Persepsi Mahasiswa Terhadap Open Access dan Meningkatnya Plagiatisme di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Mahasiswa PascaSarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara)
PENGARUH OPEN ACCESS TERHADAP PLAGIATISME DI PERGURUAN TINGGI: Studi Kasus Mahasiswa Pascasarjana Ilmu
Hukum Universitas Sumatera Utara SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos)
dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi
M. FAHRI RUDIYANTO 110709040
DEPARTEMAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
iii ABSTRAK
Rudiyanto, M. Fahri. 2015. Pengaruh Open Access Terhadap Plagiatisme di Perguruan Tinggi: Studi kasus Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini berlokasi di Fakultas Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh open access terhadap plagiatisme di perguruan tinggi.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif berjenis asosiati sebab-akibat. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel open access (Independen) dan variabel plagiatisme (Dependen). Populasi pada penelitian ini sebanayk 501 orang dengan sampel 72 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Pengolahan data dari hasil penelitian menggunakan SPSS versi 18.00.
Hasil dari penelitian ini adalah open access memberikan pengaruh yang signifikan terhadap plagiatisme yang berada pada katagori sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 0,969 yang menunjukkan bahwa 96,8 % variabel open access karya ilmiah dapat
mempengaruhi plagiatisme karya ilmiah di perguruan tinggi. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menguji hipotesi uji-t dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 95% dan hasil uji hipotesis di peroleh 46,414 > 1,667maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa open access 96,8% berpengaruh terhadap plagiatisme di perguruan tinggi, sedangkan selebihnya 3,2% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
(3)
iv KATA PENGANTAR Assallammuallaikum Wr Wb
Puji dan syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penyusuna skripsi yang berjudul“Persepsi Mahasiswa Terhadap Open Access dan Meningkatnya Plagiatisme di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Mahasiswa PascaSarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara), dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada I
1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.Ikom selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan perbaikan serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Himma Dewiyana, S.T, M.Hum selaku Seketaris Jurusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Belling Siregar, SS, M. Lib sebagai Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta masukan kepada penulis.
5. Ibu Drs. Irawati Kahar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi sekaligus sebagai Penguji II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta masukan kepada penulis.
(4)
v
6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program studi Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
7. Kepada mamak Jumiem dan Bapakku Tohirin yang telah selalu bersabar dan selalu memberikan dukungan yang tak dapat diungkapkan dengan apapun di dunia ini. Untuk Fandi Muhammad Syahputra yang memberi semangat.
8. Kepada seluruh mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Kepada teman-teman Adit, Shuhada, Anrul, Amri, Iqbal, Abdul, Putri, Ifbal, dan Siddik yang memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semua yang telah mereka berikan berupa doa, bimbingan,
semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan
kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi yang
membaca khususnya bagi penulis sendiri.
Waallaikummussallam Wr Wb
Medan, Mei 2015
Penulis
(5)
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai
suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media
publikasi lain.
Penulis membedakan dengan jelas anatara pendapat atau gagasan penulis
dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan
mencantunkan tanda kutip.
Medan, Mei 2015
Penulis
(6)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1. 3 Tujuan ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 RuangLingkup ... 8
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 9
2.1 Open Access ... 9
2.1.1 Pengertian Open Access ... 9
2.1.2 Bentuk dan Jenis Open Access ... 14
2.1.2.1. Open AccessJournal (Gold OA) ... 16
2.1.2.2.1 Manfaat Open Access Journal (Gold OA) ... 18
2.1.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Gold OA 19 2.1.2.2. Open AccessRepository (GreenOA) ... 20
2.1.2.2.1 Manfaat Open Access Repository (GreenOA) ... 23
2.1.2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan GreenOA ... 25
2.1.3 Manfaat Open Access 26
2.2 Plagiatisme 29
2.2.1 Pengertian Plagiatisme 30
2.2.2 Bentuk Plagiatisme 33
(7)
viii
2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Plagiatisme 41
2.2.5 Dampak Plagiatisme 44
2.2.6 Kiat Menghindari Plagiatisme 46
2.3 Open Access dan Plagiatisme 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55
3.1 Pengertian Metodologi Penelitian 55
3.2 Lokasi Penelitian ... 55
3.3 Populasi dan Sampel ... 55
3.3.1 Populasi ... 56
3.3.2 Sampel ... 56
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data 57 3.6 Intrumen Penelitian ... 58
3.7 Defenisi Operasional Variabel ... 59
3.8 Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 61
3.8.1 Validitas Instrumen ... 61
3.8.2 Uji Realibilitas Instrumen ... 61
3.9 Skala Pengukuran ... 62
3.10 Pengujian Angket ... 63
3.11 Teknik Analisis Data ... 63
3.11.1 Teknik Analisis Deskriptif ... 63
3.11.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 64
3.11.3 Uji Homogenitas ... 65
3.11.4 Uji Normalitas ... 66
3.12 Analisis Parsial (Uji-t) ... 67
3.13 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1 Pengumpulan Data ... 69
4.2 Pengujian Validitas dan Realibitas ... 69
(8)
ix
4.2.2 Pengujian Reliabilitas ... 72
4.3 Analisis Deskripsi ... 73
4.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Open Access (Variabel X) ... 73
4.3.2 Tanggapan Responden Terhadap Plagiatisme (Variabel Y) ... 80
4.4 Pengolahan Data Deskripsi ... 88
4.4.1 Deskripsi Data ... 88
4.4.2 Deskripsi Data Variabel Open Access (Variabel X) ... 89
4.4.3 Deskripsi Data Variabel Plagiatisme (Variabel Y) ... 91
4.5 Pengujian Persyaratan Anailsis ... 93
4.5.1 Uji Normalitas ... 93
4.5.2 Uji Homogenitas ... 95
4.5.3 Uji Linearitas ... 94
4.5.4 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 96
4.6 Pengujian Hipotesis ... 97
4.6.1 Pengaruh Open Access terhadap Plagiatisme ... 97
4.6.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
5.1 Kesimpulan ... 100
5.2 Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN
(9)
x DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Kisi-kisi Variabel Penelitian ... 59
Tabel 3.2: Hubungan Jawaban Pertanyaan dengan Skala Likert ... 62
Tabel 3.3: Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Kolerasi Interval Koefisien ... 68
Tabel 4.1: Ringkasan Hasil Pengujian Validitas ... 71
Tabel 4.2: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 73
Tabel 4.3: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Open Access, free access (free online to read, download, and use) ... 74
Tabel 4.4: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Open Access, free of charge ... 75
Tabel 4.5: Distribusi Jawaban Responden Terhadap VariabelOpen Access, free of most copyright ... 77
Tabel 4.6: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Open Access, without licensing restrictions ... 78
Tabel 4.7: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Plagiatisme, Turning in someone else's work as your own ... 81
Tabel 4.8: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Plagiatisme, Copying words or ideas from someone else without giving credit ... 82
Tabel 4.9: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Plagiatisme, Failing to put a quotation in quotation marks ... 83
Tabel 4.10: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Plagiatisme, Giving incorrect information about the source of a quotation ... 84
Tabel 4.11: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Plagiatisme, Changing words but copying the sentence structure of a source without giving credit ... 85
Tabel 4.12: Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Plagiatisme, Copying so many words or ideas from a source that it makes up the majority of your work, whether you give credit or not ... 86
Tabel 4.13: Frekuensi Data Variabel Open Access dan Plagiatisme ... 88
Tabel 4.14: Frekuensi Variabel open Access ... 89
Tabel 4.15: Distribusi Frekuensi Data Variabel Open Access (Variabel X) ... 90
Tabel 4.16: Frekuensi Data Variabel Plagiatisme ... 91
Tabel 4.17: Distribusi Frekuensi Data Variabel Plagiatisme (Variabel Y) ... 92
Tabel 4.18: Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel X ... 93
Tabel 4.19: Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel Y ... 94
Tabel 4.20: Rangkuman Uji Normalitas ... 95
Tabel 4.21: Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Linier ... 96
Tabel 4.22: Uji Linieritas untuk persmaan Y atas X ... 96
Tabel 4.23: Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Linier ... 96
Tabel 4.24: Hasil Pengujian Hipotesi Uji t-test ... 98
Tabel 4.25: Koefisien Determinasi (R2) ... 99
(10)
xi DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram Sebaran Data Open Access ... 89 Gambar 4.2 Histogram Sebaran Data Plagiatisme ... 91
(11)
iii ABSTRAK
Rudiyanto, M. Fahri. 2015. Pengaruh Open Access Terhadap Plagiatisme di Perguruan Tinggi: Studi kasus Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini berlokasi di Fakultas Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh open access terhadap plagiatisme di perguruan tinggi.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif berjenis asosiati sebab-akibat. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel open access (Independen) dan variabel plagiatisme (Dependen). Populasi pada penelitian ini sebanayk 501 orang dengan sampel 72 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Pengolahan data dari hasil penelitian menggunakan SPSS versi 18.00.
Hasil dari penelitian ini adalah open access memberikan pengaruh yang signifikan terhadap plagiatisme yang berada pada katagori sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi sebesar 0,969 yang menunjukkan bahwa 96,8 % variabel open access karya ilmiah dapat
mempengaruhi plagiatisme karya ilmiah di perguruan tinggi. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menguji hipotesi uji-t dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 95% dan hasil uji hipotesis di peroleh 46,414 > 1,667maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa open access 96,8% berpengaruh terhadap plagiatisme di perguruan tinggi, sedangkan selebihnya 3,2% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
(12)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Menulis merupakan suatu cara menyampaikan ide atau gagasan dengan
bahasa tulisan. Dalam suatu tulisan pengarang memaparkan suatu ide atau
gagasan pokok yang menjadi dasar terciptanya suatu karya ilmiah. Pengarang
menyampaikan ide atau gagasan dengan sudut pandang dan gaya bahasanya
sendiri. Sehingga pada beberapa tulisan memiliki tema yang sama, namun cara
penyampaian yang berbeda sesuai sudut pandang dari pengarang.
Secara garis besar karya ilmiah digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
karya fiksi dan karya ilmiah. Karya ilmiah fiksi merupakan karya ilmiah yang
lebih bersifat imajinasi dan lebih mementingkan nilai estetika (keindahan).
Contoh karya ilmiah fiksi seperti: novel, cerpen, pantun, puisi. Sedangkan karya
ilmiah ilmiah merupakan karya ilmiah yang bersifat nyata , dapat dibuktikan, dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenaran isinya. Penulisan karya ilmiah juga
terikat pada aturan-aturan yang sudah baku dan tidak dapat diubah-ubah sesuai
keinginan penulis.
Di perguruan tinggi menulis juga menjadi suatu kewajiban yang melekat
erat pada aktivitas sivitas akademik khususnya dalam menulis karya ilmiah. Karya
ilmiah yang dihasilkan oleh sivitas akademik merupakan wujud dari komunikasi
ilmiah interdisiplin ilmu pengetahuan. Semakin besar jumlah karya yang
dihasilkan oleh akademisi menunjukkan perkembangan yang terjadi pada disiplin
(13)
2
Komunikasi ilmiah dapat dilakukan dengan menulis karya ilmiah seperti
makalah, artikel jurnal, prosiding, skripsi, tesis, dan disertasi. Untuk jenjang
pendidikan telah diatur standar kelulusan, bagi mahasiswa strata satu harus
menulis skripsi agar dapat memperoleh gelar sarjana. Bagi mahasiswa
pascasarjana wajib menulis tesis agar dapat memperoleh gelar magister.
Sedangkan untuk program doktor, disertasi merupakan karya ilmiah wajib yang
harus ditulis untuk memperoleh gelar doktor. Tentunya dari berbagai macam jenis
karya ilmiah tersebut baik aturan, gaya penulisan, dan bobot informasi yang
terkandung di dalamnya tidaklah sama. Hal tersebut haruslah disesuaikan pada
tingkat dan tujuan dari penulisan karya ilmiah.
Dosen, mahasiswa, dan Peneliti yang menjadi pilar utama dalam
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Seperti yang tertulis pada Undang-
Undang republik Indonesia nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi Pasal
1 ayat 9 bahwa “Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma
adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”. Pernyataan tersebut dapat
dimaknai bahwa karya ilmiah yang dihasilkan harus bermanfaat bagi dunia
pendidikan, penelitian, dan bagi masyarakat.
Dosen, mahasiswa, dan peneliti yang menghasilkan karya ilmiah akan
memperoleh nilai kredit untuk setiap tulisanya. Dosen yang hendak naik jabatan
atau golongan diwajibkan memiliki angka kredit yang sudah di tentukan, salah
satu cara untuk memperoleh angka kredit tersebut ialah dengan menulis karya
(14)
3
menyelesaikan studinya. Peneliti haruslah melaporkan dan mempublikasikan hasil
penelitiannya sebagai tanggungjawab kepada masyarakat.
Oleh karena itu, karya ilmiah yang di hasilkan oleh para dosen,
mahasiswa, dan peneliti tentunya akan lebih bermanfaat apabila dapat diakses
oleh setiap orang. Tidak hanya menambah khasanah ilmu pengetahuan, tentunya
hal tesebut akan memberikan sumbangan dalam mengembangkan disiplin ilmu
yang menjadi objek kajian. Bagi penulis sendiri akan menaikkan nilai kredit karya
ilmiahnya apabila banyak dijadikan rujukan oleh penulis lain.
Dengan kemajuan teknologi Informasi dan Komputer (TIK) proses dalam
menyebar luaskan informasi menjadi lebih terbuka luas. Internet memberikan
kemudahan bagi pengguna dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. Dengan
internet kendala yang dihadapi dalam mendapatkan informasi seperti: jarak,
waktu, biaya sudah dapat diatasi. Hanya dengan seperangkat komputer yang
terhubung dengan jaringan internet pengguna sudah dapat mengakses seluruh
informasi yang tersebar luas. Tentunya dengan catatan bahwa informasi tersebut
berbentuk digital dan berada pada database-database yang terhubung dengan
jaringan internet.
Khususnya untuk dunia perguruan tinggi kegiatan dalam mencari
informasi untuk mendukung terciptanya suatu karya ilmiah sangatlah penting.
Untuk menyelesaikan suatu tugas seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi
membutuhkan referensi yang relevan dan yang paling mutakhir. Semakin banyak
dan relevannya referensi yang digunakan, maka kualitas karya ilmiah yang
(15)
4
Pada tahun 2009 Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah
meluncurkan portal akses karya ilmiah di indoensia yang diberi nama Portal
Garuda dengan website www.garuda.dikti.go.id. Memberikan akses bagi karya
ilmiah yang dihasilkan oleh para peneilti di Indonesia (Kompas, 2009). Ini
merupakan cikal bakal gerakan bebas akses di Indonesia. Melalui website garuda
setiap orang dapat mengakses dan melihat karya ilmiah yang dihasilkan di seluruh
Indonesia.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi ilmiah memunculkan suatu
konsep baru berkenaan dengan penyebaran ilmu pengetahuan. Gerakan akses
bebas atau yang disebut Open Access (OA) merupakan suatu gerakan yang
meproklamirkan pembebasan kapitalisme pada dunia pendidikan. Pada tahun
2003 UNESCO melakukan suatu gerakan Berlin Declaration on Open Access to
Knowledge in the Sciences and Humanitie. Tujuan dari gerakan ini, memberikan
paradigma baru mengenai penyebar luasan ilmu pengetahuan dengan dukungan
dari kemajuan teknologi berupa internet.
Surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi nomor 152/E/T/2012 tentang
Publikasi Karya Ilmiah. Untuk lulus tingkat sarjana harus menghasilkan makalah
yang terbit di jurnal ilmiah. Untuk lulus tingkat magister harus telah menghasilkan
makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional terutama yang terakreditasi oleh
DIKTI. Untuk lulus tingkat doktor harus telah menghasilkan makalah yang terbit
(16)
5
ilmiah merupakan suatu hal yang sangat penting bagi dunia pendidikan khususnya
pandidikan tinggi.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa open access merupakan suatu cara
pembebasan kapitalisme dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu saja, open
access menawarkan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari gerakan ini.
Peneliti, lembaga pendidikan, publik, dan penyandang dana penelitian merupakan
sebagian kecil yang merasakan manfaat dari open access. Setiap orang dapat
dengan leluasa membaca, men-download, menggandakan, mencari,
mendistribusikan dan masuk ke-link suatu karya ilmiah.
Kemudahan yang diberikan oleh open access mengangkat suatu
permasalahan klasik yang berhubungan dengan pelanggaran kode etik penulisan
karya ilmiah. Kebebasan untuk membaca, men-download, meng-copy, mencari,
mendistribusikan, dan masuk ke-link suatu karya ilmiah, bagi sebagian orang
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan pencurian ide orang lain yang disebut
plagiatisme. Ditemukan di beberapa perguruan tinggi telah terjadinya pelanggaran
kode etik dalam penulisan karya ilmiah berupa penjiplakan hasil karya orang lain
tanpa memeperhatikan kaidah pengutipan karya ilmiah dengan baik dan benar.
Pelanggaran kode etik penulisan karya ilmiah bukan merupakan suatu hal
yang baru di dunia pendidikan tinggi. Setelah kemajuan teknologi informasi,
pelanggaran kode etik penulisan karya ilmiah yang terjadi barulah terungkap.
Karya ilmiah yang awalnya masih dalam bentuk konvensional dan hanya
tersimpan didalam rak penyimpanan, kini sudah dialih mediakan ke dalam bentuk
(17)
6
penulisan karya ilmiah, berupa pencurian ide, gagasan, kalimat karya ilmiah orang
lain dapat terdeteksi.
Karya ilmiah yang dihasilkan oleh sivitas akademik seperti; skripsi, tesis,
dan disertasi dipublikasikan melalui repositori perpustakaan universitas. Sehingga
akses terhadap karya ilmiah tersebut menjadi lebih luas. Dengan demikian, karya
ilmiah yang hasilkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi penulis
ataupun bagi institusi. Penulis dapat mengetahui kualitas karya ilmiah yang
dihasilkan, melalui intensitas penggunaan karya limiah tersebut sebagai bahan
rujukan. Sedangkan bagi institusi khususnya perpustakaan dapat meningkatkan
posisi webometrik. Jika seorang penulis melakukan plagiatisme akan dengan
cepat terdeteksi. Oleh sebab itu, penulis harus benar-benar menghasilkan karya
ilmiah yang berkualitas, bukannya karya ilmiah hasil copy dan paste.
Banyak dari para penulis yang tidak memperhatikan hak yang melekat
pada diri seorang penulis. Oleh sebab itu, setiap akademisi perlu memahami
kaidah penulisan karya ilmiah agar terhindar dari plagiatisme. Agar karya ilmiah
tidak dinyatakan plagiatisme ialah mencantumkan nama asli penulis yang
dijadikan rujukan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada penulis
dengan mengikut sertakan namanya dalam karya ilmiah dan memberikan hak
moral yang melekat pada penulis.
Di beberapa perguruan tinggi di Indonesia disinyalir telah terjadinya
tindakan plagiat yang dilakukan oleh salah seorang akademisinya. LS, dosen
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, yang dituding
(18)
7
FK yang diduga melakukan plagiat, FK diduga mengutip beberapa karya
mahasiswanya (Kompas, 2014).AA, dosen Universitas Gadjah Mada (UGM)
dituduh menjiplak karya tulis atau opini orang lain (Kompas, 2014). Tentunya masih banyak lagi kasus-kasus plagiat yang masih belum terungkap.
Di Universitas Sumatera Utara sendiri pernah di temukan terjadinya
plagiatisme yang dilakukan oleh para akademisi di Universitas Sumatera Utara,
plagiat tersebut terjadi berhubungan dengan penulisan tugas akhir seperti skripsi,
tesis, dan makalah seminar.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memberikan peran yang
sangat kursial dalam kemajuan dunia karya ilmiah ilmiah, penerapan teknologi
pada penyebaran ilmu pengetahuan dalam hal ini open access dapat diibaratkan
seperti pisau bermata dua. Disatu sisi penyebaran ilmu pengetahuan dapat
berlangsung dengan cepat, memungkinkan setiap orang untuk dapat mengakses
informasi dari seluruh penjuru dunia. Disisi yang lain, kebebasan dan kemudahan
untuk mengakses karya ilmiah memudahkan untuk terjadinya plagiatisme. Tetapi,
tidak dapat dipungkiri open access dalam penyebaran ilmu pengetahuan,
memberikan kemudahan dalam mengungkap plagiatisme karya ilmiah.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka penulis
muncul rasa untuk mengetahui lebih dalam mengenai permasalahan yang telah
diuraikan. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Open Access terhadap Plagiatisme di Perguruan Tinggi
(19)
8 1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
masalah yaitu: Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara open
access dengan plagiatisme di perguruanTinggi?
1. 3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh open access terhadap plagiatisme di perguruan tinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu
sehingga dapat terhindar dari Plagiatisme dalam penulisan karya ilmiah.
2. Bagi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, yaitu tulisan ini dapat memberikan
sumbangsih mengenai open access dan plagiatisme di perguruan tinggi.
3. Bagi Peneliti Lanjutan, yaitu tulisan ini dapat menjadi referensi untuk
penelitian selanjutnya.
4. Bagi Penulis, yaitu menambah pemahaman mengenai open access dan
plagiatisme di perguruan tinggi.
1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
(20)
9 BAB II
KAJIAN TEORITIS 2.1 Open access (OA)
Gerakan open access bukanlah suatu hal yang baru di dunia. Pada tahun
2003 UNESCO telah melakukan suatu gerakan Berlin Declaration on Open
access to Knowledge in the Sciences and Humanities. Tujuan dari gerakan open
aceess ini memberikan paradigma baru mengenai penyebarluasan ilmu
pengetahuan dengan dukungan dari kemajuan teknologi berupa internet. Di
Indonesia sendiri gerakan open access baru muncul pada tahun 2009 dengan
diluncurkannya suatu sarana komunikasi ilmiah yang disebut Portal Garuda.
Untuk lebih merangsang para akademisi untuk menghsilkan karya ilmiah pada
tahun 2012 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui
Surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi
Karya Ilmiah. Hal ini merupakan wujud peran aktif Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dalam mendukung gerakan open access.
2.1.1 Pengertian Open access
Gerakan Open Access (OA) merupakan suatu langkah yang dilakukan
untuk memberikan akses sebesar–besarnya untuk untuk menyebarkan karya
ilmiah. Dengan adanya open access komunikasi ilmiah yang dilakukan oleh para
akademisi yang di tuangkan dalam bentuk karya ilmiah dapat terjalin dengan baik
tanpa terjadinya pelanggaran yang merugikan pihak lain. Beberapa orang ahli
(21)
10
“Open access (OA) literature is digital, online, free of charge, and free of most
copyright and licensing restrictions”. Disini Suber menekankan bahwa open
access merupakan suatu ketersedian bahan bacaan secara digital, online yang
tidak terikat dengan hak cipta dan ijin untuk menggunakan. Kemajuan teknologi
menciptakan paradigma baru di dunia publikasi, karya yang dihasilkan dapat
disebarluaskan melalui media internet. Sehinngga masyarakat bebas untuk
mengakses karya ilmiah untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan.
The Budapest Open access Initiative (2002) menyatakan bahwa:
For various reasons, this kind of free and unrestricted online availability, which we will call Open Access, has so far been limited to small portions of the journal literature. But even in these limited collections, many different initiatives have shown that open access is economically feasible, that it gives readers extraordinary power to find and make use of relevant literature, and that it gives authors and their works vast and measurable new visibility, readership, and impact.
Untuk berbagai alasan, seperti ini ketersediaan online gratis dan tak
terbatas, yang akan disebut open access, sejauh ini terbatas pada bagian-bagian
kecil dari literatur jurnal. Namun dalam koleksi terbatas, banyak inisiatif yang
berbeda menunjukkan bahwa akses terbuka secara ekonomis layak, yang
memberikan pembaca kekuatan yang luar biasa untuk menemukan dan
memanfaatkan literatur yang relevan, dan yang memberikan penulis dan
karya-karya mereka yang luas dan terukurnya visibilitas baru, pembaca, dan
pengaruhnya.
Open acces dapat diartikan kondisi dimana terciptanya masyarakat ilmiah
(22)
11
memungkinkan masyarakat menemukan literatur yang relevan dan memberikan
kemampuan visibilitas yang lebih terukur.
Berlin Declaration on Open access to Knowledge in the Sciences and Humanities (2003)memberikan defenisi menganai open access sebagai berikut:
Disseminating knowledge is only half complete if the information is not made widely and readily available to society. New possibilities of knowledge dissemination not only through the classical form but also and increasingly through the open access paradigm via the Internet have to be supported. We define open access as a comprehensive source of human knowledge and cultural heritage that has been approved by the scientific community.
Menyebarluaskan pengetahuan hanya tidak lengkap jika informasi tersebut
tidak dibuat secara luas dan tersedia untuk masyarakat. Kemungkinan baru
diseminasi pengetahuan tidak hanya melalui bentuk klasik tetapi juga dan semakin
melalui paradigma akses terbuka melalui internet harus didukung. Dapat
didefinisikan sebagai suatu akses terbuka sumber pengetahuan manusia yang
komprehensif dan warisan budaya yang telah disetujui oleh komunitas ilmiah.
Dalam membangun akses terbuka ilmu pengetahuan membutuhkan
penyebaran luasan ilmu pengetahuan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Melalui internet paradigma penyebarluasan ilmu pengethuan sangatlah
memungkinkan. Sehingga tersedianya sumber ilmu pengetahuan yang
komprehensif dan menjadi warisan budaya yang disetujui oleh komunitas ilmiah.
Dengan open access diharapkan dapat menciptakan suatu masyarakat yang
lebih peka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Kepekaan terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan diharapkan dapat menciptakan masyarakat ilmiah. Dengan
(23)
12
dengan lebih mudah dan lebih dapat menyentuh seluruh kalangan masyarakat.
Masyarakat ilmiah menghasilkan dan menggunakan karya ilmiah merupakan
suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Sehingga open access merupakan suatu cara
menyebarkan dan menggunakan karya ilmiah yang dihasilkan.
Fatmawati (2013, 98) dalam artikelnya mengemukakan bahwa “Open
access bisa didefinisikan sebagai ketersediaan bebas dari publikasi jurnal ilmiah
melalui internet”. Pendapat di atas menjelaskan terlihat bahwa OA merupakan
penerapan teknologi komunikasi dalam penyebaran ilmu pengetahuan dengan
kemajuan teknologi informasi dan komputer memberikan pengaruh yang begitu
besar terhadap penyebaran ilmu pengetahuan. Sehubungan hal tersebut di atas
diperlukan adanya akses sebesar-besarnya sehingga ilmu pengetahuan tersebut
dapat dijadikan sumber informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang
sedang dikaji. Dengan open access kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
komunikasi ilmiah seperti harusnya mengeluarkan biaya untuk dapat mengakses
suatu suatu sumber informasi dapat diminimalisir.
Seperti yang ditulis oleh Lossau (2008, 20) bahwa “Open access is free
access to knowledge at no charge to the user”. Dapat diterjemahkan open access
adalah akses gratis ke pengetahuan tanpa biaya kepada pengguna. Selain itu
Morrison (2006) menuliskan bahwa “Open access literature is free online to
anyone, anywhere, to read, download, and use, providing that the authors is properly cited”. Dapat diterjemahkan Open access literature adalah online gratis
untuk siapa saja, di mana saja, membaca, mendownload, dan digunakan, dengan
(24)
13
(2014) bahwa “The Open access research literature is composed of free, online
copies of peer-reviewed journal articles and conference papers as well as technical reports, theses and working papers”. Defenisi tersebut dapat
diterjemakan bahwa open access research literature adalah yang tersedia secara
gratis, dalam bentuk salinan online artikel jurnal peer-review dan makalah
konferensi serta laporan teknis, tesis dan kertas kerja.
Dengan open access pengguna tidak harus direpotkan dengan hak cipta
yang melekat pada pengarang. Karena pengarang telah membebaskan karya
ilmiahnya untuk digunakan oleh khalayak ramai. Seperti yang tertulis pada
websiteUniversity of St Andrew (2014) bahwa:
Open access (OA): Open access in this context means research literature that can be freely accessed by anyone in the world via the internet so that it can be used without licensing restrictions for research, teaching or other purposes. Copyright holders control the right to permit open access and have the right to be properly acknowledged.
Open access (OA) dalam konteks ini berarti literatur penelitian yang dapat
diakses secara bebas oleh siapa saja di dunia melalui internet sehingga dapat
digunakan tanpa pembatasan perizinan untuk penelitian, pengajaran atau tujuan
lainnya. Pemegang hak cipta mengontrol hak untuk mengizinkan akses terbuka
dan memiliki hak untuk menjadi benar diakui. Untuk kepentingan penelitian,
pengajaran, atau tujuan lainnya pemegang hak cipta membebaskan perizinan
penggunaan karya ilmiahnya. Pemegang hak cipta tidak begitu saja terlepas dari
karyanya, karena hak moral yang melekat pada pemegang hak cipta tetap ada
(25)
14
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut di atas maka yang disebut dengan
open access adalah ketersedian karya ilmiah secara gratis yang dapat diakses
melalui internet tanpa pembatasan perizinan untuk dibaca, didownload, dan
digunakan untuk kepentingan pengajaran serta melestarikan warisan budaya yang
disetujui komunitas ilmiah dan pengaruhnya dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Open access memiliki beberapa indikator yaitu: free access (free online to read,
download, and use), free of charge, free of most copyright, without licensing
restrictions.
2.1.2 Bentuk dan Jenis Open access
Pada website Goergia State University Library (2015) tertulis jenis- jenis
open access yang dapat dioperasikan. Gerakan open access yang tergolong masih
baru di dunia komunikasi ilmiah menyebabkan dalam penerapannya masih
mengembangkan standar. Terdapat banyak tipe dasar open access yang dapat
dioperasikan, sebagai berikut:
There are many types of open access, perhaps because it is such a young movement that it's still developing standards. That said, there are three basic types: Green – refers to self-archiving generally of the pre or post-print in repositories. Gold – refers to articles in fully accessible open access journals. Hybrid – some times called Paid Open Access, refers to subscription journals with open access to individual articles usually when a fee is paid to the publisher or journal by the author, the author's organization, or the research funder.
Terdapat banyak cara yang dilakukan dalam menjalankan open access,
mungkin karena hal tersebut open access masih mengembangkan standar dalam
pelaksanaannya, yaitu: hijau (Green OA) - mengacu pada diri pengarsipan
umumnya pra atau pasca-cetak dalam repository. Emas (Gold OA) - mengacu
(26)
15
OA) - beberapa kali disebut open access yang dibayar, mengacu pada jurnal
langganan dengan akses terbuka untuk artikel individu biasanya, ketika biaya
dibayarkan kepada penerbit atau jurnal oleh penulis, organisasi penulis, atau
penyandang dana penelitian.
Terdapat tiga jenis dasar dalam menjalankan open access, yaitu: hijau
(Green OA) untuk open access yang hanya sebatas repository umumnya jenis ini
terdapat pada perguruan tinggi yang menghasilkan karya-karya Grey Literatur,
sehingga karya tersebut hanya dipublikaiskan melalui repository perpustakaan.
Emas (Gold OA) untuk jenis open access yang memberikan kebebasan untuk
mengakses artikel-artikel yang terdapat pada database yang melakukan open
access. Hybrid (Hybrid OA) jenis open access yang dilakukan dengan melanggan
suatu jurnal dengan mengeluarkan biaya, namun pelanggan jurnal memberikan
akses yang bebas kepada siapa saja yang ingin menggunakan jurnal tersebut.
Hybrid OA merupakan bentuk dari gold OA, yang digunakan untuk menjalankan
konsep yang digunakan dalam penerapan OA.
Stevan Harnad yang dikutip oleh Suber (2012, 53) menuliskan bahwa
dalam mengoperasikan open access dapat berjalan dalam dua bentuk. Dituliskan
bahwa:
Two delivery vehicles dominate the current discussion: journals and repositories.The OA movement uses the term gold OA for OA delivered by journals, regardless of the journal’s business model, and green OA for OA deliveredby repositories. Self-archiving is the practice of depositing one’s own work in an OA repository.
Dalam menjalankan open access dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
(27)
16
access). Open access journal merupakan cara menjalankan open acces dengan
menggunakan jurnal . Open acess journal merupakan nama lain dari menjalankan
bisnis jurnal. Suatu lembaga melanggan jurnal lalu membuka akses ke jurnal
tersebut untuk diakses secara bebas. Open access repository merupakan suatu cara
open access melalui repositori lembaga. Karya ilmiah yang dihasilkan suatu
lembaga di simpan dalam deposit lembaga yang dipublikasikan melalui repositori.
Pengarsipan sendiri (sefl-archiving) adalah nama lain dari open access repository.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dalam menjalankan
open access dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui open access journal
(Gold Open Access) dan melalui open access repository (Green Open Access).
2.1.2.1. Open Access Journal ( Gold OA)
Dalam implementasinya open access dalam bentuk jurnal disebut gold OA.
Suber (2012; 49-50) menuliskan “OA journals are like non-OA journals except
that they’re OA. Like conventional journal publishers, some OA journal publishers are for-profit and some are nonprofit”. Defenisi tersebut dapat
diterjemahkan open access journal seperti jurnal non-open access kecuali bahwa
jurnal tersebut melakukan open access. Seperti penerbit jurnal konvensional,
beberapa penerbit jurnal open access adalah untuk-profit dan beberapa ada yang
nirlaba. Maksudnya bahwa open access journal sama seperti jurnal tercetak
(konvensional) hanya saja, jurnal di publikasikan melalui internet. Open access
journal ada yang tujuannya mencari keuntungan dan ada yang tujuannya tidak
untuk mencari keuntungan. Ditambahkan lagi oleh Lukman & et. all (2014)
(28)
17
sebagai jurnal dengan teks penuh (full texts) yang tersedia dan dapat diakses gratis
di web/internet”.
Seperti pendapat ahli di atas bahwa gold open access merupakan suatu
cara melakukan open access yang lebih mengarah kepada jurnal konvensional
dalam bentuk fulltext. Suatu open access dapat disebut sebagai gold open acces
apabila struktur dan konten yang ditawarkan sesuai standar yang tersedia dan
dapat diakses gratis di web/internet.
Sedangkan Bailey (2007) menyatakan bahwa secara umum terdapat tiga
bentuk open access journal sebagai berikut:
1. Born-OA publishers typically let authors retain the copyright to their articles and use the Creative Commons Attribution License or a very similarlicense.
2. Conventional publishers As the open access movement has gained momentum, conventional commercial and nonprofit journal publishers have begun to experiment with open access publishing programs or to establish permanent open access programs.
3. Non-traditional publishers as the entity or individual who selects the material to be published, makes the decisions, and pays the bills (Bradley & et. All ; 2011).
(1) Lahir-OA penerbit biasanya membiarkan penulis mempertahankan hak
cipta untuk artikel mereka dan menggunakan lisensi atribusi kreasi pengetahuan
umum atau lisensi yang sangat mirip. (2) penerbit konvensional sebagai gerakan
akses terbuka telah mendapatkan momentum, penerbit jurnal komersial dan
nirlaba konvensional telah mulai bereksperimen dengan akses terbuka program
penerbitan atau untuk membangun program akses terbuka permanen. (3) penerbit
non-tradisional sebagai entitas atau individu yang memilih material yang akan
(29)
18
Ada beberapa bentuk dasar dalam mengoperasikan open access journal
yaitu: born-OA publishers, conventional publishers, dan non-traditional publisher
ketiga bentuk mengoperasikan open access memiliki kelebihannya
masing-masing.
2.1.2.2.1 Manfaat Open Access Journal (Gold OA)
Open access journal yang dinyatakan oleh para ahli adalah bentuk
konvensioanal dari cara melakukan open acces. Open access journal juga
memberikan manfaat untuk masing-masing pemangku kepentingan. Manfaat yang
paling penting melakukan open access journal adalah hubungan antara pemilik
jurnal dengan pembaca akan semakin cepat di seluruh dunia. Jurnal yang dipublis
secara online tentunya memberikan kemudahan untuk pembaca untuk
mengaksesnya. Kemudahan akses ini dapat menciptakan komunikasi ilmiah yang
lebih efektif dan efisien.
Suatu artikel jurnal yang dihasilkan oleh seorang penulis dapat langsung
mendapat feedback dari pembaca baik mengenai kualitas ataupun hal- hal lain dari
jurnal tersebut. Sehingga penulis dapat mengetahui sudah sejauhmana kualitas
dari jurnal yang hasilkan. Penulis juga dapat melihat seberapa cepat dan jauh
perkembangan ilmu yang sedang dikaji. Antelma (2004) menyatakan bahwa
“open access journal mempercepat waktu publikasi karya, meningkatkan
penggunaan jurnal dari pada jurnal tercetak dan berpengaruh dalam peningkatan
impact fector suatu jurnal”.
Suatu jurnal yang open access akan memudahkan pengguna untuk
(30)
19
sesuai dengan kepentingan. Dengan masuk ke dalam database jurnal, penguna
dapat langsung membaca, men-download, dan meng-copy jurnal yang tersedia.
Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengirim jurnal apabila jurnal masih
dalam bentuk tercetak dapat di minimalisir. Jurnal yang dipublikasi secara online
lebih mudah untuk diketahui berapa kali jurnal tersebut diakses dan dijadikan
rujukan. Sehingga dapat diketahui seberapa besar impact factor jurnal tersebut.
2.1.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Gold Open Access
Goldopen access dan greenopen access merupakan dua hal yang berbeda,
walaupun keduanya merupakan produk dari open access. Kedua metode ini
memiliki kelebihan dan kelamahannya masing-masing. Sehingga kedua metode
ini saling melengkapi satu dengan yang lain. Seperti yang disampaikan oleh Suber
(2012, 58-65a) bahwa gold open access memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan di bandingkan dengan greenopen access, yaitu:
a. Kelebihan gold open access,yaitu:
1. Gold OA articles needn’t labor under restrictions imposed by toll-access publishers fearful of OA;
2. Gold OA is always immediate;
3. Gold OA can always be libre, even if it doesn’t take sufficient advantage of this opportunity;
4. Gold OA provides OA to the published version
5. Gold OA performs its own peer review, without depending on toll-access journals to perform it;
6. Gold OA can be self-sustaining, even profitable.
b. Kelemahan gold open access, yaitu:
1. Gold OA cannot be mandated without infringing academic freedom;
2. OA journals is still tied up in subscriptions to toll-access journals; 3. Gold OA policy can only cover the new articles that faculty are
willing to submit to OA journals; 4. Gold OA only works for postprints; 5. Gold OA to emerge in their fields.
(31)
20
Menurut Suber bahwa open access journal menawarkan keunggulan
yang dimiliki dalam menjalankan open access antara lain: artikel jurnal tidak
membutuhkan tenaga yang berkerja sebagai pembatasan yang diberlakukan oleh
penerbit sebagai akibat dari open access. Open access journal mempercepat
publikasi, selalu memperoleh kebebasan dalam menjalankan dan dapat mengambil
setiap kesempatan. Selalu menerbitkan karya dalam bentuk jurnal. Menampilkan
masukan dari teman sejawa (peer review) tanpa harus bergantung pada sarana
untuk mengakses jurnal. Ketika dana untuk menjalankan open access harus
dihentikan, gold open access memiliki kemampuan untuk mengahsilkan dana
dengan melakuakn kegiatan yang sifatnya berorientasi profit.
Gold open access memiliki kelemahan dalam penerapannya, tidak
dapat berada dibawah pengawasan tanpa melanggar kebebasan akademik. Harus
melakukan hubungan kerjasama dengan vendor penyedia jurnal. Biasanya pada
akademik jurnal yang di publikasikan hanya halaman sampul dari suatu artikel
baru yang fakultas ijinkan untuk dibuka aksesnya. Hanya berkerja pada karya
yang sudah selesai dikerjakan dalam bentuk akhir atau sudah siap untuk di
publikasikan.
2.1.2.2. Open Access Repository (Green OA)
Karya ilmiah yang dihasilkan pada suatu instansi pendidikan tinggi seperti,
skripsi, tesis, dan disertasi tidak memiliki penerbit yang mempublikasikannya.
Sehingga karya-karya tersebut hanya dapat diakses melalui salah satu layanan
yang terdapat di lembaga penyedia biasanya perpustakaan instansi yang disebut
(32)
21
repository is an online archive in which authors and academics can deposit their work, with the intention that it will be openly available in digital form”.Dapat
diterjemahkan bahwa suatu repositori digital adalah sebuah arsip online di mana
penulis dan akademisi dapat mendepositkan pekerjaan mereka, dengan maksud
bahwa hal tersebut akan terbuka dan tersedia dalam bentuk digital. Maksudnya
bahwa suatu arsip online di mana penulis dan akademisi dapat menyimpan
pekerjaan mereka, dengan maksud bahwa karya ilmiah akan tersedia secara
terbuka dalam bentuk digital.
Suber (2012, 52) menyatakan bahwa“OA repositories are online
collections or databases of articles”. Defenisi tersebut diterjemahkan Repositori
OA repositori adalah koleksi online atau database dari artikel. Ditambahkan oleh
Swan (2014) bahwa “Institutional repositories are digital collections of the
outputs created within a university or research institution”. Diterjemahkan bahwa
repositori institusional adalah koleksi digital dari output dibuat dalam universitas
atau lembaga penelitian. Selain itu Chapple (2015) menyatakan Sbahwa “A
repository is a collection of resources that can be accessed to retrieve information. Repositories often consist of several databases tied together by a common search engine”. Defenisi tersebut dapat diterjenmahkan sebagai berikut
bahwa repositori adalah kumpulan sumber daya yang dapat diakses untuk
digunakan informasi yang dihimpun didalamnya. Repositori sering terdiri dari
(33)
22
Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa suatu repositori merupakan
jaringan server yang menyediakan koleksi yang dihasilkan oleh kegiatan
akademik. Karya ilmiah tersebut dihimpun pada suatu database dalam format The
Open Archives Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH) dan
dikelola oleh penyedia data untuk mengekspos metadata yang tersedia. Karya
ilmiah dalam bentuk metadata dipublis untuk digunakan oleh pengguna sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh universitas penyedia repositori.
Seperti yang dikeukakan oleh Hasugian (2012) bahwa:
Open access repository umumnya hanya dapat diakses secara terbatas oleh pengguna. Ada perpustakaan yang hanya menyediakan akses terhadap metadata dan abstrak saja, ada yang menyediakan akses penuh (fulltext) hanya kepada sivitas akademiknya, dan ada pula yang membuka ases terbuka (opened access) dengan fulltext kepada masyarakat luas.
Pada website www.sehpra.ac.uk(2006) dinyatakan bahwa pada umumnya
dalam menjalankan green open access dilambangkan kedalam beberapa warna
sebagai berikut:
1. Green:can archive pre-print and post-print or publisher's version/PDF; 2. Blue:can archive post-print (ie final draft post-refereeing) or
publisher's version/PDF;
3. Yellow:can archive pre-print (ie pre-refereeing); 4. White:archiving not formally supported.
Kalimat tersebut di atas dapat diterjemahakan:
1. Green: dapat arsip pra-cetak dan pasca-cetak atau penerbit versi / PDF.
2. Biru: dapat arsip pasca-cetak (yaitu draft akhir pasca peninjauan) atau
penerbit versi / PDF.
3. Kuning: dapat arsip pra-cetak (yaitu pra-peninjauan).
(34)
23
Berdasarkan pendapat tersebut di atas ada banyak cara yang dapat
dilakukan untuk menampilkan artikel yang akan di publikasikan menggunakan
green open access. Dengan menggunakan repository, penulis dapat memilih
sesuai keinginan apakah ingin menerbitkan artikelnya pada saat pre- print,
post-print, atau publisher’s version. Dan dapat dijadikan sebagai suatu tempat
menyimpan dokumen, informasi, data disimpan, digunakan, dan dipelihara pada
suatu format tertentu.
Suatu open access repository menyediakan artikel-artikel secara online
pada suatu database lembaga yang menyediakan open access. Pengguna hanya
harus masuk kedalam database suatu open access repository untuk dapat
mengakses artikel yang disediakan. Biasanya ada kebijakan yang diberlakukan
oleh pemegang open access repository terhadap pengguna dalam hal mengakses
artikel apakah itu jumlah artikel yang dapat dibaca, di-download ataupun untuk
keperluan lainnya.
2.1.2.2.1 Manfaat Open Access Repository (Green OA)
Dalam penerapan open accessrepository ada berbagai macam variasi yang
di berikan oleh lembaga yang memiliki hak terhadap karya ilmiah dalam
mengakses karya tersebut. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh apabilah
suatu perpustakaan menggunakan repository. Sebagaina dikemukakan
disampaikan oleh Pappalardo & et. all (2007, 13-14) bahwa ada banyak manfaat
untuk membangun repositori digital, termasuk kesempatan untuk memberikan
jangkauan yang lebih luas dari sumber daya pendidikan ke fakultas, dan dampak
(35)
24
1. Enables staff and other subscribers to have easy access to scholarly and research material generated by members of your institution;
2. Provides access to a range of materials at other institutions worldwide, where your repository forms part of a global system of interoperable repositories;
3. Provides stable, long-term archiving of information and research output there by preserving it for the future;
4. Allows for information to be widely and quickly disseminated so that it achieves the highest impact;
5. Increases the academic reputation of your institution by demonstrating the quality and relevance of the research output produced by members of your institution and by increasing your institution’s general visibility, which can translate into tangible benefits such as increased funding from both public and private sources; and
6. Facilitates greater citation of deposited articles, thereby increasing the profile of contributing authors.
Pendapatan di atas menjelaskan bahwa repository memungkinkan staf dan
pelanggan lainnya untuk memiliki akses mudah ke bahan ilmiah dan penelitian
yang dihasilkan oleh anggota institusi anda. Menyediakan akses ke berbagai
materi di lembaga-lembaga lain di seluruh dunia, di mana bentuk-bentuk
repositori Anda untukan dari sistem global repositori interoperable. Menyediakan
pengarsipan jangka panjang informasi dan penelitian keluaran sana dengan
melestarikan untuk masa depan. Memungkinkan informasi secara luas dan cepat
disebarluaskan sehingga mencapai dampak tertinggi (ini dapat dibandingkan
dengan model penerbitan tradisional yang didasarkan pada membatasi, melalui
harga berlangganan, akses informasi). Meningkatkan reputasi akademik institusi
anda dengan menunjukkan kualitas dan relevansi dari hasil penelitian yang
dihasilkan oleh anggota institusi dan dengan meningkatkan visibilitas umum
institusi anda, yang dapat diterjemahkan ke dalam manfaat nyata seperti
peningkatan pendanaan dari sumber-sumber publik dan swasta; dan memfasilitasi
(36)
25
Di tambahkan lagi oleh Pendit (2013) menyatakan bahwa “Setiap makalah
yang di sediakan di open access repository langsung siap dibaca, tak ada
penundaan yang disebabkan oleh penyuntingan, percetakan,atau pengiriman lewat
pos”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa open access
repository memberikan banyak manfaat, pengguna mendapat keuntungan tanpa
harus menungu lama untuk menggunakan suatu karya ilmiah. Pengarang hanya
dengan mempublis karyanya maka pengguna dapat memanfaatkan karya ilmiah
tersebut. Pengguna tidak harus menunggu karena naskah harus melewati
penyuntingan, percetakan, atau pengiriman lewat pos.
2.1.2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Green Open Access
Tidak jauh berbeda dengan gold open acess, pada penerapannya green
open access juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Suber (2012,
58-56) ada beberapa kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh greenopen access
sebagai berikut:
a. Kelebihan greenopen access, yaitu:
1. Green OA makes faster progress, since it doesn’t require the launch of new peer-reviewed journals or the conversion of old ones;
2. Green OA can be mandated without infringing academic freedom; 3. A green OA policy at a university can cover the institution’s entire
research output, regardless of where authors choose to publish; 4. Green OA is compatible with toll-access publication;
5. green OA allows authors to have their cake and eat it too;
6. Green OA works for preprints as well as postprints, while gold OA only works for postprints.
7. Green OA works for other kinds of work that peer-reviewed journals generally don’t publish, such as datasets, source code, theses and dissertations, and digitized copies of work previously available only in another medium suchas print, microfiche, or film.
(37)
26 b. Kelemahan greenopen accessi, yaitu:
1. Green OA is less expensive than gold OA;
2. Green OA is sometimes embargoed or delayed;
3. Green OA seldom even has the opportunity;
4. Green OA is often limited to the final version of the author’s peerreviewed manuscript, without copy editing or final pagination; 5. Green OA may be a manageable expense.
Pada dasarnya green open access memiliki kelebihan dan kelemahan
dalam mengoperasikan green open access mempercepat dalam menyampaikan
artikel, ketika artikel di dipublis pengguna langsung dapat menggunakannya.
Tidak melanggar kebebasan akademik, karya ilmiah yang diterbitkan sebagai hasil
dari kegiatan akademik di perguruan tinggi, pengarang dapat langsung menerima
masukan dan saran dari pengguna. Green open access bekerja sebelum penerbitan
namun hasilnya seperti artikel yang sudah di terbitkan. Green open access
biasanya dijalankan untuk terbitan yang memiliki batasan dalam menerbitkanya
seperti, skripsi, tesis, dan disertasi.
Dalam menjalankan green open access ada beberapa kelemahan yang
harus dihadapi. Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan,
karena harus menyediakan suatu database untuk menghimpun seluruh artikel yang
dimiliki. Terkadang adanya pembatasan dalam mengakses artikel yang tersedia.
Green open access jarang memiliki kesempatan, dan terkadang artikel yang
tersedia belum melewati penyeleksian dari teman sejawat dan belum melewati
penomoran pada halaman artikel.
2.1.3 Manfaat Open Access
Gerak open access merupakan wujud dari penghapusan kapitalisme di
(38)
27
mendukung dalam pelaksanaannya. Tidak hanya sebagai sarana komunikasi
ilmiah, open access juga memberikan banyak keuntungan untuk setiap pemangku
kepentingan yang ikut didalamnya,seperti: pengarang, pembaca, peneliti, penerbit,
dan perpustakaan. Spring.com (2013) dalam artikelnya open access – broad
readership, high impact what authors need to know and how they can benefit tertulis bahwa open access menawarkan beberapa keuntungan baik untuk
pengarang:
1. Reaching larger audience;
2. Enhancing author visibility and reputation; 3. Providing high quality and standards; 4. Copyright and Creative Commons; 5. Complying with funders’ OA mandates;
6. Citation tracking and inclusion in bibliographic databases.
Beberapa kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1. Menjangkau khalayak yang lebih besar.
2. Meningkatkan visibilitas dan reputasi penulis.
3. Memberikan kualitas tinggi dan standar.
4. Hak Cipta dan kreasi bersama.
5. Mematuhi amanat pemberi dana OA.
6. pelacakan Citation dan dimasukkan dalam database bibliografi.
Open access pada implementasinya diharapkan memeberikan banyak
manfaat terhadap menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Pengarang memeperoleh
keuntungan dalam gerakan open access, antara lain : dapat menjangkau khalayak
yang lebih besar, meningkatkan visibilitas dan reputasi penulis. Memberikan
kualitas tinggi dan standar dalam penulisan karya ilmiah. Hak cipta dan creative
(39)
28
pengetahuan. Pengarang ikut serta dalam menjalankan pembebasan ilm
pengetahuan sesuai dengan harapan dari donatur. Pelacakan citation dan
dimasukkan ke dalam database bibliografi, meningkatkan impact factor dari karya
ilmiah yang dihasilkan.
Dalam website The Scholarly Publishing and Academic Resources
Coalition (SPARC) (2013) tertulis siapa saja yang memperoleh manfaat dengan
melakukan open access:
a. Researchers
1. Increases readers’ ability to find use relevant literature;
2. Increases the visibility, readership and impact of author’s works; 3. Creates new avenues for discovery in digital environment; 4. Enhances interdisciplinary research;
5. Accelerates the pace of research, discovery and innovation; b. Educational Institutions
1. Contributes to core mission of advancing knowledge;
2. Democratizes access across all institutions – regardless of size or budget;
3. Provides previously unattainable access to community colleges, two-year colleges, K-12 and other schools;
4. Provides access to crucial STEM materials;
5. Increases competitiveness of academic institutions; c. Students
1. Enriches the quality of their education;
2. Ensures access to all that students need to know, rather what they (or their school) can afford;
3. Contributes to a better-educated workforce; d. Businesses
1. Access to cutting-edge research encourages innovation; 2. Stimulates new ideas, new services, new products; 3. Creates new opportunities for job creation; e. Public
1. Provides access to previously unavailable materials relating to health, energy, environment, and other areas of broad interest; 2. Creates better educated populace;
3. Encourages support of scientific enterprise and engagement in citizen science;
f. Research Funders
1. Leverages return on research investment; 2. Creates tool to manage research portfolio;
(40)
29 3. Avoids funding duplicative research; 4. Creates transparency;
5. Encourages greater interaction with results of funded research.
Penerapan open access menawarkan banyak keuntungan untuk pemegang
kepentingan seperti pengarang, peneliti, lembaga pedidikan, publik, dan
penyandang dana penelitian. Pengarang akan semakin dekat dengan pembacanya,
visibilitas, dan reputasi pengarang akan semakin tinggi. Peneliti dapat memantau
kemajuan dari ilmu pengetahuan dengan komunikasi ilmiah yang dibangun.
Lembaga pendidikan memperoleh akses bebas tentunya meringankan biaya yang
harus dikeluaran oleh lembaga apabila harus mengalokasikan sejumlah besar
anggaran untuk melanggan karya ilmiah. Publik menciptakan masyarakat ilmiah
yang peka dan peduli dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk memajukan kehidupan. Penyandang
dana penelitian dapat melihat transparsi dalam menciptakan suatu karya yang
lebih berkualitas. Dalam penelitian duplikai dana yang dihbahkan dapat dihindari.
2.2 Plagiatisme
Kemanjuan teknologi informasi dan computer memberikan banyak sekali
manfaat dalam dunia tulis menulis khususnya menulis karya ilmiah. Penulis yang
ingin menghasilkan suatu karya dapat menemukan ide untuk tulisan yang akan
dihasilkan dengan melihat karya orang lain. Banyak karya ilmiahm yang tersedia
secara bebas untuk diakses dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Namun
disisi lain, kemudahan yang diberikan oleh kemajuan TIK membawa dampak
negatif berupa budaya copy dan paste. Hal ini sungguh sangat disayangkan,
(41)
30
menulis malah diasalah gunakan. Segelintir orang yang tidak bertanggung jawab
dengan seenaknya mengambil dan mengklaim bahwa suatu karya ilmiah yang
dihasilkan oleh orang lain adalah miliknya yang disebut dengan plagiatisme.
2.2.1 Pengertian Plagiatisme
Di dalam dunia pendidikan tinggi menulis merupakan suatu kewajiban
yang melekat untuk setiap akademisi. Kegiatan menulis yang dilakuakan baik
yang berhubungan dengan kewajiban sebagai seorang akademisi seperti makalah,
skripsi, tesis, dan disertasi. Namun masih banyak ditemukan tindakan tidak terpuji
yang dilakukan oleh dari seuntukan oknum-oknum akademisi yang tidak
bertanggung jawab dengan mengakui karya orang lain sebagai hasil karya
pemikirannya disebut dengan plagiat. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi pasal 1 Plagiat adalah
Perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau memcoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya, dengan mengutip seuntukan atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
Dalam Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor
06/E/2013 tentang Kode Etik Peneliti 2.3.2. Kode kedelapan menyatakan
Plagiatisme secara singkat didefinisikan sebagai “mengambil alih gagasan atau
kata-kata tertulis dari seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan
niat menjadikannya sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil“
Dalam bukunya Neville (2007; 28) mendefenisikan “Plagiarism,
specifically, is a term used to describe a practice that involves knowingly taking and using another person’s work and claiming it, directly or indirectly, as your
(42)
31
own”. Pendapat tersebut dapat diterjemahkan Plagiatisme adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah praktek yang mencakup tindakan sadar
mengambil dan menggunakan karya orang lain dan mengklaimnya, langsung atau
tidak langsung menjadi milik sendiri.
Begitu juga dengan University of Oxford (2015) memberikan defenisi
bahwa “Plagiarism is presenting someone else’s work or ideas as your own, with
or without their consent, by incorporating it into your work without full acknowledgement. All published and unpublished material, whether in manuscript, printed or electronic form, is covered under this definition”. Defenisi
tersebut dapat diterjemahkan Plagiatisme adalah menyajikan karya orang lain atau
ide Anda sendiri, dengan atau tanpa persetujuan dari mereka, dengan
memasukkan ke dalam pekerjaan Anda tanpa pengakuan penuh. Semua materi
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan, baik dalam naskah, cetak atau
bentuk elektronik, yang tercakup dalam definisi ini.
Pada website plagiarism.org (2014) tertulis tindakan-tindakan yang
dianggap plagiatisme, yaitu:
1. Turning in someone else's work as your own;
2. Copying words or ideas from someone else without giving credit; 3. Failing to put a quotation in quotation marks;
4. Giving incorrect information about the source of a quotation;
5. Changing words but copying the sentence structure of a source without giving credit;
6. Copying so many words or ideas from a source that it makes up the majority of your work, whether you give credit or not.
Kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1. Mengubah pekerjaan orang lain lalu menjadikanya sebagai milik Anda.
(43)
32
3. Tidak menempatkan kutipan dalam tanda kutip.
4. Memberikan informasi yang salah tentang sumber kutipan.
5. Mengubah kata-kata tetapi menyalin struktur kalimat dari sumber tanpa
memberikan kredit.
6. Menyalin begitu banyak kata-kata atau ide-ide dari sumber yang itu
membuat sebagian besar pekerjaan Anda, dengan memberikan kredit
atau tidak dengan memebrikan kredit.
Ketika menulis suatu karya ilmiah penulis harus mengutamakan nilai
kejujuran dan tanggungjawab moril atas karya yang dihasilkan. Tidak jarang
dalam menulis sering terjadi kesalahan yang disengaja maupun yang tidak
disengaja seperti: mengambil pekerjaan orang lain lalu mengklaimnya sebagai
hasil tulisan miliknya. Menggandakan kata atau ide milik orang lain tanpa
menyertakan pemilik aslinya. Tidak memberikan tanda baca yang jelas bahwa
suatu kata atau ide adalah milik orang lain biasanya dengan tanda baca petik dua.
Memberikan peryataan yang salah tentang sumber dalam penulisan kutipan.
Mengubah kata-kata tetapi mengcopy struktur kalimat dengan tidak menyertakan
sumber aslinya seolah-olah kata atau ide adalah milik penulis. Mengutip terlalu
banyak dari sumber baik dengan memberikan pengakuan terhadap pemilikkata
atau ide ataupun tidak menyertakannya.
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut di atas, maka yang disebut dengan
plagiatisme adalah suatu perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja menyajikan
karya orang lain atau ide milik sendiri tanpa pengakuan pengambilalihan dan
(44)
33
Adapun beberapa tindakan yang dikatakan plagiatisme yaitu: Turning in someone
else's work as your own, copying words or ideas from someone else without
giving credit, failing to put a quotation in quotation marks, giving incorrect
information about the source of a quotation, changing words but copying the
sentence structure of a source without giving credit, copying so many words or
ideas from a source that it makes up the majority of your work, whether you give credit or not.
2.2.2 Bentuk Plagiatisme
Plagiatisme yang terjadi dalam penulisan karya ilmiah dalam berbagai
macam bentuk. Seperti yang disampaikan oleh Neville (2007, 29) mengemukakan
bahwa ada beberapa bentuk umum plagitisme yang terjadi di kalangan akademik
perguruan tinggi, yaitu:
1. Copying another person’s work, including the work of another student (with or without their consent), and claiming or pretending it is your own.
2. Presenting arguments that use a blend of your own and a significant percentage of copied words of the original author without acknowledging the source.
3. Paraphrasing another person’s work, but not giving due acknowledgement to the original writer or organization publishing the writing, including Internet sites. The exceptions to this would be in relation to common knowledge.
Kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1. Menyalin pekerjaan orang lain, termasuk karya siswa lain (dengan atau
tanpa persetujuan mereka), dan mengklaim atau berpura-pura itu adalah
(45)
34
2. Menyajikan argumen yang menggunakan campuran pendapat Anda
sendiri dan persentase yang signifikan dari kata yang disalin dari
penulis asli tanpa mengakui sumbernya.
3. Parafrase pekerjaan orang lain, tapi tidak memberikan pengakuan
kepada penulis atau organisasi asli menerbitkan tulisan, termasuk situs
internet. Kecuali hal ini yang berkaitan dengan pengetahuan umum.
Sejalan dengan pendapat di atas, Putra (2011, 2-28) menyatakan bahwa
plagiatisme setidaknya muncul dalam tiga bentuk yang berikui ini:
1. Plagiat Langsung (Direct Plagiatisme);
2. Plagiat karena kutipan tidak jelas atau salah kutip (Vague or Incorrect); 3. Plagiat mosaik (Mosaic Plagiarism).
Plagiatisme pada karya ilmiah yang terjadi baik itu: Plagiat Langsung
(Direct Plagiatisme) melakukan pengambilan kata atau istilah milik orang lain
tanpa disertai pemberian atau tanpa ada penambahan sedikipun dari aslinya.
Penulis hanya menyalin bulat-bulat dari sumber aslinya tanpa coba
memrepresentasikan maksud dari penulis dan tidak mencantumkan pemilik
sebenarnya dari karya ilmiah tersebut.
Plagiat karena kutipan tidak jelas atau salah kutip (Vague or Incorrect)
Dalam suatu kutipan seharusnya terdapat kejelasan dari awal hingga akhir kalimat
yang menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan kutipan yang diambil dari
sumber lain. Namun dalam plagiat bentuk ini penulis kurang jelas menunjukan
kalaulah kalimat yang digunakan merupakan sitiran dari karya lain.
Plagiat mosaik (Mosaic Plagiarism) Penulis biasanya melakukan
(46)
35
menunjukan nilai kredit dari penulis sebenarnya. dapat mencoreng dunia
penulisan karya ilmiah. Karya ilmiah yang diharapkan merupakan suatu hasil
temuan baru dan memberikan manfaat untuk masyarakat ilmiah, ternyata hanya
hasil pencurian karya orang lain. Hal ini tentunya melanggar etika dalam
penelitian karena sudah tidak adanya lagi kejujuran dan orisinalitas karya ilmiah
yang tercipta.
Pemerintah menyadari bahwa perlu adanya kejujuran dan orisinilitas dari
suatu karya ilmiah yang dihasilkan khususnya dalam dunia pendidikan tinggi.
Namun dalam kenyataannya masih banyak sekalih terjadi kecurangan dalam
penulisan karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi, seperti yang terjadi di
beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia. Menyikapi hal
tersebut pemerintah melaui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan suatu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di
Perguruan Tinggi pasal 2 dinyatakan bahwa bentuk dari plagiat meliputi :
a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.
(47)
36
Suatu karya ilmiah dituntut untuk menggunakan karya penulis lain sebagai
bahan rujukan gunanya untuk memperkuat pendapat atau pemikiran dari penulis.
Mengutip baik istilah, kalimat, iden atau gagasan dari penulis lain bukanlah suatu
hal yang dilarang. Namun harus diperhatikan rambu-rambu yang diperbolehkan
sperti yang disampaikan oleh beberapa pendapat diatas mengenai bentuk dari
plagiatisme.
Menurut Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) (2015)
ada lima tingkatan dalam plagiatisme, yaitu:
1. Uncredited Verbatim Copying of a Full Paper, or Uncredited Verbatim Copying of a Major Portion (more than 50%). within a Single Paper--An instance is where a large section of the original paper is copied without quotation marks, credit notice, reference, and bibliography;
2. Uncredited Verbatim Copying of a Large Portion (greater than 20% and up to 50%) within a Paper;
3. Uncredited Verbatim Copying of Individual Elements (Paragraph(s), Sentence(s), Illustration(s), etc.) Resulting in a Significant Portion (up to 20%) within a Paper-An instance could be where portions of original paper are used in another paper without quotation marks, credit notice, reference, and bibliography;
4. Uncredited Improper Paraphrasing of Pages or Paragraphs;
5. Credited Verbatim Copying of a Major Portion of a Paper without Clear Delineation.
IEEE menyatakan terdapat lima tingkatan dalam melakukan plagiat karya
ilmiah yaitu: uncredited verbatim (menyalin kata demi kata)menyalin dari kertas
penuh, atau uncredited verbatim menyalin dari porsi besar (lebih dari 50%) dalam
kertas tunggal, uncredited verbatim menyalin dari porsi besar (lebih dari 20% dan
sampai dengan 50%) dalam kertas, uncredited verbatim menyalin individu
elements (ayat (s), ayat (s), Ilustrasi (s), dll) menghasilkan suatu porsi signifikan
(48)
37
dari pages atau ayat, dikreditkan menyalin verbatim dari untukan utama dari
kertas.
2.2.3 Jenis-jenis plagiatisme
Berdasarkan tingkat plagiatisme yang terjadi dalam penulisan karya ilmiah
digolongkan kedalam beberapa tingkatan. Seperti yang dikemukakan oleh
Suwarjo & at. all (2012) mengutip Sudigdo (2007) dalam artikel Penelitian
Identifikasi Bentuk Plagiat pada Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012 menjelaskan jenis- jenis plagiat dalam
beberapa kelompok, yaitu:
1. Jenis plagiatisme berdasarkan aspek yang dicuri: plagiarism ide, plagiatisme isi,(data penelitian), plagiatisme kata, kalimat, paragraf, dan plagiatisme total;
2. Berdasarkan sengaja atau tidak plagiatisme: plagiatisme yang disengaja dan plagiatisme yang tidak disengaja;
3. Klasifikasi berdasarkan proporsi, atau persentasi kata, kalimat, paragraf yang dibajak : plagiatisme ringan : < 30%, plagiatisme sedang : 30-70%, plagiatisme berat atau total : >70 %.
Berdasarkan pada pola plagiatisme : plagiatisme kata demi kata (word for
word plagiarizing), dan plagiatisme mosaik. Selain itu masih dikenal pula istilah
autoplagiarism atau self-plagiarism (vide infra).
Ditambahkan lagi Rajeev (2012) menyatakan bahwa ada beberapa jenis
plagiatisme, yaitu:
1. Plagiatisme total (Full Plagiarism). Whenever a writer copies the content from another source as it is, it is called full plagiarism;
2. Plagiatisme parsial (Partial Plagiarism). When a person combines data from two or three different sources in his work, it amounts to partial plagiarism;
3. Minimalistic. Plagiarism Minimalistic plagiarism is done when a person paraphrases the same content but in a different flow;
(49)
38
4. Source Plagiarism. When a person changes the construction of the sentence but does not bother to change the original wording, it amounts to mosaic plagiarism;
5. Auto-Plagiasi (Self Plagiatisme). Using one's own work, fully or partially, or even the same thoughts and reproducing it in some form or the other, has been termed as self-plagiarism by many. Sedangkan Ithenticate (2014) “Self-Plagiarism is defined as a type of plagiarism in which the writer republishes a work in its entirety or reuses portions of a previously written text while authoring a new work”.
Kelima kalimat tersebut di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1. Full Plagiarism penulis mengambil seluruh isi dari sumber lain secara
keseluruhan.
2. Partial Plagiarism penulis menggabungkan beberapa kalimat dari karya
orang lain lalu mengakui sebagai karya baru.
3. Minimalistic ketika seseorang mengambil kata, ide, atau kalimat
sebagai miliknya.
4. Source Plagiarism atau mosaic plagiarism ketika seseorang merubah
struktur kalimat tetapi tidak merubah kata yang memabangun kalimat
tersebut.
5. Self Plagiatisme atau Auto-Plagiasi seseorang mengambil kata, ide atau
kalimat miliknya sendiri untuk dijadikan karya ilmiah baru.
ukessays.com (2015) menuliskan bahwa internet membawa plagiatisme
akademik kedalam beberapa jenis, yaitu:
1. Full Plagiarism:This refers to data that has been produced as one's own content, without making any changes made to the word, thoughts or ideas of the writer or the author;
2. Partial Plagiarism: This type refers to a combination of different
(50)
39
3. Minimalistic Plagiarism:In this type, there is a use of someone else's concept, ideas and opinions in their own words;
4. Source Citation: When complete source information including quotes is provided, generally it is not considered into plagiarism;
5. Self-plagiarism: This form of plagiarism is mostly contented as "it is" and "is not".
Plagiatiesme di kelompokan kedalam beberapa jenis sesuai dengan motif
yang muncul dalam mengambilan karya. Penulis sengaja mengambil kata atau ide
orang lain tanpa memberikan pemaknaan atas apa yang dituliskan oleh penulis
lain. Penulis hanya mengambil kata atau ide orang lain lalu mengklaim bahwa itu
adalah hasil dari pemikiranya pelanggaran ini disebut full plagiarism. Ketika
penulis hanya mengambil kata atau ide dari sejumlah sumber lalu menggabungkanya seolah-olah itu merupakan hasil buah pikirnya pelanggaran tersebut disebut partial plagiarism. Menulis dengan ide, konsep, pendapat hanya sama hanya berbeda alur menyampaikanya. Penulis hanya mengubah urutan dari kalimat ataupun paragraf karya orang lain ini disebut minimalistic plagiarism. Ketika penulis mengubah struktur kalimat tetapi tidak mengubah kata-kata pada kalimat disebut dengan source plagiarism atau mosaic plagiarism. Disini
dinyatakan bahwa self plagiarism merupakan pengambilan kata, kalimat, prase,
atau paragraf dari karya tulis yang dihasilkan oleh pelaku palgiat itu sendiri.
mengambil tulisan milik sendiri untuk dijadikan tulisan berikutnya tanpa
pencantuman sumber yang jelas.
Berdasarkan penadapat ahli tersebut di atas, penulis dapat mengetahui
bahwa ada bermacam-macam jenis plagiatisme seperti full plagiatrism,
plagiarism parsial, Auto-plagiasi, source plagiarism, dan minimalistic
(1)
Frequency Tabel Y Variabel Y Plagiatisme
Pernyataan 11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 12 16,7 16,7 16,7
2,00 14 19,4 19,4 36,1
3,00 20 27,8 27,8 63,9
4,00 22 30,6 30,6 94,4
5,00 4 5,6 5,6 100,0
Total 72 100,0 100,0
Pernyataan 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 26 36,1 36,1 36,1
2,00 24 33,3 33,3 69,4
3,00 13 18,1 18,1 87,5
4,00 7 9,7 9,7 97,2
5,00 2 2,8 2,8 100,0
(2)
Pernyataa 13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 28 38,9 38,9 38,9
2,00 17 23,6 23,6 62,5
3,00 15 20,8 20,8 83,3
4,00 8 11,1 11,1 94,4
5,00 4 5,6 5,6 100,0
Total 72 100,0 100,0
Pernyataan 14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 9 12,5 12,5 12,5
2,00 27 37,5 37,5 50,0
3,00 19 26,4 26,4 76,4
4,00 12 16,7 16,7 93,1
5,00 5 6,9 6,9 100,0
(3)
Pernyataan 15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 10 13,9 13,9 13,9
2,00 11 15,3 15,3 29,2
3,00 17 23,6 23,6 52,8
4,00 25 34,7 34,7 87,5
5,00 9 12,5 12,5 100,0
Total 72 100,0 100,0
Pernyataan 16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 11 15,3 15,3 15,3
2,00 15 20,8 20,8 36,1
3,00 11 15,3 15,3 51,4
4,00 20 27,8 27,8 79,2
5,00 15 20,8 20,8 100,0
(4)
Pernyataan 17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 16 22,2 22,2 22,2
2,00 13 18,1 18,1 40,3
3,00 14 19,4 19,4 59,7
4,00 15 20,8 20,8 80,6
5,00 14 19,4 19,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
Pernyataan 18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 26 36,1 36,1 36,1
2,00 23 31,9 31,9 68,1
3,00 15 20,8 20,8 88,9
4,00 7 9,7 9,7 98,6
5,00 1 1,4 1,4 100,0
(5)
Pernyataan 19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 13 18,1 18,1 18,1
2,00 12 16,7 16,7 34,7
3,00 23 31,9 31,9 66,7
4,00 24 33,3 33,3 100,0
Total 72 100,0 100,0
Pernyataan 20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 22 30,6 30,6 30,6
2,00 17 23,6 23,6 54,2
3,00 21 29,2 29,2 83,3
4,00 9 12,5 12,5 95,8
5,00 3 4,2 4,2 100,0
(6)
Penyataan 21
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 9 12,5 12,5 12,5
2,00 5 6,9 6,9 19,4
3,00 30 41,7 41,7 61,1
4,00 27 37,5 37,5 98,6
5,00 1 1,4 1,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
Pernyataan 22
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1,00 7 9,7 9,7 9,7
2,00 8 11,1 11,1 20,8
3,00 23 31,9 31,9 52,8
4,00 31 43,1 43,1 95,8
5,00 3 4,2 4,2 100,0
Total 72 100,0 100,0