Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar

2.3.2 Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar

Fokus Layanan Urusan Wajib dilakukan melalui analisis kinerja atas indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah yang menjadi non pelayanan dasar masyarakat meliputi : Tenaga Kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pertanahan lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan catatan sipil, pengendalian penduduk dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kepemudaan dan olah raga, statistik, persandian, kebudayaan, perpustakaan, dan kearsipan.

1. Tenaga Kerja

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. TPAK mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara/wilayah. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Pada kelompok umur muda (15-24 tahun),

TPAK cenderung rendah, karena pada usia ini mereka lebih banyak masuk kategori bukan angkatan kerja (sekolah). Begitu juga pada kelompok umur tua (diatas 65 tahun), TPAK rendah dikarenakan mereka masuk pada masa purnabakti (pensiun). Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai TPAK di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017.

Tabel 2.30 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota Bandung Tahun 2013-2017

No

2017 1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63,55% 63,04% 62,52% 62,52% 63,11%

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Jika TPAK Kota Bandung pada tahun 2017 63,11 % artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas, sebanyak 63 orang tersedia untuk memproduksi pada periode tertentu.

b. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka diukur sebagai persentase jumlah penganggur/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Kegunaan dari indikator pengangguran terbuka ini baik dalam satuan unit (orang) maupun persen, TPT berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Selain itu, perkembangannya dapat menunjukkan tingkat keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Lebih penting lagi, indikator ini digunakan sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan perekonomian, selain angka kemiskinan.

Gambaran tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.31

Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Bandung Tahun 2013-2017 No Uraian

1 Tingkat Pengangguran Terbuka 10,98% 8.05% 9.02% N/A 8,44%

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Data di atas menunjukkan bahwa TPT Kota Bandung pada rentang tahun 2013-2017 mengalami fluktuasi dan pada tahun 2017 sebesar 8,44 %, artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa (angkatan kerja) sebanyak 8 orang merupakan pengangguran.

2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan diperlukan dalam rangka memberdayakan perempuan menuju kesetaraan gender. Indikator Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dapat dlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.32

Indikator Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandung

Tahun 2013-2017

1 Proporsi kursi yang diduduki Perempuan di

Jumlah Kursi DPRD yang diduduki 3 3 3 3 3 perempuan

Jumlahtotal kursi di keanggotaan DPRD 50 50 50 50 50 2 Rasio KDRT (%)

Jumlah KDRT

45 53 33 Jumlah Rumah Tangga

3 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja

4 Cakupan Perempuan dan Anak korban

97,22% 97,35% kekerasan yang mendapatkan penanganaan

pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu Jumlah Laporan di tindak lanjuti

78 105 147 Jumlah laporan yang masuk ke unit pelayan

84 108 151 terpadu 5 Cakupan Perempuan dan anak korban yang

25,00% 23,18% mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga

terlatih di puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/ PKT di Rumah Sakit

Jumlah Korban KtPA yang memperoleh 17 32 16 27 35 layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas mampu tatalaksana KTpA atau PPT PKT di RS di suatu Wilayah Kerja tertentu pada Kurun waktu Tertentu

Jumlah seluruh korban KTpA yang terdata

84 108 151 datang ke psukesmas maupun tatalaksana kasus KTpA dan RS di suatu Wilayah Kerja tertentu pada Kurun waktu Tertentu

Sumber: DP3APM dan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Persentase Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 38,00% 47.97% 46,73%

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Hal yang menarik adalah pada perbedaan persentase yang cukup besar, dimana persentase perempuan yang bekerja hanya sebesar 46,73 persen sedangkan laki-laki sebesar 63,11 persen (Tabel 2.30). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki yang bekerja lebih dominan dibanding perempuan, penduduk laki-laki umumnya merupakan tulang punggung keluarga sehingga mereka yang seharusnya bekerja, sedangkan kaum perempuan lebih dominan bekerja mengurus rumah tangga.

3. Pangan

Ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan, khususnya di Kota Bandung. Ketersediaan pangan utama Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan salah satunya oleh peningkatan jumlah penduduk. Secara lebih lengkap mengenai indikator pangan Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.33 Indikator Pangan di Kota Bandung Tahun 2013-2017

No Uraian

1 Ketersediaan Pangan

No Uraian

kg/kapita/thn kg/kapita/thn kg/kapita/thn kg/kapita/thn Ketersediaan energi dan protein perkapita : Ketersediaan pangan/kapita/hari X

kg/kapita/thn

2048,23 Kandungan Kalori Ketersediaan

83,67 pangan/kapita/hari X Kandungan Protein Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan : Jumlah maksimum

0 20 13 0 pangan segar yang tercemar

NA

50 50 45 40 Jumlah Target kasus pangan segar yang tercemar

NA

Sumber: Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, 2018

4. Pertanahan

Dalam hal pertanahan, indikator difokuskan pada persentase luas lahan bersertifikat dan penyelesaian kasus tanah negara yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.33

Indikator Pertanahan Kota Bandung Tahun 2013-2017 NO

1 Persentase luas lahan

10,81% 14,75% bersertifikat Luas Lahan

2.046.278 2.797.263 Bersertifikat Jumlah Luas

18.937.462 18.961.096 Wilayah 2 Penyelesaian Kasus Tanah

NA Jumlah

10 Kasus kasus yang

terfasilitasi Jumlah

NA Kasus yang

terdaftar terdaftar

Sumber : BPKA Kota Bandung, 2018

Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup

Salah satu masalah yang dihadapi kota-kota di Indonesia khususnya di Kota Bandung adalah masalah persampahan. Salah satu masalah persampahan yang cukup rumit dalam penyelesaiannya adalah pengadaan dan pengelolaan fasilitas Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) yang layak, baik secara teknis maupun non teknis. Keberadaan TPSA selain dapat menampung timbulan sampah yang dihasilkan juga harus dapat meminimalisasi bahaya yang mungkin timbul akibat penimbunan sampah tersebut. Berikut adalah kondisi penanganan persampahan di Kota Bandung secara lengkap dalam kurun waktu 2013-2017.

Tabel 2.34 Persentase Penanganan Sampah di Kota Bandung Tahun 2013-2017

1 Persentase Pananganan Sampah 74% 87,23% 87,41% 90,4% 100%

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung

b. Persentase Penduduk Berakses Air Minum

Syarat-syarat air minum menurut Kementerian Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100°C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Untuk menghitung persentase penduduk berakses air bersih dapat disusun tabel sebagai berikut.

Tabel 2.35

Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kota Bandung

Tahun 2013-2017

No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1 Persentase Penduduk berakses air Minum 70% 70% 70,65% 72,15% 75,75%

Sumber: PDAM Kota Bandung

5. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Salah satu bentuk tertib administrasi kependudukan dapat dilihat dari jumlah penduduk yang telah memiliki KTP, KK, Akte Kelahiran, dan Akte Nikah. Peningkatan/penurunan jumlah penduduk yang telah memiliki KTP, KK, Akte Kelahiran, dan Akte Nikah menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat mengenai identitas diri/administrasi kependudukan. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai kepemilikan administrasi kependudukan dengan fokus kepemilikan KTP selama kurun waktu 2013- 2017.

Tabel 2.36

Persentase Jumlah Penduduk yang Sudah Terdaftar dalam Catatan Sipil

di Kota Bandung Tahun 2013-2017

1 Persentase Penduduk memiliki KTP 95,5 % 99,05% 89,05% 95,38% 96,75% Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung, 2015

6. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

a. PKK Aktif

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah serta pengelolaannya dari, oleh, dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan, dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

Semakin besar rata-rata jumlah kelompok binaan PKK, maka dapat menggambarkan keaktifan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah melalui PKK, juga menunjukkan besarnya pelayanan penunjang yang dapat diciptakan oleh pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah melalui PKK. Adapun perkembangan PKK Kota Bandung dalam kurun waktu 2013-2017 dapat terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.37

PKK Aktif di Kota Bandung Tahun 2013-2017

1 Persentase PKK Aktif 100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: DP3APM Kota Bandung

b. Posyandu Aktif

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Tujuan penyelenggaraan posyandu, yaitu:

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) hamil, melahirkan, dan nifas.

2. Membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).

3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga, dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Adapun perkembangan Posyandu Kota Bandung dalam kurun waktu 2013-2017 dapat terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.38

Posyandu Aktif di Kota Bandung Tahun 2013-2017 No

Uraian

1 Persentase Posyandu Aktif 100% 100% 100% 100% 100% Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandung

7. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara Pasangan Usia Subur (PUS). Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa rata –rata Cakupan Peserta KB Aktif di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 adalah sebesar 70,18%. Selama 5 tahun terakhir, cakupan peserta KB aktif Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara Pasangan Usia Subur (PUS). Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa rata –rata Cakupan Peserta KB Aktif di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 adalah sebesar 70,18%. Selama 5 tahun terakhir, cakupan peserta KB aktif

Tabel 2.39 Cakupan Peserta KB Aktif di Kota Bandung Tahun 2013-2017

No Uraian

1 Cakupan Peserta KB Aktif 68,10% 68,75% 70,10% 70,60% 73,35% Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bandung

8. Perhubungan

Jumlah arus penumpang umum (bis/kereta api/pesawat udara) yang masuk/keluar daerah Kota Bandung selama 1 (satu) tahun, dalam kurun waktu 2013-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.40

Jumlah Penumpang Angkutan Umum di Kota Bandung Tahun 2011-2017 No

1 Jumlah Arus Penumpang 9.186.378 8.195.919 6.956.581 6.496.803 5.419.322 Angkutan Umum

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung Berdasarkan table di atas, jumlah arus penumpang umum yang keluar

masuk ke kota Bandung mengalami penurunan selama kurun waktu 2013 – 2017. Hal ini disebabkan berbagai diantaranya semakin banyak orang menggunakan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasinya, penggunaan transportasi online yang tidak bisa diketahui secara pasti jumlah penumpangnya, serta faktor persepsi orang ketika akan menggunakan angkutan umum terkait faktor keamanan dan keselamatan cenderung rendah ketika menggunakan angkutan umum.

9. Komunikasi dan Informatika

Sarana/prasarana komunikasi dan informatika saat ini telah berkembang dengan pesat dan telah merevolusi cara hidup manusia, baik cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Dengan teknologi komunikasi dan informasi, segala aktivitas manusia dapat dilakukan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, dan efektif. Selain itu, semua proses pelaksanaaan Sarana/prasarana komunikasi dan informatika saat ini telah berkembang dengan pesat dan telah merevolusi cara hidup manusia, baik cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Dengan teknologi komunikasi dan informasi, segala aktivitas manusia dapat dilakukan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, dan efektif. Selain itu, semua proses pelaksanaaan

Teknologi informasi dapat digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu, yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Gambaran mengenai urusan komunikasi dan informatika yang tersedia di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 dengan indikator Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.41

Capaian Indikator Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika

Tahun 2013-2017

1 Cakupan pengembangan dan

pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung

10. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah

Koperasi merupakan salah satu usaha dalam rangka pemberdayaan

ekonomi rakyat, menurunkan kemiskinan, dan memperluas lapangan pekerjaan. Semakin banyaknya koperasi yang aktif, maka diharapkan semakin berdayanya ekonomi berbasis kerakyatan, menurunnya kemiskinan, dan menurunnya jumlah pengangguran.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah: 1)

Usaha Mikro, Kriteria kelompok usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.

2) Usaha Kecil, Kriteria usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.

3) Usaha Menengah, Kriteria usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Tabel 2.42

Persentase Koperasi Aktif dan, Usaha Mikro dan kecil di Kota Bandung Tahun

2013-2017

No Indikator

1 Persentase Koperasi Aktif 81,14% 81,77% 83,50% 84,67% 86,24% 2 Persentase Usaha Mikro dan kecil 94,23% 94,42% 94,65% 94,76% 95,15% Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Bandung

Indikator Koperasi Aktif pada tahun 2013 sampai tahun 2017 terus meningkat, dengan persentase koperasi aktif pada tahun 2017 mencapai 86,24% dengan jumlah koperasi aktif sebanyak 2.212 koperasi. Untuk Usaha Mikro dan kecil pada tahun 2017 mencapai 5.532 usaha dengan persentase Usaha Mikro dan kecil sebesar 95,15% dimana dari tahun 2013-2017 selalu ada peningkatan.

a. Persentase Koperasi Aktif

Koperasi merupakan salah satu usaha dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat, menurunkan kemiskinan, dan memperluas lapangan pekerjaan. Semakin banyaknya koperasi yang aktif, maka diharapkan semakin berdayanya ekonomi berbasis kerakyatan, menurunnya kemiskinan, dan menurunnya jumlah pengangguran. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai koperasi aktif di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017.

Tabel 2.42

Persentase Koperasi Aktif di Kota Bandung Tahun 2013-2017 No Indikator

84,67% 86,24% 2 Jumlah Anggota

1 Persentase Koperasi Aktif 78,66% 81,76%

552.064 553.326 553.593 553.593 Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Bandung

NA

Dari tabel di atas, peningkatan prosentase koperasi aktif signifikan dengan bertambahnya jumlah anggota, dengan demikian akan berdampak terhadap pencapaian harapan keberadaan koperasi sebagaimana tersebut di atas.

b. Jumlah Usaha Kecil Mikro dan Menengah Binaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah:

4) Usaha Mikro Kriteria kelompok usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.

5) Usaha Kecil Kriteria usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.

6) Usaha Menengah Kriteria usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Jumlah Usaha Kecil Mikro dan Menengah di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 berada pada kisaran 4.400-5.700 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.43

Jumlah Usaha Kecil Mikro dan Menengah di Kota Bandung

Tahun 2013-2017

No Uraian

1 Jumlah Usaha Kecil Mikro dan

Sumber: Dinas KUMKM Kota Bandung

11. Penanaman Modal

a. Jumlah Proyek Berskala Nasional (PMDN/PMA) Hampir semua kabupaten/kota membutuhkan modal dalam negeri

maupun modal asing dalam rangka melaksanakan program/kegiatan pembangunan. Modal dalam negeri maupun modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pelaksanaan pembangunan suatu daerah. Sehingga kehadiran investor nampaknya tidak mungkin dihindari, namun kehadiran investor asing sangat dipengaruhi oleh kondisi internal negara, seperti stabilitas ekonomi, politik, penegakan hukum, dan lain sebagainya. Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian di tempat modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Kebijakan mengundang investor, terutama investor asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor, juga agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia, khususnya Kota Bandung. Gambaran mengenai jumlah investor PMDN/PMA di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.44

Jumlah Investor PMDN/PMA di Kota Bandung Tahun 2013-2017 No

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung

semakin menggambarkan ketersediaan pelayanan penunjang yang dimiliki daerah berupa ketertarikan investor untuk meningkatkan investasinya di daerah. Semakin banyak realisasi proyek maka akan semakin menggambarkan keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas penunjang pada investor untuk merealisasikan investasi yang telah direncanakan. Jumlah realisasi investasi PMDN/PMA di Kota Bandung kurun waktu 2013- 2017 dibuktikan pada tabel jumlah investasi PMDN/PMA di Kota Bandung berikut.

Tabel 2.45

Jumlah Investasi PMDN/PMA (Miliar) di Kota Bandung

Tahun 2013-2017

No Uraian

7.169,2 12.700,4 Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu Kota Bandung

12. Kepemudaan dan Olahraga

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kepemudaan dan olahraga dapat dilihat dari jumlah organisasi pemuda dan jumlah organisasi olahraga. Banyaknya jumlah organisasi pemuda menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan. Semakin banyak jumlah organisasi pemuda, menunjukkan ketersediaan fasilitas penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam memberdayakan pemuda. Sampai dengan tahun 2017, terdapat 834 organisasi kepemudaan/komunitas.

Kota Bandung menjadi sangat layak disebut kota pemuda karena dari total jumlah penduduk Kota Bandung 2,4 juta jiwa lebih dari 45 persennya berusia 15 sampai 39 tahun (lihat table 2.7), hal itu juga mendorong Kota Bandung merupakan kota pertama yang mempunyai peraturan daerah tentang kepemudaan melalui Perda Nomor 1 tahun 2016. Lebih dari itu, dengan keberpihakan kebijakan program pemerintah kota Bandung terhadap kepemudaan diwujudkan dengan dibangunnya berbagai fasilitas fasilitas publik seperti Bandung Creative Center sebagai wadah komunitas-komunitas kreatif, Kota Bandung menjadi sangat layak disebut kota pemuda karena dari total jumlah penduduk Kota Bandung 2,4 juta jiwa lebih dari 45 persennya berusia 15 sampai 39 tahun (lihat table 2.7), hal itu juga mendorong Kota Bandung merupakan kota pertama yang mempunyai peraturan daerah tentang kepemudaan melalui Perda Nomor 1 tahun 2016. Lebih dari itu, dengan keberpihakan kebijakan program pemerintah kota Bandung terhadap kepemudaan diwujudkan dengan dibangunnya berbagai fasilitas fasilitas publik seperti Bandung Creative Center sebagai wadah komunitas-komunitas kreatif,

13. Statistik

Instrumen analisis sebagai bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan sebagai bahan penentuan/perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah adalah data/informasi statistik (dokumen statistik). Ketersediaan dokumen statistik memudahkan pemerintah dalam mendapatkan data potensi daerah secara umum sebagai bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan pembangunan daerah dan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Dokumen statistik sebagaimana dimaksud di atas adalah antara lain Buku Kota Dalam Angka dan buku PDRB Kota. Berikut adalah indikator statistik di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017.

Tabel 2.46

Indikator Statistik Kota Bandung Tahun 2013-2017

No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1 Buku Bandung Dalam Angka Ada Ada Ada Ada Ada

2 Buku PDRB Kota Bandung Ada Ada Ada Ada Ada

Ada Ada Ada terintegrasi

3 Tersedianya sistem data dan statistik yang

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung

14. Persandian

Indikator Persandian dapat dilihat melalui Persentase Tingkat Keamanan dan ketersediaan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada tahun 2017 terealisasi sebesar 100% dari target 100% dengan dilakukannya pemeliharaan peralatan komunikasi untuk lingkup pimpinan seperti pemeliharaan dan sarana komunikasi dan dilakukannya pengamanan data sistem informasi berupa pengamanan data sandi dan keamanan sistem aplikasi, pengukuran dengan terpeliharanya peralatan komunikasi di lingkup pimpinan dan keamanan sistem informasi, tersedianya dukungan peralatan yang tersedia, sehingga memudahkan Indikator Persandian dapat dilihat melalui Persentase Tingkat Keamanan dan ketersediaan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada tahun 2017 terealisasi sebesar 100% dari target 100% dengan dilakukannya pemeliharaan peralatan komunikasi untuk lingkup pimpinan seperti pemeliharaan dan sarana komunikasi dan dilakukannya pengamanan data sistem informasi berupa pengamanan data sandi dan keamanan sistem aplikasi, pengukuran dengan terpeliharanya peralatan komunikasi di lingkup pimpinan dan keamanan sistem informasi, tersedianya dukungan peralatan yang tersedia, sehingga memudahkan

15. Kebudayaan

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai- nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Berikut gambaran indikator kinerja kebudayaan di Kota Bandung selama kurun waktu 2013-2017.

Capaian Indikator Kinerja Urusan Kebudayaan di Kota Bandung

Tahun 2013-2017

1 Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya 26 26 26 26 26

buah buah buah 2 Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya

buah

buah

146 kali 160 kali 176 kali 3 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan

4 Jumlah cagar budaya yang dikelola secara

99 99 99 99 370 terpadu

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

Penyelenggaraan festival Seni dan Budaya dari Tahun 2013-2017 selalu ada peningkatan. Pada Tahun 2017 penyelenggaraan festival seni budaya sebanyak 176 kali atau 202% dari tahun 2013 yang hanya 87 kali. Jumlah Cagar budaya yang dikelola secara terpadu oleh Kota Bandung dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 sebanyak 99 cagar budaya. Pada Tahun 2017 ada peningkatan Cagar Budaya yang dikelola secara terpadu menjadi 370 Cagar Budaya.

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai- nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kebudayaan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja jumlah

Pembangunan

kebudayaan

ditujukan

untuk untuk

Tabel 2.47

Sarana dan Penyelenggaraan Seni dan Budaya serta Jumlah Cagar Budaya yang Dilestarikan di Kota Bandung Tahun 2013-2017

No Uraian

26 buah Penyelenggaraan Seni dan Budaya

176 Festival Seni

pagelaran pagelaran pagelaran pagelaran pagelaran dan Budaya 3 Benda, Situs

11,49% dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

16. Perpustakaan

a. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per Tahun

Indikator efektivitas penyediaan pelayanan perpustakaan di daerah dapat dilihat dari banyaknya jumlah pengunjung perpustakaan. Banyaknya jumlah pengunjung perpustakaan dapat menggambarkan tingginya budaya baca di daerah. Pada tahun 2017 jumlah pengunjung perpustakaan daerah Kota Bandung tercatat sebanyak 91.287 orang, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 2.48

Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per Tahun di Kota Bandung

Tahun 2013-2017

No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1 Jumlah pengunjung Perpustakaan per Tahun 4.520 6.010 4.517 54.181 91.287 orang orang orang orang

orang

Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung

Banyaknya koleksi buku yang tersedia pada perpustakaan dapat menggambarkan kapasitas yang dimiliki oleh daerah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dalam memberikan bahan pustaka kepada masyarakat pengguna perpustakan. Selain itu juga menunjukkan ketersediaan fasilitas penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat serta sebagai penunjang kelangsungan pelayanan pendidikan. Secara terperinci mengenai koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah selama kurun waktu 2013-2017 dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.49

Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah Kota Bandung

Tahun 2013-2017

1 Koleksi Buku yang Tersedia di Perpustakaan Daerah 52,578 64,784 74,366 87,836 96,886

Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung

17. Kearsipan

Kearsipan (filing) adalah sesuatu proses pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan secara sistematis sehingga bahan-bahan tersebut dengan cepat dicari atau diketahui tempatnya setiap kali diperlukan. Pengertian arsip menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam pelaksanaan penyimpanan arsip, pada pokoknya dikenal 4 (empat) macam sistem penyimpanan arsip, yaitu:

1. Penyimpanan arsip menurut abjad;

2. Penyimpanan menurut wilayah;

3. Penyimpanan menurut nomor;

4. Penyimpanan menurut tanggal.

Dalam hal pengelolaan arsip secara baku ini, baru sebagian kecil SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang melaksanakannya. Sampai tahun 2014, hanya 11% dari seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang melaksanakan pengelolaan arsip secara baku. Penerapan pengelolaan arsip secara baku di Kota Bandung dalam kurun waktu 2013-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.50

Pengelolaan Arsip Secara Baku di Kota Bandung Tahun 2013-2017 No

1 Pengelolaan Arsip secara Baku

58 PD 2 Persentase Perangkat Daerah yang Mengelola

77.33 (58 PD) Arsip Secara Baku (%)

3 Peningkatan SDM Pengelola Kerasipan (jumlah 1 1 1 2 1 sosialisasi dan 12 Kegiatan)

penyuluhan Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung