Deskripsi Hasil Penelitian

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikaji peneliti, yaitu mengenai pelaksanaan kurikulum KTSP, maka peneliti mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan observasi dan wawancara yang telah penulis laksanakan di SMK Murni 1 Surakarta. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode untuk menguji validitas data yang diperoleh dari informan.

Berdasarkan triangulasi sumber, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama pada beberapa informan. Jika jawaban tiap-tiap informan mengarah jawaban yang sama, maka informasi yang diperoleh tersebut valid. Sedangkan menurut triangulasi metode, maka setelah peneliti melakukan wawancara kepada informan, peneliti membandingkan informasi tersebut dengan data yang ada seperti dokumen, silabus, notulen, catatan, dan sebagainya, yang masih relevan.

Deskripsi data hasil penelitian tersebut meliputi (1) Dasar pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta, (2) Pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta dalam meningkatkan prestasi belajar, (3) Kendala dalam pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 surakarta dalam meningkatkan prestasi belajar,, (4) Usaha untuk mengatasi kendala yang muncul dalam pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta dalam meningkatkan prestasi belajar.

1. Dasar pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran sewaktu-waktu yang digunakan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Melalui kurikulum proses kegiatan pendidikan serta tujuan pendidikan dapat tercapai. Kurikulum mengarahkan segala aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut secara jelas dirumuskan dan dicantumkan dalam kurikulum dan disesuaikan dengan perubahan serta tuntutan yang ada di adalam masyarakat.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I ( wawancara tanggal 14 Mei 2009) menjelaskan bahwa : “ Kurikulum yang dilaksanakan atau yang berlaku saat ini adalah KTSP. Nah

KTSP adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun berdasarkan perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini, sehingga dalam penyusunan KTSP ini mas,…di SMK Murni 1 Surakarta mengacu pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, Permendiknas No.22, 23,24 tahun 2006 serta keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.”

Berdasarkan hasil wawancara maka kurikulum harus ditinjau kembali dalam jangka waktu tertentu untuk diadakan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ada.

Pelaksanaan kurikulum KTSP diberlakukan berdasarkan pada penyempurnaan kurikulum 2004. Upaya penyempurnaan ini tidak semata-mata menyangkut kurikulumnya saja, tetapi juga menyentuh sistem pendidikan menengah kejuruan secara keseluruhan. Pada saat diberlakukannya kurikulum KTSP, Depdiknas Surakarta segera melakukan tindakan untuk mensosialisasikan KTSP. Melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Depdiknas melakukan penataran terhadap seluruh guru (perwakilan dari kepala program atau waka kurikulum) untuk menganalisa dan meyamakan persepsi pada setiap kompetensi yang termuat dalam kurikulum dalam KTSP. Adapun hasil penataran tersebut disebarluaskan kepada semua guru melalui kepala program atau utusan dari pihak sekolah untuk mempersiapkan penyampaian masing-masing pelaksanaan kurikulum KTSP yang merupakan hasil penataran tersebut, sehingga ada persamaan persepsi antara semua SMK pada setiap kompetensi.

Kurikulum KTSP yang diberlakukan saat ini merupakan penyerpunaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I ( wawancara tanggal 14 Mei 2009) menjelaskan bahwa :

“ Mas… , jadi kurikulum yang telah dijalankan,….misal kurikulum edisi 1994 disempurnakan menjadi kurikulum edisi 1999. Kurikulum edisi 1999 disempurnakan menjadi kurikulum edisi 2004, nah kurikulum edisi 2004 atau yang kita sebut dengan KBK sekarang disempurnakan dengan kurikulum 2006 atau KTSP.”

Pada dasarnya kurikulum mempunyai maksud dan tujuan yang sama, adanya perubahan-perubahan kurikulum tersebut merupakan upaya penyesuaian perubahan yang terjadi pada waktu ke waktu.

2. Pelaksanaan Kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta Dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar

Kurikulum KTSP mulai diberlakukan di SMK Murni 1 Surakarta pada tahun ajaran 2007/2008. Dasar pelaksanaan KTSP adalah Permendiknas No. 22, 23, 24 tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Kempetensi Lulusan dan pelaksanaan Permendiknas No. 22, 23 tahun 2006. SMK Murni 1 Surakarta pada tahun ajaran 2007/2008 menggunakan kurikulum KTSP untuk kelas X atau tingkat pertama.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I dan III (wawancara tanggal 14 Mei 2009) menjelaskan bahwa : “ Saat diberlakukannya KTSP, sekolah ini juga segera menggunakan

kurikulum tersebut. KTSP berlaku tahun 2007, pada tahun ajaran baru, KTSP mulai dilaksanakan untuk kelas X, adapun kelas XI, XII masih menggunakan kurikulum 2004 atau KBK.”

Kurikulum KTSP ini merupakan kelanjutan otonomi daerah sekaligus otonomi pendidikan, maka masing-masing sekolah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan dirinya. Otonomi tersebut diberikan agar setiap satuan pendidikan memiliki keleluasan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan setempat.

KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2004 (KBK). Perbedaannya terletak pada kelompok normatif dan adaptif. Pada KBK, kelompok normatif dan adaptif sudah diatur dalam kurikulum tersebut, tetapi dalam KTSP kelompok normatif dan adaptif diatur hanya berupa SKL (Standar Kompetensi Lulusan), guru mengembangkan dalam bentuk silabus. Sedangkan untuk kelompok produktif, pemerintah belum memberikan SKL, sehingga guru mengembangkan kurikulum tersebut mengacu pada kurikulum sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I (wawancara tanggal 14 Mei 2009) menjelaskan bahwa :

“ Di dalam penyusunan KTSP….a…untuk program normatif dan adaptif sudah diberikan acuan tentang standar kompetensi lulusan, tapi untuk program produktif yaitu keahlian pemesinan maupun keahlian otomotif belum ada. Di SMK ini mas…masih mangacu pada kurikulum 2004 atau KBK.”

Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan II bahwa untuk program produktif baik keahlian otomotif maupun pemesinan mengacu pada kurikulum sebelum KTSP. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah belum memberikan SKL bagi program-program produktif. Sehingga pihak sekolah mengambil kebijakan bahwa dalam menyusun kurikulum khususnya program produktif mengacu pada kurikulum sebelumnya.

Dalam pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta dapat ditinjau sebagai berikut:

a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran KTSP yang dilakukan sekolah meliputi kegiatan pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Guru-guru di SMK Murni 1 Surakarta telah melakukan pengembangan silabus dan penyusunan RPP sesuai bidang studi masing- masing melalui MGMP Sekolah. Format silabus dan RPP yang digunakan oleh SMK Murni 1 Surakarta adalah format yang telah dibuat Badan Standar Naional Pendidikan (BSNP). Pengembangan silabus dimulai dengan memetakan standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan indikator, mengindetifikasi materi pokok, menetapkan alokasi waktu, penilian dan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Informan III (wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ mas…sebelum melakukan PBM, guru dituntut untuk membuat silabus. Nah pembuatan silabusnya ya sesuai dengan ada pada KTSP yang dicontohkan pemerintah, tetapi dalam pembuatan silabus tidak persis atau cuma kopi paste saja. Ya….tegantung kreavitas dari guru masing-masing mas”.

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II bahwa sebelum melakukan pengembangan silabus dan penyusunan RPP, terdahulu guru bidang studi mendapat pengarahan dari bidang kurikulum sekolah tentang cara pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Kemudian para guru bidang studi diwajibkan mengembangkan silabus dan RPP sesuai dengan acuan yang ada. Misalnya: dalam pelajaran produktif mata pelajaran alat ukur, dalam hal ini yang dikembangkan adalah indikatornya, untuk kompetensinya menyesuaikan dengan standar kompetensi Keahlian. Informan I juga Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II bahwa sebelum melakukan pengembangan silabus dan penyusunan RPP, terdahulu guru bidang studi mendapat pengarahan dari bidang kurikulum sekolah tentang cara pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Kemudian para guru bidang studi diwajibkan mengembangkan silabus dan RPP sesuai dengan acuan yang ada. Misalnya: dalam pelajaran produktif mata pelajaran alat ukur, dalam hal ini yang dikembangkan adalah indikatornya, untuk kompetensinya menyesuaikan dengan standar kompetensi Keahlian. Informan I juga

b. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga dapat terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas seorang guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkuangan agar menunjang terjasinya perubahan perilaku bagi siswa baik dari segi metode mengajar sampai dengan media yang digunakan.

Materi dalam KTSP berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Jadi materi yang diajarkan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam proses pembelajaran menuntut adanya aktivitas dan kreativatas guru dalam mencipatkan lingkungan yang kondusif sehingga mampu miningkatkan motivasi dan kreativitas siswa. Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara merangsang semangat siswa melalui semangat mengajarnya dan dengan mengkaitkan materi dengan dunia nyata. Metode dan strategi belajar mengajar yang bervariasi perlu dikembangkan agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan materi yang disampaikan dapat terserap oleh siswa. Pengembangan kreativitas juga dapat dilakukan dengan memberikan lebih banyak praktek dari pada teori. Misal dalam materi yang mengacu pada praktek yaitu menggunakan alat ukur, siswa akan lebih mudah memahami dengan cara langsung menerapkan alat ukur tersebut saat melakukan pengukuran suatu benda. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan IV dan V (wawancara tanggal 19 Mei 2009) menjelaskan bahwa :

“dalam pelaksanaan KTSP, memang guru dituntut dapat mengembangkan kreativitasnya baik melalui metode mengajar maupun strategi belajar mengajar sehingga siswa itu tidak bosen, tidak ngantuk, ya….punya motivasi yang kuat untuk bisa gitu lo mas…, sebab ini berkaitan erat dengan praktek, misal pelajaran alat ukur atau menggunakan alat-alat perkakas, pelajaran-pelajaran ini bila tidak bisa, ya….secara tidak langsung menghambat jalannya pelajaran khususnya dalam praktek”.

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II dan III menyatakan bahwa sebagai pengajar (guru) sangat dibutuhkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar baik dari metode pembelajaran maupun strategi belajar mengajarnya sehingga siswa mampu menerima pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu juga perlu adanya sinkronisasi antara teori dengan praktek, maka para guru selalu mengadakan kerjasama atau saling menginformasikan antara guru teori dengan guru praktek.

Hasil observasi kelas, peneliti menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar guru selalu memberikan dorongan, nasehat, serta pengarahan kepada siswa agar dapat membangkitkan semagat siswa dalam belajarnya. Selain itu juga guru telah menggunakan metode yang bervariasi dalam menyampaikan matei yang diajarkannya serta senantiasa berusaha untuk mengkondusifkan lingkungan belajar. Hal ini diharapkan dapat memberikan motivasi siswa untuk mencapai tujuan belajar sehingga pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang dimiliki siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Model pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Murni 1 Surakarta dalam mengimplementasikan KTSP, antara lain :

1) Sistem pembelajaran individu. Artinya pengetahuan, sikap dan ketrampilan benar- benar dinilai.

2) Pembelajaran separo kelas. Artinya setengah siswa mengikuti pelajaran dan setengahnya lagi mengikuti praktek. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan III (wawancara tanggal

16 Mei 2009) : “ Dalam pelaksanaan pembelajaran mas….sistem atau model yang

digunakan di SMK ini yaitu sistem pembalajaran individu dan separo kelas. Kalau pembelajaran individu itu ya….penilaiannya secara sendiri-sendiri baik pengetahuannya, skillnya maupun sikapnya. Kalau separo kelas itu biasanya digunakan pada waktu praktek pemesinan,yaitu saat pembelajaran atau saat pelajaran menggambar teknik mas, biasanya 4 jam pelajaran,terus setelah berjalan

2 jam pelajaran,yang separo keluar untuk praktek dan separonya melanjutakan pelajarannya. Nah besuknya pada waktu yang sama berganntian yang praktek”.

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan IV dan V bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran khusunya yang ada prakteknya, di SMK Murni 1 Suarkarta menggunakan separo kelas, hal ini bertujuan memaksimalkan keadaan dan kondisi yang ada serta lebih mudah memonitoring siswa dalam melaksnakan praktek.

Dalam pengembangan program KTSP, pelaksanaan pembelajaran di SMK murni

1 Surakarta tidak hanya di kelas saja, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas. Pembelajaran di kelas dimaksudkan untuk mengmbangkan potensi akademis sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Sedangkan pembelajaran di luar kelas yaitu pembelajaran diserahkan pihak luar melalui Praktek Kerja Nyata (Prakerin) yang dilaksanakan selama

4 bulan. Di SMK Murni 1 Surakarta dalam pelaksanaan Prakeri dilaksanakan dua tahap,yaitu tahap pertama dilaksanakan siswa kelas XI pada awal semester genap selama dua bulan. Tahap kedua dilaksanakan kelas XII pada awal semester gasal. Pembelajaran di dunia kerja ini dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar,mengembangkan sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas, baik bekerja pada pihak lain maupun sebagai pekerja mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I (wawancara tanggal 19 Mei 2009) :

“ ….PSG itu sama saja sekarang kita sebut dengan PKL atau Prakerin, yaitu siswa ditempatkan pada tempat yang yang sudah ada suatu kerja sama selama 4 bulan. Tahap pertama dikerjakan kelas XI saat semester genap, tahap berikutnya setelah kenaikan kelas atau awal semester gasal. Nah selama PSG ini mas….siswa dibiarkan saja itu tidak, tapi siswa selalu dimonitoring oleh pembimbing PSG. Ya seperti anda mas….minimal guru pembimbing melakukan penyerahan siswa pada pihak bengkel/perusahaan, pengontrolan dan pengambilan siswa untuk melaksanakan PBM. Dan perlu diketahui mas, bahwa Prakerin ini harus dikerjakan sebagai syarat peserta UAN. Tujuan PSG ini mas, agar siswa itu mengerti bahwa dalam kenyataan atau dunia kerja seeprti itu dan diharapkan siswa betul-betul bias berkompeten di bidangnya masing-masing”.

c. Evaluasi Hasil Belajar Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa dan tingkat keberhasilan dari siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Dalam implementai KTSP terdapat tiga aspek yang dinilai yaitu Pengetahuan (Kognitif), Sikap (Afektif) dan Ketrampilan (Psikomotorik). Ketiga aspek tersebut nilainya berdiri sendiri- sendiri, untuk aspek pengetahuan dan ketrampilan nilainya berupa angka sedangkan untuk aspek sikap berupa huruf.

Evaluasi dalam KTSP dilaksanakan setelah kompotensi itu selesai diajarkan kepada siswa, sehingga setiap guru berbeda waktu pelaksanaan evaluasinya. Guru-guru di SMK Murni 1 Surakarta sebagian besar sudah melaksanakan evaluasi belajar setiap akhir Evaluasi dalam KTSP dilaksanakan setelah kompotensi itu selesai diajarkan kepada siswa, sehingga setiap guru berbeda waktu pelaksanaan evaluasinya. Guru-guru di SMK Murni 1 Surakarta sebagian besar sudah melaksanakan evaluasi belajar setiap akhir

“ Masalah evaluasi mas,…sebanarnya perbedaan antara KBK dan KTSP sedikit, yaitu tentang nilai evaluasi. Kalau dalam KBK ketiga aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap menjadi satu. Ya….ketiga aspek tadi dijumlah terus dirata-rata. Untuk KTSP ketiga aspek tersebut berdiri sendiri- sendiri. Nah evaluasi ini dilaksanakan setelah kompetensi sudah selesai, kalau saya melakukannya demikian, tapi guru-guru yang ada disini sebagian besar juga demikian.”

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II, dan III bahwa dalam evaluasi pembelajaran dilaksanakan sehabis materi atau setiap kompetensi dasar sudah selesai diberikan. Informan IV dan V juga menjelaskan bahwa pelajaran produktif yang ada prakteknya, setelah siswa melakukan pembelajaran praktek, juga akan diuji secara individu atau diadakan ujian praktek secara perorangan. Bagi siswa yang hasil evaluasinya belum mencapai standar, maka diadakan program tindak lanjut berupa program remidi. Apabila siswa tetap tidak bisa, maka nilainya apa adanya. Hasil akhir penilaian yang merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan pembelajaran yamg dilaksanakan oleh siswa, ditulis dalam sebuah buku yang sering disebut dengan raport sebagai bentuk laporan dari pihak sekolah kepada wali siswa mengenai prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Pelaksanaan kurikulum KTSP program Teknik Pemesinan dalam meningkatkan prestasi belajar di SMK Murni 1 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada hasil rata-rata evaluasi siswa kelas X dan XI sebagai berikut :

Semester Genap No Dan Pelatihan / Kompetensi

Program Pendidikan

Semester Gasal

Nilai Hasil Belajar

Nilai Hasil Belajar

Pngth Prktk Skp

Pngth Prktk Skp

A. 1. NORMATIF

1 P. Agama

3 B. Indonesia

7.22 7.36 B 7.56 7.56 B

5 Seni Budaya

B 7.13 -

II. ADAPTIF

1 B. Inggris

C 6.2 6.2 C

2 Matematika

C 6.25 -

4 Fisika Teknik

C 6.26 -

5 Kimia Teknik

C 6.16 -

6 IPS/Sejarah

6.15 6.25 C 6.5 6.51 C

III. PTODUKTIF

2 Alat Ukur

6.73 7 C 7.08 7.06 C

3 Perkakas tangan

6.81 6.72 C 7.06 7.02 C

5 Gambar Teknik

7.1 7.1 B 7.15 7.25 B

7 Perhitungan dasar

B MUATAN LOKAL

1 Budi Pekerti

B 6.51 -

C Tabel 2. nilai rata-rata untuk kelas X.

2 B. Jawa

C 6.99 -

Semester Genap No Dan Pelatihan / Kompetensi

Program Pendidikan

Semester Gasal

Nilai Hasil Belajar

Nilai Hasil Belajar

Pngth Prktk Skp

Pngth Prktk Skp

A. 1. NORMATIF

1 P. Agama

6.96 7.05 B 7.17 7.17 B

3 B. Indonesia

7.16 7.35 B 7.27 7.25 B

5 Seni Budaya

B 7.35 -

II. ADAPTIF

1 B. Inggris

C 6.83 6.92 B

4 Fisika Teknik

C 6.13 -

5 Kimia Teknik

C 6.67 -

6 IPS/Sejarah

6.27 6.86 C 6.21 6.03 C

8 Kewirausahaan

III. PTODUKTIF

2 Alat Ukur Presisi

B 7.33 -

3 Perhitungan Lanjut

B 7.45 -

4 Perhitungan Matematis

B 7.11 -

5 Gambar Teknik

B 7.07 6.99 B

6 Mesin CNC dasar

B 7.44 -

7 Mesin Umum

B 7.66 -

8 Mesin Bubut

C 7.38 -

9 Mesin Frais

B 7.21 -

10 Mesin Gerinda

C 7.05 -

B MUATAN LOKAL

B Tabel 3. nilai rata-rata untuk kelas XI.

1 Bahasa Jawa

B 7.03 -

b. Alokasi Waktu Di dalam pelaksanaan kurikulum KTSP pada SMK khususnya program produktif terbagi sebanyak 30 % untuk teori dan 70 % untuk praktek. Dengan demikian waktu yang digunakan untuk praktek seharusnya lebih banyak dari pada teori, namun dalam kenyataan terkadang waktu yang diberikan kurang banyak sehingga siswa kurang leluasa dalam menjalankan praktek. Seperti yang diungkapkan oleh Infornman I (wawancara tanggal 15 Mei 2009) :

“ Kendala lain mas adalah alokasi waktu. ya ...untuk mencapai standar kompetensi ternyata siswa di SMK ini mas,...berbeda-beda. ada yang cepat dan ada yang kurang cepat. Bagi yang belum tercapai standar kompetensinya memerlukan waktu yang lebih banyak sehingga ya... harus menambah waktu. Ini tidak hanya teori saja tetapi juga dalam praktek mas”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Informan IV pada (wawancara tanggal 15 Mei 2009) : “....ya salah satunya waktu mas, dengan keterbatasan pelaratan praktek yang mas ketahui sendiri to? saya kira siswa tidak leluasa dalam menjalankan praktek sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan waktu yang cukup untuk praktek sangat diperlukan oleh siswa SMK Murni 1 Surakarta, karena mengingat bahwa dalam kurikulum KTSP untuk SMK proporsi praktek lebih banyak dari pada teori.

c. Paralatan Yang Masih Terbatas Di dalam kurikulum KTSP untuk program produktif praktek mendapat 70 %. Berkaitan dengan berkaitan dengan hal tersebut maka praktek tidak terlepas dari pemakaian peralatan. karena siswa di SMK Murni 1 Surakarta cukup banyak, maka peralatan yang digunakanpun juga banyak.

Minimnya fasilitas yang ada juga dapat menjadikan kendala terlaksananya kurikulum ini.Mengingat begitu pentingnya fasilitas dalam pelaksanaan KTSP, maka keberadaan fasilitas sangat menunjang sekali dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Informan I (wawancara tanggal 19 Mei 2009) :

“ Dalam KTSP, fasilitas sangatlah menunjang dalam keberhasilan siswa untuk menerapkan teori yang diperoleh. Di SMK ini mas khusus praktek pemesinan sangat minim, masih sedikit mas”.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Informasi III (wawancara 16 Mei 2009) :

” Kendala dalam pelaksanaan KTSP di sekolah ini mas salah satunya adalah peralatan atau fasilitas untuk praktek. Contoh di SMK ini mesin frais cuma ada satu, sehingga saya itu juga mengalami kesulitan dalam membagi penggunaan peralatan dalam satu kelompok mas. Apa lagi untuk mesin CNC mas, disini sama sekali belum punya mesin CNC”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Informan IV dan V menjelaskan bahwa peralatan untuk praktek masih minim atau kurang khususnya untuk praktek pemesinan. Sedangkan peralatan praktek kerja bangku di SMK Murni 1 Surakarta sudah mencukupi sejumlah siswa.

d. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Sebagai Standarisasi Pendidikan Pelaksanaan UN yang sentralistik, justru menghambat otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulum. KTSP hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar tanpa memuat materi pokok, sehingga sekolah mengembangkan sendiri materi pokok. Hal ini menyebabkan keberagaman materi antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Selain itu pelaksanaan UN menjadikan standarisasi mutu pendidikan nasional merupakan suatu kebijakan yang dinilai kurang bijak, karena pada kenyataannya antar sekolah berbeda-beda kualitas SDM dan fasilitas yang ada. Seperti yang diungkapakn oleh Informan I (wawancara tanggal 19 Mei 2009) :

” Mas,... kalau memang benar-benar melaksanakan kurikulum KTSP, ya seharusnya tidak ada UN, karena sistem KTSP itu memberikan keleluasan pada pihak sekolah dan pemerintah hanya memberikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, termasuk dalam evaluasi. Jadi yang lebih tahu sebenarnya tentang anak atau siswa itu lulus atau tidak itu kan guru. Kalau diadakan UN menurut saya ya kurang bijak sebab SDM dan fasilitas tiap sekolah berbeda-beda. Seperti di SMK ini mas, anda bisa lihat sendiri input siswa di sekolah swasta itu sudah bukan rahasia umum, sehingga SDM pun tidak bisa disamakan dengan sekolah-sekolah negeri”. Masih diberlakukan UN menjadi standar kelulusan untuk SMK juga menjadi

kendala tersendiri karena SMK merupakan sekolah kejuruan untuk menghasilkan lulusan yang diserap dalam dunia kerja sehingga yang diajarkan adalah kompetensinya, pengetahuan dan sikap. Pada sisi lain mata pelajaran yang termuat dalam UN harus lulus. Pada akhirnya sekolah berlomba-lomba untuk meluluskan siswa sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan mutu sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan II (wawancara tanggal 15 Mei 2009) :

“ Adanya UN merupakan kendala tersendiri mas, masalahnya SMK itu kan sekolah kejuruan, dimana lulusan dari SMK itu dicetak untuk siap kerja atau berwirausaha, jadi yang seharusnya diperhatikan adalah kopetensinya sessuai dengan jurusan yang diambilnya tetapi tidak denikian. Kecenderungan sekolah itu memikirkan bagaimana siswa itu bisa lulus UN. Kalau memang mencetak kelulusanyang berkompeten di bidangnya ya... seharusnya pihak sekolah juga berusaha memperbanyak peralatan, fasilitas serta waktu”.

4. Usaha-Usaha Untuk Menanggulangi Kendala Dalam Pelaksanaan

Kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Dari berbagai kendala yang timbul dalam palaksanaan KTSP di SMK murni 1 Surakarta, maka perlu usaha-usaha untuk dapat menanggulangi kendala-kendala yang ada. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu :

a. Pembinaan dan Pelatihan

Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap guru. Seperti yang diungkapakan oleh Informan I (wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ Kepala Sekolah biasanya melakukan pengecekan atau istilahnya adalah checking and controling , baik kedisiplinan guru,siswa dan karyawannya. Selain itu yang menyangkut kurikulum yaitu pembuatan silabus dan RPP, apakah sudah sesuai atau belum, dan biasanya dicelah waktu istirahat, saya dan kepala sekolah mengadakan rapat untuk melakukan pembinaan tentang berbagai hal yang menyangkut sekolah termasuk pembinaan dalam memahami KTSP”. Hal senada juga diungkapkan oleh Informan III (wawancara tanggal 19 Mei 2009)

: “Usaha yang dilakukan berkaitan dengan KTSP mas yaitu diadakannya sosialisasi kurikulum KTSP agar para guru memahami kurikulum tersebut, Dalam KTSP guru kan dituntut mengembangkan Silabus dan RPP sesuai dengan kreativitas masing-masing. Selain itu menyangkut PBM, pihak sekolah mengadakan pelatihan-pelatihan/diklat seperti pembelajaran komputer, pemakaian LCD, yang berhubungan dengan praktek, pihak sekolah mengirimkan guru untuk mengikuti diklat diluar sekolah sesuai dengan bidangnya masing-masing”.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan pihak sekolah tentang kurikulum KTSP yaitu melakukan pembinaan kepada para guru, mensosialisasikan KTSP, serta berbagai pelatihan atau diklat yang dapat menunjang proses belajar mengajar baik secara teori maupun praktek.

b. Penambahan Waktu PBM

Usaha dalam menanggulangi kendala dalam mengimplementasikan KTSP di SMK Murni 1 Surakarta adalah penambahan waktu baik pelajaran teori maupun praktek. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara oleh Informan I ( wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ Selain pembinaan dan pelatihan mas, disini juga melakukan penambahan waktu yaitu bagi siswa yang belum dapat mencapai kompetensi dari materi yang diajarkan, dijadikan satu kelompok terus diadakan pembelajaran. Begitu juga pelajaran praktek, yang belum bisa dikasih waktu untuk berlatih dan mengoperasikan alat-alat praktek”.

Hal senada juga diungkapkan Informan II (wawancara 15 Mei 2009) : “....mas, usaha yang dilakukan ya penambahan waktu bagi siswa yang belum berkompeten baik teori maupun praktek sebab selama ini belum ada penambahan peralatan praktek, sehingga siswa ya....saya kira kurang begitu bisa karena keterbatasan alat-alat praktek”.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa adanya penambahan waktu PBM dikarenakan minimnya peralatan praktek sehingga waktu yang diperlukan lebih banyak agar siswa bisa menggunakan dan mengoperasikan alat praktek khususnya pemesinan.

c. Bekerja Sama Dengan Pihak Upaya yang selanjutnya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu mengadakan kerja sama dengan pihak lain. Seperti yang diungkapkan oleh Informan III (wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ upaya kami mas, selanjutnya, melakukan kerja sama dengan pihak lain, kalau untuk referensi saya kira guru-guru punya teman disekolah lain dan bisa bertukar pengalaman, selain itu ya biasanya guru-guru cari buku di toko buku atau di sriwedari itu lo mas,...”.

Pendapat lain juga diungkapkan Informan IV (wawancara tanggal 19 Mei 2009) : “ Di SMK ini mas karena keterbatasan alat praktek bahkan disini belum punya

mesin CNC, selama ini bekerja sama dengan SMKN 2 Surakarta, tapi kemarin kita bekerja sama dengan UNS”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Informan II dan V bahwa salah satunya untuk mengatasi keterbatasan alat praktek yaitu dengan kerja sama dengan pihak lain.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa upaya dalam mengatasi keterbatasan peralatan serta mencari materi sebagai sumber belajar diadakannya kerja sama dengan piahk lain. d.Penyusunan Dan Pengajuan SOP(Standart Operating Prosedure) Ke Dikpora

untuk menghadapi UN yang dilaksnakan serentak, Dikpora sudah memberikan SOP yaitu jabaran lebih lanjut dari pedoman mutu yang merupakan hasil dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Di dalam SOP sudah teredapat SKL yang dapat digunakan guru untuk memperkirakan materi yang akan keluar dalam UN. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I (wawancara tanggal 19 Mei 2009) :

“ untuk mengatasi UN mas, melalui MKKS telah diberitahu atau diberi kisi-kisi materi apa saja yang menjadi bahan Ujian Nasional, sehingga guru tidak begitu susah atau bingung materi apa yang harus disampaikan serta kekhawatiran guru bidang studi ya...bisa berkurang to mas, sebab kalau bahan materi ujian sudah diketahui sebelumnya, guru kan tinggal mengembangkan atau istilahnya memberikan pengayakan yang berhubungan dengan materi yang diujikan”.