Evaluasi Hasil Pembelajaran

5. Evaluasi Hasil Pembelajaran

a. Evaluasi

Evaluasi menurut Bloom dalam Daryanto (2008:1) adalah “evaluation, as

we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes are taking place in the learners as well as to determine the amount or degree of change in individual students.” yang artinya : Evaluasi merupakan pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.

Evaluasi menurut Stufflebeam dalam Daryanto (2008:1) adalah

“Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives.”

yang berarti bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

commit to user

Secara garis besar, teknik evaluasi yang biasa digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu Teknik tes dan teknik non-tes. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teknik tes.

Menurut Drs.Amir Daien Indrakusuma dalam Daryanto (2008:1) mengenai teknik tes : “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat ”.

Selanjutnya dalam bukunya Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan:

“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid. ”

Jadi tes mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan dalam program pengajaran. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan adanya 3 macam tes :

1) Tes Diagnostik Tes ini bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikannya. Oleh karena itu, terlebih dahulu harus diketahui bagian mana dari pengajaran yang memberian kesulitan belajar pada siswa. Berarti harus terlebih dulu disajikan tes formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai oleh siswa. Baru setelah itu dibuat butir- butir soal yang lebih memusatkan pada bagian itu sehingga dapat dipakai untuk mendeteksi bagian-bagian mana dari pokok bahasan atau subpokok bahasan yang belum dikuasai.

2) Tes formatif Tes ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun kepada guru. Berdasarkan hasil tes itu guru dan siswa dapat mengetahui apa

commit to user

lebih baik.

3) Tes sumatif Tes ini diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan., meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada tes akhir caturwulan atau semester dan bahkan pada tes akhir pokok bahasan.

Menurut Saifuddin Azwar(2002:11), tes prestasi belajar ditempatkan dalam beberapa fungsi yaitu:

1) Fungsi Penempatan adalah Penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk

klasifikasi individu ke dalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang telah diperlihatkannya pada hasil beajar yang lalu. Contoh yang paling jelas untuk fungsi ini adalah penggunaan nilai rapor kelas 2 sekolah menengah untuk menentukan jurusan studi di kelas 3.

2) Fungsi Formatif adalah adalah Penggunaan hasil tes prestasi belajar guna

melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran. Dalam hal ini hasil tes prestasi merupakan umpan balik (feed back) kemajuan belajar dan karena itu biasanya tes diselenggarakan di tengah jangka waktu suatu program yang sedang berjalan. Hasil tes formatif dapat menyebabkan perubahan kebijaksanaan mengajar atau belajar bila perlu. Contoh tes prestasi yang berfungsi formatif adalah ujian tengah semester di perguruan tinggi atau tes hasil belajar (THB) di setiap catur wulan atau setiap semester di sekolah-sekolah tingkat menengah dan dasar.

3) Fungsi diagnostic dilakukan oleh tes prestasi apabila hasil tes yang

bersangkutan digunakan untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera dan semacamnya.

4) Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh

informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan pegukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.

Tes diagnostik juga dapat berfungsi untuk mendiagnosis miskonsepsi yang dialami oleh siswa setelah pembelajaran sehingga diketahui kesalahan

konsep yang dialami siswa saat pembelajaran. Hal itulah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

commit to user

a. Cahaya

Tahun 1873, James Clark Maxwell meramalkan keberadaan gelombang elektromagnetik dan menghitung laju perambatannya. Perkembangan ini, bersamaan dengan karya eksperimental dari Heinrich Hertz yang dimulai tahun 1887, menunjukkan secara pasti bahwa cahaya sesungguhnya merupakan gelombang elektromagnetik.

Akan tetapi sejak tahun 1930 melalui perkembangan elektrodinamika kuantum, yakni sebuah teori komperehensif yang memasukkan kedua sifat gelombang dan sifat partikel dari cahaya. Perambatan cahaya paling baik dijelaskan dengan model gelombang. Pemahaman tentang refleksi dan refraksi cahaya memerlukan pendekatan partikel.

Dalam pembahasan mengenai lensa, cermin, dan instrumen optis, kita menggunakan model optik geometri, di mana kita menyatakan cahaya sebagai sinar-sinar. Sinar-sinar yaitu garis-garis lurus yang dibelokkan pada permukaan yang merefleksikan cahaya atau merefraksikan cahaya. Berdasarkan sifat cahaya sebagai partikel, cahaya akan merambat lurus dari suatu tempat ke tempat lain dalam medium yang sama.

Benda-benda di sekeliling terlihat karena benda-benda tersebut dapat memancarkan cahaya sendiri atau adanya cahaya yang mengenai benda tersebut, lalu cahaya tersebut dipantulkan oleh benda. Cahaya pantul tersebut kemudian diterima oleh mata kita. Dengan demikian, tanpa adanya cahaya yang mengenai benda, kita tidak akan dapat melihat benda tersebut.

Cahaya timbul karena ada sumber cahaya yang memancarkan cahaya tersebut. Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah : cahaya bintang termasuk matahari, cahaya lampu dan cahaya lilin. Benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri disebut benda gelap. Contoh benda gelap adalah planet, batu, dan kayu.

commit to user

Bayangan terbentuk ketika berkas cahaya mengenai benda yang tak tembus cahaya. yang terjadi? Misalnya ketika Matahari bersinar cerah, tiba-tiba ada sekumpulan awan yang menghalangi cahayanya. Kamu dapat melihat bahwa daerah di bawah awan tersebut menjadi teduh. Suasana teduh ini disebabkan adanya bayangan dari awan. Suatu penghalang, semakin sukar ditembus cahaya semakin gelap bayangan yang terbentuk. Kamu dapat melihat bayangan badanmu ketika badanmu terkena sinar. Bayangan badanmu akan tampak hitam karena badanmu sama sekali tidak dapat ditembus cahaya. Lain halnya jika segumpal awan tipis menghalangi sinar Matahari. Meskipun terjadi bayangan,bayangan ini tidak terlalu pekat. Berdasarkan pekat tidaknya suatu bayangan, bayangan dapat dibedakan menjadi dua jenis.

a. Bayangan umbra, yaitu bayangan yang benar-benar gelap dengan kata lain bayangan yang tidak mendapat cahaya sama sekali.

b. Bayangan penumbra, yaitu bayangan yang tidak terlalu gelap dengan kata lain bayangan yang masih mendapatkan cahaya.

c. Hukum Pemantulan

Perhatikan Gambar 2.4

Gambar 2.4 Pemantulan Cahaya (Giancoli D.C, 1980:522)

1) Bunyi hukum pemantulan cahaya :

a) Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar

b) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) Apabila seberkas cahaya mengenai suatu benda atau dinding penghalang, cahaya itu akan dipantulkan. Jika berkas cahaya pantul tersebut mengenai mata kita, kita akan melihat benda itu. Jadi pemantulan cahaya membantu proses

Sinar pantul

Sinar datang

commit to user

yaitu:

a) Pemantulan Teratur Apabila seberkas cahaya sejajar mengenai suatu permukaan benda rata, misalnya permukaan cermin, maka cahaya tersebut akan dipantulkan dengan arah tertentu secara teratur seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pemantulan Teratur

(Giancoli D.C, 1980:522) Pemantulan cahaya ke satu arah saja disebut pemantulan teratur (reguler). Dalam kehidupan sehari-hari pemantulan teratur terjadi pada pemantulan cahaya oleh cermin dan permukaan logam yang mengkilat.

b) Pemantulan baur Apabila seberkas cahaya sejajar mengenai suatu permukaan benda tidak rata, maka cahaya tersebut akan dipantulkan ke segala arah secara tidak beraturan seperti pada Gambar 2.6. Pemantulan cahaya seperti itu disebut pemantulan baur ( difuse ). Jadi, pemantulan baur adalah pemantulan cahaya ke segala arah secara tidak beraturan.

Gambar 2.6 Pemantulan Baur

(Giancoli D.C, 1980:522)

Sinar datang

Sinar pantul

Sinar datang Sinar pantul

commit to user

Berdasarkan bentuk permukaannya, ada tiga jenis cermin yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.

2) Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar Cermin yang kita gunakan sehari-hari untuk berhias merupakan salah

satu contoh dari cermin datar. Jika kita berdiri di depan cermin datar, maka kita dapat melihat bayangan diri kita di dalam cermin. Bayangan kita sama besar, sama tinggi dan sama jaraknya dengan jarak kita ke cermin seperti pada Gambar

2.7. Beberapa sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar, antara lain sebagai berikut :

a) Bersifat semu (maya), karena bayangan yang terbentuk berada di belakang

cermin dan terbentuk oleh perpanjangan sinar pantul

b) Jarak benda ke cermin (s) sama dengan jarak bayangan ke cermin (

c) Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan  

d) Perbesaran bayangan ( M ) sama dengan 1

e) Sisi kiri benda menjadi sisi kanan bayangan, sebaliknya sisi kanan benda

menjadi sisi kiri bayangan

Gambar 2.7 Sifat Bayangan pada Cermin Datar

(Giancoli D.C, 1980:523) Pembentukan bayangan pada cermin datar terbentuk berdasarkan hukum pemantulan cahaya seperti Gambar 2.8. Bayangan yang dibentuk pada cermin datar adalah perpotongan dari sinar maya. Sinar maya merupakan sinar yang dibentuk seolah-olah perpanjangan dari sinar pantul.

commit to user

Gambar 2.8 Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar

(Giancoli D.C, 1980:523) Jika dua buah cermin datar membentuk sudut α satu sama lain, maka jumlah bayangan yang dibentuk adalah

360   360 

dengan :

: banyak bayangan yang terbentuk

: sudut antara dua cermin datar