Graha Kesenian Anak di Surakarta sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Graha Kesenian Anak di Surakarta

sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh : AGWIDA PRIMAHESTHI

I 0207104

Pembimbing : Ir. HARDIYATI, MT Ir. M.ASRORI, MT PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

PENDAHULUAN

A. JUDUL

Graha Kesenian Anak di Surakarta sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas

B. PENGERTIAN JUDUL

1. Graha Kesenian Anak di Surakarta

- Graha : Graha berasal dari bahasa kawi yang berarti rumah. Dalam perkembangannya graha diartikan sebagai rumah mewah, rumah besar, rumah yang indah, singgasana. Demikian juga diartikan gedung yang mewah.

- Kesenian : Semua betuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan. Aktivitas fisik dan cita rasa keindahan itu tertuang

dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran.

( Standart kompetensi Mata pelajaran Kesenian SMP & MTs, 2003)

- Anak : Makhluk sosial yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya dan masih peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal

dari

lingkungannya. ( Haditono dalam Damayanti, 1992 ).

- Surakarta : Merupakan kota terpenting dan terbesar kedua di Jawa Tengah, yang berpenduduk sekitar 500.000 jiwa, yang tengah berkembang sebagai kota besar yang mempunyai kesempatan berkembang semua, yakni sebagai kota perdagangan, industri,

wisata, budaya, pendidikan dan olahraga serta pelayanan administrasi pemerintahan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan Graha Kesenian Anak di Surakarta adalah sebuah wadah kegiatan bagi anak-anak untuk berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi gerak dan peran yang berada di Surakarta.

2. Sarana Pengembangan Kreativitas

memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada (sugiono, 2004)

commit to user

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. (Supriadi ,2001)

3. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Graha Kesenian Anak di

Surakarta Sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas Anak adalah sebuah wadah kegiatan bagi anak-anak untuk berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran yang berada di Surakarta yang bertujuan merangsang perkembangan anak untuk melahirkan gagasan atau karya nyata yang baru.

C. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini, maka manusia dituntut untuk lebih berkembang dari usia sedini mungkin. Banyak sekali

bermunculan pusat-pusat pendidikan tambahan selain sekolah formal. Bahkan saat ini banyak orang tua yang mendidik anaknya sejak janin. Misalnya, ketika masih dalam kandungan, janin sudah dibiasakan untuk mendengar Bahasa Inggris untuk melatih otaknya lebih cepat belajar Bahasa Inggris. Bukan hanya pendidikan dalam bidang hapalan atau hitungan, namun kini sudah semakin banyak pendidikan dalam bidang seni yang semakin populer. Seni sudah semakin ikut berpengaruh dalam perkembngan dunia antara lain dalam hal desain, arsitektur, musik, tari, mode dan lain – lain . Jadi, sudah tentu bidang pendidikan seni juga semakin berkembang dan itu dapat juga dimulai dari usia anak. Sejak usia anak-anak, sudah harus dilatih untuk menggunakan otak kanan (untuk seni) secara intensif, karena begitu anak-anak masuk sekolah formal, maka otak kirinya lebih banyak dipakai.

Dalam pertumbuhan anak, karakter dan pola pikirnya dibentuk oleh lingkungan di mana anak itu tumbuh, di keluarga, sekolah, teman-teman, dll. Sayangnya, saat ini lingkungan-lingkungan tersebut kebanyakan tidak menanamkan karakter-karakter atau kebiasaan-kebiasaan positif pada anak. Dengan semakin majunya teknologi, media, mainan-mainan untuk anak (yang kebanyakan tidak membangun), seperti play stasion dan sejenisnya, membuat anak-anak malas untuk mengasah kreativitasnya kalau tidak dipaksa oleh orang tua. Padahal setiap anak selalu punya keinginan berkreasi dengan sendirinya.

Salah satu faktor yang membuat anak malas dan takut dalam berkreasi, adalah beberapa sistem pendidikan di Indonesia yang masih belum bisa mendorong anak untuk berani memunculkan idenya. Dari TK sampai SMU, pengajarannya

commit to user

jarang sekali terutama di Kota Surakarta yang bukanlah termasuk kota besar. Ketika di TK, anak selalu didekte, diberi tahu, diberi contoh lengkap, misalnya jika di sebuah kelas TK, seorang guru menyuruh anak-anak menggambar bunga maka guru akan memberi contoh di papan tulis sebuah bunga dengan satu model tertentu, akhirnya semua anak di kelas tersebut akan menggambar bunga dengan model tersebut. Jika seorang anak menggambar model lain (yang biasanya lebih jelek dari contohnya), guru tersebut akan mengoreksinya dan biasanya akhirnya menggambarkan untuk si anak. Kasus ini merupakan salah satu contoh yang mematikan kreativitas anak. Ketika dewasa, mereka cenderung pasif dalam berkreasi karena takut salah, dan sudah kebiasaan didekte dalam hal apapun. Contoh lain, banyak terjadi orang tua yang mematikan kreativitas anak dengan memarahi atau menghukum anak, jika si anak berbuat macam-macam di rumah, seperti mewarnai dinding, mengotori rumah, tanpa memberikan alternatif atau media lain untuk menyalurkan kreativitasanya.

Permainan anak-anak yang bernilai edukatif dapat dilakukan melalui kegiatan seni, pada dasarnya seni adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani), baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya (Rohidi, 1985:8). Seni dengan berbagai keunikannya sering dibandingkan dengan suatu permulaan, dan kedua kegiatan ini sangat berkaitan (Ross, 1978).

Anak-anak selama masih „tidur penalarannya ฀ sangat bergairah berkarya seni, karena kegiatan bermain seni memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi

anak-anak untuk mengungkapkan perasaan atau berekspresi. Ketika penalarannya bangkit, seni harus dipersiapkan untuk memberikan jalan baginya yang akan diterimanya sebagai kegiatan yang disenanginya (Read, 1970:283).

Karena itu dipandang perlu adanya suatu wadah pendidikan seni bagi anak- anak yang mengarahkan bakat anak dalam kesenian, wadah pagelaran seni sebagai wadah pertunjukan dan pameran hasil karya kesenian anak, wadah rekreasi seni sebagai sarana hiburan bagi anak yang berwawasan seni yang bertujuan mengembangkan kreativitas yang dimiliki masing-masing anak dan memberikan rangsangan yang positif pada masa pertumbuhan anak. Khusunya bagi anak-anak di Kota Surakarta karena selain sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak, juga karena Kota Surakarta merupakan salah satu kota budaya di Indonesia yang perlu dilestarikan kebudayaan dan keseniannya dengan cara menanamkan kecintaan pada seni dan budaya sedari dini.

commit to user

Bali dan Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya turis asing/mancanegara yang singgah di Surakarta untuk mengenal dan mempelajari budaya Surakarta. Perkembangan kunjungan wisatawan di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Surakarta Tahun 2003- 2007

Tahun Wisatawan

mancanegara

Wisatawan Nusantara

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara

Prosentase Progresif

5.85 % Tabel I.1 Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Surakarta Tahun2003

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Surakarta. 2008

Banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah dan bernilai seni tinggi di kota Surakarta, misalnya adalah Kraton Kasunanan dan Kraton Mangkunegaran beserta benda-benda pusaka yang ada di dalamnya. Berbagai macam alat musik dan tarian khas Surakarta masih hidup sampai saat ini. Hal itu terlihat sewaktu Surakarta memiliki event-event khusus (sekaten, kirab budaya dan lain-lain).

commit to user

internasional sering digelar di Surakarta, seperti :

a. Kirab budaya nasional: arak-arakan berbagai macam seni dan budaya di Indonesia;

b. SIEM (Solo International contemporary Ethnic Music Festival 2010): event dua tahunan yang menitik beratkan pencapaian musik etnik musisi nasional maupun internasional. Lebih dari 50 grup musisi nasional dan internasional tampil pada SIEM pertama maupun kedua.

c. SIPA (Solo International Performing Arts): Pertunjukan seni dalam skala Internasional di Solo yang menampilkan keaneka ragaman seni dari berbagai belahan dunia. Event ini berperan sebagai wadah untuk saling mengenal antara seni bangsa yang satu dengan bangsa lain. Sekitar 2 ribu penonton berjejal memadati lokasi pertunjukan di kawasan Mangkunegaran kota Solo pada SIPA tahun 2010.

d. Peringatan Hari Tari Sedunia yang diselenggarakan tanggal 29 April 2010. Event-event kesenian tersebut sebagian besar juga melibatkan anak -anak

sebagai pelaku seni. Sehingga perlu sebuah wadah sebagai pengembangan kreativitas seni k-husus bagi anak yang merupakan upaya pelestarian seni sedari

dini, karena anak-anak merupakan aset terbesar Kota Surakarta dalam pelestarian kesenian sehingga perlu ditanamkan kecintaan terhadap seni sedari dini.

Saat ini telah terdapat berbagai wadah di kota Solo yang berkaitan dalam usaha penampungan aktivitas kesenian di Surakarta. Taman Budaya Surakarta

(TBS), Sanggar Tari Suryo Sumirat, sanggar-sanggar seni musik seperti YMI, purwacaraka dan masih banyak lagi, namun belum ada yang sekaligus menampung

semua aktivitas berkreativitas dan berkesenian khusus bagi anak, sehingga anak dapat memilih bakatnya sendiri dalam satu wadah dan dapat dengan bebas memunculkan idenya tetapi tetap diarahkan dengan benar dan positif. Di mana anak akan dibimbing, dilatih, diarahkan untuk berani berkreasi sesuai dengan bakat/talentanya, khususnya di bidang seni. Seni juga merupakan sarana yang bagus untuk menyalurkan pikiran – pikiran yang tertekan atau sedih, dengan menggambar, musik dan lain-lain. sehingga memperkecil anak yang depresi dan terpengaruh ke perilaku negatif karena dapat menyalurkan perasaan mereka ke hal yang positif.

commit to user

1. Permasalahan

Bagaimana bentuk setting konsep, tranformsasi desain dan keputusan desain Graha Kesenian Anak di Surakarta sebagai wadah yang dapat mengembangkan kreativitas pada anak yang sesuai dengan modalitas belajar kinestetis, auditori dan visual serta dapat menunjang perkembangan anak melalui kegiatan berkesenian, yang dalam penerapan desainnya di sesuaikan dengan karaktristik anak.

2. Persoalan

a. Aspek Mikro

1) Bagaimana bentuk Setting Konsep user/pelaku, jenis kegiatan, pola kegiatan pada Graha Kesenian Anak yang dapat mengembangkan kreativitas anak sesuai dengan modalitas belajar kinestetis, auditori dan visual.

2) Bagaimana setting konsep, tranformsasi desain dan keputusan desain kebutuhan ruang, besaran ruang, kelompok ruang, pola hubungan ruang,

dan organisasi ruang sehingga tercipta hubungan antar ruang yang dapat memberikan suasana nyaman bagi anak-anak untuk berkesenian sehingga dapat menunjang modalitas belajar kinestetis, auditori dan visual

pada anak?

b. Aspek Makro

1) Bagaimana menentukan lokasi dan site untuk mendukung keberadaan

Graha Kesenian Anak di Surakarta yang direncanakan.

2) Bagaimana mengolah site agar sesuai dengan analisa site (pencapaian, kebisingan dan lain-lain) yang dapat menunjang berdirinya Graha

Kesenian Anak di Surakarta.

3) Bagaimana penataan masa dan sirkulasi yang aksesibel di dalam site agar sesuai dengan kebutuhan serta nyaman bagi pelaku kegiatan di Graha Kesenian Anak.

4) Bagaimana menentukan elemen-elemen ruang (warna, tampilan, dimensi, ornamen, tekstur dan lain-lain) yang menimbulkan rasa nyaman dan suasana yang akrab bagi anak.

5) Bagaimana menentukan tampilan interior dan eksterior sebuah Graha Kesenian Anak yang dapat menciptakan suasana nyaman, rekreatif dan akrab dengan anak agar dapat menunjang ketrampilan berpikir dan fisik serta dapat mengurangi beban psikologi anak yang bertujuan mengendalikan emosi dan perasaan anak ke hal yang positif.

commit to user

dengan perilaku, karakter anak-anak serta fungsi bangunan sebagai wadah berkesenian, sehingga bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai suatu landmark atau symbol yang dapat dengan mudah dikenali oleh masyarakat.

7) Bagaimana menentukan sistem stuktur dan konstruksi bangunan yang sesuai dengan kondisi, aman dan dapat mendukung kegiatan yang diwadahi.

8) Bagaimana menentukan sistem utilitas pada bangunan Graha Kesenian

Anak yang memperlancar proses kegiatan yang ada.

E. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Menyusun konsep perencanaan sebagai landasan dalam pembuatan desain Graha Kesenian Anak di Surakarta sebagai wadah yang dapat mengembangkan

kreativitas sesuai modalitas belajar kinestetis, auditori dan visual pada masing – masing anak melalui kegiatan berkesenian, yang dalam penerapan desainnya di

sesuaikan dengan karaktristik anak.

2. Sasaran

a. Aspek Mikro

1) Mendapatkan konsep user/pelaku, program kegiatan, pada Graha Kesenian Anak di Surakarta sebagai wadah pengembangan kreativitas,

sesuai modalitas belajar pada anak sehingga menimbulkan susana nyaman pada anak dan seusai dengan perkembangan psikologi anak.

2) Mendapakan konsep kebutuhan ruang, besaran ruang, kelompok ruang, pola hubungan ruang, dan organisasi ruang sehingga tercipta hubungan antar ruang yang dapat memberikan suasana nyaman, tenang serta aksesibel bagi pengguna khususnya anak-anak.

b. Aspek Makro

1) Mendapatkan konsep lokasi dan site untuk mendukung keberadaan Graha

Kesenian Anak di Surakarta yang aksesibel, aman dan tenang.

2) Mendapatkan Mendapatkan konsep pengolahan site agar sesuai dengan zoning dari analisa site (pencapaian, kebisingan dan lain-lain) yang dapat menunjang berdirinya bangunan Graha Kesenian Anak.

3) Mendapatkan konsep penataan massa dan sirkulasi yang aksesibel di dalam site agar sesuai dengan kebutuhan serta nyaman bagi pelaku kegiatan di Graha kesenian Anak.

commit to user

ornament, tekstur dan lain-lain) yang menimbulkan rasa nyaman dan suasana yang akrab bagi anak.

5) Mendapatkan konsep tampilan interior dan eksterior sebuah Rumah Sakit Anak yang dapat menciptakan suasana nyaman, rekreatif dan akrab dengan anak agar dapat menunjang ketrampilan berpikir dan fisik serta dapat mengurangi beban psikologi anak yang bertujuan mengendalikan emosi dan perasaan anak ke hal yang positif

6) Mendapatkan tampilan bangunan yang menarik yang disesuaikan dengan perilaku, karakter anak-anak serta fungsi bangunan sebagai wadah berkesenian sehingga dapat dijadikan landmark atau simbol yang dapat dengan mudah dikenali masyarakat.

7) Mendapatkan konsep stuktur dan konstruksi bangunan yang sesuai

dengan kondisi dan dapat mendukung kegiatan yang diwadahi.

8) Mendapatkan sistem utilitas pada bangunan Graha Kesenian Anak yang memperlancar proses kegiatan yang ada.

F. LINGKUP BAHASAN

1. Lingkup Pembahasan

· Pembahasan akan mengarah pada Graha Kesenian Anak di Surakarta, serta fasilitas-fasilitas pendukung dalam bangunan tersebut.

· Pembahasan menitik-beratkan pada hal-hal dan masalah di sekitar disiplin ilmu Arsitektur serta hal-hal lain yang berpengaruh terhadap perencanaan

dan perancangan Graha Kesenian Anak: o Fungsi utama sebagai wadah pengembangan kreativitas anak melalui

kegiatan berkesenian seperti pelatihan dan pagelaran seni anak. o Fungsi sekunder sebagai sarana rekreasi dan pendidikan

berwawasan seni bagi pengunjung Graha Kesenian Anak. · Pembahasan ditekankan pada penampilan fisik desain interior dan eksterior

bagunan pada ruang yang menampung kegiatan berkesenian bagi anak yang dapat memberi suasana nyaman dan akrab terhadap anak sehingga dapat

mengembangkan kreativitas, kemampuan berpikir dan fisik serta pengendalian emosi dan perasaan anak.

2. Batasan Pembahasan

Batasan pembahasan ialah pada suatu desain wadah pengembangan kreativitas anak di Surakarta dengan seni sebagai sarananya yang bertujuan

commit to user

dengan desain untuk anak.

G. METODE PEMBAHASAN

Secara umum metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui gagasan awal, penelusuran permasalahan, pencarian data, pengolahan data, pendekatan konsep, dan trasformasi rancang bangun arsitektur.

1. Gagasan Awal

Gagasan awal berawal dari fakta dan fenomena yang terjadi di masyarakat pada masa kini di mana kemajuan teknologi membawa dampak yang kurang positif bagi anak. Banyaknya mainan-mainan anak seperti videogame dan sejenisnya membuat anak-anak menjadi malas untuk mengembangkan kreativitasnya serta menghambat perkembangan berpikir, serta fisik mereka sehingga anak kurang bersifat produktif bahkan mendorong mereka bersifat konsumtif yang dapat menghambat bakat dan talentanya Padahal setiap anak selalu punya keinginan berkreasi dengan sendirinya. Perkembangan jaman juga mengakibatnya banyaknya anak yang depresi melampiaskan emosi dan perasaannya ke hal yang negatif seperti adanya fenomena anak punk jalanan, kasus kriminalitaas yang dilakukan anak seperti perjudian, pemerkosaan hingga fenomena anak merokok. Maka dirasa perlu adanya sarana pengembangan kreativitas serta pengendalian emosi dan perasaan anak ke arah yang positif. Kesenian merupakan sarana yang paling tepat bagi anak karena selain dapat mengasah kreativitas sesuai bakat dan modalitas belajar yang dimiliki masing – masing anak, kesenian juga dapat mengembangkan perkembangan afektif, kognitif dan psikomotorik anak. Sehingga dibutuhkan wadah berkesenian khusus bagi anak di Kota Surakarta selain sebagai penunjang perkembangan anak juga untuk wadah pelestarian seni dan budaya kota Surakarta.

Graha Kesenian Anak yang direncanakan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dari segi aspek fungsi dan lingkungan, selain itu dalam pengembangan ke depaannya perencanaan dapat menyelesaikan issue-issue yang terjadi.

2. Penulusuran Masalah

Penulusuran masalah dimulai dari survey ke sanggar-sanggar seni di Kota Surakarta. Permasalahan muncul bahwa bangunan yang dirancang harus memenuhi semua aspek seni yang dapat mengembangkan kreativitas dan menunjang perkembangan anak.

commit to user

diperlukan bangunan Graha Kesenian Anak yang sesuai dengan karakter bangunan anak-anak yang atraktif yang dapat merangsang imajinasi dan ekspresi anak. Namun tetap menampilkan bangunan sebagai bangunan

kesenian di kota Surakarta. Keseluruhan itu dapat menjadi rumusan permasalahan yang kemudian diterjemahkan kedalam perancangan arsitektur.

3. Pencarian data dan Informasi

a. Survey lanjutan

· Pengamatan lanjutan ke sanggar-sanggar seni di Kota Surakarta untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari aspek fungsi dan

lingkungan. · Pengamatan ke sanggar-sanggar seni di kota Surakarta sebagai

preseden objek pembanding. Didapatkan pengalaman dalam merasakan ruang.

b. Study literatur

· Buku-buku yang membahas mengenai psikologi anak, perkembangan anak, kreativitas anak, kesenian serta arsitektur untuk anak.

· Jurnal ilmiah yang membahas mengenai psikologi anak, perkembangan anak, kreativitas anak, kesenian serta arsitektur untuk anak.

· Karya ilmiah (skripsi, tugas akhir, makalah dan sebagainya) tentang kesenian anak, wadah pengembangan kreativitas anak.

· Website-website yang mendukung dalam penyusunan penulisan.

c. Pengolahan data dan informasi

Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai dengan tema, kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap penting dan digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan desain. Pengolahan data ini berlangsung terus-menerus karena adanya tambahan dan informasi baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.

d. Pendekatan konsep perencanaan dan perancangan

Pendekatan perumusan konsep Perencanaan dan Perancangan melalui metoda induktif (yaitu pendekatan berdasarkan pengalaman empirik) untuk memperoleh gambaran mengenai Graha Kesenian anak di Surakarta dan metoda deduktif yaitu pendekatan berdasarkan teoritik yang membantu

commit to user

Cara yang digunakan adalah · Analisis

Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data dan informasi yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi perenacanaan dan perancangan. Tahapan ini dilakukan dengan analisis data menggunakan metode analisis deskriptif yaitu melalui penguraian data dan informasi yang disertai gambar sebagai media berdasar pada teori normative yang ada. Pada tahapan analisa akan dilakukan pengolahan data-data yang telah terkumpul dan dikelompokan berdasarkan program fungsional, performasi dan arsitektural.

- Program fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi pengguna Graha Kesenian Anak yang akan direncanakan

yaitu user (para pembimbing kegiatan seni, seniman yang berpartisipasi serta anak – anak sebagai objek yang dilatih dan

orang tua sebagai pendamping), kegiatan user dan alur kegiatan user.

- Program performasi menerjemahkan secara skematik kebutuhan calon pengguna pada Graha Kesenian Anak.

Dalam hal ini membahas persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan ruang dan program ruang dalam bangunan Graha

Kesenian Anak di Surakarta. - Analisis arsitektural merupakan tahap pengagabungan dari

hasil identifikasi kedua analisis sebelumnya (fungsional dan performasi). Dalam proses ini akan menganalisis masalah

pengolahan site Graha Kesenian Anak, massa, citra bangunan, utilitas dan struktur bangunan yang menyatukan

akan kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada. · Sintesis

Hasil analisis tersebut diolah dan disimpulkan untuk mendapatkan pendekatan konsep perencanaan dan perancangan yang sesuai, kemudian siap ditrasformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki.

commit to user

· Berdasarkan deskripsi konsep perancangan yang dilakukan trasformasi untuk memperjelas apa yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran rancang wadah atau fasilitas yang dihendaki (konsep diagramatik dan skematik)

· Wujud gambaran rancangan wadah atau fasilitas akan digambarkan sebagai gambaran idea rancangan yang akan dikembangkan menjadi

produk pra rancang (dilengkapi detail, perspektif maket yang presentatif terhadap isi bahasan).

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Graha Kesenian Anak di Surakarta adalah : BAB I

PENDAHULUAN merupakan tahap pendahuluan yang memaparkan ide penjelasan yang berisi pengertian judul, latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan serta sistematika pembahasan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA berisi tentang tinjauan pustaka tentang psikologi anak, kreativitas anak, desain untuk anak tinjauan pembanding dan juga berisi tinjauan Kota Surakarta.

BAB III

GRAHA KESENIAN ANAK YANG DIRENCANAKAN berisi tentang Graha Kesenian Anak yang direncanakan, yang merupakan kesimpulan dari analisis-analisis data yang ada, meliputi pengertian, fungsi, tujuan, manfaat dan sasaran, serta penerapan konsep desain yang direncanakan.

BAB IV

ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN berisi tentang analisis data-data yang ada baik secara makro maupun mikro. Secara makro yaitu menganalisis pendekatan penentuan lokasi, pemilihan site, pencapaian, orientasi bangunan, sinar matahari dan zonifikasi. Secara mikro yaitu menganalisis pendekatan pelaku, kegiatan dan kebutuhan ruang, pola kegiatan, konsep peruangan, besaran ruang, sirkulasi, bentuk dan tampilan bangunan, struktur bangunan serta utilitas bangunan. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan suatu bentukan fisik dan organisasi peruangan yang sesuai dengan karakteristik anak agar didapat suasana yang nyaman.

commit to user

merupakan kesimpulan dari analisis yang berupa konsep dasar perencanaan dan perancangan sebuah Graha Kesenian Anak di Surakarta yang dipakai sebagai acuan menuju transformasi desain yang selanjutnya digunakan sebagai acuan menuju gambar desain arsitektural.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PSIKOLOGI ANAK

1. Pengertian Anak

Anak sebagai awal perkembangan dari manusia dewasa menjadi objek penelitian dari kalangan pengamat untuk menyatakan pandangannya yaitu

· Pandangan filsafat lama Anak dipandang sebagai manusia dewasa dalam bentuk dan ukuran

kecil di mana anak lahir telah membawa bekal dan pembawaan yang lengkap dan anak akan berkembang dengan sendirinya.

· Pandangan ilmu jiwa modern (sesudah tahun J 990)

Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Tetapi anak adalah anak yang mempunyai dunia sendiri yang sangat berlainan dengan dunia orang dewasa.

Anak adalah makhluk yang sedang dalam perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri, yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta strukturnya berlainan pada tiap fase perkembangan.

2. Perkembangan Anak

Ada tiga macam faktor yang mempengaruhi perkembangan anak sebagaimana dijabarkan oleh pakar Drs. Abu Ahmad (1988).

· Faktor dalam meliputi segala potensi, bakat, dan kemampuan akan pembawaan yang

dimiliki anak sejak lahir · Faktor luar

meliputi suasana, pergaulan, pendidikan, pengaruh, keadaan iklim, sosial ekonomi, kebudayaan, kegiatan sosial,dll.

· Kegiatan anak itu sendiri meliputi kemauan dan keaktifan dari anak itu sendiri yang akan

mempengaruhi kemampuan anak tersebut

dalam mencapai kesempurnaan.

commit to user

Secara garis besar, perkembangan anak-anak dapat dikelompokkan dalam tahap-tahap sebagai berikut

1) Infants (dari lahir hingga umur satu tahun) Mempunyai ciri-ciri

· Sangat bergantung pada individu yang lebih dewasa · Penyesuaian diri dari reaksi pasif ke reaksi aktif · Perkembangan koordinasi sensor motorik · Mulai mengerti kontak adengan dunia luar (interaksi sosial,

komunikasi verbal, dan kecenderungan bertingkah laku dan bermain)

2) Toodlers (umur satu hingga tiga tahun) Mempunyai ciri-ciri · Permulaan kemandirian · Permainan individual · Aktifitas dan ruang gerak mengarah ke luar · Bersifat ingin tahu, agresif, spontan · Kontak dunia luar telah dimengerti

3) Preschool childs (umur tiga hingga enam tahun) Mempunyai ciri-ciri

· Transisi dari egosentrik ke anak umur tiga tahun yang mulai mengerti membaca, menulis dan mengolah data

· Berpikir intuisi dan kognitif · Perkembangan persepsi dengan ketrampilan dalam sosialisasi · Kemandirian mulai terlihat tetapi harus ada pengawasan dan

arahan dari individu yang lebih dewasa

4) School – age childern (umur enam hingga dua belas tahun) Mempunyai ciri-ciri

· Ketergantungan dengan individu lain berkembang · Bersifat spontan, ingin tahu dan cenderung menyelidik

mengimitasi lingkungan yang menarik perhatian · Koordinasi sensor motorik telah bekembang baik

· Kontak dunia luar lebih meluas\ · Permainan cenderung kepada teamwork dengan aturan tertentu · Proses sosialisasi semakin baik · Dapat menganalisa menggunakan logika

commit to user

Kanak-kanak) dan School-Age Childern (anak usia Sekolah Dasar).

b. Karakteristik Aspek perkembangan anak

1) Perkembangan Motorik

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.

Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, menari dan lain-lain.

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak nanti di sekolah. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan.

Gambar II.1 Perkembangan Motorik Anak

Sumber : www.google.com

2) Perkembangan Kognitif / Perkembangan Intelektual

Intelektual merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak. Intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif, karena proses intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan suatu persoalan.

Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar

commit to user

hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan. Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dan mengikuti suatu tahapan

perkembangan.

Piaget

melukiskan urutan perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yang berbeda secara kualitatif yaitu :

1) tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun)

2) tahap praoperasional (2 - 7 tahun)

3) tahap operasional konkrit (7 -11 tahun)

4) tahap operasional formal ( 11 - 16 tahun) Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak menutup kemungkinan adanya percepatan untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.

Gambar II.2 Perkembangan Kognitif Anak

Sumber : www.google.com

3) Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita.

commit to user

berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaanpertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Hal ini mengimplikasikan perlunya anak memiliki kesempatan yang luas dalam menentukan sosialisasi dengan teman-temannya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.

Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja kemudian berekspresi dengan berkomunikasi dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara antara lain dengan bertanya melakukan dialog sebuah peran dalam sebuah teater dan bernyanyi.

4) Perkembangan Sosial

Menurut Hurlock (1978:228) untuk menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan. Kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasinya. Ketiga proses sosialisasi tersebut adalah

1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima.

3) Perkembangan sikap sosial. Pola perilaku sosial menurut Hurlock (1978:239) terbagi atas dua kelompok, yaitu pola perilaku sosial dan pola perilaku tidak sosial. Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, simpati, empati, mampu bergantung secara positif pada orang lain, bersikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri, mampu meniru hal-hal positif, dan memiliki perilaku kelekatan (attachment behavior) yang baik.

commit to user

agresi, pertengkaran, mengejek dan menggertak, sok berkuasa, egosentrisme, berprasangka dan antagonisme jenis kelamin.

Gambar II.3 Perkembangan Sosial Anak

Sumber : www.google.com

5) Perkembangan Emosi

anak memiliki

karakteristikkarakteristik sebagai berikut

1) Emosi yang kuat

2) Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosinya.

3) Emosi bersifat sementara Dalam waktu yang relatif singkat emosi anak dapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubah menjadi murung.

4) Reaksi emosi mencerminkan individualitas

5) Emosi berubah kekuatannya Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dorongan, perkembangan intelektual dan perubahan minat dan sistem nilai.

6) Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara dan lain-lain.

Menurut Sukadji, S (1986) emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Dalam aktivitas kesenian, ekspresi verbal biasanya dilakukan dengan menulis, berbicara tentang emosi yang dialami, olah vocal dan lainnya. Adapun ekspresi nonverbal bisa dilakukan dengan menggambar, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional lainnya yang menggunakan dengan menggunanakn instrument tertentu (bermusik dan lain-lain).

commit to user

Sukadji, S (1986) sebagai berikut :

a. Gambar Menggambar merupakan aktivitas yang didukung oleh proses kognitif, persepsual dan psikomotorik. Menggambar merupakan salah satu cara mengekspresikan diri. Ekspresi kemarahan atau agresi misalnya, dapat dituangkan dalam gambar tanpa konsekuensi merusak lingkungan fisik. Oleh karenanya, melalui gambar, seseorang dapat membaca emosi dan menangkap ide yang diungkan oleh orang lain. Gambar berfungsi sebagai alat bantu mengembangkan imajinasi.

b. Seni siuara/olah vokal/bernyanyi Bagi sebagian orang, mengungkapkan emosi dan kata hati secara terbuka tidaklah mudah. Adakalanya untuk menyampaikan suasana hati seseorang berlindung pada suatu aktivitas. Salah satu aktivitas yang paling populer di kebanyakan orang untuk mewakili suara batinnya adalah bernyanyi. Beberapa penelitian yang dilansir oleh The Telegraph,

mengungkap

bahwa

bernyanyi bisa menyebabkan seseorang terbebas dari stres dan depresi yang berlebihan .

c. Seni Musik Sejatinya musik adalah ritme bunyi yang harmonis . Dengan music ia dapat mengatur irama sesuai dengan mood yang dimilikinya. Dengan bermain music seseorang terlaltih mengelola dan mengendalikan emosi secara ritmis. Adapun yang terkandung dalam mendengarkan ritme music adalah kepekaan mengenali perasaan. Kadang-kadang musik dapat

menggugah

semangat,

menggairahkan, menghilangkan ketegangan atau bahkan untuk sementara dapat memberikan suasana tentram.

d. Ritme dan Gerak Bergerak merupakan media untuk mengekspresikan pembebasan dari sesuatu yang tidak enak. Terutama anak- anak, sangat menyukai gerak. Bila gerakan diatur, anak

commit to user

Aktivitas ritme dan gerak ini dapat berupa permainan, tarian, akrobatik maupun pantomim atau operet. Melalui kegiatan ini seseorang berlatih mengembangkan imajinasi untuk membuat suatu harmoni antara ritme dan gerak, sebuah presentasi dari emosi yang dimiliki.

e. Sastra Bentuk lain untuk mengekspresikan dan mempelajari serta memahami emosi adalah dengan menulis dan membaca indah. Melalui aktivitas ini seseorang dilatih untuk menyuarakan kata hati, keinginan maupun perasaan- perasaannya. Tulisan yang komunikatif, dibuat berdasarkan proses pengamatan yang seksama atas berbagai peristiwa yang menarik di sekitar. Dengan menulis seseroang akan dibiasakan dan bersahabat dan berkomunikasi dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Sedangkan dengan membaca (mendongeng dan lain-lain), seseorang dilatih untuk peka terhadap perasaan orang lain yang dituangkan dalam tulisan. Dengan membaca tulisan seseorang terlatih untuk mampu memperdengarkan dan membayangkan pesan yang disampaikan.

f. Seni Peran Secara psikologis bermain peran mempunyai fungsi terapis

yang tidak kecil artinya. Banyak kasus dipecahkan melalui bermain peran. Melalui bermain peran seseorang akan

menjadi paham dan mengerti sesuatu dan atau orang lain. Bermain peran merupakan media ekspresi emosi yang paling kompleks. Dalam bermain peran banyak imajinasi yang harus dikembangkan, yaitu imajinasi rasa, peran itu sendiri maupun hal-hal lain yang mendukung peran yang dimainkan.

B. TINJAUAN KREATIVITAS ANAK

Kreativitas merupakan proses kerja keras yang melibatkan berpikir, merasa, indera dan intuisi. Kreativitas dipengaruhi oleh bakat dan hubungan dalam keluarga. Kretaivitas anak perlu dipupuk sejak kecil tetapi pada usia dewasa sedikit sekali yang masih bertahan.

commit to user

kreativitas adalah dua hal yang berdiri sendiri. Seseorang yang ber-IQ tinggi belum tentu mempunyai kreativitas tinggi, dan juga sebaliknya.

Seorang anak diharapkan mempunyai IQ tinggi dan kreativitas tinggi. Dengan demikian perlu adanya dukungan dari keluarga, dan bagian pendidikan untuk mengembangkan dan memberikan suatu wadah supaya anak dapat berkembang maksikmal.

1. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas Anak

a. Waktu Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan ide-ide dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.

b. Kesempatan menyendiri Anak yang memerlukan waktu dan tenaga untuk mengendapkan dan mengolah segala rangsangan dan informasi yang telah ia peroleh. Kurikulum sekolah yang terlalu padat, sehingga tidak ada waktu untuk merenungkan kembali segala sesuatu, tidak menunjang perwujudan bakat kreatif anak.

c. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan semakin banyak. Untuk mencapai hasil yang kreatif dapat diusahakan dengan adanya

“perpustakaan kecil” yang merangsang daya imajinasi dan kreativitas anak

2. Lingkungan yang Menunjang Kreativitas Anak

Pada dasarnya lingkungan yang menunjang kreativitas anak adalah lingkungan yang memberi rangsangan beragam sesuai tahap perkembangan

anak. Kondisi lingkungan dimana anak dapat merelaksasikan bakat kreatif adalah lingkungan yang memberi anak:

a. Keamanan psikologis, melalui suasana yang demokratis dan memberikan keamanan dalam arti fisik dan non fisik berupa penyelesaian bangunan dan peralatan yang dipakai serta sistem pengawasan, karena anak adalah individu yang belajar dengan mencoba

b. Kebebasan psikologis, yang dapat terwujud dalam ruang bermain yang luas dengan pemandangan alam, memberi banyak peluang bagi anak untuk berani mengenal, memilih dan menggunakan bentuk-bentuk permainan yang adan di sekitarnya.

commit to user

interaksi masing-masing kegiatan dalam kegiatan bersama, bentuk- bentuk yang mudah dikenal anak, warna-warna hangat.

d. Adanya kegiatan kelompok dan mandiri yang berselang-seling.

e. Kepekaan terhadap minat dan kemampuan masing-masing anak.

f. Kreativitas dimunculkan melalui pengaturan fisik ruangan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Pergantian suasana melalui tata ruang, warna, elemen hiasan dan bentuk-bentuk permainan yang memberikan variasi lingkungan yang berpengaruh terhadap kreativitas anak

g. Kenyamanan dalam penataan lingkungan dan sarana bermain dengan pertimbangan faktor skala anak dan bahan yang tidak berbahaya

h. Penciptaan atau ruang sumber atau dengan perlengkapan yang menimbulkan minat untuk mengetahui, meneliti, dan menyelidiki (bereksperimen dan bereksplorasi)

i. Pembentukan sarana bermain dan pengolahan potens alam lingkungan sekaligus memperkaya pengenalan dan pengetahuan alam lingkungan

bagi anak.

3. Kondisi yang Mengahambat Kreativitas Anak

Berikut kondisi yang dapat mengahambat kreativitas anak, yaitu

a. Batasan eksplorasi Dengan mengurangi keinginan dan kemauan anak untuk menyeledikidan

menyelami keadaan lingkungan

b. Batasan waktu Pemberian sedikit waktu bebas anak untuk berbuat sesuka hati

c. Batasan kebersamaan Harapan untuk melakukan bersama-sama tanpa memperhatikan inat dan pilihan pribadi masing-masing

d. Batasan imajinasi/khayalan Pengertian bahwa semua khayalan memboroskan waktu dan merupakan sumber wawasan yang tidak realistis, sehingga untuk membuat anak realistis

4. Identifikasi seni sebagai pengembangan kreativitas anak

Dasar dan aktivitas yang dilakukan anak adalah bermain, maka dalam macam dan bentuk kegiatan edukasi seni yang direncanakan merupakan perpaduan antara edukatif dan rekreatif dan sebagai penyempurnaannya adalah kegiatan informatif.

commit to user

Kebutuhan pendidikan anak sesuai dengan masa perkembangannya. Anak-anak membutuhkan pendidikan dimulai sejak ia dilahirkan di dunia ini. Namun kapasitas / kebutuhan pendidikan yang harus diberikan memiliki prosentase yang berbeda dalam setiap tahap perkembangannya.

Tabel di bawah ini akan menguraikan kebutuhan pendidikan anak sesuai masa perkembangannya.

Masa bayi (0-2 tahun)

sekolah (3-5 tahun)

Masa anak sekolah (6-12 tahun)

Masa

bayi

membutuhkan dampingan

sekolah, bisa melalui kelompok

bermain

dan TK serta tetap membutuhkan

Pendidikan dasar formal

disamping kebutuhan

pendidikan di dalam keluarga

dan masyrakat

(non formal) Tabel II.1 Kebutuhan pendidikan anak

Sumber: Prof.Dr.S. nasution,MA, Asas-asas Kurikulum, Bandung, 1967

Kegiatan pengembangan kreativitas dan minat seni anak

· Pengembangan kreativitas menurut modalitas belajar anak Menurut Bob Samples (2002), modalitas belajar dalam usaha pengembangan kreativitas anak terdapat lima kategori utama yaitu Abstrak-Simbolis, Visual, Kinestetis, Auditori dan sinergis. Yang termasuk modalitas inderawi yaitu yang lebih memanfaatkan panca indera yaitu Visual, Kinestetis dan Auditori.

pendidik yang mempertahankan nilai Ciri – ciri modalitas visual antara lain kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik.

Dari uraian modalitas visual di atas, dapat disimpulkan bahwa modalitas visual merupakan belajar dengan menitikberatkan ketajaman penglihatan. sehingga dalam

commit to user

kreativitas, macam seni yang mempunyai karakteristik modalitas visual adalah seni rupa yang merupakan macam kesenian yang hanya dinikmati keindahannya dengan pengindraan mata.

· Kinestetis

Bob samples mengemukakan bahwa metode kinestetis melampaui standart dan bentuk – bentuk yang diterima

masyarakat mengenai gerakan tubuh. Tarian dan olahraga yang terstruktur adalah dua pilihan yang paling banyak

diterima. Keduannya menekankan dipertunjukannya pola – pola gerakan yang telahditetapkan dan biasanya tidak mengizinkan perubahan dan pembaruan sebelum keahlian itu dikuasai. Anak perlu mengalami improvisasi dan penyesuaian dalam metode kinestetis. Mereka perlu merasakan keseimbangan pikiran tubuh mereka sendiri dalam berbagai situasi kehidupan.

Ciri-ciri modalitas kinestetis antara lain, terlihat tidak pernah lelah, terus bergerak dan melakukan aktivitas fisik, menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya, memiliki kemampuan mengkoordinasikan

sebuah

tim

dan kemampuan

mengendalikan gerak tubuh.

Tindakan yang berkaitan dengan kearifan kinestetis di rumah dan di sekolah saat ini sangat terbatas. Perhatian utama dari kebanyakan orang tua adalah keslamatan fisik anak mereka. Mereka tidak ingin anak mereka terluka sehingga membatasi resiko kinestetis. Sedangkan modalitas kinestetis sangat penting dalam pengembangan kreativitas terutama dalam masa pertumbuhan anak sehingga Kearifan sintetis harus dilahirkan kembali ke dalam lingkup budaya, dengan pendekatan-pendekatan salah satunya melalui kesenian yaitu dengan bimbingan seni tari dan gerakan karena modalitas kinestetis merupakan cara seseorang menyerap informasi dari lingkungan melalui indra peraba.

commit to user

Bob samples mengemukakan, sangat mungkin bahwa suara merupakan indra pertama selain indre peraba yang dialami anak sebelum lahir. Suara ribut dan gemuruh dari sistem sirkulasi dan pencernaan ibu adalah simfoni pertama bagi anak. Percakapan ibu juga memberi masukan. Terlalu sering kita menganggap auditori hanya bisa diakses melalui telinga. Suara-suara awal merupakan vibrasi tubuh sepenunya. Banyak orang mengabaikan aspek auditori. Mereka baru sadar ketika anak-anak mereka beramai-ramai menonton konser musik untuk merasakan musik dan mendengarkannya.

Dapat disimpulkan bahwa modalitas auditori sudah dibangun dari sejak dalam rahim, yang meupakan gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya sehingga dalam upaya pengembangan kreativias anak, kesenian seperti seni musik merupakan sarana yang paling tepat dalam pendidikan kreativitas anak.

Tabel II.2 Modalitas Belajar Anak Sumber: Dokumen Pribadi

Fungsi modalitas belajar dalam pengembangan kreativitas seni anak adalah memungkinkan sesorang anak memilih yaitu kegiatan belajar yeng memberikan pilihan berdasarkan modalitas belajar yang dimiliki anak (minat, kebutuhan dan kemampuan) baik modalitas belajar visual, kinestetis maupun auditori.

Visual

Menitikberatkan pada

indra penglihatan

Contoh: Seni rupa, merupakan

macam kesenian

yang dinikmati keindahannya dengan

pengindraan mata

Kinestetis

Menitikberatkan pada

indra

peraba

Contoh: Seni Tari, seni Peran.

Seni yang dalam

penampilan visualnya mengandalkan keindahan gerak

Auditori

Menitikberatkan pada

indra

penglihattan

Contoh: seni musik. Seni yang dinikmati keindahannya dengan pengindraan telinga

commit to user

· Pendidikan seni sebagai pengembangan kreativitas - Prinsip pendidikan seni

Untuk menerangkan prinsip seni dapat dimulai dengan menarik garis substansi seni. Substansi seni sebagai berikut:

§ Substansi ekspresi, bidang latihnya: melukis, mematung menysusun benda-benda limbah, menyanyi,

dan bermain musik yang bebas sesuai dengan kaidah seni.

§ Substansi kreasi, diartikan penciptaan adalah membuat

slogan bergambar, menerjemahkan wacana, mendaya-gunakan limbah menjadi benda pakai (kursi, meja dst.) yang banyak menuntut ide dan kelayakan tampilnya, sama halnya dengan bidang penciptaan dan aransemen lagu.

§ Ketrampilan, yang menitik beratkan kemampuan teknis dan kerajinannya sehingga bersifat reproduktif atau kemampuan melipat gandakan karya dengan tepat dan cepat serta orang lain dapat dan mampu mencontoh hasil

karyanya,

misalnya:

kerajinan tangan, menganyam, mengukir. Dalam bidang musik adalah teknik menyanyi atau teknik bermain musik sehingga mampu menampilkan karya-karya musik secara berkualitas dan indah.

Sensitivitas, apresiasi

dan estetika

karsa

Keterampilan

Tabel II.3 : Commonground Pendidikan Kesenian Sumber: kajian kurikulum seni budaya,2007

commit to user

Biasanya