Epidemiologi Kekurangan Vitamin A Penyebab Kekurangan Vitamin A Klasifikasi Kekurangan Defisiensi Vitamin A Tanda dan Gejala KVA Kekurangan Vitamin A

Fungsi vitamin A pada proses reproduksi ini tidak dapat dipenuhi oleh asam vitamin A retinoic acid Sediaoetama, 2004.

2.3. Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menyebabkan metaplasia keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif awal terjadi karena kerusakan yang terdeteksi pada mata. Namun, karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata Arisman, 2009. Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai kelain pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun Sidarta, 2008. Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja, atau kurang dapat melihat pada malam hari. Nama penyakit tersebut adalah hemeralopia rabun senja rabun ayam. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol dalam darah kurang dari 20 µgdl. Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh seperti paru-paru, usus, kulit dan mata. Gambaran yang khas dari kekurangan vitamin A dapat langsung terlihat pada mata Depkes RI, 2005. Penyakit mata lain yang dapat terjadi bila kekurangan vitamin A adalah seroftalmia xeropthalmia. Seroftalmia adalah adalah keadaan bila orang mengalami kekurangan vitamin A, mula-mula konjungtiva mata mengalami keratinisasi kemudian korneanya juga terpengaruh. Bila tidak diobati, mata akan menjadi buta. Kusharto, 1992

2.3.1. Epidemiologi Kekurangan Vitamin A

KVA pada anak balita dapat mengakibatkan risiko kematian sampai 20- 30. Mortalitas anak balita yang buta karena keratomalasia dapat mencapai 50- 90. Survei Nasional Xeropthalmia 1978 menemukan prevalensi X 1b bitot spot Universitas Sumatera Utara pada anak balita 1,34, dan pada tahun 1992 turun menjadi 0,35. Angka tersebut masih di bawah kriteria yang ditetapkan WHO sebagai masalah kesehatan masyarakat 0,5. Survei tersebut juga menemukan 50,2 anak balita mempunyai kadar serum vitamin A 20 μgdl, lebih tinggi dari batas ambang menurut IVACG sebesar 15. Helen Keller International HKI 1999 melaporkan kejadian buta senja pada wanita usia subur di Propinsi Jawa Tengah sebesar 1-3,5. Sejak Survei Nasional Xeropthalmia tahun 1992 belum ada lagi data status vitamin A berbasis masyarakat population based yang dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk perencanaan program gizi mikro, meskipun distribusi kapsul vitamin A kepada anak balita sudah dimulai sejak tahun 1976 Depkes RI, 2006.

2.3.2. Penyebab Kekurangan Vitamin A

Penyebab kekurangan antara lain :  Konsumsi vitamin A dalam makanan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu lama.  Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu karena infestasi cacing, diare, rendahnya konsumsi lemak, protein dan seng.  Adanya penyakit ISPA, campak , dan diare Depkes RI, 2005 dan Sidarta, 2008.

2.3.3. Klasifikasi Kekurangan Defisiensi Vitamin A

Dikenal beberapa klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia, seperti klasifikasi Ten Doeschate, yaitu:  X : Hemeralopia  X 1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan bitot  X 2 : Xerosis kornea  X 3 : Keratomalasia  X 4 : Stafiloma, ftisis bulbi Di mana kelainan pada: X sampai X 2 masih reversibel, dan X 3 sampai X 4 ireversibel Sidarta, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Tanda dan Gejala KVA Kekurangan Vitamin A

 Buta senja ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari.  Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang. Depkes RI, 2005.  Pada keratinisasi didapatkan xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, tukak kornea Sidarta, 2008.  Kornea tampak lunak dan nekrotik pada keratomalasia dan kadang juga terjadi perforasi Vaughan dkk, 2008.  Pada KVA yang lama dan berat dapat terjadi kekeringan pada konjungtiva dan kornea, ulcer juga skar American Academy of Ophtalmology, 2007.

2.3.5. Diagnosis dan Pemeriksaan Tambahan