Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Piutang dalam Rangka Meningkatkan Likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan

(1)

MENINGKATKAN LIKUIDITAS PADA PT BARATA

INDONESIA (Persero) UNIT USAHA MANDIRI

MEDAN

GELADIKARYA

Oleh:

SANDRA DEWI NASUTION

NIM : 077.007.029

PROGRAM STUDY MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Judul Geladikarya: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Piutang dalam Rangka Meningkatkan Likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan

Nama : Sandra Dewi Nasution

NIM : 077.007.029

Program Study : Magister Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si Ketua

Dra. Sri Mulyani, Ak, MBA Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE


(3)

persaingan dalam dunia usaha, perusahaan dititikberatkan bagaimana cara untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan yang telah ditetapkan dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan kredit pada akhirnya menimbulkan piutang bagi perusahaan. Piutang dalam keadaan berputar dan perputaran piutang sangat menginginkan kondisi likuiditas yang baik. Hal ini dapat tercapai apabila aktiva lancar mampu menjamin seluruh utang perusahaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat perputaran piutang, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi piutang guna peningkatan likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan geladikarya ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara tepat sifat objek penelitian serta menentukan adanya hubungan tertentu antara dua atau lebih gejala yang terjadi serta bersifat penjelasan (explanation) untuk mendapatkan gambaran dengan menggunakan data kuantitatif.

PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, perdagangan dan jasa lainnya, yang mengerjakan proyek dari pemerintah maupun pihak swasta dan berpusat di Gresik. Kegiatan Operasional Perusahaan terdiri dari Konstruksi, manufaktur (produksi) dan distribusi, Instalasi dan Jasa lainnya, yaitu rehabilitasi bangunan, seperti rehabilitasi pintu air dan penggantian bendungan. PT Barata Indonesia (Persero) didirikan pada tanggal 19 Mei 1971 yang merupakan ex perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia.


(4)

karena nilai ideal menurut aturan umum yaitu dengan batas minimal sebesar 2 atau 200%. Hasil yang diperoleh penjualan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, dan jumlah penjualan kredit yang terbesar pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92, sedang piutang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,579,344,576.00 dan tingkat perputaran piutang mengalami penurunan tahun 2008 sebesar 2.09%.

Agar tidak menurunnya tingkat perputaran piutang, yang perlu diperhatikan adalah pihak perusahaan memberikan penawaran syarat pembayaran (term payment) kepada pelanggan, yaitu cash discount dan potongan penjualan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan adalah perusahaan dituntut membuat manajemen tersendiri agar pelanggan lebih cepat membayar hutangnya sehingga dapat memperpendek umur piutang, dibutuhkannya seorang debt collector yang aktif dalam menagih hutang-hutangnya dan memiliki manajemen piutang yang dapat meningkatkan pengelolaan piutang yang lebih efektif dengan memberikan denda terhadap pelanggan yang membayar kredit yang sudah lewat jatuh tempo. Agar tidak mempengaruhi besarnya investasi piutang terhadap peningkatan likuiditas, upaya yang dapat diambil berupa mampu melakukan pengendalian investasi piutang terhadap likuiditas secara optimal sehingga kas mampu membayar hutang-hutangnya, membuat akun dan metode pencadangan piutang tak tertagih bila terdapat umur piutang sudah terlalu lama dan memungkinkan sulit untuk ditagih lagi dengan persentase penjualan dan menempatkannya pada piutang lain-lain, membentuk staf-staf officer dan marketing untuk memantau piutang, membuat kebijakan kredit yang terlalu pendek dalam memberikan periode pengumpulan piutang, sehingga investasi dalam piutang terjadi terlalu besar dan keuntungan akan menurun.


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA INVESTASI PIUTANG DALAM RANGKA MENINGKATKAN LIKUIDITAS PADA PT BARATA

INDONESIA (Persero) UNIT USAHA MANDIRI MEDAN

Adalah benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, April 2012 Yang Membuat Pernyataan

Sandra Dewi Nasution


(6)

Sandra Dewi Nasution, lahir di Tanjung Balai, 03 Desember 1982, anak ke empat dari empat bersaudara pasangan orang tua bapak Sari Muda Nasution dan Faridah Yusni.

Riwayat Pendidikan

 Tahun 1996 tamat dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 136541, Tanjung Balai

 Tahun 1999 tamat dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 5, Tanjung

Balai

 Tahun 2002 tamat dariSekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2, Tanjung Balai

 Tahun 2006 tamat dari Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area (UMA), Medan

 Tahun 2012 mengikuti pendidikan di Program Magister Manajemen, Program Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2010 sampai sekarang bekerja sebagai pengelola rumah kos-kosan daerah Setia Budi, Medan.


(7)

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang setia membimbing hamba-hamba-Nya. Atas bantuan dan tuntunan-Nya penyusunan geladikarya dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Piutang dalam Rangka Meningkatkan Likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan dapat diselesaikan. Penyusun telah berusaha menampilkan geladikarya ini dalam kondisi yang terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada, pasti terbuka kemungkinan kesalahan. Untuk itu penyusun mengharap masukan positif dari semua pihak untuk perbaikan geladikarya ini.

Dengan penuh kerendahan hati, penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan memotivasi penyelesaian geladikarya ini, antara lain kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H. Msc (CTM), Sp.A (K) dan Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk dapat belajar dan menggali ilmu pada almamater yang beliau pimpin.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng dan Bapak Ir. Nazaruddin, MT selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara, yang telah mendorong penyusun dan juga mahasiswa pada umumnya agar mampu mengembangkan keilmuan.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si dan Ibu Dra. Sri Mulyani, Ak, MBA, selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah berusaha dengan sabar dan cermat membimbing dan mengarahkan penyusun untuk menyelesaikan penelitian ini.

4. Seluruh Dosen dan staff/karyawan Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara. 5. Pimpinan dan Karyawan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan yang

telah mengizinkan penulis melakukan studi geladikarya dilingkungan perusahaan dan banyak membantu penulis dalam hal support terhadap data-data Laporan Keuangan perusahaan.


(8)

7. Ayah, Ibu dan kerabat tercinta yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dorongan, dukungan dan mendo’akan yang terbaik bagi penulis.

Akhirnya, semoga geladikarya ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Amin.

Medan, April 2012 Penulis,


(9)

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II KERANGKA TEORITIS... 6

2.1 Teori Tentang Laporan Keuangan ... 6

2.2 Likuiditas Perusahaan ... 11

2.3 Piutang ... 16

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 23

BAB IV METODOGI PENELITIAN ... 25


(10)

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 28

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 28

5.2. Struktur Orgnisasi ... 30

5.3. Kegiatan Operasional Perusahaan ... 31

5.4. Laporan Keuangan dan Likuiditas Perusahaan ... 33

5.4.1. Neraca ... 33

5.4.2. Laporan Laba Rugi ... 34

5.5. Kebijakan Operasional dan Keuangan Perusahaan .... 34

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 36

6.1. Faktor-faktor yang menyebabkan Menurunnya Tingkat Perputaran Piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan ... 36

6.2.Upaya yang Diambil Untuk Mengatasi Menurunnya Tingkat Perputaran Piutang ... 45

6.3 Pengaruh faktor-faktor Besarnya Investasi Piutang dalam Meningkatkan Likuiditas ... 48

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

7.1. Kesimpulan ... 65


(11)

(12)

4.1. Jadwal Penyusunan Geladikarya ... 27

6.1 Laporan Keuangan Perusahaan... 39

6.2 Laporan Keuangan Perusahaan.……… 41

6.3 Laporan Keuangan Perusahaan ………..……….. 45

6.5 Analisa Umur Piutang………….……….………... 49

6.5.1 Umur Piutang Tahun 2007 …….…..………... 50

6.5.2 Umur Piutang Tahun 2008……… 51

6.5.3 Umur Piutang Tahun 2009……… 52

6.5.4 Umur Piutang Tahun 2010……… …… 53


(13)

(14)

persaingan dalam dunia usaha, perusahaan dititikberatkan bagaimana cara untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan yang telah ditetapkan dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan kredit pada akhirnya menimbulkan piutang bagi perusahaan. Piutang dalam keadaan berputar dan perputaran piutang sangat menginginkan kondisi likuiditas yang baik. Hal ini dapat tercapai apabila aktiva lancar mampu menjamin seluruh utang perusahaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat perputaran piutang, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi piutang guna peningkatan likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan geladikarya ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara tepat sifat objek penelitian serta menentukan adanya hubungan tertentu antara dua atau lebih gejala yang terjadi serta bersifat penjelasan (explanation) untuk mendapatkan gambaran dengan menggunakan data kuantitatif.

PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, perdagangan dan jasa lainnya, yang mengerjakan proyek dari pemerintah maupun pihak swasta dan berpusat di Gresik. Kegiatan Operasional Perusahaan terdiri dari Konstruksi, manufaktur (produksi) dan distribusi, Instalasi dan Jasa lainnya, yaitu rehabilitasi bangunan, seperti rehabilitasi pintu air dan penggantian bendungan. PT Barata Indonesia (Persero) didirikan pada tanggal 19 Mei 1971 yang merupakan ex perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia.


(15)

karena nilai ideal menurut aturan umum yaitu dengan batas minimal sebesar 2 atau 200%. Hasil yang diperoleh penjualan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, dan jumlah penjualan kredit yang terbesar pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92, sedang piutang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,579,344,576.00 dan tingkat perputaran piutang mengalami penurunan tahun 2008 sebesar 2.09%.

Agar tidak menurunnya tingkat perputaran piutang, yang perlu diperhatikan adalah pihak perusahaan memberikan penawaran syarat pembayaran (term payment) kepada pelanggan, yaitu cash discount dan potongan penjualan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan adalah perusahaan dituntut membuat manajemen tersendiri agar pelanggan lebih cepat membayar hutangnya sehingga dapat memperpendek umur piutang, dibutuhkannya seorang debt collector yang aktif dalam menagih hutang-hutangnya dan memiliki manajemen piutang yang dapat meningkatkan pengelolaan piutang yang lebih efektif dengan memberikan denda terhadap pelanggan yang membayar kredit yang sudah lewat jatuh tempo. Agar tidak mempengaruhi besarnya investasi piutang terhadap peningkatan likuiditas, upaya yang dapat diambil berupa mampu melakukan pengendalian investasi piutang terhadap likuiditas secara optimal sehingga kas mampu membayar hutang-hutangnya, membuat akun dan metode pencadangan piutang tak tertagih bila terdapat umur piutang sudah terlalu lama dan memungkinkan sulit untuk ditagih lagi dengan persentase penjualan dan menempatkannya pada piutang lain-lain, membentuk staf-staf officer dan marketing untuk memantau piutang, membuat kebijakan kredit yang terlalu pendek dalam memberikan periode pengumpulan piutang, sehingga investasi dalam piutang terjadi terlalu besar dan keuntungan akan menurun.


(16)

1.1.Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik agar dapat tetap menjalankan kegiatan operasinya, hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Perkembangan suatu perusahaan dititikberatkan bagaimana cara perusahan tersebut untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan yang telah ditetapkan. Salah satu cara untuk mencapai nilai keunggulan bersaing adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para pelanggan, memperluas pasar dan memperluas hasil penjualan.

Pada umumnya sebuah perusahaan terlibat dalam penjualan barang dan jasa. Cara pembayaran barang dan jasa tersebut yaitu dengan penjualan tunai dan juga sebagian besar secara kredit. Jika penjualan dilakukan dalam bentuk kredit maka akan meningkatkan piutang dagang bagi perusahaan tersebut. Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit, ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Piutang merupakan bagian aktiva lancar yang likuid dan selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang dapat dijadikan (dikonversikan) menjadi kas dengan segera dimana jangka waktu paling lama satu tahun. Tetapi seringkali terjadi penagihan piutang yang tidak tepat pada waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, sementara setiap saat perusahaan memerlukan aliran kas yang cukup untuk diputar dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan sehari-hari dan memenuhi kewajiban lancar perusahaan tepat pada waktunya. Semakin tinggi probabilitas piutang dapat diterima tepat pada waktunya, semakin dapat dijadikan jaminan bagi pembayaran kas yang telah dijadwalkan.


(17)

rangka mengatur masalah likuiditas secara efisien. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor yang berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan jika menggunakan dari luar (cost of extrnal financing), ketidakpastian arus kas yang diterima perusahaan (cash flow uncertainty), kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan baik saat ini maupun diwaktu yang akan datang (current and future investment opportunities), kebutuhan kas untuk transaksi (transaction demand for liquidity). Semua faktor-faktor tersebut tercatat dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga untuk melihat kondisi likuiditas suatu perusahaan seharusnya dapat dilihat dari laporan keuangannya.

PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang konstruksi, perdagangan umum, dan jasa lainnya. Selain mengerjakan proyek dari pemerintah, perusahaan juga menerima proyek dari swasta. Perusahaan ini menerapkan penjualan kredit untuk meningkatkan volume penjualannya disamping juga menerapkan kebijakan penjualan tunai.

Besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari data laporan keuangan yang kemudian dijadikan acuan oleh manajeman dalam membuat keputusan yang akan dijalankan oleh perusahaan. Adapun data yang diperoleh oleh perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan yang diperoleh oleh penulis, yakni neraca dan laba rugi selama lima tahun berturut-turut (2007-2011), maka persentase penjualan dapat dilihat pada tabel berikut ini (dalam satuan Rupiah) :


(18)

Data Keuangan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011

Piutang 3.694.238.922,00 2.579.344.576,00 6.006.549.253,00 4.117.609.131,00 3.533.858.901,00

Aktiva Lancar 6.691.264.828,00 6.614.212.101,00 10.258.218.023,00 7.805.518.210,00 26.361.310.955,00 Kewajiban

Lancar 13.483.753.461,00 13.829.130.041,00 17.035.782.785,00 11.956.438.939,00 30.397.027.658,00 Penjualan

Kredit 8.812.885.686,00 7.761.911.952,00 17.860.343.500,00 21.642.946.821,00 39.375.758.109,00 Perputaran

Piutang 2,11 2,47 4,16 4,28 10,29

Likuiditas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87

Sumber : PT Barata Indonesia (persero) UUM Medan

Dari data diatas dapat dilihat bahwa tingkat perpuran piutang tahun 2007 sebesar 2,11; tahun 2008 sebesar 2,47, tahun 2009 sebesar 4,16; tahun 2010 sebesar 4,28 dan tahun 2011 sebesar 10,29. Tingkat perpuran piutang yang baik diperusahaan ini terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,29. Tingkat perputaran piutang pada perusahaan ini selama lima tahun berturut-turut tidak mencapai standar yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan banyaknya pembayaran macet oleh pelanggan.

Sedangkan untuk likuiditas tahun 2007 sebesar 0,50; tahun 2008 sebesar 0,48; tahun 2009 sebesar 0,60; tahun 2010 sebesar 0,65 dan tahun 2011 sebesar 0,87. Fluktuasi ini mengikuti dari perputaran piutang perusahaan. Rendahnya likuiditas ini disebabkan oleh aktiva lancar yang terganggu akibat dari perputaran piutang yang tidak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya.


(19)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis dan dibahas sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya tingkat perputaran piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan?

2. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan untuk mengatasi menurunnya tingkat perputaran piutang?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya investasi piutang terhadap peningkatan likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan?

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian dalam geladikarya ini adalah apakah peranan investasi piutang dapat mengupayakan peningkatan likuiditas perusahaan.

Tujuan penelitian ini mencakup:

1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat perputaran piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

2. Mengambil tindakan-tindakan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi penurunan tingkat perputaran piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi piutang guna peningkatan likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.


(20)

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan :

1. Bagi pihak PT Barata Indonesia (Persero) UUM, untuk memberikan informasi atas penelitian yang dilakukan penulis agar dapat dijadikan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan.

2. Bagi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara, tulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap likuiditas.

3. Bagi penulis, untuk meningkatkan wawasan berfikir dan mengaplikasikan ilmu yang berkaitan dengan materi pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi penelitian dibidang yang sama.

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah laporan keuangan perusahaan dan likuiditas perusahaan selama kurun waktu 2007 s.d 2011 khususnya ditinjau dari aspek aktiva lancar dan hutang lancar untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat perputaran piutang dan mengambil tindakan untuk mengatasi menurunnya tingkat perputaran piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) UUM.

Pendekatan ilmu yang digunakan adalah teori akuntansi, pemecahan masalah dengan menggunakan analisis deskriptif serta bersifat penjelasan. Variabel sebagai alat ukur dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan likuiditas, yaitu menggunakan rasio lancar (current ratio), rasio uji cepat (quick ratio/acid test ratio), rasio kas (cash ratio), dan modal kerja netto (net working capital), sehingga dapat diketahui pengaruh faktor-faktor besarnya investasi piutang terhadap peningkatan likuiditas pada PT Barata Indonesia (Persero) UUM.


(21)

2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi transaksi keuangan yang terjadi selama suatu periode tertentu. Laporan keuangan yang disusun ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, lapran keuangan tidak memberikan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan perusahaan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

Ditinjau dari sudut pandang pihak internal perusahaan (manajer, pemilik perusahaan, karyawan), laporan keuangan merupakan media bagi mereka untuk mengkomunikasikan kinerja (performance) keuangan perusahaan yang dikelola kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan bila laporan keuangan ditinjau dari sudut pandang pemakai (investor, kreditor, pemasok), maka informasi akuntansi diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang rasional dalam praktek bisnis yang sehat.


(22)

b. Tujuan Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:4 menyebutkan bahwa “Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan”.

Laporan keuangan juga merupakan laporan pertanggungjawaban kepada pemilik atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Untuk dapat melaksanakan tanggungjawabnya, manajemen menggunakan laporan keuangan untuk:

1. Mengatur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.

2. Untuk mengukur effisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta menentukan derajat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

3. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta menentukan derajat keuntungan yang akan dicapai oleh perusahaan.

5. Untuk menilai dan mengukur hasil kinerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggungjawab.


(23)

c. Jenis Laporan Keuangan

Berikut ini disajikan elemen atau isi dari neraca dan laba rugi. 1. Neraca

Neraca atau balance sheet adalah laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities), dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu, biasanya pada tahun tutup buku.

Dari defenisi diatas dapat dinyatakan dalam persamaan:

aktiva (assets) = hutang (liabilities) + modal sendiri (owner’s equity).

Informasi yang terkandung dalam neraca mampu memberikan informasi tentang dua hal yaitu likuiditas dan fleksibilitas finansial perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat estimasi (prediksi) terhadap keadaan-keadaan finansial di masa yang akan datang.

Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur atau pos-pos yang terdapat dalam neraca:

a. Harta atau aktiva (Asset)

Asset adalah harta kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang. Asset (Harta atau aktiva) dapat digolongkan:

1. Aktiva lancar, yaitu harta perusahaan yang dapat ditukarkan menjadi uang tunai dalam waktu yang relatif singakat, paling lama satu tahun


(24)

dalam siklus operasional perusahaan, seperti: kas, surat-surat berharga, wesel tagih, persediaan, piutang dagang, dan perlengkapan.

2. Investasi adalah suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit dimasa yang akan datang.

3. Aktiva tetap adalah kekayaan yang berwujud yang sifatnya relatif permanen, yang dapat digunakan untuk operasinya perusahaan dengan masa manfaat lebih dari satu tahun. Contohnya: tanah, bangunan/gedung, alat pengangkutan, sumber-sumber alam, mesin-mesin, perabot dan perlengkapan toko.

4. Aktiva tidak berwujud yaitu aktiva berupa hak-hak yang dimiliki oleh perusahaan. Contohnya: hak cipta, hak patent, goodwill, hak monopoli, hak sewa dan merk dagang.

b. Hutang (liabilities) adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk menyerahkan kas, barang, atau jasa dalam jumlah yang relatif pasti, sebagai ganti atas manfaat atau jasa yang diterima oleh perusahaan pada masa lalu. Berdasarkan jangka waktu pengembalainnya, dikelompokkan menjadi dua:

1. Hutang jangka pendek, yaitu kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus diselesaikan dalam waktu singkat atau kurang lebih dari satu tahun. Misalnya: hutang dagang, hutang deviden, hutang pajak, wesel


(25)

bayar, kewajiban yang harus dibayar dan hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo.

2. Hutang jangka panjang, yaitu kewajiban kepada pihak lain yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun. Misalnya hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang dan hutang hipotik.

c. Modal Pemilik (Owner’s Equity)

Modal (Equity) adalah suatu hak tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya. Dalam perusahaan Equity adalah modal pemilik (Harahap 2006 : 110). Dalam perusahaan perseorangan, nilai modal ini merupakan modal pemiliknya sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan perlu dibedakan antara modal setor dengan modal karena pendapatan (Retained Earnings). Dividen hanya dibayar dari laba ditahan, bukan dari modal setor.

2. Laporan Laba Rugi

Menurut Gitman (2003 :599), “Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s asset-both current and fixed in productive activities.” Laba adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan dapat diukur dalam rasio. Laporan laba rugi menggambarkan laba rugi perusahaan yang diperoleh dari pengurangan antara sumber penghasilan yang telah dicapai dengan jenis biaya yang dikeluarkan dalam satuan uang, serta laba atau rugi bersih yang diperoleh perusahaan untuk satu periode akuntansi. Laporan laba rugi merupakan suatu laporan hasil operasi yang mencerminkan pengaruh


(26)

keputusan operasi manajemen terhadap kinerja perusahaan dan laba atau rugi operasi pemilik perusahaan selama satu periode waktu tertentu.

Ada tiga elemen pokok dalam laporan laba rugi: a) Pendapatan operasional,

b) Beban operasional, c) Laba atau rugi.

2. 2. Likuiditas Perusahaan

Munawir (2002 : 31), likuiditas (liquidity) adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang likuid berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk membayar hutang jangka pendeknya.

Kim and David et al., (1998:349), dalam penelitian Aldiyanti (2006), mengelompokkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Cast flow uncertainty

Cast flow uncertainty atau ketidakpastian arus kas dapat menentukan keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva likuid dengan jumlah yang besar.


(27)

b. Current and future investment opportunities

Current and future investment opportunities merupakan kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun yang akan datang. Perusahaan perlu mempertimbangkan, apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi dalam aktiva likuid.

c. Trancastions demand for likuidy

Trancastions demand for likuidy ini berhubungan dengan dana atau arus kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi.

Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu pemilik dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Sedangkan dari pihak luar yang berkepentingan yaitu kreditur (penyedia dana) dan supplier yang menyalurkan atau menjual barang dengan melakukan pembayaran secara angsuran kepada perusahaan. Bagi kreditur pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Sementara bagi supplier, digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara angsuran (Kasmir, 2008).

Pengukuran likuiditas dilakukan dengan membandingkan harta lancar dengan utang lancar. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan likuiditas perusahaan, yaitu:

a) Besarnya investasi pada aktiva tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang


(28)

Pemakain dana untuk aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Bila makin banyaknya dana perusahaan yang dipergunakan untuk aktiva tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh karena itu rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan aktiva tetap yang meningkat.

b) Volume kegiatan perusahaan

Volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang, namun jika hal-hal lain tetap, investasi jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat dibutuhkan agar rasio dapat dipertahankan.

c) Pengendalian aktiva lancar perusahaan

Bila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi dalam piutang dan persediaan menyebabkan adanya investasi yang melebihi dari pada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun semakin tajam, kecuali jika telah tersedianya lebih banyak dana jangka panjang.

Untuk memperbaiki posisi keuangan, perusahaan dapat melakukan beberapa cara, antara lain:

1) Dengan menambah lebih banyak dana jangka panjang, baik dari pemegang saham maupun dengan pinjaman.

2) Mengembalikan posisi investasi dengan menjual beberapa harta tetap. 3) Mengatur harta lancar secara efisien.


(29)

Dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan dapat dilihat dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek secara tepat waktu. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Dalam melakukan penganalisaan posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan empat macam rasio:

1. Rasio Lancar (current ratio)

Rasio Lancar (current ratio) adalah rasio yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam melakukan kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva yang tersedia. Cara penghitungannya adalah:

Rasio Lancar = Aktiva Lancar Hutang Lancar

Jika aktiva lancar lebih besar dari kewajiban jangka pendeknya, berarti perusahaan dalam likuid.

2. Rasio uji cepat (quick ratio/acid test ratio)

Rasio ini berfungsi sebagai pelengkap terhadap rasio lancar dalam menganalisis likuiditas. Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid. Asumsi dasar kenapa rasio uji cepat mengukur likuiditas perusahaan adalah karena secara umum persediaan dalam aktiva lancar merupakan komponen kurang likuid dibandingkan dengan kas, piutang dan surat-surat berharga, sehingga perusahaan mempunyai persediaan yang sulit dicairkan.


(30)

Rasio uji cepat = Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar

3. Rasio kas (cash ratio)

Rasio ini digunakan untuk menghitung kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan surat-surat berharga (efek) yang segera dapat diuangkan.

Rasio kas = Aktiva Lancar + surat-surat berharga Hutang Lancar

4. Modal Kerja Netto

Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha.

Modal Kerja Netto = Aktiva Lancar – Hutang Lancar.

Rasio yang terbaik dalam mengukur likuiditas adalah rasio lancar, karena kemampuan untuk mengukur:

a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar

Semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar.

b. Penyangga kerugian

Semakin besar penyangga, semakin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar non kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi.


(31)

c. Cadangan dana lancar

Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa yang dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Perusahaan

1. Aktiva Lancar merupakan kas dan aktiva lain yang secara wajar dapat direalisasikan sebagai kas atau dijual atau digunakan selama satu tahun, bahkan lebih dari satu tahun.

2. Hutang Lancar merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam periode waktu yang relatif pendek, biasanya satu tahun. Hutang Lancar mencakup utang usaha, wesel bayar, pinjaman bank jangka pendek, utang pajak dan beban terutang.

2. 3. Piutang

a. Pengertian Piutang

Menurut Simamora (2000:228), “piutang merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana, atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berhutang kepada pihak lainnya. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas.” Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada


(32)

pihak siapa dia berhutang. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, atau organisasi lainnya.

Persyaratan kredit (Credit Term) dari satu jenis usaha biasanya berbeda dengan jenis usaha lainnya, tetapi untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan atau memperlakukan para langganan dengan persyaratan-persyaratan kredit yang sama atau tidak terlalu jauh berbeda dengan yang lain. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan. Tiap-tiap jenis piutang harus dicatat dan dilaporkan secara terpisah didalam neraca. Piutang diharapkan dapat ditagih atau diterima pembayarannya dalam jangka waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau dalam siklus operasi perusahaan, tergantung mana yang lebih panjang, sehingga disajikan didalam neraca sebagai aktiva lancar. Sedangkan piutang yang diharapkan akan jetuh tempo lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca atau lebih dari siklus operasi perusahaan, tergantung mana yang lebih panjang, sehingga harus disajikan didalam neraca sebagai aktiva lain-lain atau investasi jangka panjang.


(33)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang Menurut Gitosudarmo (2002:82), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang:

1. Volume penjualan kredit

Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.

2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit

Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti, akan semakin besar jumlah piutangnya dan semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.

3. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit

Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.

4. Kebijakan membayar para pelanggan kredit.

Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang semakin besar. 5. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan

Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif, maka besarnya jumlah piutang relatif besar.


(34)

c. Biaya atas piutang

Dengan dilaksanakannya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko, berupa biaya. Biaya yang timbul akibat dari adanya piutang akan dijelaskan dibawah ini.

1. Biaya penghapusan piutang

Biaya penghapusan piutang/piutang ragu-ragu (bad debt receivables) terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode.

2. Biaya pengumpulan piutang

Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan biaya disebut sebagai biaya pengumpulan piutang.

3. Biaya administrasi

Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan mengeluarkan biaya.

4. Biaya sumber dana

Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk menjaganya. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana (weight of cost capital).


(35)

d. Kebijakan Piutang

Ikatan Akuntansi Indonesia (2007 : 64) mengatakan bahwa piutang adalah hak atau klaim terhadap pelanggan atau pihak lain atas uang, barang dan jasa. Piutang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit, sehingga dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk:

1. Kenaikan hasil penjualan. 2. Kenaikan laba.

Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.

3. Memenangkan persaingan.

Dalam dunia bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit ini. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di pasar. Kebiajakan penjualan kredit yang agresif akan dapat merangsang minat calon konsumen akan dimungkinkan untuk memakai dan menikmati kegunaan barang yang dibelinya tanpa harus mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli; sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayarnya nanti di kemudian hari.


(36)

Kebijakan penjualan kredit terdiri dari empat variabel,yaitu:

1. Periode kredit, yaitu jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk membayar pembelian mereka.

2. Standar kredit, yaitu yang mengacu pada kemampuan keuangan dari para pelanggan yang dapat diterima.

3. Kebijakan penagihan, yaitu yang diukur dengan keketatan atau kelonggaran yang diberikan perusahaan dalam menagih piutang yang lamban pembayarannya.

4. Diskon atau potongan, yaitu yang diberikan untuk pembayaran yang lebih cepat, termasuk persentase diskon dan seberapa cepat pembayaran harus dilakukan agar mendapat diskon tersebut.

Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang dapat dikelola dengan cara seefisien mungkin.

e. Tingkat Perputaran Piutang

Piutang usaha merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti makin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya, makin pendek


(37)

syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek pula terikatnya modal kerja dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar. Tingkat perputaran piutang ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan lamanya piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu, suatu sistem pengelolaan dan pengawasan terhadap piutang sangatlah penting, karena tanpa dilakukannya pengawasan, piutang akan menumpuk menjadi suatu tingkat yang berlebihan dan akan mengakibatkan arus kas akan menurun, dan piutang tak tertagih akan menutupi laba dari penjualan.

Perputaran piutang usaha merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Adapun rumus yang digunakan adalah :

Tingkat Perputaran Piutang = Penjualan kredit bersih Rata-rata piutang dagang


(38)

Dalam memudahkan penelitian diperlukan suatu kerangka konseptual yang merupakan konsep berfikir sistematik yang akan mengarahkan proses penelitian tersebut dapat dijalankan.

PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan dalam melakukan penjualan jasanya lebih banyak secara kredit dibandingkan secara tunai. Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka akan menimbulkan piutang bagi perusahaan. Piutang ini digunakan untuk menghasilkan volume penjualan yang tinggi. Volume penjualan yang dicapai akan mempengaruhi perputaran piutang atas penjualan kredit dan akhirnya akan mempengaruhi nilai dari aktiva lancar, hutang lancar, piutang dan kas yang akan dipergunakan untuk menjaga likuiditas perusahaan. Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Komponen likuiditas dapat dianalisis dari laporan keuangan adalah rasio lancar, rasio uji cepat, rasio kas, dan modal kerja netto yang dapat dilihat dari aktiva lancar dan hutang lancar. Besarnya aktiva lancar dan hutang lancar selanjutnya dapat digunakan untuk pengukuran likuiditas perusahaan.

Adapun mekanisme dan kerangka konseptual terhadap besarnya investasi piutang dan pengaruhnya terhadap likuiditas dalam laporan keuangan pada PT Barata Indonesia (Persero) Medan, secara sistematis sesuai dengan alur proses analisis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(39)

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual

Laporan Keuangan (Persero) UUM Medan

Tingkat Perputaran Piutang

Likuiditas Perusahaan

Analisis Kebijakan


(40)

METODOLOGI PENELITIAN

4. 1. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara tepat sifat objek penelitian serta menentukan adanya hubungan tertentu antara dua atau lebih gejala yang terjadi.

2. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu melalui pengumpulan, pengolahan dan analisis data Laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi dan neraca periode lima tahun terakhir, yaitu: 2007-2011.

3. Sifat dari penelitian ini adalah penjelasan (explanation) untuk mendapatkan gambaran dengan menggunakan data kuantitatif, yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan.

4. 2. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam geladikarya ini adalah : a. Data Historis

Data historis peneliti kumpulkan dari perusahaan adalah dengan cara mempelajari arsip-arsip perusahaan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan apa yang nampak dengan mengumpulkan dan menyajikan data yang digunakan tentang kebijakan akuntansi mengenai


(41)

pengukuran dan pengakuan aktiva lancar dan hutang lancar yang berkaitan dengan piutang dan likuiditas perusahaan terutama dengan bagian akuntansi pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yang peneliti kumpulkan dari pihak-pihak internal perusahaan adalah:

1. Laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi dan neraca periode lima tahun terakhir, yaitu: 2007-2011.

2. Sejarah ringkas PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

3. Struktur Organisasi PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

4.3. Metode Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam geladikarya ini penulis menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan yang sebenarnya berdasarkan apa yang nampak, biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menyajikan data yang digunakan, dianalisis yang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek yang diteliti.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dimulai dari metode pengumpulan data, dianalisis, diteliti satu persatu akun-akun yang terdapat dalam laporan keuangan dan menarik kesimpulan. Adapun hal yang diteliti adalah pengakuan


(42)

dan pengukuran serta metode pencatatan terhadap semua faktor yang mempengaruhi likuiditas sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya likuiditas perusahaan.

4.4.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan dikantor direksi PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri, Jalan Binjai Km 7,5 Nomor 273 Medan.

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, riset ini dilaksanakan selama 8 (delapan) minggu, dengan jadwal kegiatan sebagaimana dirincikan dalam pada tabel berikut:

Tabel IV.1. Jadwal Penyusunan Geladikarya

No Uraian Kegiatan Minggu ke

I II III IV V VI VII VIII

1 Penyusunan Usulan Geladikarya

2 Seminar Usulan Geladikarya

3 Pengumpulan Data

4 Analisis dan Evaluasi

5 Penyusunan Draft Laporan

6

Seminar Draft Laporan di

Perusahaan

7 Penyusunan Laporan Akhir


(43)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Barata Indonesia (Persero) yang dulunya bernama Barata Metal Works and Enginering Ltd, didirikan pada tanggal 19 Mei 1971, berdasarkan :

1. Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1971

2. Akte pendirian No. 34 dan 35 tanggal 19 Mei, notaries E. Pondang

3. Surat pengesahan Departemen Kehakiman No. 3 A/107/23 tanggal 15 Juli 1971

Barata Metal Work and Engineering Ltd merupakan penggabungan dari tiga perusahaan, yaitu :

1. PN Barata yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 125 tahun 1961.

2. PN Sabang Merauke yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 124 tahun 1961.

3. PN Pebrina yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1992.


(44)

PN Barata dan PN Sabang Merauke adalah ex perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, yaitu :

1. NV Machine Fabrieck Braat yang didirikan tahun 1901.

2. NV Machine Fabrieck Bratavia yang kemudian berubah menjadi NV. Machine Fabrieck Molenfiet yang didirikan tahun 1902.

Perusahaan-perusahaan yang telah disebutkan diatas pada pada tahun 1958 dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dan pengelolaannya dipercayakan kepada badan pemerintah yaitu Bappit dan kedua perusahaan itu diubah namanya menjadi Bappit Pusat dan Bappit Sabang Merauke. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 124 dan 125 tahun 1961, kedua perusahaan tersebut diubah nama dan statusnya menjadi perusahaan Negara dan bernama PN Barata dan PN Sabang Merauke. PN Pebrina didirikan pada tahun 1962 yang skope pekerjaannya adalah di bidang perencanaan pembangunan dan industri dasar. Berdasarkan akte notaries M. Ali No. 29 tanggal 23 Nopember 1981, nama Barata Metal Works and Engineering Ltd, diubah namanya menjadi PT Barata Indonesia, yang berkedudukan di Gresik. PT Barata Indonesia adalah perusahaan besar yang bergerak di bidang kontraktor atau perencanaan pembangunan, yaitu pembangunan rumah/gedung, jalan saluran air, jaringan listrik, pintu air dan sebagainya. Selain itu PT Barata Indonesia juga memproduksi mesin-mesin untuk pabrik sesuai dengan order yang diterima.

Melihat adanya peluang pasar di daerah Sumatera maka PT Barata memperluas jaringannya, salah satu melalui Unit Usaha Mandiri (UUM) Medan.


(45)

Sesuai dengan akta pendirian, maka perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis ini adalah:

Nama Perusahaan : PT Barata Indonesia (Persero)

Status : Unit Usaha Mandiri Medan, yang berpusat di Gresik

Alamat : Jl. Binjai Km. 7,5 No. 273 Medan.

5.2. Struktur Orgnisasi

Suatu organisasi/perusahaan memiliki sejumlah karyawan, merupakan perkumpulan yang lebih dari satu orang yang bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan perlu adanya suatu pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab yang jelas, sehingga diharapkan dapat tercipta suatu kerjasama yang baik diantara orang-orang yang menjadi bagian organisasi/perusahaan tersebut.

Struktur organisasi tersebut dirancang dengan maksud :

1. Merumuskan dengan jelas fungsi, tugas, tanggungjawab dan hubungan kerjasama dari masing-masing jabatan dalam perusahaan.

2. Berfungsi sebagai suatu sarana dimana tujuan, sasaran, strategi serta kebijakan perusahaan dapat diwujudkan dan rencana-rencana yang mendukungnya dapat diterapkan.

3. Peka dan tanggap terhadap perubahan lingkungan sekelilingnya seperti perluasan usaha, persaingan, perkembangan teknologi dan


(46)

penemuan-penemuan baru serta perubahan-perubahan didalam perundang-undangan dan kebijakan pemerintah.

4. Merupakan dasar dari sistem akuntansi dan laporan manajemen yang akan diterapkan di dalam pengendalian kegiatan operasi perusahaan masa kini dan dimasa yang akan datang.

Dengan demikian dalam suatu organisasi/perusahaan, pembagian tugas kepada masing-masing personilnya merupakan suatu hal yang sangat penting karena suatu organisasi/perusahaan mempunyai bagian-bagian atau unit-unit yang saling berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab antara atasan dan bawahan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Untuk itu diperlukan suatu struktur organisasi yang diharapkan dapat membentuk suatu kesatuan kegiatan yang jelas sehingga operasi perusahaan akan berjalan secara efektif dan efisien.

Dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab yang jelas untuk setiap anggota organisasi/perusahaan, maka kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang ada dapat diatasi dengan baik. Dan bagi pemimpin sendiri akan mempermudah pengawasan terhadap bawahan maupun karyawan.

5.3. Kegiatan Operasional Perusahaan

PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang konstruksi, perdagangan


(47)

dan jasa lainnya. PT Barata Indonesia UUM Medan mengerjakan proyek dari pemerintah maupun pihak swasta.

Kegiatan Operasional Perusahaan terdiri dari : 1. Konstruksi

Kegiatan operasional dibidang konstruksi mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembangunan baik proyek-proyek dari pemerintah maupun swasta seperti: pembangunan perumahan/komplek perumahan, pembangunan pabrik dan tempat penyimpanan, pembangunan saluran irigasi dan pembangunan pintu air.

2. Manufaktur (produksi) dan distribusi

Kegiatan manufaktur dan distribusi mencakup manufaktur mesin-mesin pabrik dan peralatan logam untuk didistribusikan kepada pelanggan. PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan selain memproduksi product series juga memproduksi mesin untuk memenuhi pesanan. product series yang diproduksi oleh perusahaan seperti: vessel (tangki untuk bertekanan), steam accumulator, sterilizer, road roller (mesin gilas). Sedangkan produk-produk yang biasanya diproduksi untuk memenuhi pesanan seperti: pintu air, roll shell, air receiver tank, dan lain-lain.

3. Instalasi

Instalasi mencakup pemasangan mesin untuk pabrik, seperti pabrik gula dan pabrik kelapa sawit, pemasangan instalasi listrik untuk gedung maupun pabrik, elektrifikasi (pemasangan jaringan listrik) di komplek perumahan, pembuatan sarana air bersih di komplek perumahan (water treatment plan).


(48)

4. Jasa lainnya

Selain bergerak dibidang konstruksi, produksi dan distribusi serta instalasi, PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan juga memberi jasa dibidang rehabilitasi bangunan, seperti rehabilitasi pintu air dan penggantian bendungan.

5.4. Laporan Keuangan dan Likuiditas Perusahaan

Laporan Keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan Laporan Keuangan adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang rupiah. Laporan Keuangan tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan terdapat dua jenis laporan keuangan, yang berfungsi untuk mengetahui keadaan operasional perusahaan tersebut secara keseuruhan, yaitu Neraca dan laporan Laba Rugi untuk tahun 2007 – 2011.

5.4.1. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumber daya ekonomi (asset), kewajiban ekonomis (utang) dan modal, dan hubungan antar item tersebut. Neraca tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi tersebut bias dilihat dengan mempelajari neraca digabung dengan laporan keuangan yang lain. Secara


(49)

spesifik, neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional dan kemampuan menghasilkan pendapatan pada periode tertentu.

Adapun laporan neraca perusahaan untuk tahun 2007 – 2011dapat dilihat pada lampiran 3.

5.4.2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan laba rugi dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Didalamnya terdapat kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin dan aktivitas yang jarang terjadi, dimana perusahaan dimungkinkan untuk memutuskan atau menghentikan lini bisnis tertentu, melakukan perubahan periode akuntansi ataupun melaporkan item-item luar biasa.

Adapun laporan Laba Rugi Perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan untuk tahun 2007 – 2011 dapat dilihat pada lampiran 5.

5.5. Kebijakan Operasional dan Keuangan Perusahaan

Dalam upaya merangsang pembelian lebih banyak oleh pelanggan dan upaya memperluas pangsa pasar, perusahaan mempunyai kebijakan di dalam meningkatkan penjualannya, yakni mempromosikan jual beli dengan system angsuran yang diberikan perusahaan kapada pelanggan bila mencapai target pembelian tertentu yang diakumulasi setiap bulannya. Agar kegiatan ini dapat


(50)

menghasilkan dana yang cepat bagi perusahaan harus diadakan kerja sama dengan perusahaan leasing sebagai financier. Angsuran akan diperhitungkan apabila telah terjadi kesepakatan yang dimuat dalam perjanjian jual beli yang ditetapkan tentang besarnya uang muka, beban bunga, besar dan lamanya angsuran dan asuransi atas barang yang dijual belikan. Besarnya uang muka yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli adalah berkisar 10% s/d 20% dari nilai perjanjian/kontrak. Besarnya beban bunga dan lamanya angsuran yang ditangguhkan kepada pembeli adalah tergantung besarnya bunga yang harus dibayar dari perusahaan leasing.

Seluruh faktur pembelian yang diterima dari pemasok (untuk pembelian barang), harus diperiksa untuk diverifikasi bahwa jumlah yang tertulis, telah diotorisasi dan sah untuk dibayar. Hal tersebut meyakinkan bahwa pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk barang dan jasa yang benar-benar dipesan dan telah diterima dengan baik.


(51)

Berdasarkan data dan keterangan yang diperoleh dari hasil penelitian pada Perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan, serta uraian teoritis pada bab-bab sebelumnya, maka pada penulis akan mencoba menganalisa faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya likuiditas perusahaan pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan.

6.1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Menurunnya Tingkat Perputaran Piutang pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan

Piutang timbul setelah diterbitkannya faktur dan kwitansi perusahaan atas berita acara penyerahan barang ataupun berita acara kemajuan fisik pekerjaan. Dalam sistem administrasi perusahaan yang perlu diperhatikan adalah adanya kerjasama perusahaan dengan Direktorat Keuangan dengan jajarannya dan kelengkapan dokumen tagiahan piutang.

Direktorat Keuangan dengan jajarannya melakukan tanggung jawab: a. Mengadministrasikan secara tertib dan menyimpan dokumen-dokumen

piutang usaha seaman mungkin.

b. Mencairkan secepat mungkin piutang usaha yang sudah jatuh tempo.

c. Menyelesaikan kesalahpahaman yang timbul antara perusahaan dengan pelanggan.


(52)

kepada direksi.

e. Melakukan konfirmasi piutang usaha secara periodik.

Dalam rangka melakukan penagihan perusahaan kepada pelanggan diperlukan kelengkapan dokumen administrasi, berupa:

a. Surat permohonan pembayaran.

b. Berita acara penerimaan barang yang dipakai sebagai dasar pembuatan faktur tagihan penyerahan barang.

c. Berita acara kemajuan fisik pekerjaan sebagai dasar pembuatan faktur tagihan termyn (progress).

d. Faktur e. Kwitansi

f. Copy kontrak/SPK/SPP. g. Faktur pajak.

h. Dokumen-dokumen lain yang diperlukan.

Tingkat Perputaran Piutang

Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran keefektifan pengelolaan piutang, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berarti semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat dipertinggi dengan jalan memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek jangka waktu pembayaran.


(53)

hanya dilihat dari tingkat perputaran piutang, tetapi juga perlu dikaitkan dengan hari rata-rata pengumpulan piutang. Namun hari rata-rata pengumpulan piutang ini baru akan berarti jika dibandingkan dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari pada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa cara pengumpulan piutang yang dilakukan perusahaan kurang efisien.

Perputaran piutang dilakukan untuk mengukur aktivitas dari piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijakan seperti ini sangat sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijakan penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnover, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya dana dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover, dibutuhkan jumlah dana lebih kecil untuk diinvestasikan dalam piutang. Sehingga, dengan jumlah dana lebih kecil perusahaan masih bisa menjaga likuiditasnya.


(54)

menurunnya tingkat perputaran piutang pada perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.1 Laporan Keuangan Perusahaan Untuk Periode 2007 – 2011

Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011

Aktiva Lancar

6,691,264,828.08

6,614,212,101.68 10,258,218,023.09

7,805,518,210.35 26,361,310,955.16 Kewajiban Lancar 13,483,753,461.37 13,829,130,041.10 17,035,782,785.09 11,956,438,939.89 30,397,027,658.18

Persediaan 471,354,517.86 471,354,517.86 - - -

kas + Bank + Surat

Berharga 387,398,524.07 15,418,382.04 135,498,100.22 128,165,417.81

1,402,915,565.86

Perputaran Piutang 2,11 2,47 4,16 4,28 10,29

Likuiditas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87

Rasio Lancar 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87

Rasio Cepat 0,46 0,44 0,60 0,65 0,87

Rasio Kas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87

Modal Kerja Netto

(6,792,489,366.71) (7,215,082,060.58) (6,782,435,238.00) (4,151,079,270.46) (4,035,717,296.98)

Sumber : Laporan Keuangan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Bila dilihat data keuangan perusahaan pada rasio lancar dari tahun 2007 sampai dengan 2011, rasio yang rendah pada tahun 2008 sebesar 0,48 dari perputaran piutang sebesar 2,47, sedangkan aktiva lancar sebesar Rp.6,614,212,101.68 tidak menutupi kewajiban lancar yang berjumlah Rp.13,829,130,041.10. Rasio yang terbaik pada perusahaan ini pada tahun 2011 dari perputaran piutang sebesar 0,87, sedangkan aktiva lancar sebesar Rp. 26,361,310,955.16 dan belum mencukupi untuk menutupi kewajiban lancar yang berjumlah Rp. 30,397,027,658.18.

Dari rasio-rasio diatas dan tingkat perputaran piutang menunjukkan bahwa perusahaan tidak mencukupi untuk membayar seluruh hutang lancarnya apa bila


(55)

semua hutang lancar yang disajikan dalam neraca tersebut telah jatuh tempo. Dan ternyata hutang lancar yang disajikan dalam neraca tahun 2007 sampai dengan 2011 terdapat hutang lancar yang belum jatuh tempo dan bahkan sama sekali tidak dapat tertagih lagi oleh perusahaan, sehingga hal tersebut menunjukkan perusahaan berada dalam hal ketidakmampuan membayar hutang lancarnya.

Perusahaan mampu menghasilkan sumber daya untuk memenuhi

kewajiban lancarnya, namun dengan nilai rata-rata likuiditas tahun 2007 sampai dengan 2011 adalah 0.62 atau 62% masih belum ideal karena nilai ideal menurut aturan umum yaitu dengan batas minimal sebesar 2 atau 200%. Rasio yang tidak lebih dari 2,0 dari segi kepentingan kreditur jangka pendek yang sudah bisa dianggap cukup aman, hal ini menunjukkan bahwa dari segi likuiditas badan usaha perusahaan yang memiliki rasio setinggi dua bisa dikatakan cukup likuid. Bila dilihat dari rasio diatas maka kesulitan likuiditas dapat terjadi, namun demikian kenyataannya, perusahaan menghadapi kesulitan membayar hutang-hutang jangka pendeknya bahkan sebahagian ada yang telah lama jatuh temponya, perusahaan juga harus menjaga supaya kelancaran kegiatan sehari-hari tidak terganggu kelancarannya.

Untuk itu akan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi piutang dalam usaha peningkatan likuiditas perusahaan pada PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan terutama aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. faktor ini dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan melalui rasio likuiditasnya.


(56)

Metode pencatatan tingkat perputaran piutang memberi pengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan. Pada laporan laba rugi, akun yang terpengaruh tentunya adalah penjualan dan pada akhirnya laba yang lebih besar dari yang sesungguhnya. Sedangkan pada neraca, akun yang terpengaruh adalah piutang yang berakibat pada tampilan rasio yang menunjukkan likuiditas rendah.

Makin tinggi peputaran piutang menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya apabila rasio perputaran piutang semakin rendah maka akan terjadi over investment. Piutang sangat berpengaruh terhadap penjualan secara kredit, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.2 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2007 – 2011

Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011

Piutang 3.694.238.922,00 2.579.344.576,00 6.006.549.253,00 4.117.609.131,00 3.533.858.901,00

Aktiva Lancar 6.691.264.828,00 6.614.212.101,00 10.258.218.023,00 7.805.518.210,00 26.361.310.955,00

Kewajiban

Lancar 13.483.753.461,00 13.829.130.041,00 17.035.782.785,00 11.956.438.939,00 30.397.027.658,00

Penjualan Kredit 8.812.885.686,00 7.761.911.952,00 17.860.343.500,00 21.642.946.821,00 39.375.758.109,00

Perputaran

Piutang 2,11 2,47 4,16 4,28 10,29

Likuiditas 0,50 0,48 0,60 0,65 0,87


(57)

Penurunan Tingkat Perputaran Piutang dapat Disebabkan oleh Faktor-faktor:

Perusahaan mengalami peningkatan penjualan dari tahun-tahun sebelumnya hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yang pesat yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92 dari piutang Rp. 3,533,858,901.69, namun tingkat perputaran piutang mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 10.29. Dilihat dari jumlah penjualan secara kredit dari tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan, sedangkan jumlah piutang dari tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi, dan bahkan jumlah penjualan secara kredit pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.39,375,758,109.92 dari jumlah piutang Rp. 3,533,858,901.69, sedangkan jumlah piutang yang besar yaitu tahun 2009 sebesar Rp. 6,006,549,253.14. Penurunan rasio perputaran piutang juga dapat disebabkan karena bagian kredit dalam kebijakan pemberian kredit terhadap pelanggan yang kurang selektif dalam memilih pelanggan. Sikap terhadap resiko, makin besar jumlah penjualan kredit pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 39,375,758,109.92, sedangkan perusahan memiliki rasio likuiditas dari tahun 2007 sampai dengan 2011 memiliki rata-rata sebesar 0.62 yang belum ideal menurut umum, yang menunjukkan likuiditas rendah yang disebabkan oleh bertambahnya umur piutang, sehingga piutang tersebut lama dikonversikan menjadi kas.

Kebijakan penjualan kredit merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan, apakah kepada seorang langganan akan diberikan


(58)

kredit dan kalau diberikan berapa banyak atau jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada Neraca untuk tahun 2007 – 2011 Perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan dalam lampiran 3.

Sumber informasi dan analisis piutang merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang bagi perusahaan, karena itu proses perencanaan pemberian kredit dan kebijakan piutang yang akan diambil harus benar-benar melalui proses perencanaan dan pengamatan yang matang dari pihak manajemen perusahaan.

Ada beberapa faktor lainnya yang dapat dijadikan informasi untuk pemberian kredit, yaitu perusahaan mengalami keuntungan tahun 2009 sebesar Rp. 791,739,827.89, sedangkan untuk tahun 2007, 2008, 2010 dan 2011 perusahaan mengalami kerugian, hal ini karena umur piutang terlalu lama. Proses perencanaan pemberian kredit dan kebijakan piutang yang akan diambil harus benar-benar melalui proses perencanaan dan pengamatan yang matang dari pihak manajemen perusahaan. Perusahaan menunjukan kemamapuan menghadapi risiko, baik risiko usaha maupun risiko financial. Kedua risiko ini dapat dianalisis dengan melihat struktur keuangan perusahaan yang telah banyak mengalami kerugian dari tahun ketahun, seperti risiko risiko lamanya pelanggan membayar kredit dan tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu sebelum perusahaan memberikan atau menyetujui permohonan kredit, perusahaan harus melakukan penilian terlebih dahulu terhadap calon pelanggan. Kewajiban lancar data keuangan perusahaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, yang jumlah terbesar yaitu tahun 2011 sebesar Rp.


(59)

30,397,027,658.18. Kemampuan untuk membayar kewajiban ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh perusahan yang banyak mengalami kerugian pada tahun 2007, 2008, 2010 dan 2011. Jika kondisi keuangan pelanggan tidak bagus, hal ini dapat berimbas pada terlambatnya membayar hutang dan dapat mengakibatkan bertambahnya umur piutang, sehingga dapat mengganggu investasi perusahaan PT Barata Indonesia (Persero) Unit Usaha Mandiri Medan dalam mengumpulkan kas/kekayaan.

Selain berbagi faktor yang berkaitan dengan kebijakan kredit diatas, faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah instrument kredit. Dalam kaitannya dengan manajemen piutang terdapat berbagai instrument kredit, yaitu: promisory note dan commersial draft. , promisory note merupakan perjanjian yang ditandatangani oleh pembeli yang mencakup jumlah pembayaran, jadwal pembayaran dan persyaratan lainnya. Commersial Draft merupakan penjual menarik ceck dan promissory yang harus ditandatangani pembeli untuk sejumlah nilai dan harus dibayar pada periode tertentu. Jadi Commersial Draft ini merupakan kombinasi ceck dan promissory note. Commersial Draft ini kemudian dikirim ke bank responden milik pembeli beserta daftar barang yang telah dikirim. Bank koresponden kemudian mengirimkanya ke pembeli untuk ditandatangani dan dikirim kembali ke bank. Selanjutnya bank mengirimkan dokumen pengiriman kepada pembeli sebagai bukti kepemilikan atas barang yang dibeli.


(1)

Lampiran 3

Neraca

Untuk Periode Tahun 2007-2011

Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011

AKTIVA LANCAR

Alat Likuid:

Kas 3,705,000.00 5,918,100.00 6,108,000.00 10,250,000.00 4,050,800.00 Bank 381,639,524.07 9,500,282.04 129,390,100.22 117,915,417.81

1,398,864,765.86 Piutang dagang 3,694,238,922.85

2,579,344,576.00 6,006,549,253.14 4,117,609,131.42 3,533,858,901.69 Piutang progress 1,276,066,532.77

3,038,020,270.14 3,279,223,891.45 2,977,757,395.78 19,851,111,595.01 Piutang pegawai 924,975,596.77 703,850,108.50 248,526,776.00 241,532,060.00 402,985,146.00 Uang muka pajak 280,111,247.62 23,484,870.00 283,102,602.00 133,553,205.34 - Piutang lain-lain 260,612,815.00 254,093,895.00 274,317,400.28 190,800,000.00

1,135,179,560.60 Biaya dibayar

dimuka ( 130,138,811.00) - 13,000,000.00 16,101,000.00 35,260,186.00

6,691,264,828.08 6,614,212,101.68 10,258,218,023.09 7,805,518,210.35 26,361,310,955.16 Persediaan: Bahan

baku/pembantu 471,354,517.86 471,354,517.86 - - -

Jumlah Aktiva

Lancar 7,162,619,345.94

7,085,566,619.54 10,258,218,023.09 7,805,518,210.35 26,361,310,955.16 Aktiva Tetap Aktiva Tetap Berwujud Tanah, lapangan,

jalan 165,836,665.00 165,836,665.00 142,531,340.00 142,531,340.00 142,531,340.00 Gedung, pabrik,

gudang, kantor 599,111,501.75 599,111,501.75 599,111,501.75 599,111,501.75 599,111,501.75 Bangunan rumah

dinas 37,451,823.26 37,451,823.26 - - -

Mesin-mesin 1,165,141,148.46

1,068,503,925.43 1,036,278,607.15 1,045,898,280.82 1,045,898,280.82 Peralatan dan alat

angkut 345,132,918.25 331,319,258.25 331,319,258.25 218,471,108.25 218,471,108.25 Inventaris dan

peralatan logam 431,813,964.62 440,013,964.62 440,013,964.62 280,223,891.12 285,653,891.12 Mebel dan peralatan

kayu 40,849,669.28 40,849,669.28 40,849,669.28 - - Kendaraan bermotor 130,699,500.00 245,200,000.00 245,200,000.00 245,200,000.00 245,200,000.00 Akumulasi penyusutan (1,817,051,287.33) (1,830,563,514.87) (1,898,905,378.25) (1,741,676,296.05) (1,839,137,962.95) 1,098,985,903.29

1,097,723,292.72 936,398,962.80 789,795,825.91 697,728,159.01 Aktiva Tetap Tak

Berwujud:

Jumlah Aktiva

Tetap 1,098,985,903.29


(2)

Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011

Aktiva lain-lain:

Uang jaminan dan

lain-lain 150,731,025.69 227,903,813.96 203,332,427.96 241,688,944.57 203,201,162.30

Jumlah Aktiva 8,412,336,274.92 8,411,193,726.22

11,397,949,413.85 8,836,966,980.83

27,262,240,276.47

Kewajiban

Lancar:

Hutang dagang 3,040,453,310.20 3,021,629,078.20 2,668,596,802.87 3,042,391,139.87 2,827,238,721.16 Uang muka order 640,213,049.00 1,103,865,041.05 278,405,544.00 367,758,731.00 9,194,677,906.00 Hutang pajak 601,555,633.00 18,348,126.60 452,366,905.60 25,982,693.60 228,984,987.00 Hutang lain-lain 6,022,823,679.53 6,076,636,868.53 452,366,905.60 5,012,250,551.78 3,963,260,268.78 Beban ymh

dibayar 3,178,707,789.64 3,608,650,926.72 9,100,209,588.59 3,508,055,823.64

14,182,865,775.24

13,483,753,461.37

13,829,130,041.10

17,035,782,785.09 2,668,596,802.87

30,397,027,658.18

R.K. Rutin:

R.K. Pemindahan

(24,985,380,856.61)

(27,773,121,076.60)

(32,032,556,952.79)

(31,237,791,987.90)

(32,179,449,969.07) R.K. Devisi /

UUM

22,693,277,704.04

26,572,790,294.08

25,602,983,753.66

29,059,978,010.01

31,588,135,722.15

11,191,650,308.80

12,628,799,258.58

10,606,209,585.96 9,778,624,962.00

29,805,713,411.26

Saldo Laba Rugi:

Laba rugi tahun berjalan

(2,779,314,033.88)

(4,217,605,532.36) 791,739,827.89 (941,657,981.17)

(2,543,473,134.79)

Jumlah Passiva 8,412,336,274.92 8,411,193,726.22

11,397,949,413.85 8,836,966,980.83

27,262,240,276.47


(3)

Lampiran 4

Catatan atas Laporan Keuangan yang terdapat dalam neraca

PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Adapun laporan keuangan yang terdapat dalam neraca dijelaskan sebagai berikut:

1. Kas

Kas merupakan akun untuk mencatat alat tukar yang diterima bank pada nilai nominalnya, yang dapat diterima sebagai pembayaran biaya operasional atau sebagai pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.

2. Bank

Bank merupakan lembaga keuangan resmi dimana perusahaan dapat menyetorkan/menyimpan dan mengambil uangnya ataupun bilyet giro dari hasil usahanya.

3. Surat-surat berharga merupakan aset perusahaan yang berbentuk investasi jangka pendek yang akan segera dapat dijual dan dikonversikan menjadi kas. 4. Piutang dagang

Piutang dagang merupakan akun yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai lawan dari penjualan. Saldo piutang dagang belum merupakan nilai bersih yang akan diterima perusahaan sebagai pelunasan atas transaksi penjualan kredit, karena didalamnya masih terdapat panjualan berdasarkan termyn yang akan diperhitungkan pada saat pembayaran .

5. Piutang Progres

Piutang progress merupakan tagihan progres yang didalamnya memuat nilai progres secara phisik dari order-order yang sudah dihitung sebagai penjualan namun belum dibukukan sebagai piutang karena belum memenuhi persyaratan sebagai piutang dagang (belum difaktur dan belum ada berita acara penyerahan progress).

6. Piutang Pegawai

Piutang pegawai merupakan keperluan pribadi pegawai yang pelaksanaannya harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang dengan memperhatikan bahwa pegawai tersebut memang perlu mendapat bantuan dari perusahaan, yang pembayarannya dilakukan dengan cara pemotongan gaji. Seperti uang pengobatan atau kecelakaan lain, perkawinan, kesulitan mendadak yang berpengaruh pada dinas, dan sebagainya.

7. Uang Muka Pajak

Uang muka pajak merupakan pembayaran atas pembelian bahan baku/pembantu suatu produk yang dikenakan perhitungan /pembebanan pajak pertambahan nilai, yang tagihannya berdasarkan termyn.


(4)

8. Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain merupakan kelompok piutang yang meliputi uang muka pembelian lokal, uang muka pembelian import, uang muka expeditur, uang muka pemborong, uang muka perjalanan dinas, dan lain-lain.

9. Persediaan

Persediaan merupakan aset berwujud yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan yang diperoleh untuk diproses lebih dulu dan dijual. Pada perusahaan ini persediaan dapat digolongkan atas tiga jenis yaitu: barang hasil, barang hasil produksi untuk stock dan barang hasil produksi untuk pemesanan.

10. Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan akun untuk mencatat seluruh peralatan kantor, mesin-mesin, gedung kantor dan pabrik/gudang, rumah dinas, alat angkut, mebel dan peralatan kayu, inventaris dan peralatan logam, kendaraan bermotor, tanah yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun dan tidak untuk diperjualkan kembali dalam kondisi normal perusahaan.

11. Uang Jaminan dan Lain-lain

Uang jaminan dan lain-lain merupakan akun untuk mencatat pembayaran uang jaminan kepada pihak ketiga seperti jaminan PLN, Jaminan Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan sebagainya.

12. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang diharapkan dapat dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain yang mana jangka waktu pelunasan kewajiban lancar atau satu siklus operasi perusahaan, seperti hutang bank, hutang jangka pendek, Biaya Pajak Pertambahan Nilai (BPPN), hutang BPIS, hutang dana swasta, hutang dagang, dan lain-lain.

13. L/R Tahun Berjalan

L/R tahun berjalan merupakan akun yang dipakai oleh perusahaan untuk mencatat akumulasi laba atau rugi selama tahun yang bersangkutan.


(5)

Lampiran 5

Laporan Laba Rugi

Untuk Periode Tahun 2007-2011

No. Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011

1. Penjualan

8,812,885,686.36 7,761,911,952.01 17,860,343,500.74 21,642,946,821.33 39,375,758,109.92 2. Beban Pokok Penjualan 8,728,494,854.79 9,639,095,920.76 16,752,908,200.25 20,719,766,825.29 39,097,484,436.90 3. Laba (Rugi)

Bruto 84,390,831.57

(1,877,183,968.75)

1,107,435,300.49 923,179,996.04 (278,273,673.02) 4. Beban Usaha

1,868,928,662.93 1,650,489,026.95 2,758,971,152.48 1,597,902,034.38 1,461,540,397.83 5. Laba (Rugi) Sebelum Bunga (1,784,537,831.36) (3,527,672,995.70) (1,651,535,851.99) (674,722,038.34) (1,183,266,724.81)

6. Beban Bunga

1,051,413,278.31 84,752,925.00 10,400,000.00 - -

7. Laba (Rugi) Operasional (2,835,951,109.67) (3,612,425,920.70) (1,661,935,851.99) (674,722,038.34) (1,183,266,724.81) 8. Pendapatan dan

Beban Lain-lain 56,637,075.79

(605,179,611.66) 2,453,675,679.88 (266,935,942.83) (1,360,206,409.98 9. Laba (Rugi) Sebelum Pajak ( 2,799,314,033.88)

(4,217,605,532.36) 791,739,827.89

(941,657,981.17) (2,543,473,134.79) Sumber : Laporan Keuangan PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan


(6)

Lampiran 6

Catatan atas Laporan Keuangan yang terdapat dalam Laba Rugi

PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Adapun laporan keuangan yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan dijelaskan sebagai berikut:

1. Penjualan

Akun ini merupakan akun yang dipakai oleh perusahaan untuk mencatat seluruh transaksi penjualan, yang dibedakan atas pesanan luar kota dan pesanan antar unit/daerah, dimana termyn penjualan masih terdapat didalamnya.

2. Termyn Penjualan

Termyn penjualan merupakan akun yang dipakai oleh perusahaan untuk mencatat termyn atau angsuran pembayaran penjualan barang/jasa.

3. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan merupakan akun yang dipakai oleh perusahaan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu produk, seperti beban pemakaian bahan, beban upah tenaga langsung, beban order lainnya, dan lain-lain.

4. Laba Kotor (Gross Profit)

Laba kotor merupakan suatu akun yang dipakai perusahan untuk mengukur kinerja utama hasil penjualan bersih sebelum dikurangi dengan beban operasi lainnya yang terdapat dalam harga pokok penjualan untuk periode tertentu.

5. Laba Operasi

Laba operasi merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari administrasi dan umum.

6. Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain merupakan akun yang digunakan untuk mencatat pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.

7. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain merupakan akun yang dipergunakan oleh perusahaan untuk mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan, misalnya biaya pegawai tahun lalu, biaya usaha tahun lalu dan lain-lain.