Pengertian Sistem Pernapasan Anatomi Sistem Pernapasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Sistem Pernapasan

2.1.1 Pengertian Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah keseluruhan proses yang melaksanakan pemindahan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta pemindahan pasif terus-menerus CO2 yang dihasilkan oleh metabolisme dari jaringan ke atmosfer Sherwood, 2011.

2.1.2 Anatomi Sistem Pernapasan

Secara anatomi fungsi pernapasan dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru. Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi pengantar gas dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi pertukaran gas. Pada bagian konduksi, udara seakan-akan bolak-balik diantara atmosfer dan jalan napas. Oleh karena itu, bagian ini seakan-akan tidak berfungsi dan disebut “dead space”. Akan tetapi fungsi tambahan dari konduksi, seperti proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru dilakukan pada bagian ini. Adapun yang termasuk ke dalam konduksi ini adalah rongga hidung, faring, laring, trakea, sinus bronkus dan bronkiolus non-respiratorius. Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara difus yang sering disebut unit paru lung unit yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris Evelyn C, 2009. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjaring dalam lapisan mukus. Gerakan silia akan Universitas Sumatera Utara mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus akan tertelan atau dibatukkan keluar Snell, 2011 Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot yang mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara di dalam trakea dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Jika benda asing mampu melampaui glotis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu mengeluarkan benda dan sekret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di dalam rongga toraks. Paru-paru sebelah kiri mempunyai 2 lobus sedangkan paru- paru kanan mempunyai 3 lobus. Setiap lobus dibagi menjadi segmen-segmen yang disebut bronco-pulmoner. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar. Cabang utama bronkus bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli kantung udara. Bronkus terminalis bercabang secara berulang untuk membentuk saluran yang disebut duktus alveolar. Disinilah kantong alveolar dan alveoli terbuka. Alveoli dikelilingi jalinan kapiler. Darah yang mengalami deoksigenasi memasuki jaringan kapiler arteri untuk memasuki vena pulmoner. Di jaringan pipa kapiler ini berlangsung pertukaran gas antara udara di dalam alveoli dan darah di dalam pembuluh darah Evelyn C, 2009. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan Sumber : Price Wilson, 2005

2.1.3 Histologi Sistem Pernapasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Peak Expiratory Flow Rate pada Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

2 75 41

Hubungan Arus Puncak Ekspirasi dengan Indeks Massa Tubuh pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan

0 28 57

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan

34 179 51

Menghitung Laju Ariran Fluida Jenis Head Flow Meter Pada Sistem Rangkaian Perpipaan Dengan Menggunakan Control Valve Air To Open Di Pabrik Mini PTKI – Medan

15 112 56

PENGARUH MEROKOK TERHADAP PENURUNAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PEROKOK AKTIF & PASIF DI KELURAHAN Pengaruh Merokok terhadap Penurunan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Aktif dan Pasif di Kelurahan Barabai Barat.

0 3 13

HUBUNGAN SENAM ASMA DENGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE).

0 0 7

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 0 10

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 1 6

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 0 4

Hubungan antara Kerja dan Kebiasaan Merokok Tukang Parkir di Jalan Setiabudi Medan terhadap Arus Puncak Ekspirasi yang diukur dengan Peak Flow Meter

0 0 15