh KPK tidak sesuai dengan Pasal 47 UU KPK sebagai satu-satunya ketentuan yang memberikan
kewenangan untuk melakukan penyitaan kepada KPK.
58
Chandra M. Hamzah, Penjelasan Hukum Tentang Bukti Permulaan Yang Cukup, Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2014, hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
109
B. Penghasilan Terdakwa Tidak Seimbang Dengan Aset Terdakwa dan
Pembuktian Terbalik Terkait penyitaan aset Terdakwa yang diperoleh pada tahun 2003
sampai dengan tahun 2010, KPK menyatakan bahwa sekalipun tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM terjadi pada tahun 2011, KPK mempunyai
hak untuk menyita aset yang diperoleh pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 dengan alasan bahwa penghasilan Terdakwa pada tahun 2003 sampai
dengan tahun 2010 tidak seimbang dengan aset yang dimiliki Terdakwa. Tidak seimbangnya antara penghasilan dan aset yang dimiliki Terdakwa
menjadi alasan bagi KPK untuk menduga bahwa aset tersebut adalah hasil tindak pidana korupsi. Lebih lanjut, KPK menyatakan bahwa apabila aset
tersebut bukan berasal dari tindak pidana, maka Terdakwa dapat membuktikannya melalui pembuktian terbalik pada pemeriksaan di
persidangan. Alasan tidak seimbangnya penghasilan dengan aset yang dimiliki
Terdakwa dan alasan adanya pembuktian terbalik tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penyitaan. Penerapan pembuktian terbalik
bukan berarti melepaskan tanggungjawab KPK untuk tetap membuktikan dakwaannya, dalam hal ini membuktikan bahwa aset yang disita tersebut
adalah hasil tindak pidana.
59
Artinya, penuntut umum tetap berkewajiban
59
Menurut Andi Hamzah, istilah yang tepat bukanlah asas pembuktian terbalik, melainkan asas pembalikan beban pembuktian. Asas ini tidak serta merta menyatakan bahwa
penuntut umum dapat menuntut seseorang tanpa kewajiban untuk membuktikan dakwaannya sendiri. Asas ini hanya sebatas memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk dapat
membuktikan bahwa harta kekayaan yang diperolehnya bukan merupakan hasil dari tindak pidana, sedangkan yang berkewajiban untuk membuktikan dakwaan adalah penuntut umum itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
110
untuk membuktikan dakwaannya dan Terdakwa memiliki hak untuk mengajukan pembuktian terbalik jika merasa aset yang disita bukan hasil
tindak pidana. Penyitaan terhadap aset yang diperoleh Terdakwa pada tahun 2003 sampai tahun 2010 dengan dasar tidak seimbang dengan penghasilan
Terdakwa dapat dianggap sebagai abuse of power atau penyalahgunaan wewenang.
C. Penyitaan Dapat Dilakukan Hanya Pada Benda Yang Berkaitan Dengan
Tindak Pidana Penyitaan merupakan serangkaian serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan.
60
Pada prinsipnya, penyitaan dilakukan terhadap benda-benda yang berkaitan dengan suatu tindak pidana dimana benda-benda yang disita
tersebut akan dijadikan sebagai barang bukti yang menunjukkan terjadinya tindak pidana dan dilakukan oleh seseorang.
61
UU KPK tidak mengatur lebih lanjut tentang penyitaan selain pada Pasal 47 UU KPK. Namun, sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa
Dengan adanya asas pembalikan beban pembuktian, penuntut umum tetap wajib membuktikan dakwaannya berdasarkan alat-alat bukti sebagaimana Pasal 38 UU TPPU. Sutan Remi Sjahdeini,
Op.Cit , hlm. 218.
60
Pasal 47 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Jo. Pasal 1 angka 16 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana.
61
Tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan “pembuktian”, terutama diajukan sebagai
barang bukti di hadapan pengadilan. Pembuktian yang dimaksud, bahwa benda-benda yang disita tersebut ditujukan sebagai barang bukti di depan persidangan, karena dengan adanya benda
tersebut maka dapat membuktikan suatu tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh penuntut umum. Oleh karena itulah, perlunya untuk melakukan penyitaan guna membuktikan
perbuatan terdakwa. M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 265.
Universitas Sumatera Utara
111
prinsip penyitaan itu sendiri adalah dilakukan terhadap benda-benda yang berkaitan dengan tindak pidana karena akan dijadikan sebagai barang bukti
untuk membuktika terjadinya tindak pidana dan dilakukan oleh seseorang. KUHAP sebagai acuan hukum pidana formil yang berlaku di Indonesia pun
menganut prinsip penyitaan tersebut
62
yaitu terhadap benda-benda yang diperoleh, dipergunakan untuk melakukan dan mempunyai hubungan dengan
tindak pidana yang bersangkutan. KPK telah melakukan penyitaan terhadap aset Terdakwa yang diperoleh
pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 dengan dugaan tindak pidana pencucian uang. Penyitaan atas aset tersebut berawal dari dugaan tindak
pidana korupsi yang diduga dilakukan oleh Terdakwa pada tahun 2011. KPK menyita semua aset yang dimiliki Terdakwa dengan dugaan hasil tindak
pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM yang terjadi pada tahun 2011. Jika tindak pidana
korupsi terjadi pada tahun 2011, maka tidak mungkin aset-aset pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 diperoleh dari tindak pidana korupsi yang
terjadi pada tahun 2011. Aset-aset pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 yang disita oleh Penyidik KPK tidak berkaitan dengan tindak pidana
62
Pasal 39 ayat 1 KUHAP berbunyi: “Yang dapat dikenakan penyitaan adalah: a Benda
atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruhnya atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana; b Benda yang telah dipergunakan secara langsung
untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkan tindak pidana; c Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana; d Benda yang khusus dibuat
atau diperuntukkan melakukan tindak pidana; e Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan
”.
Universitas Sumatera Utara
112
korupsi Pengadaan Simulator SIM. Dengan demikian, apabila KPK bermaksud untuk menyita aset yang diperoleh pada tahun 2003 sampai
dengan tahun 2010 sebagai hasil tindak pencucian uang, maka KPK harus menunjukkan bukti permulaan yang cukup bahwa aset-aset tersebut adalah
hasil tindak pidana korupsi karena KPK hanya berwenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi.
Lebih lanjut, terkait penyitaan aset tahun 2003 sampai dengan tahun 2010, Djoko Susilo didakwa dengan Pasal 3 huruf c UU TPPU, yaitu:
“Membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana
penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan dendapaling sedikit Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah dan paling banyak Rp
15.000.000.000,- lima bel as milyar rupiah”.
Unsur-unsur Pasal 3 huruf c UU TPPU tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Unsur “Setiap Orang”
Pasal 1 angka 2 UU TPPU memberikan pengertian setiap orang yaitu orang perseorangan atau korporasi. Bahwa yang dimaksud dengan setiap
orang adalah setiap orang sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban yang mempunyai akal pikiran yang sehat dan dapat dimintakan
Universitas Sumatera Utara
113
pertanggung jawaban hukum atas perbuatannya. Yang dimaksud dengan korporasi adalah kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum, hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU TPPU.
Pengertian badan hukum adalah suatu badan yang bergerak di bidang apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang didirikan
dengan Akta Notaris dan telah didaftarkan pada Kementerian Hukum dan HAM Kemenkumham, seperti Perseroan Terbatas PT, Yayasan, Koperasi
dan Indonesia Maatchapij op Andelen IMA, Firma dan Commanditaire Vennotschap
CV. Kumpulan orang berarti lebih dari 1 satu orang atau sekelompok orang.
63
2. Unsur “Dengan Sengaja”
UU TPPU tidak memberikan uatu penjelasan mengenai unsur “dengan
sengaja”. Pengertian unsur “dengan sengaja” dalam pasal ini adalah delik dolus
yang tunduk pada tafsir sengaja atau opzet.
64
Undang-undang tidak memberikan pengertian mengenai kesengajaan. Dalam Memorie van
Toelichting MvT WvS Belanda ada sedikit keterangan yang menyangkut
mengenai kesengajaan ini, yang menyatakan “Pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barangsiapa melakukan perbuatan yang
dilarang, dengan dikehendaki willens dan diketahui wetens ”.
65
63
Ibid , hlm. 50-51.
64
Marwan Effendy, Loc.Cit.
65
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 93.
Universitas Sumatera Utara
114
Menurut Van Hattum, sengaja opzet secara ilmu bahasa berarti “oog
merk ” maksud, dalam arti tujuan dan kehendak menurut istilah undang-
undang, opzettelifk dengan sengaja diganti dengan “willens en wetens”.
66
Perkataan “willens en wetens” itu dapat memberikan suatu kesan bahwa seorang pelaku itu baru dapat dianggap sebagai telah melakukan kejahatannya
dengan sengaja, apabila ia memang benar-benar berkehendak untuk melakukan kejahatan tersebut dan mengetahui tentang maksud dari
perbuatannya itu sendiri.
67
Ada 2 teori yang memberikan penjelasan mengenai mengetahui dan menghendaki, yaitu:
68
a. Teori kehendak wilstheori, dikemukakan oleh Von Hippel dan diikuti
oleh Simons menerangkan bahwa yang dimaksud dengan kesengajaan menurut teori kehendak adalah kehendak yang diarahkan pada
terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan dalam undang-undang. b.
Teori pengetahuan voorstellingstheorie, dikemukakan oleh Frank dan diikuti oleh Von Hamel menerangkan bahwa yang dimaksud dengan
kesengajaan menurut teori pengetahuan adalah kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur-unsur yang diperlukan menurut rumusan
undang-undang de will tot handelen bj voorstelling van de tot de wetteljke omsehrivijing beboorende bestandelen
. Dalam ilmu hukum pidana, dikenal ada 3 bentuk kesengajaan opzet, yaitu:
69
66
Marwan Effendy, Loc.Cit.
67
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2011, hlm. 282.
68
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, 2002, hlm. 171-172.
Universitas Sumatera Utara
115
a. Kesengajaan sebagai maksud opzet als oogmerk;
b. Kesengajaan sebagai kepastian atau keharusan opzet bij zekerheids-
bewustzijn ;
c. Kesengajaan sebagai sadar akan kemungkinan terjadi opzet bij
mogelijkheids-bewustzijn .
Jika menilik rumusan inti atau bestanddeel dari Pasal 3 ayat 1 UU TPPU, tidak semua pengertian kesengajaan tersebut dapat diterapkan. Yang
dapat diterapkan adalah kesengajaan sebagai maksud, mengingat perbuatan itu memang dikehendaki oleh subjek hukum dan perbuatan itu disadari
sepenuhnya akan dilakukannya. Dalam praktik selama ini, pada umumnya terhadap delik-
delik KUHP yang merumuskan unsur “sengaja”, jaksa penuntut umum mempergunakan teori ini karena memudahkan dalam pembuktian
dengan berdasarkan fakta-fakta di persidangan.
70
Menurut Vos, yang dimaksud dengan sengaja sebagai maksud apabila pembuat menghendaki akibat dari perbuatannya. Ia tidak pernah melakukan
perbuatannya, apabila pembuat mengetahui bahwa akibat perbuatannya tidak akan terjadi. Niat atau maksud dan kesengajaan menurut Van Bemmelen tidak
ada perbedaan dan Andi Hamzah juga sependapat tentang hal ini.
71
Dengan demikian, perbuatan subjek hukum dalam melakukan penempatan, pentransferan, penitipan dan sebagainya, selain harus betul-betul
mengetahui dan menghendaki yang meliputi hal-hal yang mengiringi perbuatannya tersebut, baik menempatkan, mentransfer, menitipkan,
69
P.A.F. Lamintang, Op.Cit, hlm. 309.
70
Marwan Effendy, Op.Cit, hlm. 52.
71
Marwan effendi, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
116
membawa keluar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya dapat dikualifikasi sebagai “dengan sengaja”.
72
3. Unsur “Harta Kekayaan”
Pasal 1 angka 4 UU TPPU memberikan pengertian harta kekayaan yaitu semua benda bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud. Yang dapat dikualifikasikan sebagai benda bergerak ialah kendaraan dan perhiasan, sedangkan benda tidak bergerak ialah tanah,
rumah atau bangunan lainnya. Benda yang yang tidak berwujud ialah saham dan lain-lain.
73
4. Unsur “menempatkan, mentransfer, membayarkan atau membelanjakan,
menghibahkan, atau menyumbangkan, menitipkan, membawa, keluar negeri, men
ukarkan atau perbuatan lainnya” Unsur ini menunjukkan aktivitas subjek hukum melakukan kegiatan
terhadap uang, apakah dengan cara menempatkan uang tersebut di bank, ditransfer atau dibayar atau dibelanjakan sesuatu dan sebagainya. Tahap-tahap
aktivitas dari subjek hukum tersebut secara sadar diketahui dan dikehendakinya dalam upaya menyamarkan atau menyelamatkan uang-uang
yang diperolehnya secara illegal dari jeratan hukum tindak pidana pokoknya, seperti hasil korupsi, penyelundupan, perdagangan narkotika dan psikotropika
dan lain sebagainya.
74
72
Marwan Effendi, Loc.Cit.
73
Marwan effendi, Loc.Cit.
74
Ibid, hlm. 53.
Universitas Sumatera Utara
117
5. Unsur “Diketahui dan Patut Diduga”
Membuktikan unsur diketahui dan patut diduga dalam Pasal 3 ayat 1 UU TPPU harus memperhatikan faktor-faktor yang mengikuti perbuatan
subjek hukum, baik yang disengaja diketahui atau dapat juga karena kealpaan patut diduga, yang lazim disebut: ”Pro Partus dolus Pro Partus
Culpa ”.
75
Jika harta kekayaan yang ditempatkan itu diketahui berasal dari kejahatan, maka perbuatan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kesengajaan
atau dolus. Sebaliknya bila subjek hukum kurang hati-hati menilai asal usul harta kekayaan yang ditempatkannya itu dan kelalaian serta kurang hati-hati
itu menyebabkan pelaku tidak mengetahui asal uang tersebut dari kejahatan, maka perbuatan tersebut merupakan kelalaian atau culpa. Untuk dapat
menentukan faktor-faktor yang melatarbelakangi perbuatan tersebut tidak mudah, maka dalam praktik sangat sulit bagi jaksa penuntut umum untuk
membuktikan kelalaian seseorang dalam menilai harta kekayaan tersebut.
76
6. Unsur “Dengan Maksud Menyembunyikan Atau Menyamarkan Asal-Usul
Harta Kekayaan” Unsur ini diartikan sebagai niat atau Oogmerk merupakan sesuatu
kehendak yang ada di dalam batin atau jiwa subjek hukum. Menentukan sesuatu itu sebagai maksud maka akan sangat tergantung kepada keadaan yang
mengikuti perbuatan subjek hukum di dalam mewujudkan maksudnya. Selama maksud itu masih berupa angan-angan atau rencana walaupun untuk
75
Marwan Effendy, Loc.Cit.
76
Marwan Effendy, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
118
melakukan suatu perbuatan yang dilarang, maka belum dapat diklasifikasikan sebagai perbuatan pidana. Setelah maksud itu terwujud, barulah dapat dinilai
apakah dapat diklasifikasikan sebagai tindak pidana atau bukan. Jika dalam hal maksud itu nyata-nyata ditujukan untuk melakukan menyembunyikan atau
menyamarkan asal-usul harta kekayaan, meskipun hanya berupa kesepakatan saja, berarti terkait dengan suatu tindak pidana. Lebih-lebih jika maksud itu
merupakan wujud permulaan kejahatannya, meskipun tidak selesai dan tidak selesainya tersebut bukan atas kehendaknya sendiri, maka dapat
dikualifikasikan sebagai percobaan atau poging.
77
7. Unsur “Merupakan Hasil Tindak Pidana”
Pasal 2 ayat 1 UU TPPU telah menentukan dengan jelas yang dimaksud dengan hasil tindak pidana yaitu harta kekayaan tersebut diperoleh
dari tindak pidana korupsi, penyuapan, penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, di bidang perbankan, di bidang pasar
modal, di bidang perasuransian, narkotika, psikotropika, perdagangan manusia, perdagangan senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian,
penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang
kelautan, atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun atau lebih.
Dalam menentukan hasil dari suatu tindak pidana, ketentuan yang ada dalam UU TPPU menganut asas kriminalitas ganda double criminality,
77
Ibid, hlm. 54.
Universitas Sumatera Utara
119
maksudnya suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai suatu tindak pidana pencucian uang apabila harta kekayaan yang dicuci berasal dari suatu tindak
pidana yang terjadi baik dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri, dimana menurut hukum Indonesia dan hukum dimana perbuatan tersebut
dilakukan merupakan tindak pidana, seperti yang telah ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 UU TPPU.
78
Dari seluruh unsur yang terdapat pada Pasal 3 huruf c UU TPPU tersebut, ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi
yaitu unsur “merupakan hasil tindak pidana”. Tindak pidana asal predicate crime harus dapat dibuktikan telah terjadi
sehingga dapat terjadi pencucian uang. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU TPPU, dapat dikatakan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana
yang tidak dapat dilepaskan dari tindak pidana asal, dimana hasil dari tindak pidana pencucian uang tersebut berasal dari tindak pidana asal itu sendiri. Tindak
pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri yang terjadi setelah terjadinya tindak pidana asal sebagaimana diatur pada Pasal 2 ayat 1 UU
TPPU. Dengan demikian, maka tidak akan ada tindak pidana pencucian uang tanpa adanya tindak pidana asal.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Andi Hamzah pada persidangan pemeriksaan saksi ahli yang menyatakan bahwa tindak pidana asal mutlak harus
dibuktikan oleh penuntut umum. Tindak pidana pencucian uang tidak akan ada tanpa adanya tindak pidana asal itu sendiri. Dengan demikian, harta kekayaan
78
Marwan Effendy, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
120
yang diperoleh Terdakwa sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 yang disita oleh Penyidik KPK harus dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.
Tindak pidana asal predicate crime harus dibuktikan atau ditemukan terlebih dahulu berdasarkan bukti permulaan yang cukup yang menerangkan telah
terjadinya tindak pidana, kemudian dilakukanlah penyelidikan terhadap tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana asal. Oleh
karena itu, penyitaan yang dilakukan oleh Penyidik KPK terhadap aset yang diperoleh oleh Terdakwa sejak tahun 2011 sampai dengan dimulainya penyidikan
terhadap tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM adalah secara hukum. Hal itu dikarenakan tindak pidana asalnya jelas yaitu tindak pidana korupsi
Proyek Pengadaan Simulator SIM, demikian juga waktu terjadinya tindak pidana tempus delicti dan tempat terjadinya tindak pidana locus delicti.
Sementara penyitaan terhadap aset Terdakwa sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 menjadi tidak sah karena Penyidik KPK tidak dapat
menunjukkan bukti permulaan yang cukup bahwa aset tersebut adalah hasil tindak pidana korupsi, sebagaimana diatur pada Pasal 47 dan Pasal 44 ayat 2 UU KPK.
Unsur merupakan hasil tindak pidana pada Pasal 3 huruf c UU TPPU yang didakwakan Penuntut Umum KPK juga tidak terpenuhi karena aset yang disita
tersebut diperoleh pada masa sebelum terjadinya tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM yaitu pada tahun 2011. Aset yang diperoleh Terdakwa pada tahun
2003 sampai dengan tahun 2010 yang disita oleh KPK tidak berkaitan dengan tindak pidana korupsi Pengadaan Simulator SIM. Tidak ada tindak pidana
pencucian tanpa tindak pidana asal.
Universitas Sumatera Utara
121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan