Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Danin, Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Dwi, Yuni. 2008. Panduan Praktis Mengurus IMB. Yogyakarta: Pustaka

Grahatama

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya

Napitupulu, Paimin. 2001. Pelayanan Public & Customer Satisfation”. Bandung: P.T. Alumni

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi: Suatu Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana

Nasution, Arifin.2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan: USU Press Pelly, Zainul. 1997. Pengantar Sosiologi. Medan: USU Press

Ridwan, Juniarso. 2010. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan

Publik. Bandung: Nuansa

Saleh, Muwafik. 2010. Publlic Service Communication. Malang: UMM Press Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta

Sukoco, Badri Munir. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya : Gelora Aksara Pratama

Susanta, Gatut. 2002. Mudah Mengurus IMB. Jakarta: Raih Asa Sukses

Suyanto, Bagong. 1995. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press

Syamsi, Ibnu. 2004. Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta : Bumi Aksara Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara


(2)

Sumber Undang- Undang :

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Sumber internet :

http://www.pemkomedan.go.id/layanan.php. Diakses pada tanggal 1September 2012 pada pukul 13.15 WIB

http://dpdreisumut.blogspot.com/2012/08/sekretariat-dpd-rei-sumut-senin-6.html, diakses pada tanggal 23 November 2012 pukul 10.30 WIB


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin (2002:41), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah- masalah atau fenomena- fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta- fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 3), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang- orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

III.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jalan Jenderal Besar Doktor Abdul Haris Nasution No. 17, telepon 7864147. Pemilihan tempat ini berdasarkan bahwa Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan (DTRTB) merupakan unsur pelaksana Pemerintahan Kota Medan yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan terhadap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).


(4)

III.3.Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yamg memahami objek penelitian (Bungin, 2007: 76).

Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu :

1. Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti,

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.( Suyanto, 2005: 171)

Dalam menentukan informan penelitian, penulis menggunakan teknik Berdasarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Informan kunci (Key Information) adalah Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan

2. Informan utama adalah kepala bidang Dinas Tata Ruang Kota dan Tata Bangunan Kota Medan

3. Informan tambahan adalah masyarakat yang mengurus surat izin mendirikan bangunan dan masyarakat yang sedang melakukan pembangunan di Medan Johor. Peneliti mengambil informan tambahan di Kecamatan Medan Johor karena


(5)

berdasarkan data tahun 2012 dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, pembangunan yang banyak dilakukan di daerah Medan Johor dengan jumlah surat yang masuk sebanyak 277.

Dalam menentukan informan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008: 53), yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi, keterangan- keterangan dan data- data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1.Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan penginderaan. b. Metode wawancara atau interview adalah teknik memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.


(6)

2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Penulis menggunakan cara untuk memperoleh data sekunder sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku- buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang bekaitan dengan penelitian.

b. Dokumentasi yaitu dengan mengggunakan catatan- catatan yang ada dalam lokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

III.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang di peroleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2008: 91 ) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus- menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun langkah- langkah dalam melakukan analisis data yaitu :

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah


(7)

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, atau teori.


(8)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Gambaran Umum Kota Medan

Wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan.

Hingga tahun 2013, di Kota Medan terdapat 21 Kecamatan dengan 152 Kelurahan, seperti yang diuraikan di dalam tabel berikut :


(9)

Tabel IV.1

Luas Wilayah Kota Medan Menurut

Kecamatan

No Kecamatan Luas

(Km2)

Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20.68 7.8

2 Medan Johor 12.81 4.83

3 Medan Amplas 14.58 5.5

4 Medan Denai 11.19 4.22

5 Medan Area 9.05 3.41

6 Medan Kota 7.99 3.01

7 Medan Maimun 5.27 1.99

8 Medan Polonia 5.52 2.08

9 Medan Baru 5.84 2.2

10 Medan Selayang 9.01 3.4

11 Medan Sunggal 2.98 1.13

12 Medan Helvetia 15.44 5.83

13 Medan Petisah 13.16 4.97

14 Medan Barat 6.82 2.57

15 Medan Timur 5.33 2.01

16 Medan Perjuangan 7.76 2.93

17 Medan Tembung 4.09 1.54

18 Medan Deli 20.84 7.86

19 Medan Labuhan 36.67 13.83

20 Medan Marelan 23.82 8.99

21 Medan Belawan 26.25 9.9

Jumlah 265.10 100.00

Sumber : BPS Sumatera Utara

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Medan Labuhan seluas 36,67 Km2 (13,83%), selanjutnya Kecamatan Medan Belawan dan Medan Marelan masing- masing seluas 26,25 Km2 (9,9%) dan 23,82 Km2 (8,99%). Dan Kecamatan yang memiliki wilayah yang lebih sempit adalah Medan Sunggal seluas 2,98 Km2 (1,13%).


(10)

Tabel IV.2

Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan

Menurut Kecamatan di Kota Medan

No Kecamatan Kelurahan Lingkungan

1 Medan Tuntungan 9 76

2 Medan Johor 6 81

3 Medan Amplas 8 77

4 Medan Denai 6 82

5 Medan Area 12 172

6 Medan Kota 12 146

7 Medan Maimun 6 66

8 Medan Polonia 5 46

9 Medan Baru 6 64

10 Medan Selayang 6 63

11 Medan Sunggal 6 88

12 Medan Helvetia 7 88

13 Medan Petisah 7 70

14 Medan Barat 6 98

15 Medan Timur 11 128

16 Medan Perjuangan 9 128

17 Medan Tembung 7 95

18 Medan Deli 6 105

19 Medan Labuhan 6 100

20 Medan Marelan 5 88

21 Medan Belawan 6 143

Jumlah 152 2004

Sumber : BPS Sumatera Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang memiliki kelurahan yang paling banyak adalah Kecamatan Medan Area dan Medan Kota masing- masing sebanyak 12 kelurahan dengan Medan Area memiliki 172 lingkungan dan


(11)

Medan Kota memiliki 146 lingkungan, sedangkan Kecamatan yang memiliki kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Medan Polonia dan Medan Marelan masing- masing sebanyak 5 kelurahan dengan jumlah lingkungan untuk Kecamatan Medan Polonia sebanyak 46 lingkungan dan Medan Marelan sebanyak 88 lingkungan.

IV.2. Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Tata Ruang Kota Medan Dalam sejarahnya bidang penataan ruang/ kota dan bangunan pada awalnya merupakan bagian dari pekerjaan umum. Pengawasan bangunan dan planologi (perencanaan wilayah dan kota) sampai dengann tahun 1950 dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun 1950, Dinas Pekerjaan Umum dipisah menjadi 2 (dua) dinas, yaitu Dinas pekerjaan Umum dan Dinas Pengawasan Bangunan.

Pada tahun 1963, Dinas Pengawasan Bangunan dimekarkan menjadi 2 (dua) dinas; yaitu Dinas pengawasan Bangunan- bangunan dan dinas planologi. Dalam hal ini, dinas planologi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya KDH Tingkat II Medan tanggal 22 Juni 1963 terhitung mulai 1 Juli 1963.

Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata KotaMadya Dati II Medan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan. Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada tahun 1987 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 1


(12)

tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan.

Pada tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah No.4 tahun 2001 tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Dinas- Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangunan- bangunan dan penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963. Penggabungan Dinas Tata Kota dengan sebagian Dinas Bangun- Bangunan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Perda tersebut menjelaskan kedudukan Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan adalah unsure pelaksana Pemerintahan Kota Medan dalam bidang penataan kota yang dipimpin oleh seorang kepala dinas

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah No. 3 tahun 2009 tentang Struktur Organisasi maka lahirlah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan sebagai perubahan dan pengganti Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan disertai dengan beberapa perubahan Tupoksi. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan adalah pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang tata ruang dan tata bangunan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.


(13)

IV.2.1. Visi dan Misi A. Visi

Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu “Terwujudnya Kota Medan yang Tertata, Nyaman, Modern, dan Berdaya Saing.”

B. Misi

Pencapaian visi tersebut dilakukan melalui 5 misi sebagai berikut :

1. Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan tuang dan penataan bangunan secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melibatkan stake holder.

2. Mengembangkan manajemen organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana Prasarana yang berkelanjutan

3. Memberikan pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan tekhnologi system informasi

4. Mengendalikann kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan, pembinaan, penertiban, dan koordinasi pembangunan

5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang dan bangunan

IV.2.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan : a. Bagian Sekretariat, terdiri dari :

1. Sub Bagian Umum 2. Sub Bagian Keuangan


(14)

3. Sub Bagian Penyusunan Program

b. Sub Bidang Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari : 1. Seksi Pengukuran

2. Seksi Pemetaan

3. Seksi Pengembangan Data dan Sistem c. Sub Dinas Tata Ruang terdiri dari :

1. Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang 2. Seksi Perencanaan Tata Letak

3. Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang d. Sub Dinas Tata Bangunan terdiri dari :

1. Seksi Perancangan Bangunan 2. Seksi Konstruksi Bangunan

3. Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan e. Sub Dinas Pengawasan terdiri dari :

1. Seksi Pengawasan 2. Seksi Penyuluhan 3. Seksi Pengaduan

f. Kelompok Jabatan Fungsional

IV.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2009 tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan yang disahkan dan di tuangkan dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan


(15)

Kota Medan. Pada Bagian Kesembilan pasal 54 dan 55 dari Perda tersebut menetapkan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang tata ruang dan tata bangunan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan tata bangunan; dan d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya

Ada pun tugas dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan berdasarkan peraturan Kota Medan No. 3 tahun 2009 disebutkan bahwa : Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekreatariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Dengan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c. pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas


(16)

d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas- tugas Dinas f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian g. pelaksanaan monitoring evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Bidang Pengukuran dan Pemetaan bertugas melaksankan Tugas dinas lingkup pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan sistem, dengan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengukuran dan Pemetaan

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan sistem

c. pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan bidang tugas Bidang Pengukuran dan Pemetaan

d. penyelenggaraan kegiatan pengukuran pemetaan dan fotogrametri rencana kota

e. penyelenggaraan kegiatan di bidang pengukuran tanah dan ketinggian bangunan untuk rencana pengembangan data tata ruang kota.

f. Penyelenggaraan pemeliharaan/ perawatan dan pembaharuan peta dasar, foto udara, dan dokumentasi lapangan, serta penerapan GIS dalam pemetaan

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang Bidang Pengukuran dan Pemetaan


(17)

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Seksi Pengukuran menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengukuran 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengukuran

3. Pelakasanaan pengukuran untuk bahan penetapan rencana kota dan untuk menerapkan ketinggian

4. Pelaksanaan pengukuran tanah untuk menentukkan letak tanah/ lokasi secara tepat sesuai permohonan untuk mendapatkan Keterangan Rencana Peruntukkan (KRP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Seksi Pemetaan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemetaan 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemetaan

3. Pembuatan peta- peta ikhtiar dan memetakan seluruh hasil pengukuran yang telah dibuat oleh Seksi Pengukuran

4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan


(18)

Seksi Pengembangan Data dan Sistem menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Data dan Sistem

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan data dan sistem 3. Pelaksanaan pemetaan fotografis dan memetakan hasil evaluasi yang telah

terwujud di lapangan

4. Pelaksanaan pemeliharaan/ perawatan dan pembaharuan peta dasar dan foto udara yangdikembangkan dengan pola GIS.

5. Pelaksanaan pengumpulan, penghimpunan dana dan informasi untuk penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota serta kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan

6. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaanaan tugas 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai denga tugas

dan fungsinya

Bidang Tata Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup penelitian rencana tata ruang dan tata letak, evaluasi, dan pengembangan rencana tata ruang, dengan fungsi :

a. Penyusunan rencana program, dan kegiatan Bidang pengukuran dan pemetaan b. Penyusunan petunjuk teknis llingkup prengukuran, pemetaan, pengembangnan

data dan system

c. Pelaksanaan pengendalian rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan teknis penataan ruang dan tata bangunan melalui mekanisme advis plan


(19)

d. Pelaksanaan penelitian terhadap lokasi permohonan Keterangan Rencana Peruntukkan (KRP) dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) agar sesuai dengan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaaan teknis penataan ruang dan bangunan

e. Perencanaan dan penelitian kelayakan site plan (tata letak) pada permohonan IMB agar sesuai dengan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan

f. Perencanaan kebutuhan fasillitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau lingkungan

g. Penyusunan advis plan

h. Penyusunan perencanaan penelitian/ survey dalam rangka perumusan, penyusunan, evaluasi/ revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota, kawasan strategis, dan kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan yang telah ditetapkan

i. Penyusunan, dan penyebarluasan ketentuan- ketentuan norma, standar, pedoman dan manual bagi pelaksanaan penataan ruang di daerah dengan memperdomani ketentuan yang berlaku

j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang tata ruang k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang


(20)

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penelitian rencana tata ruang 3. Pelaksanaan penelitian/ survey terhadap lokasi permohonan Keterangan

Rencana Peruntukan (KRP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang meliputi peruntukkan tanah, rencana jalan, garis sempadan bangunan, ketinggian bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB) dan kebutuhan fasilitas parkir, serta ketentuan- ketentuan dalam rencana tata ruang kota dan ketentuan lainnya

4. Penyusunan plot setiap advis plan yang telah diproses pada peta kerja rencana tata ruang kota

5. Pemberian saran terhadap permohonan perijinan yangmemerlukan kajian kelayakan

6. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Seksi Rencana Tata Letak menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Rencana Tata Letak 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup rencana tata letak

3. Perencanaan dan penggambaran site plan (tata letak) permohonan IMB maupun advis plan (Keterangan Rencana Peruntukkan/ KRP) sesuai dengan hasil penelitian Seksi Penelitian Rencana Ruang ataupun hasil evaluasi Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang

4. Penghitunngan retribusi terkait izin pemanfaatan ruang dan merencanakan kebutuhan fasilitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau lingkungan


(21)

5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Seksi Evalusi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup evaluasi dan pengembangan rencana tata ruang

3. Penyiapan dan penyusunan perencanaan penelitian/ survey dalam rangka perumusan, evaluasi, revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota

4. Penyiapan plot advis plan yang telah dievaluasi pada peta kerja rencana tata ruang dan kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan

5. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana tat aruang kota, kawasan strategis dan tata lingkungan, serta mempersiapkan dan meyebarluaskan norma, standar, pedoman, dan manual lingkup penataan ruang

6. Penyiapan bahan monitoring,evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Bidang tata bangunan mempunyai tugas perancangan, konstruksi, dan konservasi bangunan dan kawasan, dengan fungsi :


(22)

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup tata bangunan

c. Pelaksanaan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

d. Penelitian setiap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menyangkut desain dan konstruksi bangunan sesuai advis plan

e. Pemberian bimbingan kepada masyarakat menyangkut desain arsitektur, fasilitas bangunan, dan konstruksi bangunan

f. Pengawasan, memfasilitasi dan membina upaya- upaya pelestarian dan konservasi bangunan, kawasan dan lingkungan kota serta memberikan usulan- usulan peningkatan pelestarian bangunan/ kawasan

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang tata bangunan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Seksi Perancangan Bangunan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi perancangan bangunan

2. Penyusunan bahan pedoman dan standar disain serta fasilitas dan prasarana bangunan/ kelompok bangunan

3. Pelaksanaan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan

4. Penelitian setiap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menyangkut desain arsitektur dan perhitungan retribusi

5. Pemberian bimbingan dan saran kepada masyarakat menyangkut desain arsitektur dan fasilitas bangunan/ kelompok bangunan


(23)

6. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Seksi Konstruksi Bangunan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi konstruksi bangunan

2. Penyiapan dan penyusunan standar penilaian dan pemeriksaan gambar konstruksi bangunan sesuai standar dan ketentuan yang berlaku

3. Penelitian setiap permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menyangkut konstruksi bangunan

4. Pemberian bimbingan dan saran kepada masyarakat menyangkut konstruksi bangunan

5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan seksi konservasi bangunan dan kawasan

2. Pelaksanaan penelitian dan perencanaan serta penyusunan ketentuan- ketentuan teknis konservasi terhadap bangunan- bangunan dan kawasan yang perlu dilestarikan maupun direvitalisasi

3. Pengawasan, memfasilitasi dan pembinaan upaya- upaya pelestarian dan konservasi bangunan, kawasan dan lingkungan kota


(24)

4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengawasan, penyuluhan, dan pengaduan, dengan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian Pemanfaatan

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan, penyuluhan, dan pengaduan c. Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan

bangunan agar tidak menyimpang dari IMB dan ataua tanpa IMB

d. Pelaksanaan kordinasi dengan instansi terkait untuk penindakan/ penertiban terhadap bangunan yang menyimpang dan tanpa IMB

e. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan/ sosialisasi kepada masyarakat yang berkenaan dengan kebijakan dibidang rencana tata ruang kota serta menggali dan meningkatkan peran serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota

f. Penerimaan/ proses pengaduan dan keberatan masyarakat sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku

g. Pelaksanaan proses hukum terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan yang menyimpang dari IMB dan atau tanpa IMB denbgan berpedoman klepada ketentuan dan peraturan yan berlaku untuk diajukkan ke pengadilan


(25)

h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengendalian pemanfaatan ruang

i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Seksi Pengawasan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi pengawasan 2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup tata bangunan

3. Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan agar tidak menyimpang dari IMB

4. Penelitian, menganalisa, dan mengevaluasi bangunan yang menyimpang dari SIMB dan tanpa SIMB

5. Pembuatan laporan dan perintah stop secara tertulis tentang pelaksanaan pembangunan yang tidak memiliki SIMB dan menyimpang dari SIMB

6. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait untuk penindakan/ penerbitan terhadap bangunan yang menyimpang dan tanpa IMB

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

Seksi Penyuluhan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi penyuluhan 2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyuluhan


(26)

3. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada masyarakat menyangkut penerapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan bangunan

4. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Seksi Pengaduan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Seksi pengaduan 2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengaduan

3. Penerimaan, penelitian, dan proses pengaduan dan keberatan masyarakat dalam bidang bangunan dan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yangberlaku

4. Pelaksanaan proses hukum terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan yang menyimpang dari IMB dan atau tanpa iMB sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku dengan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk diajukan ke pengadilan

5. Penyiapan bahan monitoring, evalusi dan pelaporan pelaksanaan tugas

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya


(27)

Tabel IV.3

Banyaknya Berkas Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

Tahun 2012

No. Bulan

Jumlah

IMB Jumlah IMB Jumlah IMB yang yang

Masuk

Ditolak &

Disurati Selesai di Proses

1 Januari 260 111 157

2 Februari 205 108 198

3 Maret 412 53 221

4 April 276 116 196

5 Mei 423 80 240

6 Juni 324 87 195

7 Juli 239 151 193

8 Agustus 185 103 239

9 September 269 62 201

10 Oktober 281 96 187

11 November 162 110 194

12 Desember 309 134 407

Jumlah 3345 1211 2628

Sumber : DTRTB Kota Medan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2012 berkas permohonan IMB yang masuk sebanyak 3345 berkas . Untuk permohonan IMB yang ditolak atau yang disurati sebanyak 1211 berkas. Sedangkan untuk Jumlah IMB yang selesai diproses sebanyak 2628 berkas. Jadi dari semua berkas permohonan IMB yang masuk pada tahun 2012 tidak semua di proses hal itu terbukti dari adanya berkas permohonan IMB yang ditolak atau yang disurati.


(28)

IV.2.4. Karakteristik Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan saat ini didukung oleh SDM sebanyak 154 orang yang terdiri atas :

a. PNS : 129 orang b. Pegawai Honor : 25 orang

dengan perincian sebagai berikut :

Tabel IV.4

Jumlah Pegawai DTRTB Kota Medan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Formal

NO PENDIDIKAN JUMLAH

1 S2 Teknik 3 Orang

2 S2 Non Teknik 5 Orang

3 S1 Teknik 23 Orang

4 S1 Non Teknik 22 Orang

5 D3 Teknik 1 Orang

6 D3 Non Teknik 2 Orang

7 STM 21 Orang

8 SMA 41 Orang

9 SMEA 7 Orang

10 SMP 4 Orang

129 Orang

Sumber : DTRTB Kota Medan

Dari tabel di atas diketahui pegawai DTRTB terbanyak berasal dari jenjang pendidikan SMA sebanyak 41 orang. Sedangkan jumlah pegawai yang


(29)

berasal dari pendidikan teknis untuk S2 ada sebanyak 3 orang, untuk S1 sebanyak 23 orang, dan pegawai yang memiliki pendidikan D3 hanya 1 orang, serta pegawai yang memiliki tingkat pendidikan STM dan tingkat pendidikan SMEA masing- masing ada sebanyak 21 orang dan 7 orang.

Menurut Golongan :

Tabel IV.5

Jumlah Pegawai DTRTB Kota Medan Berdasarkan Golongan

NO GOLONGAN JUMLAH

1 Golongan I 1 Orang

2 Golongan II 22 Orang

3 Golongan III 102 Orang

4 Golongan IV 4 Orang

129 Orang

Sumber : DTRTB Kota Medan

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pegawai yang berada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan di dominasi oleh golongan III sebanyak 102 orang, jumlah pegawai yang bergolongan IV sebanyak 4 orang, pegawai yang bergolongan II berjumlah 22 orang dan pegawai yang bergolongan I sebanyak 1 orang.


(30)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini seluruh data yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan, wawancara dan juga hasil observasi terhadap fenomena- fenomena yang berkaitan dengan judul penelitian akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya yaitu untuk mengetahui peranan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (DTRTB) Kota Medan dalam memberikan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan, dan untuk mengetahui faktor- faktor apakah yang menyebabkan terjadinya hambatan- hambatan terhadap Pelayanan IMB pada DTRTB Kota Medan serta solusinya.

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti yaitu: Pertama, penelitian diawali dengan pra penelitian yaitu pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang profil Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan baik mengenai visi, misi, struktur organisasi, Tugas Pokok Fungsi, dan Karakteristik pegawai DTRB. Kedua, peneliti melakukan sejumlah wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta- fakta yang lebih akurat mengenai permasalahan penelitian. Ketiga, peneliti melakukan observasi terhadap proses pelayanan IMB untuk mengetahui bagaimana keadaan di lapangan.

Sesuai dengan bab sebelumnya, telah ditetapkan beberapa informan. Untuk informan kunci (Key Informan) dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT. Beliau


(31)

merupakan key informan dalam penelitian ini karena Kepala DTRTB mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

Untuk informan utama penelitian ini meliputi kepala bidang yang ada di DTRTB yaitu Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Ir. Zulkifli, MAP; Kepala Bidang Tata Ruang, Bapak Benny Iskandar ST, MT; Kepala Bidang Tata Bangunan, Bapak Ramadhan ST; Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar. Mereka merupakan Informan utama karena mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Untuk informan tambahan penelitian ini meliputi masyarakat yang mengurus surat izin mendirikan bangunan di DTRTB Kota Medan dan masyarakat yang sedang melakukan pembangunan di Medan Johor. Peneliti mengambil informan tambahan di Medan Johor karena berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, pembangunan yang banyak dilakukan di Kecamatan Medan Johor dengan jumlah surat yang masuk sebanyak 277 surat. Mereka merupakan informan tambahan karena mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Tipe wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti menyusun pedoman wawancara, pertanyaan- pertanyaan yang disajikan disusun sesuai dengan permasalahan yang berhubungan dengan peranan DTRTB dalam memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan. Namun didalam proses sendiri, peneliti tidak menutup kemungkinan untuk timbul pertanyaan- pertanyaan baru yang berkaitan dengan peranan DTRTB dalam memberikan pelayanan IMB agar


(32)

dapat menggali informasi- informasi yang lebih mendalam dari para informan. Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti .

V.1 Peranan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Dalam Memberikan Pelayanan IMB

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Kota Medan mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan izin mendirikan bangunan.

Kinerja pemerintah yang paling banyak mendapat sorotan dari masyarakat adalah rendahnya kualitas pelayanan yang merupakan kondisi sangat mengkhawatirkan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah. Berkaitan dengan penelitian yaitu Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor), peneliti telah mengajukan beberapa pertanyaan kepada kepala dinas dan pegawai DTRTB Kota Medan serta kepada masyarakat sebagai informan tambahan. Dan pada bab ini akan dianalisis.

a. Kesederhanaan

Pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah harus memegang prinsip kesederhanaan. Yang mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan.


(33)

Dalam berbagai kegiatan terdapat prosedur yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Secara teori prosedur didefenisikan sebagai rangkaian aktivitas, tugas- tugas, langkah- langkah, keputusan- keputusan, perhitungan- perhitungan dan proses- proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan.

Prosedur/ tata cara pengurusan IMB di Kota Medan sudah memiliki tahapan- tahapan, pertama pemohon akan mengisi formulir dan melengkapi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis, kedua, kemudian bidang Pengukuran dan Pemetaan akan melakukan penelitian peruntukkan ke lokasi yang dimohon sesuai dengan rencana kota, ketiga, apabila lokasi yang dimohon sesuai dengan rencana tata ruang Kota Medan, maka berkas permohonan akan dilanjutkan ke bidang Tata Ruang untuk dilakukan perencanaan tata letak bangunan dan pengembangan situasi bangunan. Keempat, setelah itu berkas akan diteruskan ke bidang Tata Bangunan untuk dilakukan penelitian perencanaan pembangunan kontruksi bangunan, pelestarian dan konservasi bangunan, apabila semua proses telah dilakukan maka surat IMB akan ditandatangani oleh Walikota Medan atau Kepala Dinas TRTB tergantung kepada luas bangunan.

Peneliti juga menanyakan hal tersebut kepada Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT mengenai apakah prosedur pengurusan IMB sudah efektif, beliau mengatakan sebagai berikut :

“Prosedur pengurusan IMB yang dilakukan di dinas TRTB sudah efektif, karena

sudah ada alurnya. Prosedur itu semua akan berjalan efektif tergantung kepada kelengkapan persyaratan IMB yang dilengkapi oleh pemohon, apabila persyaratan yang diminta masih kurang maka, permohonan harus melengkapi


(34)

persyaratan, baru selanjutnya permohonan IMB dapat diproses.” (Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013).

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat. Masyarakat juga mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui bahwa terdapat alur dalam pengurusan IMB. Tetapi yang menjadi masalah ketika prosedur yang ada mengharuskan masyarakat mengurus persyaratan yang diminta dan persyaratan yang diberikan masih kurang. Masyarakat harus mengurus kembali persyaratan yang diminta, seperti adanya persyaratan izin rapat dengan tetangga yang ditandatangani oleh lurah setempat. Disebabkan pengurusan persyaratan yang kurang yang masih harus dilengkapi membuat masyarakat berpendapat bahwa pengurusan izin di DTRTB berbelit- belit.

Dari pemaparan di atas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa prosedur izin mendirikan bangunan di Kota Medan dapat dikatakan tidak sulit dan tidak memberatkan masyarakat, apabila masyarakat pengurus IMB telah terlebih dahulu melengkapi persyaratan yang diminta.

b. Kejelasan

Pegawai DTRTB mempunyai tugas pokok dan fungsi yang jelas. Di mana setiap bidang menanggungjawabi beberapa seksi di bawahnya yang juga telah memiliki tugas dan fungsi masing- masing.

Di dalam mengurus izin mendirikan bangunan, persyaratan yang diperlukan untuk mengurusnya sudah cukup jelas, masyarakat dapat melihat


(35)

persyaratannya di formulir yang tersedia di loket DTRTB. Pertama persyaratan administrasi, yaitu melengkapi dokumen- dokumen yang diminta terkait dengan pengurusan IMB, seperti fotokopi KTP, fotokopi surat kepemilikan tanah, fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, surat kuasa yang bermeterai bagi pemohon yang bukan pemilik tanah, kemudian melengkapi persyaratan teknis berupa gambar atau denah bangunan; dan apabila masyarakat masih ada kurang paham terhadap persyaratan yang di minta maka masyarakat dapat menanyakkannya langsung kepada pegawai DTRTB.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengurusan IMB untuk tempat tinggal, usaha dan melakukan renovasi, maka peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan :

“Yang membedakannya terletak pada pengurusan persyaratan yang diminta. Jika ingin membangun rumah, persyaratannya tidak banyak karena kita menganggap bahwa rumah tempat tinggal itu tidak memiliki dampak yang terlalu besar terhadap lingkungannya. Tetapi jika bangunan ruko, prosesnya tetap sama tapi yang membedakannya itu biaya retribusi IMB nya karena ruko itu bersifat komersil. Untuk renovasi juga hampir sama, prosedurnya sama, yang membedakannya itu adalah dia harus melampirkan IMB bangunan yang lama, tetapi apabila belum pernah mengurus IMB, maka akan dihitung izin yang lama

dan izin yang baru”. (Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013)


(36)

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat juga diketahui, ternyata ada beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan memberatkan masyarakat, seperti persyaratan teknis, bagi masyarakat yang ingin membangun rumah sederhana merasa persyaratan untuk membuat gambar/ denah bangunan yang memiliki tampak depan dan tampak samping akan membuat mereka mengeluarkan biaya lebih untuk membayar jasa konsultan. Masyarakat juga mengatakan bahwa untuk persyaratan sertifikat tanah sebaiknya boleh melalui notaris sehingga masyarakat tidak perlu lagi mengurus sertifikat tanah ke BPN (Badan Pertanahan Nasional).

Selain itu penentuan retribusi IMB yang dibayar oleh pemohon mengacu dan mempedomani Perda No.5 tahun 2012 dan Perwal No. 41 tahun 2012, yang dihitung berdasarkan indeksnya seperti: Jenis bangunan, apakah bangunan yang akan dibanguan bersifat komersil atau rumah tempat tinggal biasa karena biaya untuk bangunan komersil lebih tinggi. Kemudian berdasarkan kategori ketinggian bangunan, retribusi untuk lantai 1 dan lantai 2 berbeda, retribusi untuk lantai 2 lebih mahal, sehingga semakin tinggi bangunan, semakin tinggi biaya yang harus di bayar. Dan Biaya retribusi IMB akan dibayar oleh pemohon, apabila semua proses pengurusan IMB sudah selesai dan telah ditandatangani oleh Kepala Dinas TRTB. Masyarakat yang mengurus IMB juga mengatakan bahwa retribusi IMB yang mereka bayarkan sesuai dengan Peraturan Daerah yang dikeluarkan dan mereka tidak merasa keberatan membayarnya karena pembayaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan adanya rincian biaya yang diberikan kepada masyarakat.


(37)

c. Kepastian Waktu

Kepastian waktu berarti adanya ketentuan jangka waktu penyelesaian pelayanan publik mulai dari dilengkapinya atau dipenuhinya persyaratan teknis dan persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT mengenai waktu pengurusan IMB, beliau menngatakan sebagai berikut :

“Waktu untuk pengurusan IMB tergantung luas bangunan yang dimohon. Untuk

bangunan yang luasnya di bawah 400 m maka pengurusannya selama 14 hari

sedangkan jika luas bangunan di atas 400 m maka prosesnya selama 16 hari.”

(Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa pengurusan IMB yang mereka lakukan satu hingga dua bulan. Mereka mengatakan pengurusan izin mereka memakan waktu lama karena ada persyaratan yang masih kurang sehingga mereka harus melengkapi izin itu kemudian baru izin mereka dapat di proses. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses perizinan mendirikan bangunan di Kota Medan belum memiliki kepastian waktu karena masyarakat yang mengurus masih ada yang memakan waktu hingga 2 bulan.

d. Akurasi

Persyaratan maupun proses pengurusan IMB telah sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yaitu Perda Kota Medan No. 9 Tahun 2002


(38)

tentang izin mendirikan bangunan. Masyarakat juga mengatakan dengan mengurus izin mendirikan bangunan mereka merasa lebih tenang karena pembangunan yang mereka lakukan telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

Pengurusan IMB disertai dengan sertifikat dan tanda bukti yang sah sebagai jaminan hukum. Hal ini sangat penting karena dengan diberikannya sertifikat IMB tersebut berlaku seumur hidup dan sebagai bukti yang sah terhadap kepemilikan bangunan yang didirikan si pemohon.

Pengurusan IMB ini dimaksudkan agar pembangunan yang dilakukan teratur, tidak semrawut dan memperhatikan kaidah- kaidah yang berlaku. Oleh sebab itu apabila ada permohonan IMB yang lokasi pembangunannya tidak sesuai dengan RTRW Kota Medan maka permohonan IMB tersebut akan ditolak.

Pihak DTRTB juga akan melakukan tindakan terhadap bangunan yang tidak sesuai dengan izin, pertama pihak DTRTB akan menghimbau kepada pemilik bangunannya bahwa bangunan yang didirikannya sudah tidak sesuai dengan izin peruntukannya. Kedua, Apabila pemilik bangunan tidak menghiraukan himbauan pihak DTRTB, maka pemilik bangunan akan diberikan surat peringatan dan jika sedang mengerjakan bangunannya, maka pemilik bangunan akan disuruh untuk memberhentikan pekerjaannya. Ketiga, apabila pembangunan masih dikerjakan, maka pihak DTRTB akan memberikan surat peringatan agar ia membongkar sendiri bangunannya, dan keempat apabila masih tetap mengerjakan bangunannya maka tim DTRTB akan membongkar bangunan yang tidak sesuai dengan izin peruntukannya.


(39)

Demikian halnya dengan bangunan yang belum mempunyai izin. Untuk mengetahui bagaimana tindakan yang dilakukan oleh pihak DTRTB terhadap bangunan yang tidak mempunyai izin, maka peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang yaitu Bapak Drs. Ali Tohar, beliau mengatakan :

“Pihak DTRTB akan melakukan tindakan terhadap bangunan yang tidak memiliki

IMB, mekanisme tindakan yang diambil seperti melakukan penghentian pembangunan, memberikan surat peringatan, melakukan pengosongan lokasi pembangunan, membongkar bangunan. Tetapi hanya untuk bangunan yang terpantau oleh DTRTB, karena untuk mengawasi seluruh kota Medan ini, jumlah

patroli pihak DTRTB masih kurang.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar, Jumat 01 Februari 2013 )

Selain itu pihak DTRTB juga melakukan proses pemantauan atau pengawasan yang berlangsung ketika IMB telah diberikan hingga bangunan itu selesai dibangun, pihak DTRTB akan melakukan pengecekkan dengan menggunakan mobil patroli. Kemudian pengawasan juga dilakukan oleh pihak kecamatan. Pihak camat melalui lurah bisa membuat laporan jika ada bangunan yang tidak sesuai dengan IMB. Kemudian ada juga pengawasan independen yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ). Jika ada bangunan yang tidak sesuai dengan izinnya maka LSM dapat memberikan laporan ke DTRTB dan akan ditindaklanjuti yang kemudian akan dicek ke lapangan.


(40)

Tetapi berdasarkan pengamatan peneliti di Kecamatan Medan Johor, pihak DTRTB tidak melakukan pengawasan patroli setiap hari selama proses pembangunan berlangsung. Mereka hanya melakukan sesekali bahkan ada bangunan yang mulai dari awal proses pembangunannya hingga selesai tidak pernah diawasi oleh pihak DTRTB. Hal tersebut dibenarkan oleh pemilik bangunan, Bapak Ali mengatakan :

“Pihak DTRTB pernah datang ke sini patroli tapi tidak setiap hari hanya beberapa kali saja.” (Wawancara dengan masyarakat Kecamatan Medan Johor,

Bapak Ali, Jumat 22 Februari 2013 )

Jadi dapat dikatakan bahwa pengurusan IMB sudah memiliki jaminan hukum karena disertai dengan sertifikat dan tanda bukti yang sah. Tetapi untuk pengawasan yang dilakukan terhadap bangunan yang sedang proses pembangunan belum maksimal karena pihak DTRTB tidak melakukan patroli setiap hari.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik harus memberikan rasa aman dan kepastian hukum kepada masyarakat. Pengurusan izin mendirikan bangunan ini juga memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan umum agar pembangunan tidak merusak lingkungan serta memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk memungut retribusi Izin Mendirikan Bangunan sesuai dengan aturan. Sedangkan manfaat dari pemberian Izin Mendirikan Bangunan yaitu untuk memberikan pembinaan agar bangunan yang didirikan dibangun sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang berlaku, melakukan pengaturan agar bangunan-


(41)

bangunan tidak semraut, menjaga ketertiban, keselarasan, kenyamanan, dan keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya maupun lingkungan sekitaranya.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat juga mengatakan, bahwa mereka mengurus izin mendirikan bangunan agar mereka merasa lebih tenang karena pembangunan yang mereka lakukan telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku dan mereka juga mengurus IMB untuk mendapatkan kredit dari Bank, karena pihak Bank akan memberikan kredit apabila memiliki surat IMB.

f. Tanggung jawab

Pelaksanaan pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah harus sesuai dengan wewenang masing- masing. Di sini ditunjuk peran penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan.

Dalam memberikan pelayanan IMB kepada masyarakat, pihak DTRTB melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi lain. Untuk mengetahui koordinasi yang dilakukan oleh DTRTB maka peneliti menanyakkan kepada Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan :

“Pihak DTRTB melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi lain untuk pengurusan IMB, misalnya dengan lurah, lurah akan di minta untuk menandatangani jika ada bangunan rapat dengan tetangga, dan DTRTB juga melakukan koordinasi dengan instansi- instansi terkait, misalnya, jika ada


(42)

bangunan bersejarah yang akan dilakukan renovasi, maka pihak DTRTB akan bekerja sama dengan instansi terkait yang berhubungan dengan renovasi tersebut, misalnya: Dinas Pariwisata yang mempunyai tugas untuk melestarikan bangunan itu, atau adanya permohonan untuk mendirikan bangunan sekolah maka harus ada surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan.” ( Wawancara dengan

Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Tetapi di dalam memberikan pelayanan IMB, pihak DTRTB tidak ada melakukan kerjasama dengan pihak konsultan. Jadi, masyarakat di dalam membuat gambar atau denah bangunannya dapat membuat gambar bangunan sendiri atau menggunakan jasa konsultan. Dengan gambar bangunan yang sesuai dengan persyaratan yang ada di formulir.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Keluhan atau komplain sering kali timbul selama proses pengurusan IMB yang dilakukan. Untuk mengetahui keluhan atau komplain yang biasanya dilakukan masyarakat, maka peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Dinas TRTB yang bernama Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan :

“Dalam melakukan pengurusan IMB, masyarakat memiliki keluhan atau

kompalin terhadap pelayanan yang diberikan, misalnya: tata letak bangunan yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat karena adanya rencana pelebaran jalan, atau izin yang dimohon tidak sesuai dengan peruntukannya, kemudian adanya rasa ketidakpuasan terhadap waktu penyelesaian karena ketentuan prosesnya hanya 2 minggu tetapi kemudian yang menjadi permasalahan ketika masyarakat memohon IMB, persyaratannya yang diminta


(43)

tidak lengkap. Sehingga proses melengkapi persyaratan- persyaratan administrasi dan teknis gambarnya sudah melewatkan waktu dan menimbulkan komplain dari masyarakat. (Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir.

Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013)

Keluhan dan komplain yang dirasakan oleh masyarakat dapat disampaikan ke Dinas TRTB. Sehingga keluhan dari masyarakat tadi akan dicari solusi terbaik oleh pihak DTRTB.

Jadi dapat dikatakan, DTRTB Kota Medan sebagai organisasi pemerintah yang memberikan pelayanan IMB kepada masyarakat telah melakukan tanggung jawab dengan melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi lain yang terkait dengan pengurusan IMB yang diminta.

g. Kelengkapan Sumber Daya

Dalam memberikan pelayanan IMB ketersedianya sumber daya merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Sumber daya itu meliputi sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika); serta kualitas dan kuantitas SDM yang memadai untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Sarana di beberapa bidang di DTRTB sudah memadai untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, seperti pada Bidang Pengukuran Dan Pemetaan; dan Bidang Tata Bangunan, pelaksanaan tugas mereka sudah menggunakan teknologi komputerisasi, dan untuk bidang tata ruang juga


(44)

demikian. Untuk mengetahui peralatan yang mendukung fungsi pelayanan, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Benny Iskandar ST, MT, Kepala Bidang Tata Ruang. Beliau mengatakan bahwa :

“Saat ini sarana dan prasarana yang ada di bidang tata ruang sudah memadai,

hanya saat ini sedang dalam masa transisi, yaitu proses penyusunan rencana detail tata ruang yang baru. Sehingga masih perlu untuk mempelajari implementasi bagaimana RTRW itu diterjemahkan ke dalam proses perizinan. Untuk sarana dan prasaranan yang ada di bidang Tata Ruang sendiri sudah cukup baik, di mana 2 tahun belakangan ini, sejak kepala dinas yang baru, dulunya tata letak masih dilakukan secara manual, sekarang semua sudah menggunakan laptop, lebih mengarah ke teknologi. Untuk pengukuran juga begitu, sekarang kita sudah menggunakan GPS, tidak lagi menggunakan meteran seperti tahun- tahun sebelumnya.” ( Wawancara dengan Kepala Bidang Tata Ruang, Bapak Benny Iskandar ST, MT, Rabu 30 Januari 2013 )

Namun ada juga di beberapa bidang yang sarana dan prasarananya belum memadai, seperti untuk Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Ir. Zulkifli, MAP. Beliau mengatakan :

Untuk bidang Pengukuran dan Pemetaan sendiri, sampai saat ini peralatan teknis sudah memadai dan lengkap, karena kami sudah menggunakan teknologi komputerisasi, tetapi untuk sarana transportasi belum memadai, karena untuk transportasi pegawai Bidang Pengukuran dan Pemetaan masih menggunakan kendaraan pribadi untuk ke lapangan. Usaha dari DTRTB sudah mengusulkan ke


(45)

Pemko Medan tetapi belum ada realisasinya”. ( Wawancara dengan Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Ir. Zulkifli, MAP, Senin 28 Januari 2013)

Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar,beliau mengungkapkan bahwa :

“Sarana dan prasarana Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang juga masih kurang, peralatan untuk pembongkaran yang digunakan oleh Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan ruang masih manual dan untuk alat transportasi juga masih kurang untuk pengawasan keliling, saat ini mobil patroli yang ada di DTRTB sebanyak 7 unit yang digunakan untuk mengawasi 21 kecamatan di Kota Medan, jadi setiap mobil patroli digunakan untuk mengawasi 3 kecamatan dengan beberapa kelurahan sehingga belum mencukupi untuk melakukan pengawasan untuk seluruh Kota Medan. Pihak DTRTB sendiri sudah mengusulkan kepada Pemko Medan untuk pengadaan barang, tetapi sampai sekarang belum ada realisasinya. ( Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, Bapak Drs. Ali Tohar, Jumat 01 Februari 2013 )

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, pihak DTRTB juga ada menyediakan fasilitas komputer dan internet sebanyak satu unit di ruang tunggu, di mana masyarakat dapat menggunakan komputer tersebut untuk mengakses bagaimana prosedur dan persyaratan untuk mengurus IMB. Tetapi masyarakat


(46)

jarang menggunakan fasilitas tersebut. Mereka lebih sering langsung menanyakkan kepada pegawai DTRTB mengenai persyaratan pengurusan IMB.

Gambar V.1

Fasilitas internet yang disediakan oleh DTRTB

Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di DTRB

Demikian juga halnya dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia yang ada di DTRTB. ketersediaan Sumber Daya Manusia juga merupakan hal penting. Meskipun demikian perlu juga diketahui bahwa jumlah pegawai tidak selalu mempunyai efek positif bagi pelayanan publik. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai yang banyak tidak secara otomatis mendorong pelayanan publik yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai, namun di sisi lain kurangnya pegawai juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya kebutuhan akan sumber


(47)

daya manusia dalam melaksanakan suatu pelayanan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas.

Sumber Daya manusia yang dimiliki oleh DTRTB saat ini berjumlah 154 pegawai. Dari 129 pegawai negeri sipil yang ada di DTRTB hanya 48 orang yang berasal dari pendidikan teknik sedangkan 71 pegawai lagi berasal dari pendidikan non teknik. Padahal seperti yang diketahui bahwa sebagian besar tugas dari DTRTB berada di bidang teknis.

Jumlah pegawai DTRTB juga saat ini dirasa masih belum mencukupi untuk memberikan pelayanan IMB yang optimal kepada masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana SDM yang ada di DTRB, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan: “SDM atau pegawai yang ada di DTRTB masih kurang, baik dari segi kualitas

maupun kuantitas, jumlah pegawai masih belum mencukupi untuk di beberapa bidang seperti Bidang Pengukuran Dan Pemetaan; dan Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang. Dari segi kualitasnya juga masih banyak pegawai yang tidak sesuai dengan SDM nya, di mana ada pegawai yang penempatannya tidak sesuai dengan jurusannya, misalnya pegawai bukan berasal dari jurusan teknis tetapi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan teknis.” ( Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Hal itu juga dapat dilihat pada pegawai Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang. Saat ini jumlah pegawai Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang berjumlah 49 orang dengan pembagian tugas 7 kelompok


(48)

patroli untuk mengawasi 21 kecamatan di Kota Medan. Jika dilihat dari jumlah pegawai Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang maka terdapat ketidaksesuaian jumlah pegawai dengan banyaknya tugas dan fungsi yang harus dilakukan.

Dari hasil penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kesediaan sarana, prasarana serta sumber daya manusia yang ada di DTRTB Kota Medan belum dapat dikatakan baik dan memadai untuk memberikan pelayanan IMB kepada masyarakat.

h. Kemudahan Akses

Kemudahan akses berarti tempat dan lokasi serta pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. Dinas TRTB memberikan informasi mengenai pengurusan izin mendirikan bangunan melalui website DTRTB Kota Medan. Pihak DTRTB juga melakukan penyuluhan yaitu melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat yang dilakukan berdasarkan tahun anggaran tetapi sampai saat ini belum pernah dilakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat secara langsung karena belum adanya anggaran sehingga pengurusan IMB ini hanya diinformasikan kepada camat, jadi camat yang mensosialisasikan kepada warganya untuk mengurus IMB.

Pihak DTRTB juga melakukan perubahan yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti menggunakan tekhnologi komputerisasi dan membuat program IMB keliling. Untuk mengetahui


(49)

bagaimana pelaksanaan program IMB keliling, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, beliau mengatakan: “Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kami membuat program

IMB keliling yang digunakan untuk lebih mempermudah masyarakat dalam mengurus IMB, khususnya bagi masyarakat yang daerahnya jauh dari lokasi DTRTB, seperti: Medan Belawan dan Labuhan, Jadi masyarakat dapat mengurus IMB di kantor camat, berkas permohonan IMB dari kantor camat akan di bawa ke DTRTB dengan mobil IMB keliling, dan jika permohonan sudah selesai diproses, hasilnya akan di bawa ke kantor camat atau pegawai kantor camat yang akan datang ke DTRTB untuk mengambil IMB nya dan pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang mengurus IMB dengan menggunakan IMB keliling atau langsung mengurus IMB ke DTRTB mendapat pelayanan yang sama dari pihak DTRTB. Demikian juga dengan masyarakat yang mengurus IMB secara langsung ke DTRTB atau melalui perantara, pihak DTRTB tetap

memberikan pelayanan yang sama.” ( Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Jadi bila dilihat dari kemudahan akses masyarakat untuk mengurus IMB sudah dapat dikatakan baik. Karena adanya program IMB keliling yang mempermudah masyarakat khususnya masyarakat yang berada di Medan Utara untuk mengurus IMB.


(50)

i. Kedisplinan

Aparatur pemerintah memberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. Setiap organisasi memilii norma- norma atau nilai- nilai yang akan mengatur bagaimana setiap anggota organisasi tersebut dalam bertindak dan berperilaku di dalama organisasi tersebut. Demikian juga dengan DTRTB Kota Medan. Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, beliau mengatakan bahwa:

“Pegawai DTRTB didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat memiliki

norma- norma yang mengatur perilaku pegawai DTRTB Kota Medan yang terdapat di dalam kode etik perilaku pegawai di dalam Keputusan Kepala Dinas

Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Nomor : 800/ 2342”. ( Wawancara dengan Kepala Dinas TRTB, Bapak Ir. Samporno Pohan, MT, Rabu 21 Maret 2013 )

Sebenarnya untuk setiap Pegawai Negeri Sipil yang ada di Indonesia sudah ditetapkan perundang- undangan mengenai norma- norma yang mengatur tingkah dan perilaku mereka selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya tidak boleh korupsi, datang tepat waktu, dan sebagainya. Tetapi melalui kode etik yang ditetapkan di DTRTB maka, norma- norma tersebut lebih dipertegas lagi. Dengan begitu, akan ada kesamaan perilaku dari setiap pegawai di DTRTB Kota Medan.

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, sikap dan pelayanan yang diberikan pegawai kepada masyarakat juga sudah cukup baik. Dilihat dari


(51)

pegawai DTRTB langsung memberikan penjelasan kepada masyarakat apabila ada pemohon yang ingin menanyakkan mengenai persyaratan yang mereka kurang mengerti. Masyarakat juga melakukan konsultasi dengan pihak DTRTB terkait dengan bangunan yang mereka bangun, seperti informasi lokasi tempat yang akan mereka bangun dan mengenai gambar bangunan yang akan mereka dirikan.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan seharusnya tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain- lain.

Gambar V.2 Ruang Tunggu DTRTB Kota Medan

Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di DTRB

Ruang tunggu DTRTB juga dilengkapi dengan skema proses permohonan IMB dan miniatur Kota Medan.


(52)

Gambar V.3

Skema Proses Permohonan IMB

Sumber : Hasil Dokumentasi peneliti pada saat di DTRB

Gambar V.4 Miniatur Kota Medan


(53)

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang mengurus IMB, mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang ada di DTRTB sudah cukup baik, karena di DTRB terdapat ruang tunggu dan ruangannya juga memiliki interior yang cukup menarik dan ada bunga yang menghiasi meja loket.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, Dinas TRTB juga menjaga kebersihan dan keindahan ruangannya, terlihat dari petugas kebersihan yang selalu membersihkan ruangan jika ruangan tidak bersih dan mengurus taman yang ada di sekitar bangunan DTRTB.

V.2 Kendala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Dalam Memberikan Pelayanan IMB

Pemberian izin mendirikan bangunan dilakukan agar pembangunan yang dilakukan tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang berIaku dan rencana teknis bangunan. Dalam proses pemberian pelayanan izin mendirikan bangunan, sering dijumpai kendala- kendala yang terkadang akan menghambat proses pemberian pelayanan tersebut. Demikian juga dengan proses pengawasan yang dilakukan terhadap bangunan setelah selesai pengurusan IMB. Kendala yang pertama adalah adanya keterbatasan sumber daya manusia yang dimilliki oleh DTRTB, seperti di Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, jumlah pegawai yang dimiliki oleh bidang ini masih belum mencukupi terkait dengan tugas Bidang Pengukuran Dan Pemetaan untuk melakukan pengukuran di lapangan. Selain itu, Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang juga masih kekurangan pegawai. Jumlah pegawai yang dimiliki oleh Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang belum mencukupi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ditambah lagi dengan tugas


(54)

yang mereka lakukan untuk turun ke lapangan mengawasi pembangunan yang dilakukan masyarakat.

Kendala lain yang dihadapi oleh Dinas TRTB adalah kurangnya persyaratan yang diberikan oleh masyarakat, baik persyaratan administrasi maupun persyaratan teknis. Dari segi administrasi, adanya surat yang belum diurus oleh masyarakat seperti surat rapat dengan tetangga. Bahkan ada masyarakat yang hanya memberikan gambaran bangunanya tidak sesuai dengan yang diminta sehingga pihak DTRTB tidak dapat memproses pengurusan IMB nya.

Selain itu, sarana dan prasarana yang ada juga masih belum mencukupi. Bidang Pengukuran dan Pemetaan di dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan di lapangan masih menggunakan transportasi pribadi. Demikian juga halnya dengan Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang. Mereka masih kekurangan transportasi untuk melakukan pengawasan ke lapangan. Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang juga di dalam menjalankan tugasnya masih menggunakan peralatan yang manual seperti palu untuk melakukan pembongkaran terhadap bangunan yang tidak sesuai dengan izin yang telah diterbitkan oleh DTRTB.

Pihak DTRTB juga belum pernah melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat terkait bagaimana prosedur dan persyaratan pengurusan IMB. Selama ini sosialisasi hanya dilakukan oleh pihak camat. Hal itu terkendala karena anggaran yang tidak ada untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.


(55)

BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan tentang Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor), maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur pengurusan IMB pada DTRTB Kota Medan sudah dapat dikatakan baik. Pemohon cukup mengisi formulir permohonan IMB dan melengkapi persyaratan- persyaratan yang dibutuhkan.

2. Berdasarkan hasil penelitian peneliti, maka terlihat bahwa kualitas dan kuantitas pegawai yang ada di DTRTB masih belum mencukupi untuk memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Terlihat dari jumlah pegawai untuk beberapa bidang yang belum mencukupi dan dari 129 pegawai negeri sipil yang ada di DTRB hanya ada 49 pegawai yang memiliki kemampuan teknis.

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai persyaratan yang diminta membuat waktu yang diperlukan untuk mengurus IMB membutuhkan waktu yang lebih lama

4. Sarana dan prasarana yang ada di DTRTB masih belum mencukupi karena masih terbatasnya peralatan, seperti mobil patroli untuk melakukan pengawasan dan peralatan yang masih manual untuk melakukan pembongkaran bangunan yang bermasalah


(56)

5. Masih kurangnya sosialisasi Dinas TRTB kepada masyarakat terkait prosedur dan persyartaan IMB karena terkendala dengan anggaran

VI.2. Saran

1. Dengan keterbatasan sumber daya manusia, ada baiknya Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan segera mengajukkan permohonan kembali kepada Walikota Medan untuk penambahan jumlah pegawai yang memiliki kualitas yang baik terutama di bidang teknis.

2. DTRTB Kota Medan sebaiknya tetap melakukan permohonan pengadaan barang kepada Pemerintah Kota Medan untuk melengkapi sarana dan prasaran yang ada di DTRTB, seperti: mobil patroli dan peralatan- peralatan canggih untuk membantu pegawai DTRTB melakukan pembongkaran terhadap bangunan yang bermasalah.

3. DTRTB Kota Medan sebaiknya mengadakan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat mengenai prosedur serta persyaratan dalam proses pengurusan IMB agar tidak terjadi lagi masyarakat yang mengurus IMB dengan berkas yang tidak lengkap. Sosialisasi dilakukan agar masyarakat benar- benar paham tentang setiap persyaratan yang dibutuhkan dan benar- benar paham bagaimana prosedur dari penerbitan IMB itu sendiri.

4. DTRTB Kota Medan sebaiknya tetap melakukan permohonan anggaran kepada Pemerintah Kota Medan untuk biaya melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat.


(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kerlinger (Singarimbun, 2008: 37), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori- teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Kerangka teori diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

II.1. Peranan

Menurut Pelly (1997: 91), peranan adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status.

Menurut para penganut pendekatan interaksionisme simbolik, setiap tindakan pengambilan peranan pada dasarnya harus memerhatikan dua faktor berikut (Narwoko, 2010:22). Pertama, dugaan orang sebelumnya terhadap tanggapan yang akan diberikan oleh orang lain kepada mereka. Kedua, pemikiran atau pandangan orang mengenai perilaku mereka sendiri dengan mengingat


(58)

tafsiran mereka terhadap tanggapan orang lain. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukkan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan- kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Menurut Levinson (Soekanto, 2009: 213) peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma- norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

II.2. Sistem

Menurut Syamsi ( 2004:16) sistem adalah sekumpulan kegiatan yang terdiri dari sub- subsistem yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Kast ( Syamsi, 2004: 17) sistem adalah suatu penggabungan, pernyataan dari dua atau lebih bagian- bagian, komponen- komponen, atau sub- sub sistem yang interdependen, dan ditandai oleh batas- batas yang jelas dari lingkungan supra sistemnya.

Menurut Mcleod dan Schell ( Sukoco, 2007: 32), sebuah sistem yan gbaik memiliki karakteristik sebagai berikut :


(1)

9. Semua pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan data- data kepada peneliti mengenai skripsi ini

10.Terkhusus buat adekku Andika Raja Putra Sitorus (AN’10), Gratia Claudya Sitorus dan Jesica Indah Natalia Sitorus yang selama ini telah Memberikan Doa dan motivasi kepada peneliti dalam menyusun Skripsi ini.

11.Kedua sahabat tersayang Lina Susanti Duha dan Hadiyanti Arini yang senantiasa menjadi teman sharing dan berbagi.

12.Erni Simanjuntak yang menjadi teman diskusi di dalam pengerjaan skripsi ini dan menjadi teman satu dosen pembimbing

13.Kelompok Magang Pematang kasih Panji Priambodo, Dicky Himawan, Putra, Sadam, Bobby, Renaldi, Lina, Mercy, Hadiyanti, Apprita yang selalu saling memotivasi dan menjadi keluarga baru di AN.

14.Teman-Teman AN’09 yang tidak dapat disebut satu per satu

Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran yang bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.

Medan, April 2012 Peneliti,


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... .. i

LEMBAR PENGESAHAN ... . ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... ...x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... . 7

I.3 Tujuan Penelitian ... . 8

I.4 Manfaat Penelitian ... . 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.Peranan ... ………..9

II.2.Sistem ... 10

II.3.Prosedur ... 13

II.4.Pelayanan Publik ... 14

II.4.1.Defenisi Pelayanan Publik ... ....14

II.4.2.Asas- Asas Pelayanan Publik ... ....14

II.4.3.Prinsip Pelayanan Publik ... ...16

II.4.4.Jenis Pelayanan Publik ... ...17

II.4.5.Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik ... ...19

II.5.Izin Mendirikan Bangunan ... ...20

II.5.1.Defenisi IzinMendirikanBangunan ... ..20

II.5.2.Maksud Pemberian IMB ... ..21

II.5.3.Persyaratan IMB . ... 22

II.5.4.Perizinan Terkait dengan IMB ... 27

II.6.Defenisi Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN III.1.Metode Penelitian... 30


(3)

III.2.Lokasi Penelitian ... 30

III.3.Informan Penelitian ... 31

III.4.Teknik Pengumpulan Data ... ....32

II.5.Teknik Analisa Data ... 33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Kota Medan ... ...35

IV.2 Gambaran Umum DTRTB Kota Medan ... .38

IV.2.1Visi dan Misi. ... 40

IV.2.2 Struktur Organisasi ... 40

IV.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 41

IV.2.4 Karakteristik pegawai DTRTB Kota Medan ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V.1 Peranan DTRTB Dalam Memberikan Pelayanan IMB ... 68

V.2 Kendala yang dihadapi Dalam Memberikan IMB ... 78

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ... 80

VI.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan ... 37 Tabel IV.2 Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan ... 38 Tabel IV.3 Banyaknya Berkas Permohonan IMB Tahun 2012 ... 55 Tabel IV.4 Jumlah Pegawai DTRTB Kota Medan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Formal ... 56 Tabel IV.5 Jumlah Pegawai DTRTB Kota Medan Berdasarkan Golongan ... 57


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Proses Pengurusan IMB ... 26

Gambar V.1 Fasilitas internet yang disediakan oleh DTRTB ... 72

Gambar V.2 Ruang Tunggu DTRTB Kota Medan ... 77

Gambar V.3 Skema Proses Permohonan IMB ... 78


(6)

ABSTRAK

PERANAN DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA MEDAN

( Studi Pada Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor )

Nama : Christy Marintan Sitorus

NIM : 090903076

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik PEMBIMBING : Dra. Elita Dewi, MSp

Salah satu peran Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan adalah memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan. Pemberian izin ini dimaksudkan agar kegiatan pembangunan sesuai dengan peruntukkannya dan rencana tata ruang dan tata wilayah kota. Dalam rangka melaksanakan rencana tata ruang tersebut, maka perlu adanya sertifikat izin mendirikan bangunan (IMB) yang akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat. Permasalahan yang muncul adalah Pelayanan IMB yang diberikan oleh DTRTB membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tinggi yang mengharuskan masyarakat untuk mengeluarkan biaya yang lebih untuk biaya pembangunan mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan dalam memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan dan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala DTRTB dalam memberikan pelayanan IMB. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak- pihak yang terkait dalam penelitian, observasi langsung dan dokumentasi. Yang menjadi informan di dalam penelitian ini terdiri dari tiga: Informan kunci (Key Information) yaitu Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, informan utama yaitu kepala bidang Dinas Tata Ruang Kota dan Tata Bangunan Kota Medan dan informan tambahan yaitu masyarakat yang mengurus surat izin mendirikan bangunan dan masyarakat yang sedang melakukan pembangunan di Medan Johor. Peneliti mengambil informan tambahan di Kecamatan Medan Johor karena berdasarkan data tahun 2012 dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, pembangunan yang banyak dilakukan di daerah Medan Johor dengan jumlah surat yang masuk sebanyak 277.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa peranan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan dalam memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan belum dapat dikatakan berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya penempatan pegawai DTRTB Kota Medan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, sarana dan prasarana pendukung kerja pegawai yang masih belum memadai. Serta kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat membuat kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prosedur dan persyaratan IMB yang diminta, sehingga pengurusan perizinan mendirikan bangunan membutuhkan waktu yang lama. Tetapi DTRTB berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, yang terlihat adanya program IMB Keliling yang dikhususkan untuk daerah yang memiliki akses yang jauh ke Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.

Keywords : Peranan, Izin Mendirikan Bangunan