Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

(1)

EFEKTIVITAS MASASE KAKI DENGAN MINYAK

ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI

DUSUN XI DESA BUNTU BEDIMBAR KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh Putri Safitri

051101006

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Nama : Putri Safitri

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2009

Tanggal Lulus : 30 Desember 2009

Pembimbing Penguji I

……… ………

Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS Mula Tarigan, S.Kp, Ns NIP. 19740826 200212 1 002 NIP. 19741002 200112 1 001

Penguji II

……….. M. Sukri Tanjung, S.Kep, Ns

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persayaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 30 Desember 2009 Pembantu Dekan I

Fakultas Keperawatan

……….. Erniyati, S.Kp, MNS NIP. 19671208 199903 2 001


(3)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat dan hidayahnya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta shalawat beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan terindah sehinga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadapPenurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNs sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga memberi motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Mula Tarigan, S.Kp dan M. Sukri Tanjung, S.Kep selaku dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.


(4)

4. Ibu Lufthiani, S.Kp dan Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di PSIK.

5. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara administratif.

6. Bapak Kepala Desa Buntu Bedimbar dan Ibu Murniati selaku administrasi kantor kepala desa yang telah memberikan izin penelitian ditempat yang saya tuju.

7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kepada Ibunda tercinta Pinta Rachmy Harahap yang terus memberikan motivasi dan doa yang tiada terhenti yang begitu berarti bagi saya, kepada almarhum Ayahanda dr. H. Saibun Thoha, DTM&H yang secara tidak langsung memberikan dukungan moril dan materil kepada saya hingga saya tetap bisa mengecap dunia perkuliahan, kepada adik-adikku Sri Ulia Sari dan Dicky, abangku Heri Novendri yang tiada henti memotivasi agar segera menyelesaikan skripsi.

8. Tersayang dan tercinta abangku Yusuf A.R. Daulay, S.Kep yang tak pernah henti menasehatiku untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik. Teman-teman terindah Dina, Marhamah, Mardhiah, Ayu, Sari, Azne, Melan, Wina, Jihan, Ida, Yuliar, Nisrina, Chinta. Teman-teman kos arihta 16 Devi, Vya, Titan, Yuli, Mawaddah, Nela, Kak Lili. Kakak kelasku kak Huwaina, kak Sherly, kak Winda.


(5)

9. Teman-teman Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan terutama stambuk 2005 yang terus memberikan dorongan agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi.

10. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian saya.

11.Semua Pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya kepada semua pihak yang telah membantu saya.. Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Desember 2009


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Daftar Grafik ... x

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tekanan Darah ... 6

2. Hipertensi ... 11

3. Masase ... 24

4. Minyak Esensial ... 30

5. Teori Meridian... 38

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 40

2. Defenisi Operasional ... 42

3. Hipotesa Penelitian ... 43

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 44

2. Populasi dan Sampel... 45

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 47

5. Instrumen Penelitian ... 48

6. Prosedur Pengumpulan Data ... 49

7. Analisa Data ... 50

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ...Hasil Penelitian ... 52

2. Pembahasan... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 68


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Jadwal Tentatif Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian 5. Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Stadium Hipertensi ... 12 Tabel 2 Rancangan Penelitian ... 43 Tabel 3 Karakteristik Demografi Responden ... 53 Tabel 4 Tekanan darah responden pre dan post pada kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol ... 56 Tabel 5 Perbedaan tekanan darah pre dan post pada kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol ... 58 Tabel 6 Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Antara


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Karakteristik data demografi intervensi ... 54

Grafik 2 Karakteristik data demografi kontrol ... 55

Grafik 3 Tekanan darah kelompok intervensi ... 57


(11)

Judul : Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Nama : Putri Safitri

NIM : 051101006

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009

__________________________________________________________________ Abstrak

Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul cukup dominan yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Terapi masase (pijat) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah dengan. teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy–eksperiment. Masase kaki dengan minyak esensial lavender dalam penelitian ini dilakukan secara teratur 20-30 menit selama 7 hari berturut-turut mulai dari tanggal 02 Agustus-18 Agustus 2009. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sample sebanyak 13 orang yang digenapkan menjadi 14 orang, sampel ini terbagi dalam 2 kelompok 7 orang kelompok intervensi dan 7 orang kelompok kontrol. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post intervensi. Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif dan inferensial. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji paired t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok intervensi berbeda antara pre-post masase kaki dengan minyak esensial lavender (sistolik: t=14.71, p=0.00; diastolik: t=7.52, p=0.00). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol (sistolik: t=1.92, p=0.10; diastolik: t=1.11, p=0.30). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah masase kaki dengan minyak esensial lavender secara teratur. Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa masase kaki dengan minyak esensial lavender efektif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(12)

Title : The Effectiveness of foot massage with lavender essential oil for decreasing the blood pressure of hypertensive people at Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Name : Putri Safitri

Nim : 051101006

Programme : Sarjana Keperawatan

Year : 2010

__________________________________________________________________ Abstract

The conditional of nature and people this time is very complex, so cause enough many health dominant problems, it is hypertension or high blood pressure. Therapy of massage is one of non-pharmacologist treatment to decreasing of high blood pressure. Purpose of this research to identify the effectiveness of foot massage with lavender essential oil for decreasing the blood pressure of hypertensive people at Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. The design of research used quasy experimental. Foot massage with lavender essential oil in this researched had been done regulary since Agustus 02nd to Agustus 18th 2009 for 20’ to 30’ in 7 times a week. Based of purposive sampling technique selected 13 respondens to 14 respondens cause respondens were divided into 2 groups where 7 respondens as an intervention groups and other 7 respondens as a control groups. The blood pressure of respondens was measured on pre and post foot massage with lavender essential oil for both groups and then the data was collected in the blood pressure observational sheet. The data was finally processed with statistical analysis by using descriptive and inferential statistics. The results by using paired t-test show that on the intervention groups, the blood pressure was different between pre and post foot massage with lavender essential oil (systolic: t=14.71, p=0.00 ; diastolic: t=7.52, p=0.00). Furthermore, by employing independent t-test visibles that the blood pressure was different between intervention groups and control groups (systolic: t=1.92 p=0.10; diastolic: t=1.11, p=0.30). This findings show that the blood pressure significantly decreased after foot massage with lavender essential oil conducted. Also, the blood pressure significantly decreased compare to the control groups. As conclusion, foot massage with lavender essential oil is effective to decrease the blood pressure on hypertension.


(13)

Judul : Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Nama : Putri Safitri

NIM : 051101006

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009

__________________________________________________________________ Abstrak

Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul cukup dominan yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Terapi masase (pijat) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah dengan. teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy–eksperiment. Masase kaki dengan minyak esensial lavender dalam penelitian ini dilakukan secara teratur 20-30 menit selama 7 hari berturut-turut mulai dari tanggal 02 Agustus-18 Agustus 2009. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sample sebanyak 13 orang yang digenapkan menjadi 14 orang, sampel ini terbagi dalam 2 kelompok 7 orang kelompok intervensi dan 7 orang kelompok kontrol. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post intervensi. Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif dan inferensial. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji paired t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok intervensi berbeda antara pre-post masase kaki dengan minyak esensial lavender (sistolik: t=14.71, p=0.00; diastolik: t=7.52, p=0.00). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol (sistolik: t=1.92, p=0.10; diastolik: t=1.11, p=0.30). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah masase kaki dengan minyak esensial lavender secara teratur. Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa masase kaki dengan minyak esensial lavender efektif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(14)

Title : The Effectiveness of foot massage with lavender essential oil for decreasing the blood pressure of hypertensive people at Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Name : Putri Safitri

Nim : 051101006

Programme : Sarjana Keperawatan

Year : 2010

__________________________________________________________________ Abstract

The conditional of nature and people this time is very complex, so cause enough many health dominant problems, it is hypertension or high blood pressure. Therapy of massage is one of non-pharmacologist treatment to decreasing of high blood pressure. Purpose of this research to identify the effectiveness of foot massage with lavender essential oil for decreasing the blood pressure of hypertensive people at Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. The design of research used quasy experimental. Foot massage with lavender essential oil in this researched had been done regulary since Agustus 02nd to Agustus 18th 2009 for 20’ to 30’ in 7 times a week. Based of purposive sampling technique selected 13 respondens to 14 respondens cause respondens were divided into 2 groups where 7 respondens as an intervention groups and other 7 respondens as a control groups. The blood pressure of respondens was measured on pre and post foot massage with lavender essential oil for both groups and then the data was collected in the blood pressure observational sheet. The data was finally processed with statistical analysis by using descriptive and inferential statistics. The results by using paired t-test show that on the intervention groups, the blood pressure was different between pre and post foot massage with lavender essential oil (systolic: t=14.71, p=0.00 ; diastolic: t=7.52, p=0.00). Furthermore, by employing independent t-test visibles that the blood pressure was different between intervention groups and control groups (systolic: t=1.92 p=0.10; diastolic: t=1.11, p=0.30). This findings show that the blood pressure significantly decreased after foot massage with lavender essential oil conducted. Also, the blood pressure significantly decreased compare to the control groups. As conclusion, foot massage with lavender essential oil is effective to decrease the blood pressure on hypertension.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul, masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara maju yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi, walaupun di Indonesia peluang masyarakat menderita hipertensi belum sebesar negara maju namun ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan begitu saja (Dalimartha,2008).

Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa menyandang tekanan darah tinggi. Jumlah ini cenderung meningkat setiap tahunnya, di Inggris (UK) penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di Inggris (England) 34% pria dan 30% wanita menyandang tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmHg dan sedang menjalani pengobatan (Palmer, 2007).

Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian akibat hipertensi tetapi sudah ada penelitian metodologis yang dilakukan secara berbeda-beda oleh para ahli. Dari hasil penelitian diperkirakan bahwa penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8% - 2,86% dan sebagian yang lain menyatakan 8% - 10% (Dalimartha, 2008). Berdasarkan data yang diambil dari kantor kepala desa jumlah penduduk desa buntu bedimbar dusun XI yang berusia diatas 20 tahun berjumlah 546 jiwa.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dikenal dengan istilah silent killer karena gejalanya hanya sedikit, bahkan terkadang tanpa gejala (Palmer,


(16)

2007; Sheps, 2005). Hal ini yang menyebabkan sedikit sekali orang beranggapan bahwa kondisi ini mengancam jiwa. Padahal hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, demensia dan kematian prematur. Apabila tidak ditanggapi secara serius, umur penderitanya bisa diperpendek 10-20 tahun (Sheps, 2005).

Walaupun demikan, hipertensi masih kurang mendapat perhatian. Penyebab utamanya karena penyakit ini baru menunjukkan gejala setelah tingkat lanjut (Sheps, 2005). Hal ini yang menyebabkan pengobatan hipertensi belum mencapai hasil memuaskan, contohnya di Amerika Serikat keberhasilan terapi ini sampai tahun 1994 hanya sekitar 30 persen (Siswono, 2001).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis yaitu dengan obat-obat anti hipertensi atau secara non farmakologis yaitu dengan modifikasi gaya hidup atau bisa juga kombinasi dari kedua-duanya (Dekker, 1996). Pada saat obat anti-hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik (Dalimartha,2008). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan nonfarmakologi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi (Sneltzer & Bare, 2002).

Salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan hipertensi dengan terapi masase (pijat). Teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar (Dalimartha, 2008).


(17)

Pada kasus hipertensi terapi pijat melalui titik akupunktur memperkuat kembali energi tubuh dan raga yang sudah lemah. Akupunktur ini bekerja berdasarkan teori meridian yaitu qi (energi vital) dan darah yang bersirkulasi dalam tubuh melalui sistem saluran yang disebut meridian yang menghubungkan organ internal dengan eksternal. Dengan pemijatan, titik tertentu pada permukaan tubuh yang terletak dijalur meridian dirangsang sehingga aliran qi dan darah bisa diatur sehingga resiko penyakit hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir..

Woolfson dan Hewitt (1992) memperlihatkan bahwa masase kaki dengan minyak lavender yang dilakukan 2 kali seminggu selama 5 minggu pada pasien dengan penyakit koroner dapat menurunkan tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Penelitian ini memperlihatkan penurunan yang konsisten pada tekanan darah 50% dari jumlah sampel, frekuensi denyut jantung 91,6% dari jumlah sampel, rasa nyeri 50% dari jumlah sampel, dan pernapasan 75% dari jumlah sampel. Penelitian ini mendukung bahwasa masase dengan minyak esensial lavender memberikan manfaat yang besar.

Berdasarkan studi pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “ Bagaimana Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.


(18)

2. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana keefektifan masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

3.1 Untuk Mengetahui Tekanan Darah sebelum Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender

3.2 Untuk Mengetahui Tekanan Darah Setelah Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender

3.3 Untuk Mengetahui Perbedaan Tekanan Darah sebelum dan sesudah Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi:

4.1 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh intervensi mandiri perawat dalam penatalaksanaan hipertensi untuk membantu menurunkan tekanan darah dengan menggunakan masase minyak esensial lavender.


(19)

4.2 Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan medikal bedah dengan memberikan intervensi masase minyak esensial lavender untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

4.3 Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti manfaat masase minyak esensial dengan jenis masase dan jenis minyak esensial yang bebeda terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Tekanan darah

1.1.Pengertian tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmer, 2007). Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding elastis dan ketahanan yang kuat. Oleh karena itu, di dalam sistem itu di antara denyut jantung ada tekanan. Sementara itu Mary (2001) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam millimeter (mm) raksa (Hg) dimana tekanan yang terbentuk tersebut akan mendorong darah ke dinding-dinding pembuluh darah.


(21)

1.2.Pengukuran tekanan darah

Untuk mengontrol tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Brunner & Suddarth, 2001). Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Brunner & Suddarth, 2001).

Cara mengukur tekanan darah yaitu dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Brunner & Suddarth, 2001).


(22)

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Brunner & Suddarth, 2001).

1.3.Mekanisme pemeliharaan tekanan darah

Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung (Hayens, 2003). Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ (Hayens, 2003). Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).


(23)

Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam tubuh (Hayens, 2003). Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi kuat sehingga tekanan darah meningkat (Hayens, 2003; Sobel, 1998). Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti kortison, adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah (Hayens, 2003).

Sementara itu jantung juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang mensekresikan hormon natriuretik yang membantu mempertahankan pelebaran pembuluh darah sebagaimana mestinya. Arteri juga berfungsi mengontrol tekanan darah. Arteri terdiri dari pembuluh elastis mengalirkan darah ke seluruh organ-organ tubuh yang dapat membesar untuk meningkatkan suplai darah ke suatu organ, ataupun dapat berkontraksi untuk mengeluarkan darah dan menyebarkan ke tempat lain yang membutuhkan (Hayens, 2003).

Pada akhirnya, tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu, curah jantung dan resistensi perifer (Sobel, 1998). Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Frekuensi denyut jantung diatur oleh reseptor beta-1 yang dirangsang oleh saraf simpatis dan reseptor kolinergik yang diatur oleh saraf parasimpatis. Sedangkan, besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard yang dipengaruhi rangsang otonom dan alir balik vena ditentukan oleh daya regang vena sera volume cairan intravaskuler (Sobel, 1998).


(24)

Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol, dan elastisitas pembuluh darah (Ganiswara, 1995). Semakin banyak kandunagn protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit juga menyebabkan peningkatan viskositas. Begitu juga halnya pada panjangnya pembuluh darah, semakin panjang pembuluh darah maka semakin besar tahanan terhadap aliran darah (Sobel, 1998).

1.4.Gangguan tekanan darah

Pengaturan tekanan darah secara normal seperti yang dipaparkan sebelumnya sangatlah kompleks. Ketika jantung berdenyut, jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah dan tekanan darah meningkat. Ini disebut tekanan darah sistolik, yakni angka tekanan darah tertinggi. Pada saat jantung rileks (tidak berdenyut) tekanan darah jatuh ke tingkat terendah. Ini disebut tekanan darah diastolik, yakni angka terbawah (Mary, 2001). Hayens (2003) menyatakan bahwa pada 10 sampai 15 persen orang-orang dewasa, sistem regulasinya sering terjadi kelainan walaupun sedikit.

Ada dua macam gangguan tekanan darah yaitu tekanan darah meningkat terus-menerus yang disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi dan tekanan darah dibawah normal yang dapat memicu kelelahan yang disebut tekanan darah rendah atau hipotensi. Akan tetapi komplikasi yang terjadi pada penderita tekanan darah rendah tidak seberat tekanan darah tinggi (Hayens, 2003).


(25)

Oleh karena itu, penelitian ini hanya berfokus pada informasi tentang tekanan darah tinggi atau hipertensi.

2. Hipertensi

2.1.Pengertian hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2001). Ganong (1998) mengatakan bahwa hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik. Jadi tekanan di atas dapat di artikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003 ; Dekker, 1996).

Hipertensi terbagi menjadi beberapa jenis seperti hipertensi renal atau Goldblatt yang disebabkan kontriksi salah satu arteri ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah yang menetap (Ganong, 1998). Selain itu, kira-kira 20 persen penderita hipertensi mempunyai tekanan darah lebih tinggi di kantor dokter dibandingkan dengan aktivitas normal sehari-hari yang biasa disebut hipertensi jas putih. Pada 90 persen pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya biasa disebut menderita hipertensi esensial (Ganong, 1998; Sobel, 1998 ).


(26)

2.2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan peninggian tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg menurut pedoman Joint National Comitte on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC V) (1993) dibagi menjadi beberapa stadium.

Tabel. 1. Stadium Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 130-139 < 85-89

Stadium I (ringan) 140-159 90-99

Stadium II (sedang) 160-179 100-109

Stadium III (berat) 180-209 110-119

Stadium IV (sangat berat)

210 atau lebih 120 atau lebih

Diambil dari Joint National Comitte on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC V, 1993)

2.3.Respon penderita hipertensi

Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan keluhan-keluhan langsung, tetapi lama- kelaman dapat mengakibatkan berbagai penyakit (Dekker, 1996). Menurut Price dan Wilson (2005) bahwa perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan, dalam keadaan ini penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala yang spesifik selama bertahun-tahun. Kemudian apabila terjadi gejala pada penderita maka biasanya hanya bersifat non-spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing, tetapi masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna (Price&Wilson, 2005).


(27)

Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah, sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya, apalagi pada waktu olahraga berat (Hayens, 2003). Dapat dibayangkan semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan perdarahan (haemmorrhage) yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens, 2003).

Pada penderita hipertensi, faktor tekanan darah memegang peranan penting dalam menentukan boleh tidaknya berolahraga serta takaran dan jenis olahraga yang sesuai dengan kondisi penyakitnya (Hayens,2003). Hal ini sangat penting terutama pada penderita hipertensi berat yang dalam keadaan diam tekanan darahnya sudah sangat tinggi maka apabila bergerak atau melakukan aktifitas fisik yang berat dapat lebih meningkatkan tekanan darahnya sehingga dapat berakibat fatal (Hayens, 2003).

Untuk menghindari hasil penelitian yang bias maka penderita hipertensi tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi dan terapi lainnya sehingga sangat berbahaya bila dilakukan pada penderita hipertensi berat dan maligna.


(28)

2.4.Bahaya hipertensi

Hipertensi dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan pada organ tubuh, bahkan diseluruh dunia terjadi peningkatan kematian yang berhubungan dengan hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena penyakit hipertensi jika tidak segera disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah gagal jantung, stroke, juga gagal ginjal (Dekker, 1996).

Pada jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar di seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung (Ezzati et al., 2003 dalam Kaplan, 2006). Smith, Odel dan Kernohan (1950 dalam Kaplan, 2006) mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar yang disebabkan oleh hipertensi. Selain itu hipertensi merupakan faktor resiko ganda kejadian penyakit koroner, termasuk miocard infark, kematian tiba-tiba dan faktor resiko ketiga pada gagal jantung koroner (Kannel, 1996 dalam Kaplan, 2006).

Sementara itu pada otak, hipertensi merupakan penyebab terbesar penyakit stroke yaitu kira-kira 50 persen kasus (Gorelick, 2002 dalam Kaplan, 2006). Pada organ yang lain yaitu ginjal. Bidani & Griffin (2004 dalam Kaplan, 2006) mengatakan bahwa hipertensi mempunyai peran penting terhadap gangguan ginjal, dimana terlihat gejala proteinuria, menurunkan Glomerulus Filtrat Rate (GFR) hingga menyebabkan penyakit gagal ginjal. Dicurigai juga penyakit hipertensi dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan kematian yang berhubungan dengan hipertensi arterosklerosis (Agmon, Khandheria, Meissner et


(29)

al., 2002 dalam Kaplan, 2006). Dari pemaparan diatas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

2.5.Penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penataksanaan farmakologis atau penatalaksanaan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi dan penatalaksanaan non farmakologis atau penatalaksanaan tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi.

2.5.1. Penatalaksanaan farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat antihipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis, yaitu:

a. Diuretik

Diuretik adalah obat anti hipertensi yang efeknya mempengaruhi ginjal dengan memperlancar urine untuk meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air yang ada di dalam tubuh sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstra sel. Dengan demikian maka tekanan darah akan turun akibat berkurangnya curah jantung dan resistensi perifer berkurang serta diikuti oleh vasodilatasi perifer dan berkurangnya volume cairan interstitial yang mengakibatkan berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995).


(30)

b. Penghambat adrenergik (β-bloker)

Mekanisme kerja obat ini sebagai antihipertensi diperkirakan ada beberapa cara yaitu secara langsung mengurangi kegiatan memompa dari otot jantung dan mengurangi denyut jantung serta kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan curah jantung berkurang dan menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan jantung maka dengan demikian darah yang dialirkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh akan berkurang, akibatnya tekanan darah menurun (Ganiswara, 1995). Sedangkan cara lain yaitu dengan menghambat pelepasan norephinephrin melalui hambatan reseptor para sinaps dan menghambat sekresi renin melalui hambatan reseptor β1 di ginjal serta efek sentral yang dapat menurunkan tekanan darah (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995).

c. Vasodilator

Obat-obat untuk memperlebar pembuluh darah (vasodilator) dapat menurunkan tekanan darah secara langsung dengan mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar yaitu merelaksasikan otot-otot sehingga menurunkan resistensi perifer dan ada juga yang secara tidak langsung dengan merangsang kegiatan otak atau mempengaruhi jaringan syaraf untuk menurunkan tekanan darah (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995).

d. Penghambat enzim konversi angiotensin

(penghambat ACE)

Efek obat ini mengurangi pembentukan angiotensin sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi hormon yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air serta retensi kalium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Ganiswara, 1995).


(31)

e. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium merupakan salah satu golongan obat antihipertensi (Ganiswara, 1995). Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas), namun obat ini memilki efek samping yang mungkin muncul adalah batuk kering, pusing, sakit kepaladan lemas (Dalimartha, 2008).

Pada tahun 2002 di Amerika Serikat, kebanyakan resep obat digunakan untuk pengobatan hipertensi, yang jumlahnya lebih dari 200 juta resep (Woodwell & Cherry, 2004 dalam Kaplan, 2006). Berbagai jenis obat antihipertensi yang banyak digunakan, ditemukan bahwa resep obat yang terbanyak adalah obat diuretik diikuti dengan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors, β-bloker, dan Calcium Channel Blocker, kemudian Angiotensin Receptor Blockers dan yang terakhir α-blockers (Greving, Denig, & Van der Veen et al., 2004 dalam Kaplan, 2006).

Akan tetapi semua obat-obat diatas bertambah manfaatnya jika ditunjang oleh pengobatan nonfarmakologis ( modifikasi gaya hidup). Jadi bila tidak teliti dalam menaati ketentuan-ketentuan modifikasi gaya hidup yang telah diberikan, maka keseluruhan pengobatan itu tidak akan ada artinya (Dekker, 1996).

2.5.2. Penatalaksanaan non farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007). Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:


(32)

a. Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006). BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Dekker (1996) mengatakan bahwa hal ini dapat dilakukan dengan cara jangan makan terlalu banyak, karena berat badan yang berlebihan juga menambah jumlah keseluruhan darah. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007).

b. Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam /hari) (Kaplan, 2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi 1/2 sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007). Selain itu bisa juga dengan hitungan mengurangi makan garam menjadi < 2,3 gr natrium atau < 6 gr NaCl sehari (Ganiswara, 1995; pfizerpeduli.com).


(33)

c. Batasi konsumsi alkohol

Dalam hal ini membatasi konsumsi alkohol hingga tidak lebih dari 1 oz (30 ml) dari etanol ( contoh, 24 oz (720 ml) bir, 10 oz (300 ml) anggur, 2 oz (60 ml) 100 proof wiski)/hari pada pria dan tidak lebih dari 0,5 oz (15 ml) etanol/hari pada wanita dan tergantung berat badan setiap orang (Kaplan, 2006 ; Ganiswara, 1995). Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak minum minuman beralkohol.

d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Menurut rekomandasi dari JNC V diet tinggi kalium (mencukupi pemeliharaan serum K normal, asupan sebaiknya ≥ 60 mEq/hari) diperlukan oleh pasien hipertensi namun sebaiknya tidak direkomendasikan kepada pasien dengan hiperkalemik sebelum terapi (Sobel, 1998). Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006).

Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007). Diet kalsium yang lebih tinggi hal ini sangat baik terutama pasien hipertensi yang juga mempunyai resiko osteoporosis namun harus diperhatikan pada pasien yang memiliki penyakit batu ginjal kalsium (Sobel, 1998).


(34)

e. Menghindari merokok

Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi (Dalimartha, 2008). Seseorang yang menderita penyakit hipertensi memiliki efek yang lebih buruk dari rokok jika dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit hipertensi (Dekker, 1996 ; Ganiswara, 1995).

Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah (Sheps, 2005). Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok (pfizerpeduli.com).

f. Penurunan stress

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005). Perasaan gelisah dapat mengakibatkan ketegangan dan emosi terus menerus sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Usahakan dapat tidur dan beristirahat secukupnya untuk mempertahankan kondisi badan, karena tekanan darah menurun pada waktu tidur, lebih rendah dari pada waktu siang hari (Dekker, 1996). Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (pfizerpeduli.com).


(35)

g. Terapi masase (pijat)

Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

Penatalaksanaan yang telah dikemukakan diatas bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan mengurangi jumlah darah, mengurangi kegiatan jantung memompa, dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi halus sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun (Dekker, 1996).

2.6. Faktor resiko hipertensi

Ada empat faktor resiko utama yang tidak dapat diubah dan tidak dapat dikendalikan pada hipertensi.

2.6.1. Ras

Data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih tinggi dibangdingkan dengan yang berkulit putih. Diantara orang berusia 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih (Sheps, 2005).


(36)

Di Amerika Serikat, angka tertinggi untuk penyakit hipertensi adalah pada orang berulit hitam yang tinggal di negara-negara bagian sebelah tenggara.Pada golongan ini, hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda dibandingkan dengan orang berkulit putih, bahkan perkembanganyya cenderung lebih cepat dan menonjol (Sheps, 2005).

2.6.2 Usia

Seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi juga semakin meningkat. Meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Di antara orang amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65 tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi. (Sheps, 2005).

Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia dan hal ini merupakan fisiologis tubuh. Peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormon (Sheps, 2005).

2.6.3 Riwayat keluarga

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua menderita penyakit hipertensi maka sepanjang hidup anaknya akan mempunyai 25% kemungkinan menderita hipertensi. Jika kedua orang tua menderita penyakit hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita penyakit hipertensi menjadi 60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi pada orang yang kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa kasus-kasus tertentu ada komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).


(37)

2.6.4 Jenis kelamin

Hipertensi banyak diderita pada jenis kelamin laki-laki baik pada dewas awal maupun dewasa tengah. Namun, setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami menopause, hipertensi menjadi lebih lazim dijumpai pada wanita. Diantara penduduk Amerika yang berusia 18 tahun keatas, 34% pria dan 31% wanita berkulit hitam menderita penyakit hipertensi. Pada pria berkulit putih 25% dan pada wanita berkulit putih 21% menderita penyakithipertensi. Sedangkan pada keturunan Asia dan suku-suku di Kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria dan 8% wanita menderita penyakit hipertensi.

3. Masase

3.1.Pengertian masase

Masase disebut juga dengan pijatan yang berarti sentuhan yang dilakukan dengan sadar (Nanayakkara, 2006). Menurut Fallows dan Russel (2003), masase adalah hal yang dilakukan dengan rasa tenang dan rileks yang diikuti saling bercengkrama.

Sentuhan merupakan bahasa universal bagi umat manusia (Aslani, 2003). Sentuhan merupakan perilaku manusia yang azasi (Sanderson et al 1991) dan maknanya yang penting bagi kesehatan rohani serta jasmani sudah diteliti dengan baik (Montagu, 1986 dalam Price, 1997).


(38)

3.2.Manfaat masase

Masase merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Apabila seseorang mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus rileks maka akan muncul respon relaksasi (Meet, 1993 dalam Perry&Potter, 2005).

Menurut Price tahun 1997, masase secara luas diakui sebagai tindakan yang memberikan manfaat sebagai berikut:

3.2.1. Relaksasi

Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan kelelahan jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis mengalami penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya tekanan darah (Kaplan,2006).

3.2.2. Mengurangi nyeri

Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan inflamasi, dikarenakan masase meningkatkan sirkulasi baik darah maupun getah bening (Price, 1997).

3.2.3. Memperbaiki organ tubuh

Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ internal berdasarkan filosofi aliran energi meridian masase mampu memperbaiki aliran peredaran energi (meridian) didalam tubuh menjadi positif sehingga memperbaiki energi tubuh yang sudah lemah (Thie, 2007; Dalimartha, 2008).


(39)

3.2.4. Memperbaiki postur tubuh

Mendorong kepada postur tubuh yang benar dan membantu memperbaiki mobilitas (Price, 1997). Menurut George Goodheart (1960), otot yang tegang menyebabkan nyeri dan bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal sehingga postur tubuh mengalami perubahan, masase berfungsi untuk menstimulasi saraf otonom yang dapat mengendurkan ketegangan otot (Perry&Potter,2005).

3.2.5. Latihan pasif

Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan mengimbangi kurangnya latihan yang aktif karena masase meningkatkan sirkulasi darah yang mampu membantu tubuh meningkatkan energi pada titik vital yang telah melemah (Price, 1997; Dalimartha, 2008).

3.3.Faktor-faktor pertimbangan dalam masase

Menurut Price (1997), berbagai jenis gerakan bukan hanya bagian dari masase, yang sama pentingnya adalah cara bagaimana gerakan tersebut dilakukan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah tekanan, kecepatan, irama, durasi, frekuensi.


(40)

3.3.1. Tekanan

Ketika menggunakan keseluruhan tangan untuk mengurut suatu daerah yang luas, tekanan harus selalu dipusatkan di bagian telapak tangan. Jari-jari tangan harus dilemaskan sepenuhnya karena tekanan jari tangan pada saat ini tidak menghasilkan relaksasi yang diperlukan. Tekanan telapak tangan hanya boleh diberikan ketika melakukan gerakan mengurut ke arah jantung dan harus dihilangkan ketika melakukan gerakan balik (Price, 1997).

3.3.2. Kecepatan

Sampai taraf tertentu kecepatan gerakan masase bergantung pada efek yang ingin dicapai. Umumnya, masase dilakukan untuk menghasilkan relaksasi pada orang yang dipijat dan frekuensi gerakan masase kurang lebih 15 kali dalam semenit (Price, 1997).

3.3.3. Irama

Gerakan yang tersentak-sentak tidak akan menghasilkan relaksasi sehingga kita harus berhati-hati untuk mempertahankan irama yang tidak terputus-putus (Price, 1993).

3.3.4. Durasi

Durasi atau lamanya suatu terapi masase bergantung pada luasnya tubuh yang akan dipijat. Rangkaian masase yang dianjurkan berlangsung antara 5 sampai 15 menit dengan mempertimbangkan luas daerah yang dipijat (Price, 1997).


(41)

3.3.5. Frekuensi

Price (1997) mengemukakan, umumnya diyakini bahwa masase paling efektif jika dilakukan tiap hari, beberapa peneliti mengemukakan bahwa terapi masase akan lebih bermanfaat bila dilakukan lebih sering dengan durasi yang lebih singkat. Menurut Breakey (1982) yang dikutip oleh Price (1997), masase selama 10 menit harus sudah menghasilkan relaksasi.

3.4.Kontraindikasi masase terhadap hipertensi

Kontraindikasi masase sangat bergantung pada tipe keadaan yang diderita pasien (Price, 1997). Ketika seseorang mengalami hipertensi, tekanan yang berlebihan merupakan usaha yang bertentangan terhadap dinding pembuluh darah. Suatu aktivitas yang mungkin meningkatkan tingginya tekanan intra-vascular yang beresiko membuat ruptur pembuluh darah. Salah satu efek fisiologis dari pijat, terutama pada daerah yang dipijat, hal ini merupakan aktivitas yang mampu meningkatkan sirkulasi darah. Peningkatan sirkulasi darah dapat meningkatkan tekanan intra-vascular. Ini adalah alasan di balik yang diwaspadai terapi masase dengan klien hipertensi (Cutler, 2007).

Meskipun banyak terapis masase yang mematuhi kontraindikasi, terdapat banyak bukti yang bertentangan. Banyak bukti menunjukkan bahwa pijat dapat mengurangi tekanan darah, salah satunya adalah para peneliti dari Touch Research Institute, University of Miami School of Medicine dan Nova Southeastern University awal tahun 1999 di Florida dilakukan studi tekanan darah tinggi dan gejala terkait telah dikurangi dengan pijat. Dalam studi ini, para peserta dengan hipertensi yang dikontrol secara acak ditugaskan ke salah satu grup terapi


(42)

masase (pijat) atau grup relaksasi progresif. Hasil menunjukkan bahwa kedua kelompok telah mengalami penurunan tingkat kecemasan dan tingkat depresi, namun hanya grup terapi pijat yang menunjukkan penurunan tekanan darah diastol dan sistol serta tingkat cortisol-stress hormone.

3.5.Masase pada kaki

Menurut Aslani (2003), melakukan masase pada otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah varises. Pada saat melakukan masase pada otot-otot kaki maka tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung. Masase pada kaki diakhiri dengan masase pada telapak kaki yang akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi.

Pemijatan ini dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu, adapun langkah yang harus dilakukan menurut Aslani (2003) adalah sebagai berikut:

3.5.1 Menyediakan tempat yang nyaman

Lingkungan tempat masase harus membuat suasana rileks dan nyaman, pemijat harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, penerangan yang cukup, permukaan tempat masase yang rata dan nyaman jika diperlukan gunakan karpet dengan busa karet agar menambah suasana nyaman pada klien.


(43)

3.5.2 Menyeimbangkan diri

Ketenangan dan kenyamanan diri adalah hal yang penting jika ingin memberikan pijatan yang baik. Kenakan pakaian yang tidak membatasi gerak saat memijat, rilekskan diri dengan meletakkan kedua tangan dibawah pusar dan rasakan hangat tangan masuk memasuki daerah pusar kemudaian bukalah mata perlahan-lahan.

3.5.3 Effleurage

Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan saat memulai dan mengakhiri masase, gerakan bertujuan untuk meratakan minyak esensial dan menghangatkan otot agar lebih rileks.

3.5.4 Masase pada klien

Setelah persiapan diatas dilakukan maka klien telah siap untuk dilakukan masase (pijat). Prosedur masase ini dilakukan dengan posisi berbaring dengan menutup bagian klien dengan handuk besar mulai dari pinggang sampai kaki. Teknik pelaksanaan masase ini terdapat dalam lampiran.

4. Minyak esensial

4.1.Defenisi minyak essensial

Minyak essensial merupakan hasil sulingan ekstrak tanaman biasanya juga disebut sebagai minyak atsiri (Price, 1997; Agusta, 2000). Tanaman dan ekstraknya sudah digunakan dalam waktu yang sudah cukup lama untuk


(44)

meringankan rasa nyeri, membantu penyembuhan, membunuh kuman dan juga untuk memulihkan serta mempertahankan kesehatan tubuh.

Minyak essensial dapat digunakan pada jaringan hidup tanpa menimbulkan banyak efek samping yang berbeda dengan obat-obatan sintetik yang membuat tubuh manusia harus beradaptasi terhadap efek yang ditimbulkan sehingga harus terus menerus menambah takaran dosisnya, hal seperti ini tidak pernah terjadi pada pemakaian minyak essensial (Valnet, 1980 dalam Price,1997).

4.2. Sifat terapeutik minyak esensial

Alasan mendasar yang menyebabkan beranekaragamnya konsepsi dan aplikasi minyak esensial terletak pada sifat substansi aromatik minyak itu sendiri. Dengan mudahnya substansi minyak esensial tersebut menembus kulit, adanya kemampuan untuk mempengaruhi pikiran melalui dampaknya yang sangat kuat terhadap indera pembau dan karena sifat farmakologisnya yang multipel (Pénoël, 1993 dikutip oleh Price, 1997).

Hal yang terpenting yang menjadi alasan minyak esensial disukai karena aromanya yang menyenangkan bahkan banyak sekali digunakan dalam keperluan rumah tangga (contohnya lavender dan lemon) dan jauh lebih aman bila dibandingkan dengan pemakaian karbol. Aromanya memberikan efek positif kepada orang yang menggunakannya (Price, 1997). Minyak dari tanaman ini mempunyai kemampuan antiinflamasi, antiseptik, analgesik, perangsang selera makan, perangsang sirkulasi, sedatif dan lain sebagainya (Schilcher, 1985).


(45)

4.2.1. Antiseptik dan antibiotik

Minyak essensial memiliki kerja dan efek yang multipel, misal jika digunakan untuk pengobatan infeksi respiratorius minyak essensial tidak hanya bersifat antiseptik tetapi juga mukolitik, antiinflamasi (Durrafourd, 1987 dikutip oleh Price, 1997). Minyak essensial terutama berkhasiat sebagai antiseptik karena agresivitasnya terhadap kuman-kuman mikrobial diimbangi oleh keamanan pemakaiannya mengingat minyak essensial tidak berbahaya bagi jaringan tubuh (Valnet, 1980).

Penggunaan minyak essensial merupakan cara yang tepat untuk menghindari timbulnya resistensi pada mikroba seperti yang dialami oleh pemakaian antibiotik karena minyak essensial membunuh secara selektif strain kuman yang resisten (Pellecuer et al, 1974 dikutip oleh Price 1997).

Pemakaian minyak essensial sebagai sarana yang menyenangkan dan efektif untuk desinfeksi udara dalam ruangan tertutup sehingga ideal untuk digunakan dalam kamar pasien,unit luka bakar, resepsionis, ruang tunggu dan lainnya (Kelner&Kober, 1956 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.2. Analgesik

Banyak minyak essensial memiliki sifat analgesik hingga derajat tertentu dan mengapa terjadi demikian tampaknya belum ada keterangan yang dapat menjelaskannya mengingat nyeri merupakan masalah yang rumit. Sifat analgesik ini diperkirakan terjadi sebagai akibat efek antiinflamasi, sirkulasi serta detoksifikasi dan akibat efek anastesi dari jenis minyak essensial itu sendiri (Price, 1997).


(46)

Kasus yang ditangani oleh Jeannie membuktikan bahwa lavender bersifat stimulan, pengatur keseimbangan, sedatif dan antibakterisida yang dapat digunakan sebagai penurun nyeri pada pasien kanker (Price, 1997).

4.2.3. Antiinflamasi

Minyak Lavandula angustiofolia dan Chamomilia recucita banyak dipakai untuk mengatasi inflamasi ringan seperti luka bakar akibat sengatan matahari, gigitan serangga; hal ini diakui oleh banyak orang yang telah menggunakannya (Jakvlev et al, 1983 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.4. Antitoksik

Minyak chamomile ternyata dapat menghilangkan keaktifan toksin yang dihasilkan oleh bakteri, hal ini dibuktikan dengan jumlah minyak yang bisa diperoleh melalui penyulingan 0,1 gram chamomile sudah cukup untuk menghancurkan toksin stafilokokus dalm waktu 2 jam dan terhadap toksin streptokokus lebih sensitif lagi (Weiss, 1988 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.5. Pengatur Keseimbangan

Minyak essensial yang digunakan sebagai aromaterapi memiliki manfaat luar biasa untuk mengatur keseimbangan. Minyak essensial merupakan campuran kompleks dari berbagai konstituen alami yang sebagian diantaranya bersfat stimulan sementara sebagian yang lainnya sedatif sehingga satu minyak essensial bisa saja memperlihatka efek sedatif dan efek stimulan pada keadaan lainnya. Efek ini dikenal sebagai adaptogenik. Minyak hawthorn berries dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah namun dapat digunakan pula untuk menaikkan tekanan darah (Maybey, 1988 dikutip oleh Price, 1997).


(47)

4.2.6. Hormonal

Beberapa minyak essensial memiliki kecenderungan untuk menormalkan sekresi hormonal dan kerjanya ini dipeerkirakan terjadi secara langsung atau lewat hipofise (Franchomme&Pénoël, 1990 dikutip oleh Price, 1997). Kerja yang mirip hormon ini dari ekstrak tanaman dilaporkan tidak memiliki efek samping. Minyak essensial yang bersifat hormonal yaitu pinus, geranium, rosemary, sage, savory yang merangsang korteks kelenjar adrenal (Price,1997).

4.2.7. Lain-lain

Minyak essensial mempunyai banyak manfaat lainya seperti deodoran, digestif, diuretik, imunostimulan, sedatif, spsmolitik,penghasil energi, hiperaemik, insektisida (Price,1997). Selain memiliki banyak manfaat aromaterapi juga memiliki efek yang tidak diinginkan apabila digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu efek samping yang terjadi biasanya disebabkan oleh karena penyalahgunaan miyak essensial misalnya digunakan untuk menggugurkan kandungan (Agusta, 2000).

4.3.Cara penggunaan minyak esensial

Ada banyak cara penggunaan dalam pemakaian minyak esensial, baik pemakaian melalui interna atau eksterna. Pemakaian melalui interna yaitu melalui oral dan pemakaian melalui eksterna yaitu dengan cara masase, rendaman, kompres dan inhalasi (Agusta, 2000).


(48)

4.4.Cara kerja minyak esensial

4.4.1. Absorpsi melalui kulit

Berdasarkan kerutannya dalam lipid yang ditemukan di dalam stratum korneum, minyak essensial dianggap mudah diserap. Penyerapan senyawa ini berlangsung ketika senyawa ini melewati lapisan epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe serta darah,kelenjar keringat, saraf, serta masuk kedalam aliran darah dan menuju kesetiap sel tubuh untuk bereaksi (Price, 1997).

4.4.2. Pemberian melalui nasal

Jika minyak essensial dihirup, molekul-molkul yang ada pada minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pda langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus yang menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Ketika molekul minyak tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu memori dan emosional yang lewat hipotalamus bekerja sebaagi pemacar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak yang lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh (Stodart, 1990 dikutip oleh Price,1997).


(49)

4.4.3. Pemakaian topikal

Pemakaian topikal berarti ‘pengolesan minyak esensial yang bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Terapi dengan masase menggunakan gerakan rutin yang teratur untuk mencapai tujuan yang spesifik, misalnya relaksasi. Para terapis aroma yang profesional kebanyakan menggunakan minyak esensial dengan masase (Price, 1997).

4.5.Minyak esensial lavender

Tanaman lavender yang sejati dan tumbuh dari biji yang disebut dengan nama Lavandula angustifolia Miller yang kandungan utamanya adalah alkohol dan ester. Mencium bau minyak esensial dapat mempengaruhi emosi dan perasaan terutama jika pemakaian minyak esensial dilakukan dengan masase maka akan mencapai efek relaksasi sepenuhnya. Minyak esensial lavender memiliki banyak khasiat yaitu :

4.5.1. Efek keseimbangan yang luar biasa pada sistem saraf pusat karena mampu menurunkan depresi, insomnia, histeria dan bersifat relaksan (Durrafourd, 1982).

4.5.2. Tidak terdapat iritasi atatu sensitisasi dengan pengenceran 16% ketika diujikan pada manusia karena lavender hanya mengandung 2% aldehid yang dikhawatirkan dapat menyebabkan efek iritasi dan sensitisasi (Opdyke, 1976).


(50)

4.5.3. Menurunkan ansietas, hipertensi, depresi, agitasi, iritabilitas, nyeri, ketegangan otot; hal ini disebabkan karena lavender memiliki kandungan ester yang tinggi (40%-55%)yang dipercaya memiliki sifat menenangkan dan bekerja dengan lembut serta tidak bersifat toksik (Price , 1997).

4.6.Hubungan penggunaan masase dengan minyak esensial

Price (1997) mengemukakan, kualifikasi masase sebaiknya dipisahkan dengan kualifikasi terhadap minyak esensial untuk mencegah timbulnya kesalahpahaman mengenai makna minyak essensial itu sendiri. Terapi masase dengan menggunakan minyak esensial semakin banyak dilakukan di rumah sakit yang ada di Inggris sehingga manfaatnya bukan hanya bertambah tetapi juga efeknya sendiri akan bertahan lebih lama karena khasiat terapeutik yang dihasilkan oleh komponen minyak esensial. Pemilihan jenis minyak yang akan digunakan dapat menghasilkan kadar energi yang meningkat, efek samping obat berkurang, keluhan yang dapat diringankan (Price, 1997).

Bagaimanapun juga, tujuan utama perawat dan aromatologis melakukan masase sederhana dengan minyak esensial adalah untuk memudahkan penetrasi minyak tersebut pada kulit. Perawat membutuhkan pengetahuan mengenai beberapa teknik masase sederhana yang menjadi aset yang sangat berharga dan hanya memberikan manfaat kepada mereka yang memerlukan perawatan (Price, 1997).


(51)

5. Teori meridian (aliran energi)

Di indonesia, pijat telah menjadi warisan leluhur dan terdapat kesamaan antara titik pijat di Indonesia dengan titik akupuntur yang ada di Cina. Pijat erat kaitannya dengan akupuntur, hal ini dikarenakan dalam memijat titik yang digunakan adalah titik akupunktur. Pijat bekerja berdasarkan 3 hal yaitu energi vital ( qi ), meridian, titik pijat/akupunktur (Dalimartha, 2008).

Meridian adalah saluran energi yang terletak dalam jaringan dan organ tubuh (Thie, 2007; Dalimartha, 2008). Meridian digolongkan sebagai yin dan yan berdasarkan alirannya pada permukaan tubuh, meridian-meridian ini saling berhubungan di dalam tubuh namun yang dilakukan disini hanyalah yang berada dibagian permukaan tubuh dan dapat dicapai melalui teknik sentuhan (Thie, 2007). Pada umunya energi yin mengalir dari kaki ke arah kepala dan energi yan mengalir dari kepala ke kaki (Thie, 2007).

Qi (energi vital) merupakan materi dasar yang dibentuk oleh nutrisi dan pengaruh lingkungan (Dalimartha, 2008). Qi disebut juga dengan energi daya gerak atau energi universal yang dianggap sebagai napas kehidupan yang dihembuskan Tuhan kepada manusia (Thie, 2007).

Titik pijat/akupunktur adalah tempat berkumpulnya energi vital, kedudukan titik pijat berada pada sejumlah jalur meridian yang utama, ada 14 jalur meridian yang utama(Dalimartha, 2008; Thie, 2007). Pemijatan pada titik tertentu di permukaan tubuh yang terletak dijalur meridian dirangsang, sehingga aliran qi dan darah bisa diatur, dengan demikian penyakit yang mengganggu dapat disingkirkan (Dalimartha, 2008).


(52)

Aliran meridian bersifat berkesinambungan atau alirannya tidak terputus-putus agar energi mengalir dari satu meridian ke meridian lainnya dalam urutan yang teratur (Thie, 2007). Oleh karena itu, pemijatan yang dilakukan tangan sama sekali tidak boleh diangkat karena akan memutuskan aliran pijat sebagai satu kesatuan yang utuh, tangan harus selalu menyentuh tubuh dalam semua gerakan maju mundur yang dilakukan secara berurutan (Price, 1997).

Prinsipnya, pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi didalam tubuh sehinga gangguan penyakit hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir (Dalimartha, 2008). Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan (Dalimartha, 2008).


(53)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini disusun berdasarkan teori Meridian (aliran energi). Pemijatan dilakukan menurut teori meridian, qi (energi vital) mengalir keseluruh tubuh lewat 14 saluran meridian yang mengatur seluruh fungsi fisik dan mental. Dua kekuatan yin dan yan harus seimbang agar aliran qi tidak terganggu. Meridian atau lorong energi tersebar dalam jaringan dan organ tubuh. Pada penyakit hipertensi terapi pijat bersifat memperkuat kembali energi tubuh dan raga yan sudah lemah.

Pada penderita hipertensi, terjadi peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003). Untuk menangani kondisi hipertensi dibutuhkan beberapa bentuk penatalaksanaan, salah satunya dengan cara penatalaksanaan non farmakologi (Kaplan, 2006). Penderita hipertensi dapat melakukan pengobatan non-farmakologi dengan mengubah pola atau gaya hidup (Dalimartha, 2008). Salah satu penatalaksanaan non-farmakologis hipertensi adalah masase dengan minyak esensial lavender.

Masase merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom, apabila masase dipersepsikan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan mucul respon relaksasi sedangkan aroma lavender akan menstimulus serat perifer melalui saraf olfaktorius yang kemudian dipersepsikan oleh otak sebagai efek yang menenangkan.


(54)

Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan melakukan masase dengan minyak esensial lavender pada kaki selama 20 - 30 menit. Sebelum dilakukan intervensi maka akan dilakukan pengukuran tekanan darah (pre-test) pada kelompok kemudian tekanan darah diukur kembali sesudah dilakukan intervensi (post-test).

Dari uraian tersebut maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Penelitian Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.

2. Defenisi operasional

2.1 Tekanan darah

Tekanan darah dalam penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri brachialis yang terdiri dari tekanan sitolik dan tekanan diastolik dengan kategori tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg pada penderita hipertensi ringan, dan tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg pada penderita hipertensi sedang yang diukur dengan sphygmomanometer dan stetoskop pada saat sebelum dan sesudah diberikan intervensi, kemudian hasil pengukuran tekanan darah disajikan dalam bentuk lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg dan dengan skala interval.

Tekanan Darah Pre dan Post Masase dengan

minyak esensial lavender pada kaki Penderita


(55)

2.2 Masase kaki dengan minyak esensial

Masase yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masase yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: menyediakan tempat yang nyaman, menyeimbangkan diri, effleurage, masase pada klien. Gerakan masase dimulai dari kaki bagian belakang lalu bagian depan dan diakhiri dengan masase bagian telapak kaki. Masase dilakukan selama 20 – 30 menit, 7 kali selama 1 minggu. Perlakukuan masase ini akan dilaksanakan oleh asisten peneliti yaitu seorang yang berprofesi sebagai pemijat (Masseur) yang telah lulus pelatihan masase.

3. Hipotesa penelitian

3.1Ada perbedaan penurunan tekanan darah pre dan post masase kaki dengan minyak esensial lavender.

3.2Ada perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah gagal menolak hipotesa Ha dan menolak hipotesa H0.


(56)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan Quasy–Eksperiment yaitu rancangan yang berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental (Nursalam, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada penelitian ini minyak esensial yang diberikan adalah aroma lavender. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2. Rancangan Penelitian

Subjek Pre Intervensi Post

K-A K-B

O O

I1 I2

O-A O-B

Diambil dari (Nursalam, 2003) Keterangan :

K-A : Subjek intervensi I1-I2 : Intervensi K-B : Subjek kontrol O-A : Observasi setelah intervensi O : Observasi sebelum intervensi O-B : Observasi setelah kontrol


(57)

Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok ekperimen yang diberikan intervensi. Pada kelompok (K-A) diberikan masase kaki dengan minyak esensial lavender (I1), masase pada kelompok intervensi dilakukan oleh (masseur) dan pada kelompok kontrol (K-B) diberikan pendidikan kesehatan tentang cara penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi (I2). Pada kelompok diawali dengan pre-test (O) untuk mengetahui tekanan darah sebelum diberikan intervensi. Kemudian kelompok diberikan intervensi, setelah itu akan dilakukan kembali post-test untuk mengetahui penurunan tekanan darah (O-A dan O-B).

2. Populasi dan sampel

2.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang dengan kategori ringan (tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg) dan sedang (tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 100-109 mmHg) yang merupakan warga Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2.2.Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).


(58)

Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan tabel power analyze karena jumlah populasi belum diketahui dengan mengggunakan efek size 0,80; level of significant(α) 0,05; dan power of test 0,80. Dari tabel power analyze ditetapkan jumlah sampel minimal 13 orang yang digenapkan menjadi 14 orang. Kemudian 14 orang ini akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 7 orang untuk kelompok intervensi dan 7 orang untuk kelompok kontrol.

Kriteria yang akan digunakan adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Adapun kriteria yang akan digunakan :

2.2.1.Penderita hipertensi ringan dan sedang berdasarkan hasil rata- rata pengukuran tekanan darah yag dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak antara pengukuran minimal 2 minggu (Luckmann & Sorensen’s, 1993).

2.2.2.Tidak merokok dan tidak minum alkohol.

2.2.3.Tidak sedang mengonsumsi obat anti hipertensi selama intervensi dilakukan dan tidak dalam terapi pengobatan yang lain baik farmakologis maupun nonfarmakologis. 2.2.4.Pria/ Wanita dewasa berusia sekitar 25-60 tahun

2.2.5. Bersedia untuk dimasase pada bagian kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender, 7 kali selama 1 minggu sesuai dengan jadwal.


(59)

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena masyarakat di lokasi ini masyarakat sering melakukan terapi non-medis dalam mengatasi masalah penyakitnya, jauh dari pusat kesehatan dan lokasi ini merupakan daerah yang terjagkau dari tempat tinggal peneliti sehingga dapat memudahkan peneliti dalam memantau keadaan kelompok penderita hipertensi agar intervensi dalam penelitian ini dapat dilakukan sesuai jadwal. Dengan pertimbangan waktu maka untuk penelitian ini dibatasi hanya dalam jangka waktu 2 minggu yaitu bulan Juli-Agustus 2009. 4. Pertimbangan etik

Penelitian ini mempertimbangkan etik penelitian yaitu dengan terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan persetujuan dari responden yang diikuti dengan penjelasan tentang tujuan, manfaat serta cara mengaplikasikannya.

Responden yang bersedia maka diperkenankan untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed consent) namun bagi responden yang tidak bersedia maka berhak untuk menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati keputusan responden. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Lembar persetujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(60)

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang pertama berisi tentang data demografi dan bagian yang kedua berisi lembar observasi tekanan darah untuk responden yang dapat dilihat pada lampiran 2.

5.1.Data demografi

Data demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pekerjaan/aktivitas, suku bangsa. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

5.2.Lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi

Hasil pengukuran tekanan darah pre dan post intervensi disajikan dalam bentuk lembar observasi pada masing-masing kelompok dengan skala mmHg yang dapat dilihat pada lampiran 3 dengan tujuan untuk melihat efektivitas masase terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Lembar obsesrvasi tekanan darah pre dan post dapat dilihat pada lampiran.

6. Prosedur pengumpulan data.

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

6.1.Meminta surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU untuk dipublikasikan kepada camat atau Lurah di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar sebagai bukti penelitian didaerah tersebut.


(61)

6.2.Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, kriteria identifikasi hipertensi ini terdapat dalam lampiran. 6.3.Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur penelitian kepada calon

responden

6.4.Mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria penelitian dijadikan sebagai kelompok eksperimen.

6.5.Memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada kelompok responden.

6.6.Mengisi kuesioner data demografi responden dengan melakukan wawancara pada responden.

6.7.Mengukur tekanan darah sebelum melakukan masase (pre test) pada kelompok dengan sphygmomanometer dan stetoskop hingga diperoleh tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Hal ini dilakukan setiap akan melakukan intervensi kepada responden.

6.8.Melakukan masase kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender selama 20 - 30 menit dengan frekuensi 7 kali selama 1minggu pada kelompok. Kelompok mengikuti kegiatan hingga akhir penelitian. Pada kelompok intervensi semua responden harus terpenuhi jadwal masase dari awal sampai akhir yaitu 7 kali dalam seminggu dan bila tidak bisa masase pada jadwal yang telah ditentukan maka responden tersebut menggantinya pada hari yang lain


(62)

diluar jadwal wajib. Kegiatan intervensi dilakukan di rumah setiap warga yang bersedia untuk menjadi respoden di Dusun XI.

6.9.Mengukur kembali tekanan darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada akhir minggu setelah selesai intervensi (post test) dengan cara yang sama sebelum intervensi.

6.10. Data yang diperoleh akan dikumpul untuk dianalisa. 7. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua data satu persatu yakni nama dan identitas serta data responden serta hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan intervensi masase kaki dan sesudah dilakukan masase kaki selama 1 minggu. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi penderita hipertensi, tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi dalam bentuk tabel.

Statistik inferensial digunakan untuk mengetahui penurunan tekanan darah pre dan post masase kaki dengan minyak esensial lavender adalah uji statistik paired sample t-test sedangkan perbedaan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kontrol di uji dengan menggunakan uji satistik independent t-test.


(63)

Menurut Wahyuni (2008) dari uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (misalnya adanya perbedaan mean). Kesimpulan hasinya didinterpretasikan dengan membandingkan niali p dan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya adalah Ha ditolak.

Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, yaitu terdapat efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.


(64)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai efektivitas masase kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Dusun XI Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1. Hasil penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 02 Agustus 2009 sampai 18 Agustus 2009. Penelitian ini melibatkan sejumlah 14 orang responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 7 orang responden kelompok intervensi sedangkan 7 responden yang lain adalah sebagai kelompok kontrol yang dilakukan pendidikan kesehatan tentang cara penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tekanan darah responden pre dan post masase kaki dengan minyak esensial lavender, perbedaan tekanan darah pre dan post masase kaki dengan minyak esensial lavender, dan perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

1.1.Karakteristik demografi responden

Responden penelitian ini seluruhnya berada pada rentang usia 25-60 tahun yang merupakan usia dewasa akhir (M=52.43, SD=7.51), lebih dari setengah responden (57.1%) pada kelompok intervensi berada pada rentang usia 44 - 53 tahun dan lebih dari setengah responden (57.1%) dari kelompok kontrol hampir berada pada rentang usia 54 - 60 tahun.


(1)

Tekanlah dengan sisi luar telapak tangan membuat lingkarana secara bergantian mulai dari atas lutut hingga pangkal paha dan mendorong otot. Dengan keedua tangan pijatlah kebawah pada sisi kaki hingga ke pergelangan kaki. Kemudian remas bagian dorsum dan plantaris kaki dengan kedua tangan sampai ke ujung jari. Ulangi pada kaki kiri.


(2)

4. Masase pada telapak kaki

Letakkan alas yang cukup besar dibawah kaki klien, lalu tangkupkan telapak tangan kita di sekitar sisi kakii kanannya. Rilekskan jari-jari serta gerakkan tanga kedepan dan kebelakang dengan cepat. Ini akan membuat kaki rileks.

Biarkan tangan tetap memegang bagaina atas kaki. Geser tangan kiri kebawah tumit kaki, dengan lembut tarik kaki ke arah pemijat mulai daeri tumit. Dengan gerakan oval putar kaki beberapa kali kesetiap arah.


(3)

Pegang kaki pasangandengan ibu jari kita berada di atas dan telunjuk di bagian bawah. Kemudian dengan menggunakan ibu jari, tekan urat-urat otot mulai dari jaringan antara ibu jari dan telunjuk kaki. Tekan diantara urat-urat otot dengan ibu jari. Ulangi gerakan ini pada tiap lekukan.

Pegang tumit kaki klien dengan tangan kanan, gunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pemijat untuk menarik kaki dan meremas jari kaki. Pertama, letakkan ibu jari pemijat diatas ibu jari kaki dan telunjuk dibawahnya. Lalu pijat dan tarik ujungnya, dengan gerakan yang sama pijat sisi-sisi jari. Lakukan gerakan ini pada jari yang lain.


(4)

5. Effleurage

Untuk mengakhiri dan menyeimbangkan energi kaki, letakkan tangan kiri pemijat diatas kaki klien dan tangan kanan dibawahnya. Tarik tangan kiri pemijat mundur hingga ke jari-jari kaki dan dorong tangan kanan ke arah atas kaki dengan usapan yang tak terputus.


(5)

Jadwal Masase

Jam

Responden

Waktu

tiap sekali

masase

(menit)

Waktu Tahapan Masase (menit)

Effleurage

Masase

kaki

Effleurage

14.00-14.20

1

20

5

10

5

14.30-14.50

2

20

5

10

5

15.00-15.20

3

20

5

10

5

15.30-15.50

4

20

5

10

5

16.00-16.20

5

20

5

10

5

16.30-16.50

6

20

5

10

5


(6)

Riwayat Hidup

Nama

: Putri Safitri

Tempat/Tanggal Lahir

: Medan, 14 September 1986

Alamat

: Jl. Btg. Kuis Gg. Amal No.101 Tg. Morawa 20362

Riwayat Pendidikan

:

1. 1991-1992

: TK. Bhayangkara Tanjung Morawa

2. 1992-1998

: SD.Negeri 08079 Medan

3. 1998-2001

: MTsN Tanjung Morawa

4. 2001-2004

: SMA Negeri 2 Medan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Stigma Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 123 126

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

PENGARUH PEMIJATAN TUNGKAI DAN KAKI DENGAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN Pengaruh Pemiijatan Tungkai Dan Kaki Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.

0 3 14

PENGARUH PEMIIJATAN TUNGKAI DAN KAKI DENGAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN Pengaruh Pemiijatan Tungkai Dan Kaki Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.

1 6 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pemiijatan Tungkai Dan Kaki Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.

0 2 5

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pemiijatan Tungkai Dan Kaki Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.

1 5 4

PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA PENELITIAN PRE EKSPERIMENTAL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 4 132

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI (Di Desa Plandi Dusun Parimono Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 103

PENGARUH MASASE KAKI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA

0 0 91

EFEKTIVITAS SIMPLISIA ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PEKIRINGAN KECAMATAN KARANGMONCOL PURBALINGGA

0 0 15