Usahatani Tebu
5.5.1 Usahatani Tebu
5.5.1.1 Pengadaan Bahan Tanam dan Persiapan Lahan Tebu Giling
Pengadaan bahan tanam atau bibit merupakan kegiatan awal yang memegang peranan penting dalam usaha mendapatkan pembibitan dengan kualitas yang baik. Bibit tebu dengan varietas yang sesuai merupakan salah satu modal utama dalam keberhasilan produksi tebu. Varietas tebu yang diusahakan di PG Pagottan sangat beragam (17 varietas, namun yang sering digunakan 10 varietas) dan secara garis besar dibedakan atas empat kemasakan, yaitu masak awal, masak awal tengah, masak tengah, dan masak tengah lambat (Tabel 5). Untuk varietas yang diusahakan dalam pembibitan umumnya harus memenuhi beberapa syarat, yaitu tingkat kemurnian tinggi (85 persen), bebas hama dan penyakit, daya kecambah tinggi (90 persen), tahan kekeringan, tahan dikepras (produksi tanaman keprasan tinggi), sesuai dengan bulan tanam serta sesuai lahan dan iklim.
Tabel 5 Varietas Tebu yang Digunakan PG Pagottan
No. Masak Awal
Tengah
Tengah Lambat
1. N XI 1-1
PS 85-1
BM 9605 (F 05)KK
BL
2. PS 86-2
PS 82-1064
PS 92-1
PS 95-1
3. PS BM 88-144
PS 86-4
5. PS BM 89-95
ROC 12 6. ROC 13 7. PA 117
Sumber: Litbang Bagian Tanaman PG Pagottan, 2008
Berdasarkan kepemilikan lahan PG Pagottan belum mempunyai Hak Guna Usaha atau lahan Non HGU. Oleh karena itu, untuk budidaya tebu PG Pagottan harus menyewa lahan dari petani atau masyarakat sekitar. Karena menggunakan lahan sewa maka untuk mendapatkan lahan seluas satu hektar saja perlu menyewa beberapa tempat. Luas lahan sewa yang digunakan PG Pagottan untuk tanaman tebu per 2007 adalah 2.390,142 ha dengan komposisi lahan sawah sebesar 2.378,566 ha dan lahan tegalan sebesar 7,376 ha. Sisanya digunakan untuk kebun bibit sebesar 4,2 ha. Lahan sewa tersebut dapat menghasilkan tebu sebesar 182.527,8 ton. Selain tebu sendiri PG Pagottan juga menampung tebu rakyat sebesar 227.268,7 ton dari luas lahan 3.318,597 ha. Dari produksi tebu tersebut terdapat perbedaan rendemen antara tebu sendiri dan tebu rakyat, yaitu masing- masing sebesar 8,86 persen dan 7,23 persen. Perbedaan tersebut diduga berasal dari sistem penanaman dan pemeliharaan tanaman.
5.5.1.2 Sistem Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Ada dua macam cara tanam yang biasa digunakan pada lahan khususnya pada lahan tegalan, yaitu tanam kering dan basah. Tanam kering dilakukan jika pengairan sulit. Proses tanam kering, yaitu dilakukan penanaman dahulu setelah itu dilakukan pengairan. Sedangkan cara tanam basah, pengairan dilakukan sebelum tanam sehingga keadaan alas tanam membentuk jenangan. Dibandingkan dengan tanam kering, tanam basah lebih menguntungkan karena dapat menghemat pengairan dan mata tunas lebih cepat berkecambah.
Pemeliharaan tanaman bertujuan mendapatkan pertumbuhan tebu yang baik. Pemeliharaan meliputi pemeliharaan tanaman pertama (plant canePC) meliputi: penyulaman yang bertujuan mempertahankan populasi tanaman dalam jumlah tetap pada satuan luas tertentu, pengairan, pengendalian gulma baik secara mekanis maupun khemis, pemupukan, pembumbunan atau penimbunan tanah disekitar tanaman, klentek atau membersihkan tebu dari kulit dan daun yang sudah kering, pemberantasan hama dan penyakit serta kuras got yang bertujuan memperdalam got sesuai ukuran standard agar mampu berfungsi dengan baik. Sedangkan pemeliharaan tanaman keprasan pada umumnya sama dengan PC. Adapun yang membedakan antara tanaman keprasan dan PC adalah kegiatan- kegiatan seperti : pedot oyot yang dilakukan segera setelah tanaman dikepras. Pedot oyot, yaitu memotong disamping kanan dan kiri barisan tanaman dengan kedalaman 20 cm dengan tujuan memutus akar-akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan kuat.
5.5.1.3 Tebang dan Angkut
Tebang, muat, dan angkut merupakan pekerjaan terakhir dari kegiatan pengadaan bahan baku industri gula. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus direncanakan secara matang karena tebu merupakan tanaman semusim yang mempunyai nilai produksi yang ditentukan oleh batasan waktu. Agar diperoleh tebu yang manis, bersih, dan segar maka pelaksanaan tebang harus tepat dan proses penebangan serta angkutan harus berpegang pada batasan-batasan tertentu. Sebagai dasar penentuan suatu kebun cukup optimal untuk ditebang adalah dengan analisa pendahuluan yang akan menghasilkan angka rendemen, Koefisien Tebang, muat, dan angkut merupakan pekerjaan terakhir dari kegiatan pengadaan bahan baku industri gula. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus direncanakan secara matang karena tebu merupakan tanaman semusim yang mempunyai nilai produksi yang ditentukan oleh batasan waktu. Agar diperoleh tebu yang manis, bersih, dan segar maka pelaksanaan tebang harus tepat dan proses penebangan serta angkutan harus berpegang pada batasan-batasan tertentu. Sebagai dasar penentuan suatu kebun cukup optimal untuk ditebang adalah dengan analisa pendahuluan yang akan menghasilkan angka rendemen, Koefisien
5.5.1.4 Pasca Panen dan Kriteria Bahan Baku Tebu
Pengaturan tebu dari lori maupun truk di PG Pagottan menggunakan sistem FIFO (first in first out). Maksudnya adalah tebu yang masuk paling awal akan digiling terlebih dahulu sesuai jadwal. Truk dari kebun sebelum ditimbang biasanya diatur di emplasment sesuai dengan jadwal kedatangan. Sedangkan untuk lori setelah ditimbang diatur di emplasment sesuai dengan jadwal kedatangan.
Kritera tebu giling sebagai bahan baku pabrik adalah manis, bersih, dan segar. Yang dimaksud manis, yaitu tebu sudah cukup tua atau masak yang ditebang pada saat rendemen puncak dan tebu ditebang dengan cara didongkel atau pemotongan sampai tanah dengan Faktor Kemasakan (FK) sebesar 25-30 persen, Koefisien Daya Tahan (KDT) dan Koefisien Peningkatan (KP) sebesar 90-100 persen. Besarnya faktor-faktor tersebut tergantung pada varietas tebu yang ditanam. Adapun yang dimaksud bersih adalah bahan baku tebu terbebas dari unsur non tebu (kotoran) maksimal 5 persen, meliputi: pucukan, tebu muda Kritera tebu giling sebagai bahan baku pabrik adalah manis, bersih, dan segar. Yang dimaksud manis, yaitu tebu sudah cukup tua atau masak yang ditebang pada saat rendemen puncak dan tebu ditebang dengan cara didongkel atau pemotongan sampai tanah dengan Faktor Kemasakan (FK) sebesar 25-30 persen, Koefisien Daya Tahan (KDT) dan Koefisien Peningkatan (KP) sebesar 90-100 persen. Besarnya faktor-faktor tersebut tergantung pada varietas tebu yang ditanam. Adapun yang dimaksud bersih adalah bahan baku tebu terbebas dari unsur non tebu (kotoran) maksimal 5 persen, meliputi: pucukan, tebu muda