commit to user 13
mencari bukti-bukti linguistis, proses kajian berkisar pada deskripsi segi-segi kebahasaan yang ada dalam karya sastra.
2. Panyandra
Panyandara yaiku pepindhan kang surasane nyandra utawa ngandakake becike perangan badaning manungsa.
‘Panyandra adalah perumpamaan yang artinya menceritakan atau membicarakan tentang keindahan tubuh manusia’
Subalidinata, 1986:35. Menurut Retno Purwandari 2007:27, panyandara berasal dari kata candra yang artinya cerita tentang sifat sesuatu dengan
perumpamaan. Panyandra adalah cerita yang menggambarkan keindahan suatu bab atau indahnya pesta. Struktur panyandara berbeda dengan strukstur pidato
perkawinan yang lain, karena panyandra bersifat mendeskripsikan upacara perkawinan yang sedang berlangsung kepada tamu undangan sehingga seorang
pambiwara menuturkan apa yang sedang ia lihat dengan menggunakan bahasa- bahasa yang indah agar lebih menarik. Struktur wacana panyandra tidak terbagi
atas bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian penutup karena isi dari panyandra tersebar di setiap wacana panyandra.
3. Aspek-aspek Bunyi
Aspek-aspek bunyi yang dimaksud dalam karya sastra bisa disebut dengan perulangan bunyi. Adanya pengulangan bunyi akan lebih indah untuk dibaca.
Istilah Jawa yang sepadan dengan perulangan bunyi adalah purwakanthi.
commit to user 14
Purwakanthi merupakan hasil dari kesusastraan Jawa, berupa runtutan suara baik vokal maupun konsonan dalam suatu kalimat atau wacana.
Purwakanthi: tembung purwa ateges wiwitan, ngarep. Dene tembung kanthi ateges kanca gandheng karo nganggo. Purwakanthi yaiku gandhenging
suara kang mburi karo suara kang wis kacetha ing ngarep . ‘Purwakanthi berasal
dari kata purwa yang berarti permulaan. Sedangkan kanthi berarti teman bergabung dan memakaitautan. Purwakanthi artinya tautan bunyi setelahnya
dengan bunyi sebelumnya yang telah ada Subalidinata 1986:57. Purwakanthi ada tiga jenis sebagai berikut:
a. Purwakanthi swara adalah purwakanthi berdasarkan persamaan
suarabunyi. Dalam bahasa Indonesia disebut asonansi yaitu sajak yang berdasarkan perulangan bunyi bagian akhir suku kata perulangan vokal.
Asonansi berfungsi untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan bunyi Gorys Keraf, 2005:130.
Contohnya, Nadyan santana myang warga ‘Walaupun kerabat dan
saudara’ , Lamun durung mangsanipun ‘Kalau belum waktunya’. Berdasarkan contoh tersebut adanya perulangan vokal a pada suku kata
pertama dan terakhir serta perulangan vokal u pada suku kata terakhir. b.
Purwakanthi sastra adalah purwakanthi berdasarkan persamaan sastra atau huruf. Dalam bahasa Indonesia purwakanthi sastra identik dengan
sajak aliterasi yaitu sajak yang berdasarkan pada persamaan suku kata bagian awal atau permulaan konsonan. Aliterasi adalah semacam gaya
bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama Gorys Keraf,
commit to user 15
2005:130. Aliterasi adalah ulangan bunyi konsonan, pada awal kata yang berurutan untuk mencapai efek kesedapan bunyi.
Misalnya; Aling-aling kang ngalingi
‘Bayang-bayang yang menyelimuti’, Kidung kadrêsaning kapti
‘Lagu kuatnya keinginan’. Berdasarkan contoh tersebut adanya bentuk perulangan konsonan l pada suku kata tengah serta
perulangan konsonan k pada suku pertama. c.
Purwakanthi lumaksita adalah purwakanthi berdasarkan persamaan kata, suku kata akhir dengan suku kata awal yang bertuturan atau persamaan
huruf akhir dengan huruf awal yang berturut-turut dalam suatu baitbaris tembang. Prasetya Adi Wisnu Wibawa, 2003:61.
Contohnya; Pelag punapa kang abdi
abdi dalêm barang ngomyang Baik apanya hamba ini,
hamba mengamen dengan mulut’.
Berdasarkan contoh tersebut ditemukan adanya bentuk perulangan kata abdi
‘hamba’.
4. Diksi