Karakteristik Penderita Osteoartritis Lutut Departemen Orthopaedi & Traumatologi Di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2013

(1)

HASIL PENELITIAN MAGISTER

KARAKTERISTIK PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT

DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2011

DESEMBER 2013

OLEH :

M BAYU RIZALDY NIM : 107117002

PEMBIMBING :

dr. CHAIRIANDI SIREGAR, SpOT(K)

DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HASIL PENELITIAN MAGISTER

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

KARAKTERISTIK PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT

DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2011

DESEMBER 2013

PENELITI

dr.M Bayu Rizaldy

NIM : 107117002

PEMBIMBING

dr.Chairiandi Siregar, SpOT(K) NIP196309241989031002

Disetujui oleh:

KETUA DEPARTEMEN

ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI FK-USU

KETUA PROGRAM STUDI DEPARTEMEN ORTHOPAEDI &

TRAUMATOLOGI FK-USU

Prof.dr.Hafas Hanafiah, SpB.,SpOT (K) FICS dr. Chairiandi Siregar, SpOT(K) NIP 140055625 NIP 196309241989031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan berkatnya saya bisa menyelesaikan penelitian magister saya yang berjudul “KARAKTERISTIK

PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI DI RSUP HAJI ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER 2013“. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Magister dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi & Traumatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa penelitian ini bisa diselesaikan dengan baik berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah saya untuk mengucapkan terima kasih kepada:

Prof. dr. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT (K) FICS. Ketua Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang senatiasa memberikan dorongan dan bimbingan untuk kemajuan pendidikan saya.

dr. Chairiandi Siregar, SpOT(K), sebagai Ketua Program Studi Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai pembimbing penelitian ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada saya dalam penyelesaian penelitian ini.

Guru-guru saya, Prof. dr. Nazar Moesbar,SpB,SpOT(K), dr. Nino Nasution, SpOT,

dr.Otman Siregar, SpOT(K), dr. Husnul Fuad Albar, SpOT, dr. Pranajaya Darma Khadar SpOT (K), dr.Aga Shahri Ketaren,SpOT, dr.Heru Rhamadhani,SpOT, dan dr.Iman Dwi Winanto,SpOT yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk kemajuan pendidikan saya.

Kepada kedua orang tua, Einil Rizar dan Dwi Satelita, serta istri, kakak, dan adik saya saya ucapkan terima kasih dan hormat atas kesabaran, dorongan dan doa yang diberikan selama masa pendidikan saya.

Akhir kata saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun merupakan hal yang sangat berarti dan sangat saya harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.


(4)

Medan, November 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT KETERANGAN DEPARTEMEN ORTHOPAEDI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR DIAGRAM BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang I.2 Rumusan masalah I.3 Tujuan penelitian I.4 Manfaat penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis

II.1.1 Definisi

II.1.2 Faktor Resiko

II.1.3 Biomekanika Osteoartritis Lutut II.1.4 Klasifikasi

II.1.5 Kriteria Diagnosa II.1.6 Diagnosa Banding II.1.7 Penanganan II.2 Kerangka Konsepsional II.3 Definisi Operasional

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian III.3 Objek Penelitian

III.4 Kriteria Inklusidan Eksklusi

III.5 Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data III.6 Etika Penelitian

i ii iv vi 1 2 2 3 5 5 6 8 11 13 16 17 22 22 24 24 24 24 24 25


(6)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Jumlah Kasus

IV.2. Karakteristik Kasus IV.3. Pembahasan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan

V.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

20

26 26 33

37 37


(7)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 1 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis kelamin 26 Diagram 2 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan usia 27 Diagram 3 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis kelamin 27

dan usia

Diagram 4 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan tingkat 28 pendidikan

Diagram 5 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis pekerjaan 28 Diagram 6 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis kelamin 29

dan pekerjaan

Diagram 7 Frekuensi riwayat trauma penderita osteoartritis lutut 29 Diagram 8 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan riwayat keluarga 30 Diagram 9 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan sisi lutut 30 Diagram 10 Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan waktu keluhan 31 Diagram 11 Frekuensi pasien osteoartritis lutut unilateral berdasarkan 32

klasifikasi Kellgren-Lawrence

Diagram 12 Frekuensi pasien osteoartritis lutut bilateral berdasarkan 32 klasifikasi Kellgren-Lawrence


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Terdapat lebih dari 100 jenis kelainan pada sendi tubuh. Osteoartritis merupakan kelainan yang paling banyak ditemukan dan yang paling tinggi dalam prevalensi penyebab disabilitas yang kronis terutama pada usia tua. Osteoartritis paling banyak ditemukan pada sendi panggul dan sendi lutut. Biaya perawatan penderita osteoartritis termasuk yang tertinggi hampir di seluruh negara, termasuk biaya pengobatan, biaya adaptasi pada keluarga dan lingkungan, serta kehilangan perkerjaan karena keterbatasan aktivitas. Nyeri dan gejala lain yang disebabkan oleh osteoartrtitis sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang baik secara fisik maupun psikososial.(5,6)

Osteoartritis pada sendi lutut lebih di khawatirkan dibanding sendi-sendi lain bukan hanya karena insidensinya yang lebih tinggi dibandingkan sendi-sendi lain, tetapi juga karena kemunculannya yang cukup tinggi pada usia dewasa terutama pada wanita muda yang mengalami obesitas. Osteoartritis lutut bukan hanya kelainan yang terlokalisir pada permukaan tulang rawan saja, namun juga kelainan kronis dari seluruh aspek di sendi lutut. Kerusakan pada osteoartritis lutut termasuk permukaan sendinya, meniscus, ligamen serta otot di sekitar lutut yang disebabkan dari mekanisme patofisiologis yang beragam. Osteoartritis lutut telah menyebabkan nyeri yang mengganggu dan disabilitas pada jutaan penderitanya.(6,7)

Osteoartritis sangat sulit untuk ditangani secara sempurna walau dengan bermacam jenis pendekatan penanganan yang telah di lakukan, baik secara konvensional maupun secara modern dimana hasilnya kurang memiliki bukti yang cukup.(7)

Penelitian tentang karakteristik penderita osteoartritis lutut di RSUP Haji Adam Malik Medan belum pernah dilakukan sebelumnya, dengan bermacamnya prevalensi dan karakter penderita osteoartritis lutut yang ada di zaman berkembang sekarang membuat peneliti sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana karakteristik yang paling banyak ditemui pada penderita osteoartritis lutut.


(9)

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut “ Bagaimanakah karakteristik penderita osteoartritis lutut di RSUP

Haji Adam Malik Medan?” I.3. Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita osteoartritis lutut di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik usia penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013

3. Mengetahui tingkat pendidikan penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

4. Mengetahui jenis pekerjaan penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

5. Mengetahui ada tidaknya riwayat trauma ekstremitas bawah pada penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

6. Mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga menderita osteoartritis lutut pada penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

7. Mengetahui jumlah sendi lutut yang terlibat pada penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

8. Mengetahui lama keluhan yang dialami sebelum datang berobat pada penderita Osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

9. Mengetahui klasifikasi osteoartritis lutut atau tingkat keparahan osteoartritis pada penderita Osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011


(10)

10.Mengetahui jenis penanganan yang telah diberikan kepada pasien osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013.

I.4. Manfaat Penelitian I.4.1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kesehatan, terutama mengenai epidemiologi penderita osteoartritis lutut di RSUP. Haji Adam Malik Medan. agar dapat digunakan sebagai referensi untuk tata laksana dan upaya pencegahan pada penderita osteoartritis lutut.

I.4.2. Manfaat Praktis Langsung

Sebagai bahan masukan dalam hal diagnosa, perencanaan dan penanggulangan faktor

– faktor yang ada pada penderita osteoartritis lutut di RSUP H Adam Malik Medan.

I.4.3. Manfaat Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Hasil penelitian ini memberikan gambaran karakteristik penderita osteoartritis lutut yang ada di instalasi rawat jalan RSUP H Adam Malik Medan, mengidentifikasi faktor-faktor resiko, dan memprediksi keperluan di masa yang akan datang, hal-hal ini akan sangat berguna bagi RSUP Haji Adam Malik untuk menentukan strategi penanganan yang paling efektif, penyediaan pelayanan dan perawatan jangka panjang, pertimbangan dampak finansial dan sosial dari penderita osteoartritis lutut dan pembiayaan program pencegahan dan tata laksana yang lebih efisien.

I.4.4. Manfaat Bagi Peneliti

Selain dari suatu proses untuk menyelesaikan program studi, penelitian ini merupakan pengalaman berharga untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah di peroleh.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kerangka Teoritis II.1.1 Defenisi

Osteoartritis adalah kelainan degenerasi pada sendi, diinisiasi oleh deteriorasi lokal dari permukaan sendi dan ditandai dengan degenerasi berlanjut dari tulang rawan, hipertrofi, remodeling dari tulang subchondral, dan inflamasi sekunder dari synovial membrane, yang mengakibatkan berbagai gejala pada sendi. Ini semua merupakan suatu kelainan lokal dan tidak memiliki efek sistemik..(1,2)

Osteoartritis dibagi secara garis besar menjadi primer dan sekunder, osteoartritis primer disebut juga idiopathic karena tidak terdapat faktor predisposisi penyebabnya, dan disebut osteoartritis sekunder jika ada faktor predisposisinya. Osteoartritis primer adalah yang paling banyak dari segala jenis artritis mengenai 70% pada wanita dan 60% pada pria dengan usia diatas 65 tahun.(3)

Secara klinis, osteoartritis ditandai dengan nyeri daerah sendi, kekakuan, terbatasnya gerak sendi, krepitasi, terkadang dijumpai efusi dan berbagai tingkat reaksi peradangan lokal tanpa adanya efek sistemik.(4,5)

Secara patologis, osteoartritis ditandai dengan perubahan permukaan sendi yang paling sering pada area yang banyak menumpu berat tubuh, yaitu proses sclerosis dari tulang subchondral, pembentukan subchondral cyst, pembentukan osteophyte, meningkatnya vaskularisasi ke metaphyses, dan berbagai macam bentuk peradangan cairan synovial.(2,5)

Secara histologis ditandai dengan cepatnya proses fragmentasi dari permukaan sendi, penggandaan chondrosyte, pecahnya permukaan sendi, penumpukan kristal, remodelling, dan vaskularisasi yagn terganggu. Juga di jumpai perubahan permukaan sendi disertai pembentukan osteophyte, dan kemudian hilangnya permukaan sendi, sclerosis, osteonecrosis lokal dari tulang subchondral.(4,6)


(12)

Secara biomekanik osteoartritis di tandai dengan perubahan daya tegang dan daya tekan dari permeabilitas hidrolik tulang rawan di permukaan sendi, meningkatnya kadar air dan pembengkakan. Perubahan tulang rawan ini disertai dengan kekakuan dari tulang subchondral.(7,8)

Secara biokimia osteoartritis ditandai dengan berkurangnya kadar proteoglycan, kemungkinan perubahan dari ukuran dan pengumpulan dari proteoglycan, perubahan dari ukuran collagen dan meningkatnya pembentukan serta degradasi dari matriks molekul besar.(7,8)

Gambar 1. Proses patologis yang terjadi pada osteoartritis lutut

II.1.2 Faktor Resiko Usia

Osteoartritis adalah salah satu patologi yang tidak dapat dihindari seiring dengan bertambahnya usia, diakibatkan oleh degenerasi permukaan sendi dan pemakaiannya. Pemakaian yang tidak adekuat adalah penyebab utama degenerasi permukaan sendi. Penderita osteoartritis secara umum memiliki porsi tubuh yang lebih kuat, dan densitas tulang yang lebih tebal, yang menyebabkab penderita osteoartritis memiliki insidensi yang sangat rendah bersamaan menderita patah tulang rapuh atau akibat osteoporosis. Sebaliknya, belum jelas kenapa penderita osteoporosis memiliki lapisan sendi yang tebal dan fungsi sendi yang baik hingga usia 80 – 90 tahunan.(4,9,10)


(13)

Proses penuaan tubuh dimulai pada usia lanjut, terlihat perubahan permukaan sendi yang baik pada usia muda menjadi permukaan granular karena mengalami kerusakan setelah usia tua. Ditambah lagi bahwa tulang rawan memiliki keterbatasan dalam proses regenerasi. Perubahan degeneratif ini tidak dapat kembali kepada keadaan semula dan bersifat progresif. Osteoartritis bukan merupakan suatu proses pasif, dimana terjadi suatu aktivitas perombakan secara selular dan metabolik yang tinggi dalam tulang rawan secara progresif. Chondrocyte berusaha mempercepat sintesa proteoglycan dan collagen. Walaupun chondrocyte berusaha mepercepat sintesis, kadar proteoglycan akan tetap berkurang karena dirusak oleh enzim lysosom. Pada pusat permukaan sendi akan terjadi gesekan yang terus menerus dan sendi yang menerima beban akan mengalami hipertrofi dan hiperplasi pada tulang disekitar tulang rawan. Chondrocyte ini akhirnya akan mengalami osifikasi enchondral dan terjadilah proses pengapuran (pembentukan osteophyte).(4,6,10)

Beban Pada Sendi

Permukaan sendi yang normal pada lutut dirancang untuk dapat menerima beban yang normal atau fisiologis selama hidup, namun beban yang berlebih dapat meningkatan resiko terjadinya osteoartritis. Sebagai contoh ; trauma, berat badan yang bertambah saat kehamilan, obesitas, kesemuanya dapat menyebabkan terjadinya osteartritis di kemudian hari. Para pekerja berat seperti penambang, tukang angkat di pelabuhan dan petani memiliki insidensi yang lebih tinggi untuk mengalami osteoartiris panggul dan lutut.(4,6,10)

Pada pria dan wanita yang memiliki indeks massa tubuh antara 30 – 35 memiliki resiko mengalami osteoartritis lutut hingga 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang biasa. Secara fisiologis beban yang normal jika diberikan pada sendi yang patologis juga akan menyebabkan osteoarthritis ,misalnya pada subluksasi sendi, tidak lurusnya tungkai, dan penumpukan kristal di celah sendi. Para atlit olahraga pemain bola dan football juga memiliki insidensi yang cukup tinggi akan mengalami osteoartritis lutut, disertai dengan cedera meniscus dan ligamen cruciate. Cedera pada sendi lutut dapat menyebabkan tidak stabilnya sendi lutut, hal ini akan menyebabkan postur tubuh dalam menahan beban tubuh salah, sehingga menjadi osteoartritis dikemudian hari.(4,6,10)

Faktor Genetik

Pernyataan bahwa osteoartritis dapat diturunkan dalam keluarga, baik apakah itu dengan faktor genetika atau lingkungan keluarga yang sama, belum dapat dipastikan secara


(14)

objektif. Pada beberapa tahun terakhir ini banyak penelitian yang mencari tahu hubungan osteoartritis secara genetik dalam keluarga. Sebagai contoh kekurangan dari collagen tipe II yang dijumpai pada keluarga Finnish di Amerika.(4,6)

II.1.3 Biomekanika Osteoartritis Lutut

Secara anatomi, mechanical axis dari tulang femur tidak sama dengan anatomical axis nya, yaitu membentuk sudut 6-9 jika diambil garis mendatar dari sendi panggul dan lutut. Deviasi dari mechanical axis dapat menyebabkan “kaki O” atau “kaki X”, pada posisi berdiri garis lurus mendatar melewati lutut sejajar dengan garis horizontal tubuh. Lutut adalah suatu sendi ginglymus, yang berarti hanya memiliki satu jenis gerakan utama dalam hal ini flexion dan extension, namun sendi lutut juga bisa melakukan sedikit gerakan rotasi internal dan external pada saat posisi flexion. Tidak ada gerakan rotasi sedikitpun pada saat posisi lutut extension penuh.(7,11)

Osteoarthritis diketahui sebagai kelainan secara menyeluruh dari seluruh aspek di sendi dengan penyebab dasar multifaktorial, antara lain:

meningkatnya stress mekanik

rusaknya struktur ligament

degradasi tulang rawan

perubahan struktur tulang subchondral

kerusakan pada otot sekitar sendi lutut

Lebih jauh, inflamasi sekunder cairan sendi lutut memiliki peran yang penting dalam menyebabkan osteoartritis di tahap awal. Beberapa penelitian mengatakan pentingnya faktor mekanik berperan dalam perjalanan terjadinya osteoartritis, terutama di sendi lutut.(4,7)

Beberapa faktor resiko telah disebutkan berupa usia, faktor genetika, obesitas, ketidak-rataan permukaan sendi, meningkatnya stress mekanik dan tebalnya densitas tulang. Osteoartritis juga bisa timbul setelah kerusakan sendi terjadi setelah trauma, seperti patah tulang pada permukaan sendi, kerusakan ligament. Lalu pada berbagai penyakit sistemik seperti rheumatoid arthritis, hemocromatosis, haemophilia. Hal lain seperti pasca infeksi pada sendi, osteochondritis dissecans, atau akibat dari kelainan kongenital dan pertumbuhan.(5,12)


(15)

Osteoartritis akan terjadi saat teradapat ketidakseimbangan antara metabolisme atau destruksi dari sendi lutut dengan mekanisme perbaikannya, dimana proses tersebut tidak sesuai dengan homeostasis sendi. Ketidakseimbangan ini diduga kuat sebagai alasan utama kerusakan yang berkelanjutan hingga menyebabkan nyeri dan disabilitas. Walaupun banyak penderita memiliki berbagai tanda osteoartritis berdasarkan hasil foto, namun secara subjektif mereka tidak merasakan atau mengeluhkan nyeri dan gangguan fungsi yang berhubungan dengan osteoartritis. Osteoartritis paling sering dijumpai pada sendi-sendi yang merupakan tumpuan berat badan tubuh, seperti sendi panggul, lutut dan pergelangan kaki.(4,6)

II.1.3.1 Faktor Tulang dan Tulang Rawan

Osteoartritis pada sendi panggul dan lutut pada umumnya merupakan hasil dari proses degenerasi yang lama, dimana pada penelitian pasien dengan osteoarthritis sendi pergelangan kaki biasanya memiliki riwayat trauma. Fenomena ini diakibatkan perbedaan struktur anatomi dan biomekanika dari sendi panggul, lutut, dan pergelangan kaki. Secara antomi, area kontak atau tekanan paling luas yaitu pada permukaan sendi lutut (1.120mm2), diikuti sendi panggul (1.100mm2) dan sendi pergelangan kaki (350mm2).(5,6)

Secara histologist tulang rawan pada sendi pergelangan kaki memiliki ketebalan proteoglycan yang tinggi, degradasi matriks yang rendah dan ketahanan tenaga kompresi yang tinggi. Secara biomekanik, sendi lutut yang memiliki gerakan rotasi, gesekan, dan putaran secara simultan, menopang tekanan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sendi panggul dan pergelangan kaki. Perbedaan histologis dan kinematik pada sendi lutut ini yang mungkin menjadi penyebab insidensi osteoartritis di sendi lutut lebih tinggi dibandingkan sendi panggul dan kaki.(7,13)

Faktor mekanika ketebalan dari permukaan sendi dengan hubungannya sebagai faktor resiko osteoartritis masih sering diperdebatkan. Berkurangnya ketebalan tulang pada bagian subchondral di temui pada beberapa pasien dengan osteoartritis usia dini. Pada kebanyakan kasus ketebalan tulang subchondral masih baik.(7,8)


(16)

Gambar 2. Perubahan struktur sekitar sendi lutut pada osteoartritis

Gambar diatas menunjukkan bahwa osteoartritis merupakan proses “kerusakan pada

seluruh sendi”. Contohnya adalah atrofi dari otot, apakah atrofi otot menyebabkan/faktor resiko terjadinya osteoartritis, atau sebaliknya osteoartritis menyebabkan atrofi daripada otot quadriceps (diinduksi nyeri)tidak diketahui secara pasti. Synovitis juga dapat terjadi dengan lepasnya proinflamatori cytokine kedalam sendi lutut. Degradasi tulang rawan adalah tanda akhir dari osteoartritis. Perubahan bentuk tulang subchondral pada osteoartritis menunjukkan proses osteosklerosis.(9)

II.1.3.2 Patologi Biomekanika Fraktur

Osteoartritis sekunder pada sendi lutut, sering disebabkan oleh fraktur (diskontinuitas jaringan tulang) di sekitar lutut, misalnya fraktur permukaan sendi daripada bagian bawah tulang femur atau bagian atas tulang tibia, dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada garis horizontal sendi lutut, pergeseran deviasi tungkai, dan ketidakseimbangan distribusi beban aksial di lutut. Cedera ligament di lutut yang berulang dan fraktur akan menimbulkan lesi osteochondral. Akibat ketidakseimbangan pada distribusi beban aksial di lutut yang tidak stabil, penekanan di permukaan sendi menyebabkan kerusakan yang irreversible pada chondrocyte, yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian daripada chondrocyte. Fraktur tersebut dapat merusak mekanisme biomekanik proteksi dari sendi lutut ( gliding dan absorpsi tekanan), penekanan pada daerah lesi chondrocyte akan menyebabkan reaksi inflamasi dan rasa nyeri yang berlebih. Proses inflamasi ini akan merangsang kerusakan yang


(17)

II.1.3.3 Patologi Biomekanika Cedera Ligamen dan Inflamasi

Selain kerusakan langsung pada tulang permukaan sendi, dapat juga terjadi cedera pada ligamen. Kerusakan otot dan syaraf juga mempengaruhi patologi biomekanika terjadinya osteoartritis. Kelemahan otot merupakan salah satu komplikasi paling sering yang akan terjadi seiring dengan berjalannya progresifitas osteoartritis pada lutut.(5,6)

Proses inflamasi atau peradangan pada sendi merupakan proses yang dijumpai pada fase awal osteoartritis. Inflamasi dapat dipicu oleh penggunaan sendi yang berlebihan, pada pembentukan kristal, saat trauma, ataupun idiopatik. Secara klinis, inflamasi cairan sendi ditandai dengan terdapatnya efusi cairan sendi, pasien akan merasa sangat nyeri daerah sendi (terutama saat dilakukan penanganan pemberian kortikosteroid ke dalam sendi). Pemeriksaan MRI adalah modalitas yang paling baik dalam menemukan inflamasi cairan sendi (synovitis) yang berkorelasi dengan nyeri yang bertambah dan foto roentgen yang menunjukkan tanda-tanda osteoartritis.(5,14)

Sacara patobiologis synovitis ditandai dengan sekresi dari cytokine pro-inflamatori seperti TNF-α, IL-1 atau IL-6. Ketidakseimbangan cytokine di dalam cairan sendi dapat menyebabkan induksi dari proteinase seperti metalloproteinase atau aggracenase, yang akan mendegradasi permukaan sendi dan reaksi inflamasi ketika cairan sendi berkontak dengan tulang subchondral. Hal ini juga akan menyebabkan pembentukan kristal subchondral.(5,8)

II.1.4 Klasifikasi

Osteoartritis merupakan kelainan dengan berbagai penyebab, yang mempengaruhi sendi kecil maupun besar, baik satu ataupun beberapa sendi. Osteoartritis secara garis besar dibagi dalam bentuk primer dan sekunder, didasari oleh etiologi osteoartritis yang multifaktorial.(6,12)

Faktor-faktor penyebab osteoartritis seperti telah disebut bekerja dengan 2 mekanisme dasar; keabnormalan dari biomaterial pada sendi seperti perubahan struktur tulang rawan, dan abnormalitas dari biomekanik pada sendi biasanya dikarenakan struktur permukaan sendi yang sudah tidak normal, hal-hal tersebut akan menghasilkan ketidaknormalan pada distribusi tekanan yang dialami sendi saat menahan beban tubuh.(4,6)

Berikut klasifikasi osteoarthritis secara umum(6) :  Primary/Idiopatik


(18)

A.Lokal

A.1. tangan; nodus Heberden dan Bouchard, erosi inter phalangeal, dan lainnya

A.2. kaki; hallux valgus, hallux rigidus, hammer toes, dan lainnya

A.3. lutut ; medial, lateral, atau patellofemoral kompartemen

A.4. panggul ; eksentrik, konsentrik, atau diffuse

A.5. tulang belakang ; sendi apophysis, sendi intervertebra, spondilosis, ligament.

A.6. sendi lainya ; bahu, sacroiliac, dan lainnya

B. General

Mengenai sendi-sendi diatas sebanyak 3 atau lebih pada saat bersamaan  Secondary

Osteoartritis terjadi dikarenakan terdapat kondisi patologis lain, baik yang dialami terlokalisir di sendi lutut, maupun kelainan sistemik, yang menyebabkan sendi lutut mengalami kompensasi akibat perubahan anatomi dan fisiologis.

a. Trauma

b. Congenital or development disease c. Metabolic disease

d. Endocrine disease

e. Calcium deposition disease f. Other boint and joint disease g. Neuropathic

II.1.5 Kriteria Diagnosa

Pemeriksaan riwayat penyakit yang akurat, pemeriksaan fisik dan beberapa tes khusus, sangat penting dilakukan dengan benar untuk menegakkan suatu osteoartritis lutut. Pada beberapa penelitian terhadap kasus-kasus osteoartritis lutut dengan nyeri, kebanyakan hanya memerlukan foto roentgen. Jika proses osteoartritisnya dicurigai terlibat dengan penimbunan kristal atau dikarenakan suatu proses inflamasi sekunder, pemeriksaan darah


(19)

rheumatoid, dan screening antibody mungkin perlu dilakukan. Arthroscopy pada sendi lutut yang mengalami osteoartritis bias merupakan alat diagnostik sekaligus bisa menjadi terapi yang dilakukan oleh si ahli bedah.. Secara umum dalam mendiagnosa osteoartritis dapat dilakukan dengan pendekatan radiologis dan pemeriksaan klinis. (4,5,10)

Radiologis

Foto roentgen mungkin tidak mampu mendeteksi adanya osteoartritis pada fase awal, namun tetap permukaan sendi akan menampilkan karakteristiknya jika terdapat suatu kondisi patologis, seperti yang dideskripsikan oleh Kellgren dan Lawrence yang menyatakan pendiagnosaan utama osteoartritis lutut berdasarkan radiologis(5) :

 Grade 0 ; tidak ada tanda-tanda apapun kearah osteoarthritis

 Grade 1; penyempitan celah sendi yang meragukan dan kemungkinan mulai pembentukan osteofit

 Grade 2; osteofit yang jelas dan kemungkinan penyempitan celah sendi

 Grade 3; ostefit yang multiple, penyempitan celah sendi yang jelas, adanya tanda-tanda sklerosis, dan kemungkinan pembentukan tulang baru di ujung-ujung tulang  Grade 4; osteofit yang besar, penyepitan celah sendi yang jelas, sklerosis yang berat,

dan deformitas pada ujung-ujung tulang

Gambar 3. Foto x-ray penampakan depan dari osteoartritis lutut. (a) grade 1, (b) grade 2,

(c) grade 3, dan (d) grade 4

Sistem klasifikasi secara beragam telah muncul sejak tahun 1950-an, namun dokter dan ahli bedah masih beranggapan adanya osteophyte pada foto polos, menyempitnya celah


(20)

sendi, sklerosis subchondral, dan pembentukan kista, dikombinasikan dengan riwayat penyakit yang cocok, adalah cara yang paling tepat untuk menegakkan suatu diagnosa osteoartritis pada lutut. Sistim yang sama juga dipakai dipakai untuk menilai sendi sebelum dan sesudah mendapat penanganan, baik secara konservatif maupun operatif.(4,5,6)

Magnetic Ressonance Imaging (MRI) dikatakan telah mampu untuk mendeteksi adanya osteoartritis yang dini. MRI juga mampu membedakan secara pasti apakah itu osteoartritis atau tidak, pada pasien dengan rasa nyeri di lutut yang tidak dapat dibedakan secara pemeriksaan klinis saja. Contohnya pada penderita transient osteoporosis di distal femur atau proksimal tibia yang memiliki gejala klinis seperti osteoartritis lutut namun tidak dapat di konfirmasi dengan foto x-ray biasa, tindakan injeksi viscosuplemetn atau kortikosteroid kedalam sendi dan tindakan arthroscopic tidak akan memberi manfaat pada pasien dengan transient osteoporosis.(4,9)

Pemeriksaan Bone scan memiliki indikasi yang lebih spesifik dalam penjajakan osteoartritis, kegunaannya lebih spesifik untuk menyingkirkan kemungkinan patologis lain seperti tumor (keganasan) atau infeksi pada sendi dan tulang.(14)

Diagnosa osteoartritis secara epidemiologi menurut Kellgren & Lawrence adalah berdasarkan radiologi atau foto polos saja. Tanda-tanda kardinal yang dapat dijumpai di foto polos pada penderita osteoartritis lutut adalah(6,14) :

1. Pembentukan osteophyte di pinggir celah sendi atau di insersi ligamen, seperti pada di tibia spine.

2. Pembentukan tulang di dekat sendi

3. Penyempitan celah sendi, berhubungan dengan sklerosis dari tulang subchondral 4. Area kistik dengan dinding yang sklerotik berada di tulang subchondral

5. Perubahan bentuk celah sendi  Gejala Klinis

Seperti telah dijelaskan diatas, terdapat keterbatasan dalam mendiagnosa osteoartritis jika hanya dengan menggunakan foto x-ray saja dalam beberapa kasus tertentu, terutama dalam penelitian klinis terhadap penderita osteoartritis. Secara umum terdapat hubungan korelasi yang sama antara perubahan radiologis dengan tingkat keluhan nyeri pada penderita osteoartritis lutut, namun tetap terdapat pada beberapa kasus, korelasi pasien yang tidak sama


(21)

antara tingkat keparahan osteoartritis secara radiologis, dengan gejala klinis yang dijumpai.(4,5)

Untuk lebih pasti mendiagnosa suatu osteoartritis, direkomendasikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada populasi masing-masing, tentang riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium terhadap penderita osteoartritis lutut. Beberapa riwayat yang khas seperti nyeri saat bergerak, nyeri saat istirahat, nyeri sendi pada malam hari, dan kekakuan yang dialami pagi hari. Pemeriksaan laboratorium termasuk laju endap darah, tes faktor rheumatoid, konsentrasi asam urat, dan analisa cairan sendi.(4,5)

Algoritma untuk klasifikasi osteoartritis pada lutut menurut Subcommittee on Osteoarthritis American Collegue of Rheumatology Diagnostic and Therapeutic Criteria Committee(6):

 Temuan klinis :

1. Nyeri pada lutut setidaknya 1 bulan

2. Krepitasi pada sendi lutut saat bergerak aktif 3. Kaku pagi dialami ± 30 menit.

4. Usia diatas 38 tahun

5. Pembesaran ukuran tulang distal femur atau proximal tibia pada pemeriksaan

Diagnosa osteoartritis ditegakkan jika poin 1,2,3,4 atau poin 1,2,5 atau 1,5 dijumpai. Kriteria ini memiliki nilai sensitivitas 89% dan spesifisitas 88%.

 Klinis, laboratorium, dan radiologis :

1. Nyeri lutut hamper setiap hari dalam setidaknya 1 bulan 2. Dijumpai osteofit (spur) pada sendi

3. Pemeriksaan cairan synovial mendukung suatu osteoarthritis 4. Usia ≥ 40 tahun

5. Kaku pagi ± 30 menit 6. Krepitasi pada gerak sendi

Osteoartritis didiagnosa jika dijumpai poin 1 dan 2, atau poin 1,3,5,6 atau poin 1,4,5,6. Kriteria ini memiliki nilai sensitivitas 94% dan spesifisitas 88%.


(22)

II.1.6 Diagnosa Banding

Terdapat beberapa diagnosa banding dalam hal mendiagnosa osteoartritis, khususnya pada daerah lutut. Dengan gejala dan gambaran radiologis yang hampir sama, sangat penting bagi para klinisi untuk dapat membedakannya dan menentukan dasar penyakit, agar dapat menentukan penanganan yang tepat. Beberapa diagnosa banding osteoartritis yang sering dijumpai adalah(8,9):

Rheumatoid arthritisSeptic arthritisGout arthritis  Spondyloartropati  Tendinopati  Dan lainnya

Salah satu diagnosa banding yang juga banyak dijumpai dan paling menyerupai osteoartritis adalah rheumatoidarthritis, berikut perbedaan lebih terperinci antara rheumatoid arthritis (RA) dengan osteoartritis (OA) :

RA OA

Etiologi Autoimun Banyak penyebab,secara primer proses degenerasi

Usia Beragam bisa pada semua usia Usia lanjut / tua

Perjalanan penyakit

Relatif cepat, hitungan minggu dan bulan bertambah parah

Gejala berjalan perlahan, hitungan bulan ke tahun

Jenis gejala Nyeri, bengkak dan kaku sendi

Nyeri dan keras pasa sendi, namun hanya sedikit bengkak

Sendi yang terlibat Kedua sisi tubuh biasanya terkena

Satu sisi tubuh pada awalnya, kelamaan bisa kesisi tubuh lainnya

Kaku pagi >1 jam <1 jam, gejala muncul kembali saat beraktifitas sedang berat


(23)

II.1.7 Penanganan

Sangat penting untuk menangani penderita osteoartritis secara keseluruhan, Menegakkan dan penanganan osteoartritis lutut masih merupakan tantangan bagi semua tenaga kesehatan professional. Masalah utama dari penderita osteoartritis sehingga mereka mencari pertolongan adalah rasa nyeri dan keterbatasan aktivitas. Walalupun korelasi antara beratnya nyeri, tingkat disabilitas akibat osteoartritis tidak selalu sama dan beragam pada setiap orang, tergantung dari masing-masing pasien dalam faktor kepribadiaan,, pekerjaan, penyakit lainnya, dan tingkat harapan kesembuhan . Sehingga dalam menilai penderita osteoartritis terdapat 2 poin yang perlu ditangani(4,15) :

1. Menilai sendi si penderita, sendi mana yang terlibat, apakah masalah di permukaan sendi atau disekitar sendi, tingkat nyeri, derajat radiologis, kerusakan struktural, ketidakstabilan sendi, inflamasi, disabilitas, dan lainnya.

2. Menilai status penderita, dampak nyeri terhadap aktivitasnya, kecacatan, masalah pengobatan lainnya, masalah sosial, kualitas hidup, kepercayaan, dan yang terpenting pengetahuan pasien tentang penyakit osteoartritis dan penanganannya.

Tujuan penanganan osteoartritis secara umum(6) :

1. Edukasi pasien 2. Mengatasi nyeri

3. Memaksimalkan fungsi

4. Mengurangi keterbatasan aktivitas 5. Menghambat proses osteartritis

Terdapat 2 pendekatan pasien secara umum untuk penanganan osteoartritis lutut(6) :

 Penanganan inti: 1. Edukasi

2. Latihan

3. Pengurangan factor mekanik 4. Analgesia

 Penanganan pilihan : 1. Ortosis

2. Analgesia lokal dan sistemik 3. Operasi


(24)

Beberapa penderita osteoartritis di negara maju cenderung untuk tetap menginginkan kemampuan beraktivitas tinggi hingga usia 50, 60 bahkan 70 tahunan. Dengan meningkatnya aktivitas seseorang maka meningkat pula beban di lapisan subchondral pada sendi lutut yang menyebabkan semakin cepatnya terjadi osteoartritis pada lutut.(6,15)

Non-Operatif

Terdapat berbagai cara untuk menunda tindakan operasi pada penderita osteoartritis usia muda, contohnya latihan fisik, fisioterapi, pemakaian alat bantu gerak, obat-obatan seperti NSAID, dan injeksi kortikosteroid ke dalam sendi lutut, secara umum tujuan penanganan non operatif adalah mengurangi rasa nyeri dan mengurangi keterbatasan fisik.(9,15)

Latihan fisik

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa latihan fisik yang tepat dapat mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kemampuan fisik penderita osteoartritis. Dua penelitian metanalisis yang terbaru juga membuktikan peregangan otot dan latihan aerobik sangat penting untuk penanganan osteoartritis lutut.(15)

Brace dan Alat Bantu

Brace pada lutut dan ortosis pada kaki sangat popular sebagai penanganan pilihan pada penderita osteoartritis dini. Modalitas ini cocok untuk pasien yang menginginkan aktivitas yang tinggi. Ini termasuk pasien yang merupakan usia muda dengan moderate osteoartritis, atlit dengan osteoartritis akibat trauma, dan pasien dengan osteoartritis setelah dilakukan menisectomy. Masih sama,, tujuan utama penggunaan ortosis dan brace adalah meningkatkan kemampuan aktivitas dengan mengurangi rasa nyeri. Brace dianjurkan digunakan pada pasien yang rasa nyerinya tidak berhasil ditangani secara medikamentosa saja, atau pada pasien yang memiliki kelainan satu kompartemen dengan derajat valgus atau varus kurang dari 100 . (15)

NSAID

Penggunaan obat-obatan NSAID oral banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada penderita osteoartritis. Walaupun demikian penggunaan NSAID tetap harus berdasarkan resep dokter ahli, yang relatif aman, mampu dijangkau pasien secara harga dan


(25)

ketersediaannya. kebanyakan para pengguna NSAID mengalami keluhan gastrointestinal pada 2-4% populasi penggunannya.(6,15)

Injeksi sendi

Pemberian viscosuplemen via injeksi ke dalam sendi semakin popular sekarang ini. Injeksi hyaluronic acid kedalam lutut terbukti bermanfaat, dengan kombinasi fungsi viscoelastic dan anti-inflamasi nya, anabolik, analgesi, dan potensial chondroprotective.(5,15)

Operatif Arthroscopy

Peran arthroscopy pada penanganan osteoartritis lutut masih belum sepenuhnya bermanfaat, sekitar 50%-75% dari penderita menunjukkan manfaat setelah dilakukan debridement arthroscopy. Namun tetap arthroscopy menjadi pilihan penanganan osteoartritis lutut yang paling popular. Arthroscopy sangat berperan pada penderita osteoartritis lutut yang berat dengan lisis dan perlengketan pada suprapatellar pouch.(6,15)

Beberapa faktor resiko yang didapatkan pada penderita yang menjalankan arthroscopy lutut termasuk pasien yang telah menderita nyeri lutut selama lebih dari 2 tahun, obesitas, osteophyte pada medial tibia, jarak sendi antara femur dan tibia pada medial lututdibawah 5mm, perokok berat, defek pada chondral tibia grade IV, dan beberapa pasien yang membutuhkan penanganan subtotal atau total menisectomy(5,15).

Tabel dibawah ini menunjukkan beberapa kriteria pasien dengan follow-up yang baik setelah menjalani arthroscopy debridement(15):

Kriteria Follow-up dengan perbaikan Follow-up tanpa perbaikan

Usia <40 tahun >75 tahun

Kompartemen Medial, 1 kompartemen Lateral, 3 kompartemen Jarak sendi >5mm <5mm

Alignment Netral Valgus

Durasi keluhan <6bulan >1 tahun Lokasi nyeri Local Menyebar Indeks massa tubuh

Efusi sendi

<30 +

>30 -


(26)

Total Knee Arthroplasty/Operasi Penggantian Sendi Lutut

Ganti sendi lutut total sering dianggap sebagai pilihan penanganan terakhir untuk osteoartritis lutut yang berat. Beberapa penelitian telah membuktikan hasil follow-up pada pasien yang berusia diatas 60 tahun. Hal ini dikarenakan hingga beberapa saat lalu TKA (total knee arthroplasty) dianggap kontraindikasi pada pasien osteoartritis lutut yang berusia di bawah 60 tahun.(15)

Kesimpulan dari penanganan osteoartritis lutut, khususnya pada pasien usia muda masih merupakan hal yang menantang mengingat tuntuan pasien yang beraktivitas tinggi. Penanganan utama non-operasi berupa latihan fisik, modifikasi aktivitas, NSAID, dan suplementasi mampu untuk mengurangi keluhan tapi tidak mampu untuk menghentikan proses patologis yang terus terjadi. Penanganan secaraoperatif dengan indikasi yang tepat pada pasien yang tepat dapat menjadi solusi yang terbaik untuk beberapa pasien, terutama yang beraktivitas tinggi. Pilihan penanganan harus selalu disesuaikan dengan keluhan, gejala dan harapan dari masing-masing individu pasien(6,15).


(27)

Penderita osteoartritis lutut di Dept.Orthopaedi RSUP HAM Medan

II.2 Kerangka Konsepsional

II.3 Defenisi Operasional

1. Usia

Usia pasien sesuai yang tercantum di dalam rekam medis, dibagi dalam 4 kategori, yaitu dibawah usia 40 tahun, 40 – 50 tahun, 50 – 60 tahun, dan diatas 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien sesuai dengan yang tercantum di dalam rekam medis pasien, pria atau wanita.

3. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan pasien yang tecantum di rekam medis, apakah tidak sekolah, SD dan yang sederajat, SLTP dan yang sederajat, SLTA dan yang sederajat, atau perguruan tinggi.

4. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan pasien yang tercantum di rekam medis, apakah ibu rumah tangga, pekerja lapangan, atau pekerja non-lapangan.

5. Riwayat trauma

Karateristik :

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Jenis pendidikan 4. Jenis pekerjaan 5. Riwayat trauma 6. Riwayat keluarga

menderita yang sama 7. Sendi lutut yang

terlibat

8. Durasi keluhan 9. Klasifikasi radiologis 10.Penanganan


(28)

Apakah pada pasien dijumpai riwayat trauma ringan, trauma berat, atau tidak ada riwayat trauma sama sekali sesuai dengan anamnesa yang tercantum di dalam rekam medis.

6. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama

Apakah pada pasien dijumpai atau tidak dijumpai riwayat di dalam keluarga pasien, menderita osteoarthritis lutut sesuai dengan anamnesa yang tercantum di dalam rekam medis.

7. Jumlah sendi lutut yang terlibat

Jumlah sendi lutut yang terkena osteoarthritis apakah unilateral atau bilateral sesuai dengan yang tercantum di rekam medis.

8. Durasi keluhan

Lamanya keluhan nyeri atau lainnya yang dialami oleh pasien sesuai dengan anamnesa yang tercantum di rekam medis. Dibagi 2 menjadi dibawah 6 bulan dan lebih dari 6 bulan sejak awal keluhan.

9. Klasifikasi radiologis

Klasifikasi atau tingkat keparahan osteoartritis lutut, berdasarkan sistem klasifikasi Kellgren & Lawrence yang tercantum pada interpretasi foto x-ray lutut pasien di dalam rekam medis.

10.Jenis penanganan

Jenis penanganan yang telah dilakukan di bagian orthopaedi RS HAM terhadap pasien-pasien osteoartritis lutut, dibagi secara garis besar yaitu operatif dan konservatif, dimana penanganan operatif dibagi lagi menjadi dua yaitu arthroscopy dan total knee replacement.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif retrospektif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan penderita osteoartritis lutut berdasarkan fakta – fakta yang telah terjadi dan tercatat di rekam medis pada pasien rawat inap dan rawat jalan di Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2013.

III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian : Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Waktu penelitian : Dilakukan selama 6 bulan, terhitung dari tanggal 1 Januari 2014 – 30 Juni 2014

III.3. Objek Penelitian

Rekam medik pasien dengan diagnosis osteoartritis lutut yang ada di instalasi rawat inap dan rawat jalan Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011

– Desember 2013.

III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi: Data rekam medis pasien dengan diagnosa osteoartritis lutut yang berada di instalasi rawat inap dan rawat jalan Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2013.

Kriteria Eksklusi: Data rekam medis pasien yang tidak lengkap.

III.5. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan pada rekam medis pasien di Dept.Orthopaedi RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 – Desember 2013. Data medis dan demografi dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau diagram dan persentase untuk data kategori dan rataan dan simpangan baku untuk data kontinu.


(30)

III.6. Etika Penelitian

Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari rekam medis dengan tidak menuliskan nama pasien tetapi hanya berupa inisial saja.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan meminta izin kepada beberapa institusi terkait antara lain Direktur RSUP. Haji Adam Malik Medan, Ketua Departemen dan Kepala Program Studi bagian Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. Haji Adam Malik Medan, dan bagian Rekam Medik RSUP. Haji Adam Malik Medan.


(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

IV.1. Jumlah Kasus

Selama kurun waktu tiga tahun ( Januari 2011 – Desember 2013) didapatkan jumlah kasus osteoartritis lutut di Departemen Orthopaedi RSUP Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 145 kasus.

IV.2. Karakteristik Kasus IV.2.1. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa pada umumnya penderita osteoartritis lutut adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 89 orang (61%), dan sisanya berjenis kelamin pria sebanyak 56 orang (39%).

Diagram 1. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis kelamin

IV.2.2. Usia

Berdasarkan usia, penderita osteoartritis lutut paling banyak berusia diatas 60 tahun dengan jumlah penderita sebanyak 65 orang (45%) dan paling sedikit dijumpai pada golongan usia dibawah 40 tahun dengan jumlah 4 orang (0,05%).

Diagram 2. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan usia

89 56

Perempuan Pria


(32)

IV.2.3 Usia & Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin dan usia, tampak frekuensi pasien osteoartritis pada setiap usia lebih banyak dijumpai yang berjenis kelamin perempuan, dimana yang terbanyak dijumpai adalah yang berjenis kelamin perempuan dan berusia diatas 60 tahun, yaitu sebanyak 39 orang (27%).

Diagram 3. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis kelamin dan usia

IV.2.4 Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, pasien penderita osteoartritis lutut paling banyak dijumpai memiliki pendidikan setara perguruan tinggi sebanyak 65 orang (44,8%), setara SD sebanyak 12 orang ( 0,09%), setara SLTP sebanyak 22 orang (15,1%), dan setara SLTA

13

29

51

52 40thn

41-50 thn 51-60 thn

60thn

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Pria Perempuan

40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 60 tahun


(33)

Diagram 4. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan tingkat pendidikan

IV.2.5 Pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah dibagi secara garis besar berdasarkan tingkat kemungkinan cedera dan beban pada sendi lutut, penderita osteoartritis lutut paling banyak dijumpai pada yang memiliki pekerjaan berada di dalam ruangan (non-lapangan) sebanyak 69 orang (47,5%), pekerjaan sehari-hari di lapangan sebanyak 57 orang (39,3%), dan sisanya berupa wanita dengan profesi ibu rumah tangga sebanyak 19 orang (13,1%).

Diagram 5. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis pekerjaan

IV.2.6 Pekerjaan dan Jenis Kelamin

Jika dilihat dari aspek jenis kelamin dan pekerjaan para penderita osteoartritis, seperti di paparkan sebelumnya, pasien osteoartritis lutut paling banyak dijumpai pada yang berjenis kelamin perempuan sekaligus memiliki perkerjaan sehari-hari di dalam ruangan (non-lapangan).

Diagram 6. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan sehari-hari

65

46 22

12

Perguruan Tinggi SLTA

SLTP SD

69

57 19

non-lapangan lapangan IRT


(34)

IV.2.7 Riwayat trauma dan jenis pekerjaan

Berdasarkan apakah ada riwayat trauma dan derajat trauma terhadap lutut yang mengalami osteoartritis, paling banyak dijumpai penderita osteoartritis tanpa mengalami riwayat trauma pada sendi lutut sebanyak 105 orang (72,4%), penderita yang memiliki riwayat trauma berat pada lutut sebanyak 9 orang (0,06%), dan yang memiliki riwayat trauma ringan sebanyak 31 orang (21,3%). Jika dilihat dari karakteristik jenis perkerjaan, ditemukan yang paling banyak adalah yang tidak memiliki riwayat trauma dan yang berkerja di dalam ruangan (non-lapngan).

Diagram 7.Frekuensi riwayat trauma penderita osteoartritis lutut

IV.2.8 Riwayat keluarga

Berdasarkan ada tidaknya riwayat keluarga penderita mengalami hal yang sama (osteoartritis lutut/radang sendi), paling banyak penderita osteoartritis lutut tidak memiliki atau tidak jelas memiliki riwayat keluarga nya yang mengalami hal yang sama sebanyak 139

0 31 24 19 26 45 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

IRT Lapangan Non-Lapangan

Pria Wanita

0 0

19 13 2 44 18 7 30 0 10 20 30 40 50

Ringan Berat Tidak ada

IRT

Non-Lapangan Lapangan


(35)

orang (95,8%), penderita yang memiliki orang tua perempuan mengalami hal yang sama sebanyak 5 orang (0,03%) dan orang tua laki-laki sebanyak 1 orang.

Diagram 8. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan riwayat keluarga

IV.2.9 Sisi lutut

Berdasarkan sendi lutut penderita yang mengalami osteoartritis maka paling banyak dijumpai penderita yang mengalami osteoartritis pada lutut kanan sebanyak 65 orang (44,8%), diikuti pada lutut kiri sebanyak 49orang (33,8%) dan mengenai kedua lutut sebanyak 31 orang (21,3%).

Diagram 9. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan sisi lutut

IV.2.10 Lama penyakit

Berdasarkan lamanya keluhan mulai dialami penderita hingga datang berobat, paling banyak penderita datang berobat ke dokter setelah mengalami keluhan paling tidak selama 6 bulan lebih sebanyak 91 orang (62,7%) dan sisanya baru mulai mengalami keluhan dalam 6 bulan terakhir sebanyak 54 orang (37,3%).

Diagram 10. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan waktu keluhan

6

139

Riwayat keluarga OA +

Riwayat keluarga OA

-65

49 31

Lutut kanan Lutut kiri Kedua lutut


(36)

IV.2.11 Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi osteoartritis lutut dengan sistim klasifikasi Kellgren-Lawrence, pasien dibagi menjadi 2 kelompok, pasien dengan osteoartritis 1 sendi lutut dan pasien dengan osteoartritis bilateral.

Unilateral lutut sebanyak 114 pasien: paling banyak pasien dengan osteoartritis lutut klasifikasi grade II sebanyak 78 pasien (53,7%). Dan hanya terdapat 1 pasien unilateral osteoartritis lutut yang memiliki klasifikasi grade IV

Diagram 11. Frekuensi pasien osteoartritis lutut unilateral berdasarkan klasifikasi

Kellgren-Lawrence

Bilateral lutut sebanyak 31 pasien (62 lutut) :

Diagram 12. Frekuensi pasien osteoartritis lutut bilateral berdasarkan klasifikasi

Kellgren-Lawrence

54

91

keluhan dialami <6 bulan keluhan dialami >6 bulan

4

42

18

1 5

36

8

0 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45

grade I grade II grade III grade IV

ka ki


(37)

IV.2.12. Penanganan

Berdasarkan jenis penanganan yang telah diberikan, hamper sebagian besar pasien cukup diberikan penanganan konservatif sebanyak 121 pasien (83,4%), sisanya sebanyak 20 pasien dilakukan operasi arthroscopy, dan hanya 4 orang yang telah menjalani operasi total knee replacement.

Diagram 13. Frekuensi pasien osteoartritis lutut berdasarkan jenis penanganan

IV. 3 Pembahasan

Pada penelitian ini didapati jumlah kasus osteoartritis lutut di Departemen Orthopaedi RSUP Haji Adam Malik Medan yang memenuhi criteria, yaitu lengkapnya data rekam medis sebanyak 145 pasien. Jumlah ini sebenarnya jauh dari total jumlah kasus osteoartritis terutama khusus osteoartritis lutut di RS HAM Medan, dikarenakan banyak faktor. Pertama, tidak semua pasien yang mengalami osteoartritis lutut sebagai penyakit penyerta di keluhkan oleh pasien, dan juga mereka tidak mencari penanganan terhadap osteoartritis lututnya, sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi. Kedua, pasien yang mengalami masalah pada sendi, terutama osteoartritis dan khususnya pada sendi lutut, sebagian besar pergi atau diarahkan oleh dokter umum untuk berobat ke dokter Ilmu Penyakit Dalam bagian

2

9

19

2 1

6

16

7

0 5 10 15 20

grade I grade II grade III grade IV

ka ki

121 20

4

Konservatif Arthroscopy TKR


(38)

Rheumatologi, sehingga pasien-pasien tersebut tidak dapat terdeteksi jika tidak dirujuk oleh dokter Penyakit Dalam ke bagian Orthopaedi.(3,10)

Berdasarkan jenis kelamin, dari total 145 pasien, kebanyakan penderita osteoartritis

lutut berjenis kelamin perempuan (89 penderita). Terutama pada usia tua ( ≥60 tahun), namun

terlihat di data bahwa pada setiap golongan usia, penderita osteoartritis tetap lebih banyak berjenis kelamin wanita. Secara psikologis, pria akan lebih mampu untuk menahan rasa nyeri yang tergolong ringan, dimana wanita ketika merasa sedikit nyeri akan langsung pergi berobat sehingga lebih banyak osteoartritis dijumpai pada wanita.

Lalu pada wanita usia tua, akan megalami masa menopause dimana hormon estrogen dan hormon fisiologis lainnya akan mengalami penurunan, sehingga pembentukan chondrocyte, juga kadar proteoglycan dan glycogen akan menurun, yang akan menyebabkan proses deteriorasi dari permukaan sendi akan lebih cepat.(4,5,6)

Berdasarkan usia, penderita osteoartritis lutut paling banyak dijumpai pada usia diatas 60 tahun sebanyak 52 penderita, dan paling sedikit dijumpai pada usia dibawah 40 tahun sebanyak 13 orang. Osteoartritis hampir tidak pernah dijumpai pada anak-anak. Faktor usia memang hal yang paling signifikan pada osteoartritis, terutama osteoartritis primer, dimana akan terjadi perubahan secara seluler pada permukaan sendi seiring bertambah tua nya sel-sel di tubuh. Regenerasi tulang rawan sudah berhenti, disaat yang sama beban yang diberikan permukaan sendi masih terus terjadi.(4,5,6,15).

Ditinjau dari latar belakang pendidikan penderita osteoartritis lutut, dapat dilihat bahwa jumlah penderita yang dijumpai meningkat seiring degan semakin tingginya derajat pendidikan seseorang. Penderita osteoartritis yang dijumpai kebanyakan memiki latar belakang pendidikan perguruan tinggi, ini mungkin dikarenakan pasien dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan memilki tingkat kesadaran yang baik pula sehingga si pasien mau pergi berobat ke dokter dan tidak membiarkan penyakitnya, ataupun juga pergi berobat ke pengobatan alternatif.

Dilihat dari segi profesi atau pekerjaan penderita, dimana sebagian besar penderita osteoartritis adalah wanita, sehingga profesi ibu rumah tangga (IRT) di berikan tempat kusus, dari semua penderita terdapat wanita yang berprofesi sebagai IRT sebanyak 19 orang (13,1%). IRT dapat dikategorikan sebagai aktivitas ringan-sedang, dimana beban pada sendi


(39)

kategori pekerjaan non-lapangan, penderita osteoartritis lutut dijumpai sebanyak 69 orang (47,5%). Kategori ini di golongkan pada aktivitas sedang-berat seperti profesi guru, pegawai negri sipil di kantor, pelayan, dan lainnya. pada kategori lapangan yang digolongkan pada aktivitas berat dijumpai sisanya sebanyak 57 orang (39,3%), kategori ini contohnya olahragawan, buruh, tentara, dan lainnya. secara teori dikatakan bahwa beban yang semakin besar pada sendi lutut akan menyebabkan kemungkinan mengalami osteoartritis akan lebih besar juga. Namun di penelitian ini hal ini sedikit berlainan dimana yang paling banyak dijumpai pada pekerjaan non-lapangan (sedang-berat). Hal ini dikarenakan banyak faktor, misalnya pekerjaan sehari-hari yang lebih berat dari profesinya, kondisi anatomis dari lutut pasien, dan sebagainya.(4,5,7)

Ditinjau dari riwayat adanya trauma pada sekitar sendi lutut, paling banyak dijumpai penderita osteoartritis dengan tidak ada nya riwayat trauma sama sekali sebanyak 105 orang (72,4%). Disusul dengan penderita dengan riwayat trauma ringan seperti jatuh terpeleset, terbentur benda secara ringan, dan lain sebagainya sebanyak 31 orang (31,3%). Dan hanya 9 atau 0,06% yang memiliki riwayat trauma berat seperti kecelakaan lalu lintas, atau cedera olah raga yang menyebabkan kerusakan struktur di sekitar sendi lutut. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa keutuhan anatomi sendi lutut, baik itu tulang, ligamen, otot dan lainnya sangat mempengaruhi stabilitas sendi lutut bahkan dalam hal menopang beban tubuh, kerusakan salah satu struktur tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan pada mekanisme penerimaan beban di lutut yang mampu menyebabkan osteoartritis sekunder.(5) Dalam penelitian ini dijumpai kebanyakan tidak memiliki riwayat trauma dikarenakan osteoartritis primer lebih banyak dijumpai.(1,7)

Dalam hal dengan hubungannya dengan faktor genetik atau riwayat keluarga memiliki penyakit osteoartritis sendi lutut primer, kebanyakan penderita tidak memilki hubungan penyakit yang sama dengan keluarganya sebanyak 139 oran(95,8%), dan sisanya sebanyak 6 orang pada anamnesa mengatakan bahwa mereka memilki orang tua yang dikatakan pernah mengalami radang sendi pada lutut. Terdapat literatur yang menyatakan pernah terdapat suatu keluarga yang mengalami defisiensi collagen tipe 2 yang menyebabkan mereka mengalami osteoartritis turun temurun, namun belum ada yang dapat menyatakan secara pasti hal ini.(4,5)

Berdasarkan jumlah lutut yang mengalami osteoartritis, jumlah penderita osteoartritis yang hanya mengenai 1 sendi lutut dijumpai dominan, 65 orang pada lutut kanan, dan 49 orang pada lutut kiri, sedangkan sisanya sebanyak 31 orang mengenai kedua lutut. Sisi yang


(40)

terkena osteoartritis kanan atau kiri tidak dapat diprediksi dan memilki prevalensi yang sama, namun jika kedua sendi lutut telah mengalami osteoartritis, predileksi osteoartritis tersebut bersifat primer lebih tinggi, dan ada kemungkinan sendi lain bisa mengalami osteoartritis.(3,5)

Pada parameter lama nya keluhan dialami penderita sebelum datang berobat ke dokter, penderita yang telah menahan keluhan lebih dari 6 bulan dijumpai sebanyak 91 penderita (62,7%), sedangkan sisanya yang datang berobat dalam kurun waktu 6 bulan keluhan sebanyak 54 orang (37,3%). Hal ini dapat terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat pendidikan, jarak rumah dari pusat kesehatan, kebudayaan, dan lainnya.(10)

Pada distribusi penderita berdasarkan klasifikasi (Kellgren & Lawrence), jumlah penderita dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu penderita osteoartritis lutut unilateral, dan bilateral. Pada kelompok penderita osteoartritis lutut unilateral, paling banyak dijumpai penderita dengan klasifikasi grade II sebanyak 78 pasien (53,7%), dan hanya 1 pasien dengan grade IV osteoartritis lutut. Pada kelompok bilateral, dari jumlah pasien osteoartritis bilateral sebanyak 31 pasien yang berarti 62 lutut, dominan memiliki grade III sebanyak 35 lutut (56,4%).(4,5,9)

Berdasarkan jenis penanganan yang telah diberikan kepada pasien-pasien osteoartrtitis lutut di Departemen Orthopaedi, penanganan konservatif yang paling banyak diberikan dan cukup untuk membuat pasien merasa lebih baik atau cukup baik. Karena itu sangat penting untuk dilakukan pencatatan indeks massa tubuh pasien di dalam rekam medis setiap pasien datang berobat untuk mengevaluasi penanganan konservatif.(1,15)


(41)

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

V.1 Kesimpulan

Penderita osteoartritis kebanyakan berjenis kelamin perempuan, terutama yang telah berusia diatas 60 tahun. Pada umumnya penderita yang datang ke rumah sakit memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi, dan memiliki profesi seharinya kerja di dalam ruangan yang tergolong aktivitas dengan beban sedang. Kebanyakan penderita osteoartritis lutut adalah osteoartritis primer dimana tidak terdapat riwayat trauma pada lutut dan tidak ada riwayat genetik osteoartritis. Kebanyakan penderita osteoartritis lutut hanya mengenai 1 sendi lutut, datang berobat setelah mengalami keluhan lebih dari 6 bulan, dan dari semua penderita paling banyak dijumpai osteoartritis lutut Kellgreen & Lawrence grade II.

V.2 Saran

1. Sangat perlu dicantumkannya indeks massa tubuh ( berat badan dan tinggi badan) dalam setiap penulisan rekam medis pasien yang di diagnosa osteoartritis

2. Edukasi tentang osteoartritis sebagai suatu proses degenerasi fisiologis yang bisa di atasi dengan cara sederhana hingga cara operasi

3. Tingkatkan kepercayaan dan pemahaman pasien untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik

4. Sarana pengobatan osteoartritis lutut di RSUP H Adam Malik Medan sebaiknya ditingkatkan agar seluruh pasien dari berbagai latar ekonomi mendapatkan penanganan yang lebih maksimal


(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Degenerative Disorders of Bones and Related Tissues; Knee. In: Salter R B,editors. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd edition. USA : Williams & Wilkins; 1999. p 257-268

2. Solomon L. Osteoarthritis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S, editors. Apley’s system of Orthopaedics and Fractures. 9th edition. UK : Hodder Arnold; 2010. p 85-101

3. Fransen M, Bridget L, March L, Hoy D,Penserga E, Brooks P. The Epidemiology of osteoarthritis in Asia. Int Journal of Rheumatic Diseases 2011 ; 14:113-121

4. I.Roach H, Tilley S. The Pathogenesis of Osteoarthritis. In: Bronner F, Carson M,editors. Bone and Osteoarthritis. Vol 4. USA : Springer; 2007. p 1-27

5. Heidari B. Knee Osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and features :part I. Caspian J intern Med 2011; 2(2) : 205-212

6. Flores R, Hochberg M. Definition and Classification of Ostreoarthritis. In: Brandt K, Doherty M, Lohmander L,editors. Osteoarthritis. 2nd edition. UK : Oxford; 2003. p1-8 7. Hamill J, Knutzen K M. Functional Anatomy of the Lower Extremity. In : Hamill J, Knutzen K M. Biomechanical Basis of Human Movement. 3rd edition. Washington : Churcill Livingstone; 2009

8. Cole B J, Berger R, Goldberg V M, Rosenberg A. Lower Extremity Surgical Considerations : Knee. In : Moskowitz R W, Altman R D, Hochberg M C,Goldberg V M. Osteoarthritis : Diagnosis and Medical/Surgical Management. 4th edition. Cleveland : Lippincott Williams & Wilkins; 2007

9. Guideline Development Group. Osteoarthritis : Introduction. London. Royal Collegues of Physicians. 2008;1 : 3-10

10.Chapple C M, Nicholson H, Baxter G D, Abbot J H. Patient Characteristics That Predict Progression of Knee Osteoarthriis : A Systemic Review of Prognostic Studies. American College of Rheumatology 2011. 63; pp 1115-1125

11.Doherty M, Lohmander S. The Future Diagnostic and Management Osteoarthritis. In : Woolf A D. Bone and Joint Futures. 1st edition. London : BMJ books; 2002. p 62-77 12.Dubey S, Adebajo A O. Historical and Current Perspectives in management


(43)

13.Pamela B, Rosenthal. Knee Osteoarthritis. In : Scott W N,editors. Surgery of the knee. 5th edition. Philadelphia : Elsevier Churcill Livingstone; 2012. p 718-72

14.Knee Osteoarthritis. In: Stoller D W, Tirman P F J,editors. Diagnostic Imaging orthopaedics. 1st edition. Canada : AMIRSYS; 2004

15.Feeley B, Gallo R, Sherman S, Williams R. Mangement of Osteoarthritis of the Knee in the active patient. J Am Acad Orthop Surg 2010; 18: 406-416


(1)

Rheumatologi, sehingga pasien-pasien tersebut tidak dapat terdeteksi jika tidak dirujuk oleh dokter Penyakit Dalam ke bagian Orthopaedi.(3,10)

Berdasarkan jenis kelamin, dari total 145 pasien, kebanyakan penderita osteoartritis

lutut berjenis kelamin perempuan (89 penderita). Terutama pada usia tua ( ≥60 tahun), namun

terlihat di data bahwa pada setiap golongan usia, penderita osteoartritis tetap lebih banyak berjenis kelamin wanita. Secara psikologis, pria akan lebih mampu untuk menahan rasa nyeri yang tergolong ringan, dimana wanita ketika merasa sedikit nyeri akan langsung pergi berobat sehingga lebih banyak osteoartritis dijumpai pada wanita.

Lalu pada wanita usia tua, akan megalami masa menopause dimana hormon estrogen dan hormon fisiologis lainnya akan mengalami penurunan, sehingga pembentukan

chondrocyte, juga kadar proteoglycan dan glycogen akan menurun, yang akan menyebabkan

proses deteriorasi dari permukaan sendi akan lebih cepat.(4,5,6)

Berdasarkan usia, penderita osteoartritis lutut paling banyak dijumpai pada usia diatas 60 tahun sebanyak 52 penderita, dan paling sedikit dijumpai pada usia dibawah 40 tahun sebanyak 13 orang. Osteoartritis hampir tidak pernah dijumpai pada anak-anak. Faktor usia memang hal yang paling signifikan pada osteoartritis, terutama osteoartritis primer, dimana akan terjadi perubahan secara seluler pada permukaan sendi seiring bertambah tua nya sel-sel di tubuh. Regenerasi tulang rawan sudah berhenti, disaat yang sama beban yang diberikan permukaan sendi masih terus terjadi.(4,5,6,15).

Ditinjau dari latar belakang pendidikan penderita osteoartritis lutut, dapat dilihat bahwa jumlah penderita yang dijumpai meningkat seiring degan semakin tingginya derajat pendidikan seseorang. Penderita osteoartritis yang dijumpai kebanyakan memiki latar belakang pendidikan perguruan tinggi, ini mungkin dikarenakan pasien dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan memilki tingkat kesadaran yang baik pula sehingga si pasien mau pergi berobat ke dokter dan tidak membiarkan penyakitnya, ataupun juga pergi berobat ke pengobatan alternatif.

Dilihat dari segi profesi atau pekerjaan penderita, dimana sebagian besar penderita osteoartritis adalah wanita, sehingga profesi ibu rumah tangga (IRT) di berikan tempat kusus, dari semua penderita terdapat wanita yang berprofesi sebagai IRT sebanyak 19 orang (13,1%). IRT dapat dikategorikan sebagai aktivitas ringan-sedang, dimana beban pada sendi lutut hanya berupa kegiatan sehari-hari berupa mengangkat, berjalan, dan lainnya. Pada


(2)

kategori pekerjaan non-lapangan, penderita osteoartritis lutut dijumpai sebanyak 69 orang (47,5%). Kategori ini di golongkan pada aktivitas sedang-berat seperti profesi guru, pegawai negri sipil di kantor, pelayan, dan lainnya. pada kategori lapangan yang digolongkan pada aktivitas berat dijumpai sisanya sebanyak 57 orang (39,3%), kategori ini contohnya olahragawan, buruh, tentara, dan lainnya. secara teori dikatakan bahwa beban yang semakin besar pada sendi lutut akan menyebabkan kemungkinan mengalami osteoartritis akan lebih besar juga. Namun di penelitian ini hal ini sedikit berlainan dimana yang paling banyak dijumpai pada pekerjaan non-lapangan (sedang-berat). Hal ini dikarenakan banyak faktor, misalnya pekerjaan sehari-hari yang lebih berat dari profesinya, kondisi anatomis dari lutut pasien, dan sebagainya.(4,5,7)

Ditinjau dari riwayat adanya trauma pada sekitar sendi lutut, paling banyak dijumpai penderita osteoartritis dengan tidak ada nya riwayat trauma sama sekali sebanyak 105 orang (72,4%). Disusul dengan penderita dengan riwayat trauma ringan seperti jatuh terpeleset, terbentur benda secara ringan, dan lain sebagainya sebanyak 31 orang (31,3%). Dan hanya 9 atau 0,06% yang memiliki riwayat trauma berat seperti kecelakaan lalu lintas, atau cedera olah raga yang menyebabkan kerusakan struktur di sekitar sendi lutut. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa keutuhan anatomi sendi lutut, baik itu tulang, ligamen, otot dan lainnya sangat mempengaruhi stabilitas sendi lutut bahkan dalam hal menopang beban tubuh, kerusakan salah satu struktur tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan pada mekanisme penerimaan beban di lutut yang mampu menyebabkan osteoartritis sekunder.(5) Dalam penelitian ini dijumpai kebanyakan tidak memiliki riwayat trauma dikarenakan osteoartritis primer lebih banyak dijumpai.(1,7)

Dalam hal dengan hubungannya dengan faktor genetik atau riwayat keluarga memiliki penyakit osteoartritis sendi lutut primer, kebanyakan penderita tidak memilki hubungan penyakit yang sama dengan keluarganya sebanyak 139 oran(95,8%), dan sisanya sebanyak 6 orang pada anamnesa mengatakan bahwa mereka memilki orang tua yang dikatakan pernah mengalami radang sendi pada lutut. Terdapat literatur yang menyatakan pernah terdapat suatu keluarga yang mengalami defisiensi collagen tipe 2 yang menyebabkan mereka mengalami osteoartritis turun temurun, namun belum ada yang dapat menyatakan secara pasti hal ini.(4,5)

Berdasarkan jumlah lutut yang mengalami osteoartritis, jumlah penderita osteoartritis yang hanya mengenai 1 sendi lutut dijumpai dominan, 65 orang pada lutut kanan, dan 49 orang pada lutut kiri, sedangkan sisanya sebanyak 31 orang mengenai kedua lutut. Sisi yang


(3)

terkena osteoartritis kanan atau kiri tidak dapat diprediksi dan memilki prevalensi yang sama, namun jika kedua sendi lutut telah mengalami osteoartritis, predileksi osteoartritis tersebut bersifat primer lebih tinggi, dan ada kemungkinan sendi lain bisa mengalami osteoartritis.(3,5)

Pada parameter lama nya keluhan dialami penderita sebelum datang berobat ke dokter, penderita yang telah menahan keluhan lebih dari 6 bulan dijumpai sebanyak 91 penderita (62,7%), sedangkan sisanya yang datang berobat dalam kurun waktu 6 bulan keluhan sebanyak 54 orang (37,3%). Hal ini dapat terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat pendidikan, jarak rumah dari pusat kesehatan, kebudayaan, dan lainnya.(10)

Pada distribusi penderita berdasarkan klasifikasi (Kellgren & Lawrence), jumlah penderita dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu penderita osteoartritis lutut unilateral, dan bilateral. Pada kelompok penderita osteoartritis lutut unilateral, paling banyak dijumpai penderita dengan klasifikasi grade II sebanyak 78 pasien (53,7%), dan hanya 1 pasien dengan grade IV osteoartritis lutut. Pada kelompok bilateral, dari jumlah pasien osteoartritis bilateral sebanyak 31 pasien yang berarti 62 lutut, dominan memiliki grade III sebanyak 35 lutut (56,4%).(4,5,9)

Berdasarkan jenis penanganan yang telah diberikan kepada pasien-pasien osteoartrtitis lutut di Departemen Orthopaedi, penanganan konservatif yang paling banyak diberikan dan cukup untuk membuat pasien merasa lebih baik atau cukup baik. Karena itu sangat penting untuk dilakukan pencatatan indeks massa tubuh pasien di dalam rekam medis setiap pasien datang berobat untuk mengevaluasi penanganan konservatif.(1,15)


(4)

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

V.1 Kesimpulan

Penderita osteoartritis kebanyakan berjenis kelamin perempuan, terutama yang telah berusia diatas 60 tahun. Pada umumnya penderita yang datang ke rumah sakit memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi, dan memiliki profesi seharinya kerja di dalam ruangan yang tergolong aktivitas dengan beban sedang. Kebanyakan penderita osteoartritis lutut adalah osteoartritis primer dimana tidak terdapat riwayat trauma pada lutut dan tidak ada riwayat genetik osteoartritis. Kebanyakan penderita osteoartritis lutut hanya mengenai 1 sendi lutut, datang berobat setelah mengalami keluhan lebih dari 6 bulan, dan dari semua penderita paling banyak dijumpai osteoartritis lutut Kellgreen & Lawrence grade II.

V.2 Saran

1. Sangat perlu dicantumkannya indeks massa tubuh ( berat badan dan tinggi badan) dalam setiap penulisan rekam medis pasien yang di diagnosa osteoartritis

2. Edukasi tentang osteoartritis sebagai suatu proses degenerasi fisiologis yang bisa di atasi dengan cara sederhana hingga cara operasi

3. Tingkatkan kepercayaan dan pemahaman pasien untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik

4. Sarana pengobatan osteoartritis lutut di RSUP H Adam Malik Medan sebaiknya ditingkatkan agar seluruh pasien dari berbagai latar ekonomi mendapatkan penanganan yang lebih maksimal


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Degenerative Disorders of Bones and Related Tissues; Knee. In: Salter R B,editors. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd edition. USA : Williams & Wilkins; 1999. p 257-268

2. Solomon L. Osteoarthritis. In: Solomon L, Warwick D, Nayagam S, editors. Apley’s system of Orthopaedics and Fractures. 9th edition. UK : Hodder Arnold; 2010. p 85-101

3. Fransen M, Bridget L, March L, Hoy D,Penserga E, Brooks P. The Epidemiology of osteoarthritis in Asia. Int Journal of Rheumatic Diseases 2011 ; 14:113-121

4. I.Roach H, Tilley S. The Pathogenesis of Osteoarthritis. In: Bronner F, Carson M,editors. Bone and Osteoarthritis. Vol 4. USA : Springer; 2007. p 1-27

5. Heidari B. Knee Osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and features :part I. Caspian J intern Med 2011; 2(2) : 205-212

6. Flores R, Hochberg M. Definition and Classification of Ostreoarthritis. In: Brandt K, Doherty M, Lohmander L,editors. Osteoarthritis. 2nd edition. UK : Oxford; 2003. p1-8 7. Hamill J, Knutzen K M. Functional Anatomy of the Lower Extremity. In : Hamill J, Knutzen K M. Biomechanical Basis of Human Movement. 3rd edition. Washington : Churcill Livingstone; 2009

8. Cole B J, Berger R, Goldberg V M, Rosenberg A. Lower Extremity Surgical Considerations : Knee. In : Moskowitz R W, Altman R D, Hochberg M C,Goldberg V M. Osteoarthritis : Diagnosis and Medical/Surgical Management. 4th edition. Cleveland : Lippincott Williams & Wilkins; 2007

9. Guideline Development Group. Osteoarthritis : Introduction. London. Royal Collegues of Physicians. 2008;1 : 3-10

10.Chapple C M, Nicholson H, Baxter G D, Abbot J H. Patient Characteristics That Predict Progression of Knee Osteoarthriis : A Systemic Review of Prognostic Studies. American College of Rheumatology 2011. 63; pp 1115-1125

11.Doherty M, Lohmander S. The Future Diagnostic and Management Osteoarthritis. In : Woolf A D. Bone and Joint Futures. 1st edition. London : BMJ books; 2002. p 62-77 12.Dubey S, Adebajo A O. Historical and Current Perspectives in management

Osteoarthritis. In : Reid D M, Miller C G. Clinical Trials in Rheumatoid Arthritis and Osteoarthritis.2nd edition. UK : Springer ; 2008. p 6-12


(6)

13.Pamela B, Rosenthal. Knee Osteoarthritis. In : Scott W N,editors. Surgery of the knee. 5th edition. Philadelphia : Elsevier Churcill Livingstone; 2012. p 718-72

14.Knee Osteoarthritis. In: Stoller D W, Tirman P F J,editors. Diagnostic Imaging orthopaedics. 1st edition. Canada : AMIRSYS; 2004

15.Feeley B, Gallo R, Sherman S, Williams R. Mangement of Osteoarthritis of the Knee in the active patient. J Am Acad Orthop Surg 2010; 18: 406-416