PARA PENGGUGAT TIDAK DIRUGIKAN DENGAN TERBITNYA KEPUTUSAN OBJEK GUGATAN

PARA PENGGUGAT TIDAK DIRUGIKAN DENGAN TERBITNYA KEPUTUSAN OBJEK GUGATAN

1 Bahwa sesuai Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dinyatakan :

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 48

Mahkamah Agung Republik Indonesia

“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau

Mahkamah Agung Republik Indonesia

tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi”. ; Penjelasan Pasal 53 ayat (1) “…..…Selanjutnya hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena oleh akibat hukum Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan dan karenanya yang bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan Tata Usaha Negara”. ;

2 Bahwa menurut S.F. Marbun dalam bukunya “Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, terbitan Liberty, Yogyakarta, Edisi Pertama, cetakan I, 1997, hlm. 226”, menyatakan kepentingan Penggugat yang dirugikan harus bersifat langsung terkena, artinya kepentingan tersebut tidak boleh terselubung di balik kepentingan

Mahkamah Agung Republik Indonesia orang lain (rechtstreeks belang) sesuai adagium yang menyatakan point

d’interest, point d’action .;

3 Bahwa berdasarkan pendapat S.F. Marbun tersebut pihak yang dapat menggugat adalah pihak yang kepentingannya langsung terkena atas keluarnya suatu keputusan tata usaha negara. ;

4 Bahwa menurut Indroharto dalam bukunya Usaha Memahami Undang- Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku II , Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, cetakan IV, 1993, hal. 38-40, menyebutkan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam kaitannya yang berhak menggugat adalah :

Mahkamah Agung Republik Indonesia

halaman 49 dari 87 halaman Putusan No. 59/G/2014/PTUN-Jkt

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 49

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

b Kepentingan itu harus bersifat pribadi, artinya Penggugat itu memiliki

suatu kepentingan untuk menggugat, yang jelas dapat dibedakan dengan kepentingan orang lain. ;

c Kepentingan itu harus bersifat langsung, artinya yang terkena secara langsung itu adalah kepentingan Penggugat sendiri dan kepentingan tersebut bukan diperoleh dari orang lain. ;

d Kepentingan itu secara objektif dapat ditentukan, baik mengenai luas maupun intensitasnya. ;

5 Bahwa Para Penggugat tidak dapat mengajukan gugatan atas keputusan objek gugatan karena keputusan objek gugatan sama sekali tidak menimbulkan kerugian bagi Para Penggugat. ;

Mahkamah Agung Republik Indonesia

6 Bahwa dalil Para Penggugat dalam gugatan huruf B angka 11 halaman 13,

yang menyatakan “keputusan objek gugatan jelas menghilangkan pengharapan Para Penggugat sebagai guru untuk mendapatkan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah” adalah tidak berdasar dan mengada- ada. ;

7 Bahwa Para Penggugat tetap berkesempatan untuk menjadi Kepala Sekolah, namun tidak pada proses lelang jabatan Kepala SMAN/SMKN yang telah berlangsung karena pada proses tersebut Para Penggugat belum dapat bersaing dengan peserta lainnya. ;

8 Bahwa dalam proses lelang jabatan Kepala SMAN/SMKN yang telah berlangsung sesuai ketentuan Pasal 5 Peraturan Gubernur Nomor 133

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318)

Halaman 50

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Tahun 2013 tentang Seleksi Terbuka Calon Kepala Sekolah dilakukan seleksi meliputi :

Mahkamah Agung Republik Indonesia

a Seleksi administrasi ;

b Seleksi kompetensi bidang ;

c Seleksi kompetensi manajerial ; dan

d Seleksi lain yang ditetapkan oleh Tim Seleksi. ;

9 Bahwa Para Penggugat yang telah memiliki sertifikat Kepala Sekolah layak lulus dalam seleksi administrasi, namun dalam seleksi kompetensi

bidang dan manajerial para Penggugat belum cukup bersaing dengan peserta lainnya, sehingga belum dapat diangkat sebagai Kepala SMAN/SMKN. ;

10 Bahwa oleh karena dalam proses lelang jabatan Kepala SMAN/SMKN tersebut dilakukan dalam beberapa tahapan, maka sudah sewajarnya ada peserta yang mendapatkan nilai tinggi atau ada juga yang rendah, sehingga Para Penggugat yang mendapat nilai belum maksimal tidak dapat diangkat

Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai Kepala SMAN/SMKN. ;

11 Bahwa dengan demikian, tidak ada pihak yang dirugikan atas keputusan objek gugatan, karena keputusan a quo telah secara transparan menyampaikan nilai masing-masing peserta yang merupakan hasil dari kemampuan para peserta tersebut, sehingga peserta yang nilainya rendah sudah sewajarnya menerima ketika tidak terpilih sebagai Kepala SMAN/ SMKN. ;

12 Bahwa oleh karena itu Para Penggugat tidak punya kepentingan atas keputusan objek gugatan karena tidak dirugikan, sehingga sudah seharusnya gugatan Para Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvankleijk Verklaard ). ;

Mahkamah Agung Republik Indonesia