15 perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin
dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang
saham. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Eisenhardt 1989 dalam Lisa 2012:45 mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: 1 manusia pada umunya mementingkan diri sendiri
self interest, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu
menghindari resiko risk adverse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk
manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2. Good Corporate Governance GCG
Dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, Good Corporate Governance
didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
16 dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan Retno dan Priantinah, 2012:85. GCG
digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas suatu
perusahaan dengan kata lain sebagai bentuk perlindungan investor adanya perbedaan kepentingan pemegang saham principal dengan pihak
manajemen agent. Penerapan corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama
pemegang saham minoritas. Sedangkan Good Corporate Governance menurut Tjager dan Deny
2005 dalam Juniarti dan Sentosa 2009:89 didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan. Hal ini diperlukan untuk mencapai bisnis yang efisien,
menguntungkan, serta efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan memperhatikan stakeholders. Dengan adanya Good
Corporate Governance akan dapat membantu dan mengurangi masalah
yang timbul dalam teori agensi. Karena dalam teori agensi dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara principal dan agent dimana principal
memberikan wewenang dan kekuasaan kepada agent untuk mengelola perusahaannya. Hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, karena
masing-masing pihak tentu akan mengutamakan kepentingannya demi memperoleh keuntungan.
17 Kaihatu 2006:2 menjelaskan terdapat lima prinsip dasar dari
Good Corporate Governance secara umum yaitu:
1. Transparency keterbukaan informasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Accountability akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,
dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Responsibility pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat
serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Independency kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness kesetaraan da kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
3. Kepemilikan Keluarga