meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu rangsangan nyeri nosiseptif
1,3
Enzim siklooksigenase COX adalah suatu enzim yang mengkatalisis sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari
enzim COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif analgesia, antiinflamasi
maupun yang negatif ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan. Aktifitas COX dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu ubiquitously dan
constitutive yang diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan inflamasi COX-2. COX-1 terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim ginjal dan
platelet. Enzim ini penting dalam proses homeostatik seperti agregasi platelet, keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi ginjal. Sebaliknya, COX-2 bersifat
inducible dan diekspresikan terutama pada tempat trauma otak dan ginjal dan menimbulkan inflamasi, demam, nyeri dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang
transien di medulla spinalis dalam merespon inflamasi pembedahan mungkin penting dalam sensitisasi sentral
.
1,3,27
.
2.6 KLASIFIKASI NYERI
Kejadian nyeri memiliki sifat yang unik pada setiap individual bahkan jika cedera fisik tersebut identik pada individual lainnya. Adanya takut, marah,
kecemasan, depresi dan kelelahan akan mempengaruhi bagaimana nyeri itu dirasakan. Subjektifitas nyeri membuat sulitnya mengkategorikan nyeri dan
mengerti mekanisme nyeri itu sendiri. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasi nyeri adalah berdasarkan durasi akut, kronik,
patofisiologi nosiseptif, nyeri neuropatik dan etiologi paska pembedahan, kanker
1,3
.
2.6.1 Nyeri Akut dan Kronik
Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas resting stimulus istirahat.
Nyeri akut ini dialami segera setelah pembedahan sampai tujuh hari
2
. Sedangkan nyeri kronik bisa dikategorikan sebagai malignan atau nonmalignan yang dialami
Universitas Sumatera Utara
pasien paling tidak 1 – 6 bulan. Nyeri kronik malignan biasanya disertai kelainan patologis dan indikasi sebagai penyakit yang life-limiting disease seperti kanker,
end-stage organ dysfunction, atau infeksi HIV. Nyeri kronik kemungkinan mempunyai baik elemen nosiseptif dan neuropatik. Nyeri kronik nonmalignan
nyeri punggung, migrain, artritis, diabetik neuropati sering tidak disertai kelainan patologis yang terdeteksi dan perubahan neuroplastik yang terjadi pada
lokasi sekitar dorsal horn pada spinal cord akan membuat pengobatan menjadi lebih sulit
2,3,26,27
Pasien dengan nyeri akut atau kronis bisa memperlihatkan tanda dan gejala sistem saraf otonom takikardi, tekanan darah yang meningkat, diaforesis, nafas
cepat pada saat nyeri muncul. Guarding biasa dijumpai pada nyeri kronis yang menunjukkan allodinia. Meskipun begitu, muncul ataupun hilangnya tanda dan
gejala otonom tidak menunjukkan ada atau tidaknya nyeri .
3,26,27
.
2.6.2 Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri organik bisa dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik
dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer saraf yang bertanggung jawab terhadap rangsang nyeri. Nyeri nosiseptif
biasanya memberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid
1,2,3,26,27
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf
aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang
kurang baik terhadap analgesik opioid .
1,2,3,26,27
.
2.6.3 Nyeri Viseral