Sejarah Singkat Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Tingkat II

BAB II GAMBARAN UMUM

A. PROFIL DINAS TATA RUANG DAN BANGUNAN TINGKAT II KOTAMADYA MEDAN

1. Sejarah Singkat Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Tingkat II

Kotamadya Medan Cikal bakal Kota Medan adalah Medan Putri, sebuah kampung kecil yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari Jalan Putri Hijau sekarang. Kampung Medan Putri sendiri dibangun pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus, cucu Singa Maraja yang memerintah negeri Berkerah di dataran tinggi Karo dan termasuk dalam wilayah Raja Urung asal Kato, di Deli. Perkembangan Kota Medan juga tidak terlepas dari keberadaan Kesultanan Deli yang diproklamasikan oleh Tuanku Panglima Perungit, yang memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Aceh pada tahun 1669. Berdasarkan isi Politiek Contract atau perjanjian politiknya dengan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1907, daerah kekuasaan Kesultanan Deli meliputi : 1. Wilayah Deli Asli, yaitu wilayah pesisir pantai mulai dari sekitar kiri dan kanan Sungai Deli, yang didiami suku bangsa Melayu, termasuk Kampung Medan Putri. 8 Universitas Sumatera Utara 2. Wilayah-wilayah Urung Negheri, yaitu; Wilayah Hamparan Perak, Sunggal, Kampung Baru, Sinembah Patumbak, yang didiami suku Melayu di hilir dan Suku Karo di hulu. Ada beberapa faktor yang mendorong kampung Medan Putri mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pertama, posisinya yang sangat strategis karena terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Karenanya Kampung Medan Putri sejak awal telah berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan transit yang cukup penting. Kedua, adanya, kebijakan Sultan Deli pada tahun 1863, untuk memberikan tanah di Tanjung Spassi dekat Labuhan seluas 4000 bahu, 1 bahu — 0,74 ha secara erfpacht 20 tahun kepada Mienhuys Van der Flak dan Elliot dari Firma Van Keeuwenen Mainz and Co, untuk dijadikan lahan perkebunan tembakau. Kualitas yang sangat baik dari tembakau yang dihasilkan kemudian mendorong berkembangnya perkebunan-perkebunan tembakau hingga mencapai 22 perusahaan. Berkembangnya perkebunan tembakau juga, mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan dan eksport. Tahun 1879, lbukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, dan 1 Maret 1887, Ibukota Residen Sumatera Utara dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan. Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan Universitas Sumatera Utara juga dipindahkan dengan selesainya pembangunan Istana Maimun pada tanggal 18 Mei 1891 yang menjadikan Ibukota Deli resmi pindah ke Medan. Dengan demikian Perkembangan Kota Medan menjadi pusat perdagangan juga telah mendorongnya menjadi Pusat Pemerintahan. Pembangunan Kota Medan secara historis tidak terlepas dari perkembangan perkebunan tembakau yang ada. Perkebunan tembakau tersebut ternyata mempekerjakan prang-prang Cina dari Swatow Tiongkok, Singapura, Malaya Tamil dari Penang, dan orang-orang pribumi yaitu Minangkabau dan Jawa. Kebijakan ketenagakerjaan inilah yang kemudian berdampak beranekaragamnya etnis, yang berdomisili di Kota Medan saat ini. Oleh karenanya, masyarakat Kota Medan saat ini adalah campuran dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia seperti suku Melayu, Batak, Cina, Jawa, Minang, Karo dan sebagainya. Adanya heterogenitas suku yang berdiam di Kota Medan juga menimbulkan banyak corak budaya yang ada sehingga berdampak beragamnya nilai-nilai budaya yang dikenal. Sangat diyakini, hidupnya nilai-nilai budaya dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Adanya keragaman suku sebagainya tentunya merupakan potensi, kekuatan sekaligus kesempatan bagi Kota Medan untuk menjadi kota yang memiliki wajah sendiri, yang berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Adanya pluralisme ini juga merupakan benteng untuk tidak munculnya isu-isu primordialisme yang dapat meretakkan sendi-sendi kehidupan Universitas Sumatera Utara sosial. Pada awal pembentukan permukinian di Kota Medan, terdapat kelompok- kelompok hunian berdasarkan kesukuan seperti Kampung Mandailing, Pecinan, Pemukiman Belanda. di Polonia, dan sebagainya. Saat ini, perumahan-perumahan yang terbentuk telah merupakan pembauran berbagai suku, walaupun di beberapa wilayah terdapat etnis dominan, seperti permukiman tionghoa, kayo, minang, melayu dan sebagainya. Oleh karenanya, pembangunan perumahan harus dalam mempertimbangkan kekayaan budaya sebagai rahmat Tuhan tersebut. Bidang penataan kota dan bangunan pada awalnya merupakan bagian dari pekerjaan umum. Pengawasan bangunan dan planologi perencanaan wilayah dan kota sampai dengan tahun 1950 dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun 1950, Dinas Pekerjaan Umum dipisah menjadi 2 dua dinas, yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pengawasan Bangunan. Pada tahun 1963, Dinas Pengawasan Bangunan dimekarkan menjadi 2 dua dinas; yaitu Dinas Pengawasan Bangun-Bangunan dan Dinas Planologi. Dalam hal ini, Dinas Planologi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya KDH Tingkat II Medan tanggal 22 Juni 1963 terhitung mulai 1 Juli 1963. Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata, Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan. Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada Universitas Sumatera Utara tahun 1987 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 1 tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan. Adapun Susunan organisasi dan tata, kerja Dinas Bangun-bangunan Kotamadya Dati II Medan diatur dalam Perda No. 13 Tahun 1987. Pada tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata, Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangun-bangunan dan penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963. Penggabungan Dinas Tata kota dengan sebagian Dinas Bangun-Bangunan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Pada tahun 2009 awal dibentuklah Dinas Tata, Ruang dan Tata, Bangunan sebagai pengganti Dinas Tata, Kota dan Tata, Bangunan akibat penyesuaian terhadap kebijakan PP 41 yang mengatur Struktur Organisasi dan Tata, Laksana Pemerintahan Daerah. Dinas Tata Ruang. dan Tata, Bangunan Kota Medan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang tata, ruang dan tata, bangunan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Universitas Sumatera Utara

2. Visi dan Misi