PENDAHULUAN I.1 Latar belakang TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis METODOLOGI PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN DEPARTEMEN ORTHOPAEDI SURAT KETERANGAN METODOLOGI PENELITIAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR DIAGRAM ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

I.2 Rumusan masalah I.3 Tujuan penelitian

I.4 Manfaat penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis

II.1.1 Definisi II.1.2 Insidensi

II.1.3 Etiologi II.1.4 Patofisiologi

II.1.5 Klasifikasi II.1.6 Komplikasi

II.1.7 Penatalaksanaan II.2 Kerangka Konsepsional

II.3 Definisi Operasional

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian i ii iii v vii viii 1 4 4 5 7 7 7 9 10 13 15 15 17 17 19 19 Universitas Sumatera Utara III.3 Objek Penelitian III.4 Kriteria Inklusidan Eksklusi III.5 Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data III.6 Etika Penelitian III.7 Jadwal Penelitian

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Penelitian

IV.2. Pembahasan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan

V.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 19 19 20 20 20 21 28 31 31 32 Universitas Sumatera Utara DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram-1 Diagram-2 Diagram-3 Diagram-4 Diagram-5 Diagram-6 Diagram-7 Diagram-8 Diagram-9 Diagram 10 Diagram 11 Frekuensi cedera medula spinalis traumatik berdasarkan jenis kelamin di RSUP. H. Adam Malik Medan periode tahun 2009 – 2010 Frekuensi cedera medula spinalis traumatik berdasarkan usia di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 Frekuensi cedera medula spinalis traumatik berdasarkan waktu tiba di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 Riwayat pengobatan sebelum penderita datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan Etiologi cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan Etiologi pada penderita cedera medula spinalis sesuai dengan usia di RSUP Haji Adam Malik Medan Frekuensi derajat keparahan cedera medula spinalis traumatik menurut grading Frankel di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 Frekuensi level neurologis cedera medula spinalis traumatik di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 Frekuensi tindakan operatif dan non operatif selama perawatan kasus cedera medula spinalis traumatik di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 Lama masa rawatan penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 Frekuensi status pulang penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 – 2010 21 22 22 23 23 24 25 25 26 26 27 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010. Latar Belakang : Cedera medula spinalis dikaitkan dengan mortalitas yang tinggi, ketidak berdayaan, rehabilitasi dan perawatan yang berkepanjangan, dan beban ekonomi yang tinggi. Upaya preventif baru bisa dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang terkait dengan kondisi ini melalui studi epidemiologis yang komprehensif. Metode: Pengumpulan data-data sekunder yang tercatat di rekam medik penderita dengan diagnosa cedera medula spinalis traumatik yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2009 – Desember 2010. Hasil: Selama kurun waktu dua tahun Januari 2009 – Desember 2010 didapatkan jumlah penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 44 orang yang pada umumnya adalah laki-laki 86,36 pada usia produktif, 21-40 tahun 45,4 dengan penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas 45,5 diikuti oleh jatuh dari ketinggian 31,8, dan yang paling sedikit adalah menyelam 2,3. Pada umumnya penderita tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUP Haji Adam Malik Medan lebih dari 8 jam 93. Derajat keparahan cedera medula spinalis sesuai dengan grading Frankel yang terbanyak yaitu Frankel A 40,9 dengan level cedera neurologis yang paling banyak yaitu Thorakal 12 18. Pada umumnya penderita cedera medula spinalis traumatik tidak menjalani tindakan operatif selama masa perawatan penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik selama periode Januari 2009 – Desember 2010 86. Lebih dari separuh penderita 59 dirawat selama kurang dari 10 hari di rumah sakit dengan penderita yang pulang paksa sebanyak 19 orang 43,1. Kesimpulan: Penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP HAM kebanyakan adalah laki-laki yang termasuk ke dalam golongan usia produktif dengan penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas dan hampir semua penderita tiba di RSUP HAM lebih dari golden period. Upaya preventif dengan fokus untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas merupakan prioritas utama disusul dengan upaya penyuluhan dan konseling yang komprehensif mengenai pencegahan, tata laksana dan konsekuensi dari cedera medula spinalis traumatik kepada masyarakat . Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010. Latar Belakang : Cedera medula spinalis dikaitkan dengan mortalitas yang tinggi, ketidak berdayaan, rehabilitasi dan perawatan yang berkepanjangan, dan beban ekonomi yang tinggi. Upaya preventif baru bisa dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang terkait dengan kondisi ini melalui studi epidemiologis yang komprehensif. Metode: Pengumpulan data-data sekunder yang tercatat di rekam medik penderita dengan diagnosa cedera medula spinalis traumatik yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2009 – Desember 2010. Hasil: Selama kurun waktu dua tahun Januari 2009 – Desember 2010 didapatkan jumlah penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 44 orang yang pada umumnya adalah laki-laki 86,36 pada usia produktif, 21-40 tahun 45,4 dengan penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas 45,5 diikuti oleh jatuh dari ketinggian 31,8, dan yang paling sedikit adalah menyelam 2,3. Pada umumnya penderita tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUP Haji Adam Malik Medan lebih dari 8 jam 93. Derajat keparahan cedera medula spinalis sesuai dengan grading Frankel yang terbanyak yaitu Frankel A 40,9 dengan level cedera neurologis yang paling banyak yaitu Thorakal 12 18. Pada umumnya penderita cedera medula spinalis traumatik tidak menjalani tindakan operatif selama masa perawatan penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik selama periode Januari 2009 – Desember 2010 86. Lebih dari separuh penderita 59 dirawat selama kurang dari 10 hari di rumah sakit dengan penderita yang pulang paksa sebanyak 19 orang 43,1. Kesimpulan: Penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP HAM kebanyakan adalah laki-laki yang termasuk ke dalam golongan usia produktif dengan penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas dan hampir semua penderita tiba di RSUP HAM lebih dari golden period. Upaya preventif dengan fokus untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas merupakan prioritas utama disusul dengan upaya penyuluhan dan konseling yang komprehensif mengenai pencegahan, tata laksana dan konsekuensi dari cedera medula spinalis traumatik kepada masyarakat . Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Cedera medula spinalis traumatik berupa lesi traumatik pada medula spinalis dengan beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis. 1 Cedera medula spinalis dikaitkan dengan mortalitas yang tinggi, ketidak berdayaan, rehabilitasi dan perawatan yang berkepanjangan, dan beban ekonomi yang tinggi. 1 Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 7.600 sampai 10.000 individu mengalami cedera medula spinalis. Sampai tahun 1999, diperkirakan ada sebanyak 183.000 sampai 203.000 orang yang hidup dengan cedera medula spinalis di negara tersebut. 2 Di Amerika Serikat, pengeluaran rata-rata tahunan untuk penderita cedera medula spinalis dengan tetraplegia tinggi C1-C4 yaitu sekitar Rp 8,8 miliar untuk tahun pertama dan Rp 1,5 miliar untuk tahun-tahun berikutnya. Sementara estimasi pengeluaran untuk seumur hidup pada pasien yang sama yaitu sekitar Rp 39,3 miliar bila usia saat cedera adalah 25 tahun dan Rp 21,6 miliar bila usia saat cedera adalah 50 tahun. 3 Pada tahun 2004, Christopher Dana Reeve Foundation bekerja sama dengan Centers for Disease Control and Prevention CDC melakukan penelitian untuk mengetahui epidemiologi penderita cedera medula spinalis dan yang mengalami paralisis di Amerika Serikat. 4 Hasilnya yaitu sekitar 1,9 dari populasi Amerika Serikat atau sekitar 5.596.000 orang melaporkan beberapa bentuk paralisis berdasarkan definisi fungsional yang digunakan dalam survei tersebut. 4 Sekitar 0,4 dari populasi Amerika Serikat atau sekitar 1.275.000 orang dilaporkan mengalami paralisis dikarenakan oleh cedera medula spinalis dengan penyebab yang paling sering adalah kecelakaan kerja 28. 4 Menurut Dahlberg dkk. 2005, penyebab cedera medula spinalis yang terbanyak di Helsinki, Finlandia adalah jatuh 43 , diikuti dengan kecelakaan lalu lintas 35, menyelam 9, kekerasan 4 dan penyebab lain 9. 5 Universitas Sumatera Utara Review dari beberapa literatur baru-baru ini menunjukkan gambaran epidemiologis yang berubah untuk cedera medula spinalis dengan kecenderungan peningkatan laju insidensi pada orang tua. 1 Perbaikan dalam sistem pelayanan medis emergensi, perkembangan automobil yang lebih aman, standar keamanan okupasional yang lebih baik dan regulasi yang lebih baik dalam beberapa jenis olahraga tertentu telah memberikan dampak yang positif terhadap kecenderungan demografi. Sementara insiden cedera medula spinalis traumatik menurun secara keseluruhan, persentase cedera medula spinalis diakibatkan oleh kekerasan domestik mulai meningkat. 2 Bila dibandingkan dengan negara maju, insiden cedera medula spinalis lebih tinggi di negara yang sedang berkembang. 6 Penyebab cedera medula spinalis di negara berkembang bervariasi dari satu negara ke negara lain. Kecelakaan lalu lintas mencakup sebesar 49 penyebab cedera medula spinalis di Nigeria, 48,8 di Turki dan 30 di Taiwan. 6 Jatuh dari ketinggian mewakili penyebab cedera medula spinalis lainnya dengan angka sebesar 36,5 di Turki dan 21,2 di Jordania. Di Bangladesh, penyebab cedera medula spinalis yang paling sering adalah jatuh saat membawa beban berat di kepala dan kecelakaan lalu lintas. Penyebab lainnya yaitu luka tembak antara 1,9 dan 29,3 di Turki, luka tusuk antara 1,38 dan 3,33 di Turki, 25,8 di Jordania dan kecelakaan saat menyelam. 6 Secara keseluruhan, 60 pasien mengalami paraplegia dan 40 tetraplegia. Usia rata-rata saat cedera adalah 30 tahun di Nigeria, 35,5 dan 15,1 tahun di Turki, 33 tahun di Jordania dan 10-14 tahun di Bangladesh. Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 10 : 1 di Nigeria, 1,7 : 1 di Taiwan dan 5,8 : 1 di Jordania. 6 Penelitian mengenai karakteristik dari penderita cedera medula spinalis traumatik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSUP HAM Medan belum pernah dilakukan. Terkait dengan hal itu penulis tertarik untuk meneliti karakteristik penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP HAM Medan dimana hal ini penting untuk mendeteksi dari faktor resiko, implementasi program preventif, dan identifikasi dari subjek yang potensial untuk perbaikan insidensi cedera medula spinalis khususnya yang traumatik. Universitas Sumatera Utara

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “ Bagaimanakah karakteristik penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP. Haji Adam Malik Medan?”

I.3. Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan umum

 Untuk mengetahui karakteristik penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik usia penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 3. Mengetahui lamanya pasien cedera medula spinalis traumatik datang ke Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 4. Mengetahui riwayat pengobatan penderita cedera medula spinalis traumatik sebelum datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 5. Mengetahui etiologi cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 6. Mengetahui tingkat keparahan cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 berdasarkan grading dari Frankel 7. Mengetahui level cedera neurologi pada penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 8. Mengetahui jenis tindakan yang dilakukan pada penderita cedera medula spinalis traumatik selama masa perawatan di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 9. Mengetahui lama rawatan pasien cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010 Universitas Sumatera Utara 10. Mengetahui status pulang penderita cedera medula spinalis traumatik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010

I.4. Manfaat Penelitian

I.4.1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kesehatan, terutama mengenai epidemiologi dari cedera medula spinalis traumatik sehingga bisa digunakan sebagai referensi untuk tata laksana dan upaya preventif pada penderita cedera medula spinalis traumatik.

I.4.2. Manfaat Praktis Langsung

Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan penanggulangan faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian cedera medula spinalis traumatik.

I.4.3. Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Hasil penelitian ini memberikan gambaran karakteristik penderita cedera medula spinalis traumatik yang datang ke IGD RSUP Haji Adam Malik Medan, mengidentifikasi faktor-faktor resiko, dan memprediksi keperluan di masa yang akan datang, yang mana akan sangat berguna bagi RSUP Haji Adam Malik untuk menentukan strategi pencegahan yang paling efektif, penyediaan pelayanan dan perawatan jangka panjang, pertimbangan dampak finansial dari cedera medula spinalis traumatik dan pembiayaan program preventif dan tata laksana yang lebih efisien.

I.4.4. Manfaat Bagi Peneliti

Selain dari suatu proses untuk menyelesaikan program studi, penelitian ini merupakan pengalaman berharga untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kerangka Teoritis

II.1.1 Definisi

Medula spinalis merupakan satu kumpulan saraf-saraf yang terhubung ke susunan saraf pusat yang berjalan sepanjang kanalis spinalis yang dibentuk oleh tulang vertebra. Ketika terjadi kerusakan pada medula spinalis, masukan sensoris, gerakan dari bagian tertentu dari tubuh dan fungsi involunter seperti pernapasan dapat terganggu atau hilang sama sekali. Ketika gangguan sementara ataupun permanen terjadi akibat dari kerusakan pada medula spinalis, kondisi ini disebut sebagai cedera medula spinalis. 7

II.1.2 Insidensi

Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 7.600 sampai 10.000 individu mengalami cedera medula spinalis. Sampai tahun 1999, diperkirakan ada sebanyak 183.000 sampai 203.000 orang yang hidup dengan cedera medula spinalis di negara tersebut. 2 Cedera medula spinalis dikaitkan dengan mortalitas yang tinggi, ketidak berdayaan, rehabilitasi dan perawatan yang berkepanjangan, dan beban ekonomi yang tinggi. 1 Tabel 1. Dampak ekonomi dari cedera medula spinalis 3 Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2004, Christopher Dana Reeve Foundation bekerja sama dengan Centers for Disease Control and Prevention CDC melakukan penelitian untuk mengetahui epidemiologi penderita cedera medula spinalis dan yang mengalami paralisis di Amerika Serikat. 4 Hasilnya yaitu sekitar 1,9 dari populasi Amerika Serikat atau sekitar 5.596.000 orang melaporkan beberapa bentuk paralisis berdasarkan definisi fungsional yang digunakan dalam survei tersebut. 4 Sekitar 0,4 dari populasi Amerika Serikat atau sekitar 1.275.000 orang dilaporkan mengalami paralisis dikarenakan oleh cedera medula spinalis. 4 Menurut Dahlberg dkk. 2005, penyebab cedera medula spinalis yang terbanyak di Helsinki, Finlandia adalah jatuh 43 , diikuti dengan kecelakaan lalu lintas 35, menyelam 9, kekerasan 4 dan penyebab lain 9. 5 Penyebab cedera medula spinalis di negara berkembang bervariasi dari satu negara ke negara lain. Kecelakaan lalu lintas mencakup sebesar 49 penyebab cedera medula spinalis di Nigeria, 48,8 di Turki dan 30 di Taiwan. 6 Bila dibandingkan dengan negara maju, insiden cedera medula spinalis lebih tinggi di negara yang sedang berkembang. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hal ini antara lain:  Kondisi jalan yang buruk  Berkendara melewati batas kecepatan  Kurangnya penggunaan sabuk pengaman dan sandaran kepala di dalam mobil Gambar 1. Epidemiologi paralisis dan cedera medula spinalis di Amerika Serikat 4 Universitas Sumatera Utara  Korupsi dan suap yang melingkupi implementasi regulasi lalu lintas  Volume kendaraan yang berlebih  Perlengkapan keamanan yang tidak adekuat saat menyelam dan bekerja  Kondisi-kondisi yang tidak lazim seperti jatuh dari pohon dan jembatan 6

II.1.3 Etiologi

Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi dua jenis:  Cedera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak medula spinalis. Hagen dkk 2009 mendefinisikan cedera medula spinalis traumatik sebagai lesi traumatik pada medula spinalis dengan beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis. Sesuai dengan American Board of Physical Medicine and Rehabilitation Examination Outline for Spinal Cord Injury Medicine, cedera medula spinalis traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio dari kolum vertebra.  Cedera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau kerusakan yang terjadi pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. Faktor penyebab dari cedera medula spinalis mencakup penyakit motor neuron, myelopati spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatori, penyakit neoplastik, penyakit vaskuler, kondisi toksik dan metabolik dan gangguan kongenital dan perkembangan. 8

II.1.4 Patofisiologi

9 Defisit neurologis yang berkaitan dengan cedera medula spinalis terjadi akibat dari proses cedera primer dan sekunder. Sejalan dengan kaskade cedera berlanjut, kemungkinan penyembuhan fungsional semakin menurun. Karena itu, intervensi terapeutik sebaiknya tidak ditunda, pada kebanyakan kasus, window period untuk intervensi terapeutik dipercaya berkisar antara 6 sampai 24 jam setelah cedera. Universitas Sumatera Utara Mekanisme utama yaitu cedera inisial dan mencakup transfer energi ke korda spinal, deformasi korda spinal dan kompresi korda paska trauma yang persisten. Mekanisme ini, yang terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah cedera, menyebabkan kematian sel yang segera, disrupsi aksonal dan perubahan metabolik dan vaskuler yang mempunyai efek yang berkelanjutan. Proses cedera sekunder yang bermula dalam hitungan menit dari cedera dan berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, melibatkan kaskade yang kompleks dari interaksi biokimia, reaksi seluler dan gangguan serat traktus yang mana kesemuanya hanya dimengerti sebagian. Sangat jelas bahwa peningkatan produksi radikal bebas dan opioid endogen, pelepasan yang berlebihan dari neurotransmitter eksitatori dan reaksi inflamasi sangat berperan penting. Lebih jauh lagi, profil mRNA messenger Ribonucleic Acid menunjukkan beberapa perubahan ekspresi gen setelah cedera medula spinalis dan perubahan ini ditujukan sebagai target terapeutik. Beberapa teori telah diusulkan untuk menjelaskan patofisiologi dari cedera sekunder. Teori radikal bebas menjelaskan bahwa, akibat dari penurunan kadar anti-oksidan yang cepat, oksigen radikal bebas berakumulasi di jaringan sistem saraf pusat yang cedera dan menyerang membrane lipid, protein dan asam nukleat. Hal ini berakibat pada dihasilkannya lipid peroxidase yang menyebabkan rusaknya membran sel. Teori kalsium menjelaskan bahwa terjadinya cedera sekunder bergantung pada influks dari kalsium ekstraseluler ke dalam sel saraf. Ion kalsium mengaktivasi phospholipase, protease, dan phosphatase. Aktivasi dari enzim-enzim ini mengakibatkan interupsi dari aktivitas mitokondria dan kerusakan membran sel. Teori opiate receptor mengusulkan bahwa opioid endogen mungkin terlibat dalam proses terjadinya cedera medula spinalis dan bahwa antagonis opiate contohnya naloxone mungkin bisa memperbaiki penyembuhan neurologis. Teori inflamasi berdasarkan pada hipotesis bahwa zat-zat inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, platelet-activating factor, serotonin berakumulasi pada jaringan medula spinalis yang cedera dan merupakan mediator dari kerusakan jaringan sekunder. Menyusul cedera medula spinalis, penyebab utama kematian sel adalah nekrosis dan apoptosis. Walaupun mekanisme kematian sel yang utama segera setelah terjadinya cedera primer adalah nekrosis, kematian sel apoptosis yang terprogram mempunyai efek yang Universitas Sumatera Utara signifikan pada cedera sekunder sub akut. Kematian sel oligodendrosit yang diinduksi oleh apoptosis berakibat demyelinasi dan degenerasi aksonal pada lesi dan sekitarnya. Proses cedera sekunder berujung pada pembentukan jaringan parut glial, yang diperkirakan sebagai penghalang utama regenerasi aksonal di dalam sistem saraf pusat. Pembentukan jaringan parut glial merupakan proses reaktif yang melibatkan peningkatan jumlah astrosit. Menyusul terjadinya nekrosis dari materi abu-abu dari korda sentral dan degenerasi kistik, jaringan parut berkembang dan meluas sepanjang traktus aksonal. Pola dari pembentukan jaringan parut dan infiltrasi sel inflamatori dipengaruhi oleh jenis dari lesi medula spinalis. Terdapat tiga jenis lesi : lesi mikro, kontusif dan lesi tusukan yang luas large stab Gambar 2. Gambaran skematik dari tiga lesi stereotipik dari sistem saraf pusat: lesi mikro A, lesi kontusif B dan lesi tusukan yang besar C. Pada semua tipe, makrofag menginvasi lesi tersebut dan baik chondroitin sulfate proteoglycans CSPGs dan keratan sulfate proteoglycans KSPGs diregulasi naik. A. Kesejajaran astrosit tidak terganggu, tetapi akson tidak dapat beregenerasi di luar lesi. B. Selaput otak tidak rusak, tetapi kavitasi pada episentrum dari lesi tersebut dan deposisi proteoglikan terjadi. Akson tidak dapat beregenerasi di luar lesi, tetapi akson yang masih baik dapat ditemukan distal dari lesi. C. Lesi tusukan yang menembus selaput otak dan mengizinkan invasi fibroblast dan makrofag. Akson direpulsi secara tinggi oleh peningkatan gradien dari CSPGs dan KSPGs. Beberapa molekul inhibitor lainnya juga dihasilkan pada jenis cedera ini dan secara khusus prevalen pada inti lesi. ECM= extracellular matrix Universitas Sumatera Utara Pada lesi mikro, sawar darah otak terganggu sedikit, astrosit tetap dalam kesejajaran yang normal tetapi menghasilkan chondroitin sulfate proteoglycans CSPGs dan keratan sulfate proteoglycans KSPGs sepanjang traktus yang cedera dan makrofag menginvasi lesi tersebut. Akson tidak dapat beregenerasi di luar lesi tersebut. Pada lesi kontusif, sawar darah- otak terganggu, tetapi selaput otak masih utuh. Kavitasi terjadi di episentrum dari lesi tersebut. Kesejajaran astrosit terganggu pada lesi. Astrosit menghasilkan CSPGs dan KSPGs pada gradien yang meningkat dari penumbra menuju pusat lesi. Tidak dijumpai invasi fibroblast pada inti lesi, dan karena itu, tidak dijumpai inhibitor yang mengekspresikan fibroblast. Makrofag menginvasi lesi tersebut dan intinya dan akson distrofik mendekati lesi tersebut sebelum pertumbuhan berhenti. Pada lesi tusukan yang luas, sawar darah otak rusak, dan kavitasi terjadi pada pusat lesi.

II.1.5 Klasifikasi

Penilaian neurologis pada cedera medula spinalis meliputi penilaian berikut seperti:  Sensasi pada tusukan traktus spinotalamikus  Sensasi pada sentuhan halus dan sensasi posisi sendi kolum posterior  Kekuatan kelompok otot traktus kortikospinal  Refleks abdominal, anal dan bulbokavernosus  Fungsi saraf kranial bisa dipengaruhi oleh cedera servikal tinggi, seperti disfagia 10 Dengan memeriksa dermatom dan miotom dengan cara demikian, level dan completeness dari cedera medula spinalis dan keberadaan kerusakan neurologis lainnya seperti cedera pleksus brakialis dapat dinilai. Segmen terakhir dari fungsi saraf spinal yang normal, seperti yang diketahui dari pemeriksaan klinis, disebut sebagai level neurologis dari lesi tersebut. Hal ini tidak harus sesuai dengan level fraktur, karena itu diagnosa neurologis dan fraktur harus dicatat. 10 Cedera inkomplit didefinisikan sebagai cedera yang berkaitan dengan adanya preservasi dari fungsi motor dan sensorik di bawah level neurologis, termasuk pada segmen sakral yang paling rendah. 10 Penilaian tingkat dan komplit atau tidaknya suatu cedera medula spinalis memungkinkan prognosa untuk dibuat. Jika lesi yang terjadi adalah komplit, kemungkinan penyembuhan Universitas Sumatera Utara jauh lebih kecil dibandingkan dengan lesi inkomplit. Menyusul terjadinya cedera medula spinalis, terdapat beberapa pola cedera yang dikenal, antara lain: Sindroma korda anterior Terjadi akibat gaya fleksi dan rotasi pada vertebra menyebabkan dislokasi ke anterior atau akibat fraktur kompresi dari corpus vertebra dengan penonjolan tulang ke kanalis vertebra. Sindroma korda sentralis Biasanya dijumpai pada orang tua dengan spondilosis servikal. Cedera hiperekstensi menyebabkan kompresi medula spinalis antara osteofit ireguler dari corpus vertebra di anterior dengan ligamentum flavum yang menebal di posterior. Sindroma korda posterior Sindroma ini umumnya dijumpai pada hiperekstensi dengan fraktur pada elemen posterior dari vertebra. Sindroma Brown-sequard Secara klasik terjadi akibat cedera tusukan tetapi juga sering dijumpai pada fraktur massa lateral dari vertebra. Tanda dari sindroma ini sesuai dengan hemiseksi dari medula spinalis. Sindroma konus medularis Sindroma kauda ekuina 6 Gambar 3. Potongan melintang dari korda spinalis, menunjukkan sindroma cedera medula spinalis parsial Universitas Sumatera Utara Derajat keparahan cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi beberapa grade menurut Frankel. 6 Frankel A; kehilangan fungsi motorik dan sensorik Frankel B; ada fungsi sensorik, motorik tidak ada Frankel C; fungsi motorik ada tetapi tidak berfungsi Frankel D; fungsi motorik ada tetapi tidak sempurna Frankel E; fungsi sensorik dan motorik baik, hanya ada refleks abnormal

II.1.5 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pasca cedera medula spinalis antara lain yaitu instabilitas dan deformitas tulang vertebra, fraktur patologis, syringomyelia pasca trauma, nyeri dan gangguan fungsi seksual. 6

II.1.6 Penatalaksanaan

Mayoritas pasien dengan cedera medula spinalis disertai dengan cedera bersamaan pada kepala, dada, abdomen, pelvis dan ekstremitas – hanya sekitar 40 cedera medula spinalis yang terisolasi. Penatalaksanaan awal berlangsung seperti pasien trauma pada umumnya yang meliputi survei primer, resusitasi dan survei sekunder. 11 Protokol terapi yang direkomendasikan berdasarkan pada 3 hal yang penting. Yang pertama, pencegahan cedera sekunder dengan intervensi farmakologis seperti pemberian metilprednisolon dalam 8 jam setelah kejadian sesuai dengan panduan yang dianjurkan dalam studi NASCIS-III. 2 Pasien sebaiknya diberikan metilprednisolon dengan dosis bolus 30mgkg berat badan diikuti dengan dosis pemeliharaan 5,4mgkg berat badan per jam selama 23 jam atau 48 jam secara infusan. 2 Kedua, hipoksia dan iskemia di lokasi lesi medula spinalis sebaiknya diminimalisir dengan mengendalikan status hemodinamik dan oksigenasi. Semua pasien sebaiknya menerima oksigen tambahan yang cukup untuk mencapai saturasi oksigen mendekati 100. 2 Universitas Sumatera Utara Ketiga, begitu cedera medula spinalis disangkakan, tulang belakang harus diimobilisasi untuk mencegah cedera neurologis yang lebih lanjut. 2 Manajemen farmakologi pada cedera medula spinalis akut masih kontroversi. Optimisme yang menganggap bahwa pemahaman yang mendalam mengenai patogenesa dari cedera medula spinalis akut akan mengarah kepada penemuan strategi pengobatan farmakologis untuk mencegah cedera sekunder telah menemui kekecewaan dalam praktek klinis. 11 Kemungkinan aplikasi sel punca pada penanganan cedera medula spinalis terus dipelajari baik dengan menggunakan sel punca eksogen, seperti sel stroma mesenkim dan olfactory ensheating glial cells, maupun dengan memanipulasi sel punca endogen. 12,13 Pembedahan merupakan dan akan tetap menjadi pilihan utama dalam paradigma penanganan cedera medula spinalis, tetapi waktu yang tepat untuk melakukan operasi dekompresi masih menuai banyak kontroversi. 11 Untuk kondisi medis di mana kesembuhan belum tersedia, seperti cedera medula spinalis, deteksi dari faktor resiko, implementasi program preventif, dan identifikasi dari subjek yang potensial terkait merupakan relevansi yang penting. Studi epidemiologis dengan follow up jangka panjang memberikan kontribusi ke dalam hal ini dengan memberikan gambaran perkiraan dari insidensi dan prevalensi, mengidentifikasi faktor resiko, memberikan gambaran kecenderungan, dan memprediksi keperluan di masa yang akan datang. 1 Universitas Sumatera Utara

II.2. Kerangka Konsepsional

II.3. Definisi Operasional

1. Cedera medula spinalis traumatik Cedera medula spinalis traumatik yaitu lesi traumatik pada medula spinalis dengan beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis yang tercatat di rekam medik pasien. 2. Usia. Usia penderita sesuai dengan yang tercantum di dalam rekam medik penderita, untuk mengetahui distribusi kasus cedera medula spinalis pada usia tertentu. 3. Jenis kelamin Jenis kelamin sesuai dengan yang tercantum di dalam rekam medik pasien, untuk mengetahui distribusi kasus cedera medula spinalis berdasarkan jenis kelamin. 4. Riwayat pengobatan Merupakan riwayat perawatan pasien sebelum datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan, baik pengobatan medis maupun alternatif sesuai dengan yang tercantum di dalam rekam medik. 5. Lamanya datang Lamanya pasien datang adalah waktu yang diperlukan dari awal kejadian hingga pasien datang ke RSUP. Haji Adam Malik Medan sesuai dengan yang tertera di rekam medik. 6. Etiologi Etiologi atau penyebab dari cedera medula spinalis pada penderita didapatkan dari anamnesis yang tertera di rekam medik. 7. Tingkat keparahan C C e e d d e e r r a a m m e e d d u u l l a a s s p p i i n n a a l l i i s s t t r r a a u u m m a a t t i i k k K K a a r r a a k k t t e e r r i i s s t t i i k k 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Lamanya datang 4. Riwayat pengobatan 5. Etiologi 6. Tingkat keparahan 7. Level cedera neurologi 8. Jenis tindakan 9. Lama rawatan 10. Status pulang Universitas Sumatera Utara Tingkat keparahan dari cedera medula spinalis yang diderita oleh pasien dibagi menjadi beberapa tingkat sesuai dengan grading dari Frankel yang tercantum di dalam rekam medik yaitu Frankel A; kehilangan fungsi motorik dan sensorik Frankel B; ada fungsi sensorik, motorik tidak ada Frankel C; fungsi motorik ada tetapi tidak berfungsi Frankel D; fungsi motorik ada tetapi tidak sempurna Frankel E; fungsi sensorik dan motorik baik, hanya ada refleks abnormal 8. Level cedera neurologis Level cedera neurologis merupakan level neurologis yang paling kaudal di mana fungsi sensorik dan motorik masih intak yang tercantum di dalam rekam medik. 9. Jenis tindakan Jenis tindakan meliputi tindakan operatif atau konservatif yang diterima oleh pasien selama perawatan. 10. Lama rawatan Lama rawatan merupakan periode waktu mulai dari pasien menjalani rawat inap sampai pulang sesuai dengan tanggal yang tercantum di rekam medik. 11. Status pulang Status pulang merupakan cara pasien pulang dari RSUP Haji Adam Malik Medan setelah menjalani perawatan, yang bisa dikelompokkan menjadi tiga yaitu  Pulang paksa  Pulang berobat jalan  Meninggal dunia Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif retrospektif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan penderita cedera medula spinalis traumatik berdasarkan fakta – fakta yang telah terjadi dan tercatat di rekam medik pada pasien rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2009 – Desember 2010. III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian : RSUP. Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian : Dilakukan selama 5 bulan, terhitung dari tanggal 1 Agustus 2011 – 31 Desember 2011 III.3. Objek Penelitian Rekam medik penderita dengan diagnosis cedera medula spinalis traumatik yang dirawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2009 – Desember 2010. III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi: Data rekam medik penderita yang dirawat dengan diagnosis cedera medula spinalis traumatik, di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010. Kriteria Eksklusi: Data rekam medik penderita cedera medula spinalis traumatik yang tidak lengkap. III.5. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan pada rekam medik pasien di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2010. Universitas Sumatera Utara Data medis dan demografi yang terhimpun ditabulasi dan disajikan dalam bentuk diagram atau tabel distribusi frekuensi serta dianalisa secara deskriptif. III.6. Etika Penelitian Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tetapi hanya berupa inisial saja. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan meminta izin kepada beberapa institusi terkait antara lain Direktur RSUP. Haji Adam Malik Medan, Ketua Departemen dan Kepala Program Studi bagian Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. Haji Adam Malik Medan, dan bagian Rekam Medik RSUP. Haji Adam Malik Medan. III.7. Jadwal Penelitian Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN