BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Stigma Instrumental terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian tentang variabel stigma instrumental ODHA ditemukan stigma instrumen rendah dengan persentase menerima masyarakat terhadap ODHA
kategori baik sebesar 47,1. Uji statistik menunjukkan variabel instrumental berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap ODHA. Mengacu pada hasil
uji tersebut dapat dijelaskan semakin rendah stigma instrumen ODHA akan meningkat penerimaan masyarakat terhadap ODHA.
Pada penelitian ini, stigma instrumental pada masyarakat menunjukkan masyarakat masih ada berprasangka negatif pada penyakit ODHA itu sendiri, hal ini
dapat dilihat responden yang berstigma instrumental tinggi terhadap penderita ODHA dengan persentase 25,8. Namun demikian prasangka sosial masyarakat terhadap
penyakit itu sendiri sudah tergolong baik, hal ini dapat kita lihat persentase stigma instrumental karegori rendah mencapai 74,2.
Stigma instrumental perlu bagi orang dengan ODHA, karena dengan stigma instrumental yang rendah terhadap ODHA maka masyarakat mau menerima ODHA
di masyarakat. Masyarakat masih ada berstigma instrumental tinggi, hal ini disebabkan masyarakat masih ada yang menganggap HIVAIDS merupakan penyakit
yang menakutkan dan menjijikkan sehingga harus dijauhi dari masyarakat, ada anggapan bahwa menular jika kita berbincang-bincang atau dekat dengan mereka dan
Universitas Sumatera Utara
bisa menularkan penyakitnya dengan berjabat tangan atau makan bersama serta tidak layak tinggal berdekatan atau serumah dengan orang lain karena menderita penyakit
yang menjijikkan. Hal ini membuktikan bahwa persepsi atau pandangan masyarakat Desa Buntu
Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa bahwa AIDS adalah penyakit yang mengerikan, mematikan dan sangat menular, sehingga ODHA harus dijauhi agar
masyarakat tidak tertular AIDS.Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Buntu Bedimbar tentang apa itu HIVAIDS bagaimana
penularannya.Dalam hal ini sudah dilakukan penyuluhan bahaya Narkoba dan HIVAIDS terhadap masyarakat Desa Buntu Bedimbar.
Keadaan ini perlu pendekatan dan pemahaman bagi masyarakat bahwa orang dengan ODHA tidak perlu dijauhi ataupun ditakuti dan pentingnya penerimaan
masyarakat terhadap ODHA dan menjelaskan dengan benar cara-cara penularan HIV sehingga masyarakat tidak lagi salah persepsi mengenai ODHA sehingga orang
dengan ODHA merasa diterima di dalam masyarakat dan tidak diasingkan dari anggota masyarakat sehingga orang dengan ODHA dapat beraktivitas sehari-hari
seperti masyarakat lainnya yang tidak menderita HIVAIDS sehingga dapat membantu kualitas hidup dari ODHA.
Hal ini sesuai dengan Herek and Capitanio 1999 bahwa stigma instrumental ODHA merupakan refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan
dengan penyakit mematikan dan menular.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Busza 2004 secara umum stigma merujuk pada persepsi yang negatif pada suatu keadaan yang sebenarnya tidak terbukti. Stigma adalah suatu hal
yang dipakai seseorang atau kelompok dalam menganggap suatu keadaan yang negatif yang kemudian akan dipakai menjadi suatu norma pada seseorang atau
kelompok dalam masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hasbullah 1999 bahwa stigma dari
masyarakat muncul akibat kurangnya pemahaman terhadap HIVAIDS secara menyeluruh. Masyarakat mengetahui HIVAIDS sebatas penyakit menular dan
penderitanya berbahaya. Pemahaman yang salah dari masyarakat ini telah menjadi sebuah pembenaran untuk dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya.
5.2. Pengaruh Stigma Simbolitas terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian tentang variabel stigma simbolitas ditemukan stigma simbolitas kategori rendah dengan persentase menerima masyarakat terhadap ODHA
kategori baik sebesar 75,9. Uji statistik menunjukkan variabel simbolitas berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap ODHA. Mengacu pada hasil
uji tersebut dapat dijelaskan semakin rendah stigma simbolitas akan meningkat penerimaan masyarakat terhadap ODHA. Stigma simbolitas perlu bagi orang dengan
ODHA, karena dengan stigma simbolitas yang rendah maka masyarakat mau menerima ODHA di masyarakat.
Pada penelitian ini, stigma simbolitas pada masyarakat menunjukkan masyarakat masih banyak berprasangka negatif pada kelompok penderita ODHA
Universitas Sumatera Utara
misalnya kelompok PSK, hal ini dapat dilihat responden lebih banyak yang berstigma simbolitas tinggi terhadap penderita ODHA dengan persentase 71,0. Hal
ini masih diperlukan pendekatan dan penyuluhan kepada masyarakat bahwa masyarakat tidak perlu berstigma simbolitas tinggi terhadap penderita HIV.
Masyarakat yang berstigma simbolitas tinggi, disebabkan karena masyarakat masih ada yang menganggap perlu memusuhi orang dengan HIVAIDS karena sudah
pasti tertular AIDS akibat tingkah lakunya yang tidak baik, misalnya suka bergaul dengan penjaja sek komersial, menjauhi orang dengan HIVAIDS karena memakai
narkoba, melarang keluarga bergaul dengan orang dengan HIVAIDS karena melanggar ajaran agama dan tidak bermoral, percaya bahwa orang dengan HIVAIDS
memperoleh penyakitnya karena mendapat kutukan atas perbuatannya selama ini, orang dengan HIVAIDS tidak boleh hidup ditengah-tengah masyarakat karena
mempunyai prilaku yang buruk, orang dengan HIVAIDS harus hidup dengan komunitasnya sesama penderita HIVAIDS dan perlu mengkarantina orang dengan
HIV AIDS karena membawa pengaruh buruk pada masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa persepsi atau pandangan masyarakat Desa Buntu
Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa terhadap ODHA, bahwa ODHA dapat terinfeksi HIV karena mereka memiliki gaya hidup yang terlalu bebas dan atau
pengguna narkoba, sehingga harus dijauhi.Walaupun sebenarnya sikap masyarakat ini tidak sepenuhnya ,karena masih banyak ODHA yang bergabung dalam kegiatan
masyarakat dan hidup ditengah-tengah masyarakat karena masih adanya hubungan kekerabatan dan rasa sosial diantara masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini memang wajar terjadi , karena masyarakat memiliki pandangan, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang berbeda-beda tentang HIVAIDS, untuk itu
perlu pendekatan dan pemahaman oleh tenaga kesehatan bagi masyarakat bahwa orang dengan ODHA tidak perlu masyarakat berpersepsi negatif dan petugas
kesehatan memberikan penyuluhan mengenai HIVAIDS dan cara penularannya kepada masyarakat sehinggga tidak salah mengartikan cara pemularan penyakit
tersebut yang akhirnya mampu menerima ODHA dengan baik, sehingga orang dengan ODHA merasa diterima di dalam masyarakat dan tidak diskriminasikan dari
anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan Herek and Capitanio 1999 bahwa stigma
simbolitas
Masyarakat masih memberikan merupakan penggunaan HIVAIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap
kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.
stigma dan diskriminasi kepada penderita HIVAIDS. Faktor-faktor yang menimbulkran stigma dan diskriminasi di masyarakat
adalah karena penyakit HIV AIDS dapat mengancam jiwa, informasi yang kurang tepat mengenai penyakit HIV AIDS dan adanya kepercayaan dimasyarakat bahwa
penyakit ini adalah merupakan suatu “hukuman” atas perbuatan yang melanggar moral atau tidak bertanggungjawab sehingga penderita HIVAIDS itu “pantas” untuk
menerima perlakuan-perlakuan yang tidak selayaknya mereka dapatkan. Adanya ketakutan, stigmatisasi dan diskriminasi menimbulkan dampak penolakan dari
masyarakat bahkan penolakan dari akses pendidikan dan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai menurut Wikipedia 2011, bahwa tindakan penolakan itu bisa berupa sekedar ucapan hingga berupa penyiksaan psikologis dan fisik yang traumatis.
Trauma yang diterima penderita HIV menjadi bertumpuk-tumpuk, selain trauma karena tahu yang akan terjadi pada tubuhnya bila menderita HIV, juga trauma karena
adanya stigma dan diskriminasi yang melekat terus sepanjang hidupnya.
5.3. Pengaruh Stigma Kesopanan terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian tentang variabel stigma kesopanan ditemukan stigma kesopanan kategori rendah dengan persentase menerima masyarakat terhadap ODHA
kategori baik sebesar 63,0. Uji statistik menunjukkan variabel kesopanan berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap ODHA. Mengacu pada hasil
uji tersebut dapat dijelaskan bahwa stigma kesopanan dari masyarakat perlu bagi orang dengan ODHA, karena semakin rendah stigma kesopanan akan meningkat
penerimaan masyarakat terhadap ODHA. Pada penelitian ini, stigma kesopanan pada masyarakat menunjukkan
masyarakat masih banyak berprasangka negatif pada penderita ODHA, hal ini dapat dilihat responden lebih banyak yang berstigma kesopanan tinggi terhadap penderita
ODHA dengan persentase 50,5. Hal ini masih diperlukan pendekatan dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat bahwa masyarakat tidak perlu
berstigma tinggi terhadap penderita HIV. Penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan membahas materi HIVAIDS dengan mempergunakan metode ceramah, diskusi
kelompok, curah pendapat, panel, bermain peran dan demonstrasi.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat yang berstigma kesoponan tinggi, disebabkan karena masyarakat masih ada yang menganggap perlu orang dengan HIVAIDS harus dikeluarkan dari
kegiatan di masyarakat, orang dengan HIVAIDS dan keluarga tidak boleh menjadi tokoh masyarakat, orang dengan HIVAIDS tidak boleh diberi pekerjaan karena takut
menularkan penyakitnya, orang dengan HIVAIDS harus mendapatkan pelayanan kesehatan tersendiri tidak boleh bergabung dengan masyarakat, orang dengan
HIVAIDS tidak boleh bersekolah dengan masyarakat lainnya, orang dengan HIVAIDS dikeluarkan dari pekerjaannya dan orang dengan HIVAIDS tidak boleh
bergaul dengan masyarakat. b Hal ini membuktikan bahwa pandangan masyarakat Desa Buntu Bedimbar,
Kecamatan Tanjung Morawa terhadap ODHA bahwa ODHA adalah orang yang harus mendapat hukuman sosial setelah diketahui positif HIV sehingga harus
diasingkan dari kehidupan bermasyarakat dan aib bagi masyarakat tersebut. Keadaan ini memang wajar terjadi masyarakat, karena masyarakat memiliki
pandangan atau persepsi yang berbeda-beda akibat penyakit HIVAIDS, untuk itu perlu pendekatan dan pemahaman bagi masyarakat bahwa orang dengan ODHA tidak
perlu masyarakat berpersepsi negatif pada orang dengan HIVAIDS sehingga orang dengan ODHA merasa diterima di dalam masyarakat dan tidak diasingkan dari
anggota masyarakat, sehingga orang dengan ODHA dapat beraktivitas sehari-hari seperti masyarakat lainnya yang tidak menderita HIVAIDS.
Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang bahwa penderita ODHA tidak sempat
Universitas Sumatera Utara
diusir dari lingkungan sekitar, karena mungkin masih adanya pengaruh jender dalam hal ini, dimana ODHA dominan laki-laki yakni sebanyak 14 orang dan perempuan
sebanyak 1orang, dan ODHA ini keseluruhannya adalah pengguna jarum suntik dan bukan berprofesi sebagai PSK. Seperti kita ketahui dalam masyarakat bahwa orang
dengan predikat PSK lebih cenderung dimusuhi masyarakat karena kaitannya dengan moralitas. Selain itu masyakarat ada juga yang empati dengan keadaan penderita
ODHA dan ada juga saudara dari anggata masyarakat setempat. Masalah ODHA bukan hanya masalah HIVAIDS tetapi masalah moralitas karena HIVAIDS bisa
terjadi pada siapa saja termasuk orang baik-baik bisa terinfeksi dengan HIVAIDS. Hal ini sesuai dengan Herek and Capitanio 1999 bahwa stigma kesopanan
merupakan hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan issu HIVAIDS atau orang yang positif HIV.
Masyarakat masih memberikan stigma dan diskriminasi kepada penderita HIVAIDS. Menurut Laila Erni Yusnita 2012 ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi stigma terhadap HIVAIDS yakni HIVAIDS adalah penyakit yang mengancam jiwa, orang-orang takut terinfeksi HIV, penyakit dihubungkan dengan
perilaku yang telah terstigma dalam masyarakat, ODHA sering dianggap sebagai yang bertanggung jawab bila ada terinfeksi, nilai-nilai moral atau agama membuat
orang yakin bahwa HIVAIDS sebagai hasil dari pelanggaran moral. Hukuman sosial bagi penderita HIVAIDS, umumnya lebih berat bila
dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau
Universitas Sumatera Utara
sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIVAIDS
ODHA.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN