ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian, dari analisa data sampai pembahasan hasil sesuai dengan data yang diperoleh.

A . Analisa Data

1. Gambaran umum subjek penelitian

Populasi penelitian ini adalah lansia yang terdaftar sebagai anggota dari Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah Di Kelurahan Tanah Tinggi Kota Madya Binjai yang dipilih secara random dengan jumlah 60 orang.

Melalui 60 orang yang dipilih, maka diperoleh gambaran umum subjek penelitian sebagai berikut:

a. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Persentase (%) Pria

Jumlah (N)

Berdasarkan data pada Tabel 7, jumlah subjek yang berjenis kelamin pria sebanyak 36 orang (60%) dan subjek yang berjenis kelamin wanita sebanyak 24 orang (40 %).

b. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada Tabel 9

Tabel 9.Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan usia

Persentase (%) 60-64 tahun

Usia

Jumlah (N)

65-74 tahun

75-84 tahun

84 tahun >

Total

Berdasarkan data pada tabel 8, jumlah subjek yang berusia 60 sampai 64 tahun sebanyak 21 orang (35%), subjek yang berusia 65 sampai 74 tahun sebanyak 31 orang (51.7%), subjek yang berusia 75 sampai 84 tahun sebanyak 7 orang (11.7%), sedangkan subjek yang berusia di atas 84 tahun ada 1 orang (1.7%).

2. Hasil penelitian

Berikut ini akan dipaparkan hasil uji normalitas, linieritas dan hasil pengolahan data pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia.

a. Hasil uji asumsi

1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel menyebar secara normal. Pada penelitian ini, uji normalitas sebaran dilakukan dengan teknik statistik one sample kolmogorov-smirnov. Persyaratan data disebut normal jka probabilitas atau nilai p> 0.05 pada uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (Triton, 2006). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10.Uji sebaran normal variabel tes kolmogorov-smirnov

No Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Signifikansi Keterangan

1 Kesepian Terdistribusi

2 Dukungan Sosial Terdistribusi

normal

Dari uji normalitas pada variabel kesepian diperoleh nilai Z = 0.724 dengan p = 0.671, sehingga dapat dikatakan data penelitian pada variabel kesepian terdistribusi normal. Pada variabel dukungan sosial diperoleh nilai Z = 0.725 dengan p = 0.669, sehingga dapat dikatakan data penelitian pada variabel kesepian terdistribusi normal.

2) Uji Linearitas Hubungan Pengujian linearitas dimaksudkan untuk mengetahui linearitas hubungan antara data variabel bebas dan data variabel tergantung. Uji linearitas hubungan yang digunakan adalah uji F, dimana jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah linier. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas

Variabel Df F Sig. Keterangan Dukungan sosial terhadap

Linear kesepian

Dari hasil uji linearitas diperolah nilai F = 7.578 dan p = 0.009. Hasil tersebut menunjukkan variabel dukungan sosial memiliki hubungan yang linear dengan kesepian. Hubungan linear diatas dapat pula dilihat pada penyebaran skor dengan menggunakan teknik interactive graph yang menghasilkan diagram pencar (scatter plot ) sebagai berikut :

Gambar 1. Gambaran Linearitas Dukungan Sosial dengan kesepian

Linear Regression

฀ Kesepian = 115.12 + -0.38 * Duksos ฀ ฀ ฀ R-Square = 0.14 ฀

Duksos

b. Hasil analisa data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode analisa regresi linear sederhana yang akan menjelaskan pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian, dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for Window.

Metode yang digunakan adalah metode enter dengan memasukkan variabel dukungan sosial sebagai variabel bebas (independen) terhadap kesepian sebagai variabel tergantung (dependen). Dengan metode ini variabel bebas dimasukkan sebagai variabel prediktor dengan tidak memandang apakah pengaruh variabel tersebut besar atau kecil terhadap variabel tergantung (dependen). Artinya bahwa variabel bebas akan masuk dalam persamaaan jika taraf kesalahannya kurang dari

0.05 (5 %) dan dikeluarkan jika taraf kesalahannya lebih dari 0.1 (10%) (Pratisto, 2009). Hasil analisa regresi antara variabel dukungan sosial dengan kesepian dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 12. Hasil analisa regresi dukungan sosial dengan kesepian

F Sig 0.371

R R-Square

Sig (1-tailed)

Nilai R pada tabel 12 menunjukkan besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial dengan kesepian yaitu sebesar 0.371 dengan tingkat signifikansi koefisien korelasi (1-tailed) sebesar 0.002 (p = 0.004). Jika nilai p < 0.05 maka hubungan antar variabel signifikan (Pratisto, 2009). Dari hasil analisa data tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan kesepian sangat signifikan. Dari hasil korelasi Pearson, diketahui arah hubungannya adalah negatif yang artinya semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh oleh seseorang, maka tingkat kesepiannya semakin rendah, dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh maka tingkat kesepiannya akan semakin tinggi.

Nilai R-square (koefisien determinasi) digunakan untuk mengukur seberapa jauh model regresi linier sesuai dengan data. Dari hasil analisa data diperoleh nilai R- square sebesar 0.137, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dukungan sosial terhadap kesepian adalah sebesar 13.7%. Artinya, dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 13.7% terhadap kesepian, sedangkan selebihnya sebesar 86.3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Untuk melihat apakah model regresi sudah tepat digunakan dalam memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung, maka digunakan nilai F dari tabel ANOVA (Pratisto, 2009) dari hasil analisa data diperoleh nilai F sebesar 9.241 dengan tingkat signifikansi 0.004. Nilai probabilitas ini menyatakan bahwa model regresi yang diperoleh dapat dipakai untuk memprediksi kesepian (p < 0.05).

Parameter-parameter dalam persamaan garis regresi yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel. 13 berikut ini:

Tabel 13. Parameter-parameter Persamaan Garis Regresi

Persamaan garis yang dihasilkan pada analisa regresi linier sederhana ini adalah: Y =115.120-0.382*X

Keterangan : Y = Kesepian

X = Dukungan Sosial Persamaan garis regresi tersebut memiliki arti jika tidak didapati adanya dukungan sosial pada lansia, maka kesepian seseorang akan sebesar 115.120 satuan. Koefisien regresi sebesar -0.382 menyatakan bahwa setiap penambahan sebanyak 1 satuan untuk dukungan sosial, maka akan ada penurunan sebesar 0.382 untuk kesepian pada lansia.

Selanjutnya untuk melihat signifikansi koefisien regresi tersebut, maka digunakan uji t. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi parameter-parameter regresi linier sederhana. Koefisien regresi dapat dinyatakan signifikan jika nilai p <

0.05 (Pratisto, 2009). Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai p = 0.004 (p<0.05) sehingga dapat dinyatakan bahwa koefisien regresi tersebut signifikan atau dukungan sosial berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap kesepian.

c. Deskripsi data penelitian

Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2006) menyatakan bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Menurut azwar (2006), pengkategorisasian 3 jenjang ini merupakan pengkategorisasian minimal digunakan oleh peneliti. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan norma kategorisasi sebagai berikut:

Rentang nilai

Kategori

X < (Mean - 1.SD)

Rendah

(Mean - 1.SD) ≤ x < (Mean

Sedang

+ 1.SD) (Mean+ 1.SD) ≤x

Tinggi

Dalam penelitian ini peneliti mengkategorikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik dan mean empirik untuk variabel dukungan sosial dan variabel kesepian.

1) Variabel Kesepian

Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkapkan variabel kesepian adalah sebanyak 38 aitem yang diformat dalam bentuk Likert dalam 4 alternatif pilihan. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik disajikan dalam tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Skor Empirik dan Skor Hipotetik Variabel Kesepian

Variabel

Hipotetik Min

Empirik

Maks Mean SD Kesepian

Maks Mean

Berdasarkan tabel.14 diperoleh mean empirik untuk skala kesepian sebesar 81,90 dengan SD empirik sebesar 6.139, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 95 dengan SD hipotetik sebesar 19. Hasil perhitungan skor mean empirik dan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik < mean hipotetik. Hal ini berarti kesepian yang dialami subjek berada dibawah rata-rata kesepian pada umumnya. Mean empirik yaitu sebesar 81.90 menggambarkan bahwa subjek termasuk ke dalam kelompok yang memiliki kesepian sedang.

Pengelompokkan ini didasarkan pada pengkategorisasian subjek berdasarkan kategorisasi empirik sebagaimana yang ditujukkan pada tabel 15 dibawah ini :

Tabel 15. Kategorisasi data Kesepian

Empirik

Kategori Rentang nilai

Jumlah

X < 75

Rendah

75 ≤ x < 88

41 68.33 Sedang

88 ≤x

12 20 Tinggi

Berdasarkan Tabel. 15 diketahui bahwa berdasarkan mean empirik, subjek penelitian yang memiliki kesepian dengan kategori rendah sebanyak 7 orang (11.67%), sedangkan sebanyak 41 orang (68.33%) subjek penelitian tingkat kesepiannya tergolong sedang dan sebanyak 12 orang (20%) subjek penelitian memiliki kesepian yang tergolong tinggi.

2) Variabel Dukungan Sosial Berdasarkan Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap variabel dukungan sosial adalah sebanyak 29 aitem dengan format skala likert dalam 4 alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik disajikan dalam Tabel 16 sebagai berikut:

Tabel 16 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Dukungan Sosial

Variabel

Skor Hipotetik Min

Skor Empirik

Mean SD Dukungan

Berdasarkan Tabel. 16 diperoleh mean empirik dukungan sosial subjek penelitian adalah = 87.65 dengan SD = 6.25943 dan mean hipotetiknya adalah = 75 dengan SD=15. Hasil perbandingan antara mean empirik dan mean hipotetik menunjukkan bahwa skor dukungan sosial subjek penelitian di atas rata-rata yaitu mean empirik > mean hipotetik. Hal ini berarti dukungan sosial subjek penelitian lebih tinggi daripada dukungan sosial populasi pada umumnya.

Pada Tabel. 17 dapat dilihat bahwa rata-rata dukungan sosial yang diterima subjek berada pada kategori netral dalam pengkategorian skor berdasarkan mean empirik.

Tabel 17. Kategorisasi data Dukungan Sosial

Empirik

Kategori Rentang nilai

Berdasarkan Tabel. 17 diketahui bahwa berdasarkan mean empirik, subjek penelitian yang mendapatkan dukungan sosial dengan kategori rendah sebanyak 9 orang (15%), sedangkan sebanyak 37 orang (61.67%) subjek penelitian mendapatkan dukungan sosial yang tergolong sedang dan sebanyak 14 orang (23.33%) subjek penelitian mendapatkan dukungan sosial yang tergolong tinggi.

3. Hasil analisa tambahan

a. Gambaran Kesepian Lansia berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini juga dapat diperoleh gambaran kesepian berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan teknik statistik independent sample t-test. Hasil uji statistik berdasarkan jenis kelamin selengkapnya dapat dilihat dari Tabel 18 berikut ini

Tabel 18. Gambaran Kesepian lansia berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Dari Tabel 18 tentang gambaran kesepian lansia berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa mean kelompok subjek pria lebih tinggi daripada mean kelompok subjek wanita.

Hasil uji t dapat melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara kesepian lansia pada pria dan wanita. Uji t dilakukan dalam dua tahapan, tahapan pertama adalah menguji apakah varians dari dua populasi bisa dianggap sama dan tahapan kedua dilakukan pengujian untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata populasi (Santoso, 2007). Hasil uji-t penelitian ini dapat dilihat pada Tabel. 19 dibawah ini:

Tabel 19. Hasil perhitungan Uji-t kesepian Lansia berdasarkan jenis kelamin

Tes Levene

t-Test

Sig Equal variances not

F Sig.

Nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa kedua varians benar-benar berbeda (Santoso, 2007). Dari Tabel. 19 diperoleh nilai F = 1.124 dengan nilai p = 0.293 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua varians adalah sama.

Nilai t dengan Equal variances not assumed adalah 0.642 dengan p = 0.542 Jika nilai p < 0.05 maka rata-rata populasi adalah berbeda (Santoso, 2007). Dari hasil Nilai t dengan Equal variances not assumed adalah 0.642 dengan p = 0.542 Jika nilai p < 0.05 maka rata-rata populasi adalah berbeda (Santoso, 2007). Dari hasil

b. Pengaruh Dimensi-dimensi Dukungan Sosial terhadap Kesepian

Hasil analisa regresi menunjukkan sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia sebesar (r 2 )=0.137, yaitu sebesar 13.7%. Selanjutnya

dari kelima dimensi dukungan sosial ternyata bentuk dimensi integral sosial yang berpengaruh paling besar terhadap kesepian pada lansia.

Peneliti menggunakan regresi berganda metode backward yaitu menganalisis variabel dari belakang, artinya semua variabel dianalisis kemudian dilanjutkan menganalisis pengaruh variabel-variabel bebasnya lalu variabel yang tidak berpengaruh dibuang (Pratisto, 2009).

Tabel 20. Parameter-Parameter Persamaan Regresi Dimensi

Integral Sosial

Berdasarkan tabel 20 dapat dilihat bahwa dimensi dukungan integral sosial yang berpengaruh terhadap kesepian pada lansia. Bila dilihat dari p= 0.006 (p<0.05),

B. Pembahasan

Hasil utama penelitian dengan menggunakan analisa regresi linier sederhana (R = -0.371, p = 0.004) menunjukkan ada pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia, dimana terdapat hubungan yang negatif antara dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Dari hasil analisis Hasil utama penelitian dengan menggunakan analisa regresi linier sederhana (R = -0.371, p = 0.004) menunjukkan ada pengaruh yang sangat signifikan antara dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia, dimana terdapat hubungan yang negatif antara dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia. Dari hasil analisis

Hal ini sesuai dengan Beyene, Becker, & Mayen (2002) yang menjelaskan bahwa ketakutan akan kesepian merupakan gejala yang amat dominan terjadi pada lansia. Kondisi ketakutan tersebut memiliki kadar yang berbeda, meskipun begitu secara khas hal tersebut dipengaruhi oleh derajat dan kualitas dari dukungan sosial. Hal tersebut tentu saja diperkuat berdasarkan dari berbagai pendapat yang mengemukakan bahwa kesepian terkait langsung dengan keterbatasan dukungan sosial. Fessman dan Lester (2000) menjelaskan bahwa dukungan sosial merupakan prediktor bagi munculnya kesepian. Maksudnya disini adalah individu yang memperoleh dukungan sosial terbatas lebih berpeluang mengalami kesepian, sementara individu yang memperoleh dukungan sosial yang lebih baik tidak terlalu merasa kesepian. Hal ini juga menunjukkan akan pentingnya dukungan sosial dikalangan lansia untuk mengantisipasi masalah kesepian tersebut (dalam Gunarsa, 2004).

Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino, 2006). Penelitian Dykstra (1990), juga menunjukkan adanya tingkat kesepian yang rendah karena mendapat dukungan sosial dari begitu banyak sumber, seperti dari pasangan, orang-orang yang sudah dianggap keluarga, individu yang lebih muda dan tua, baik pria dan juga wanita. Dukungan sosial mungkin saja datang dari berbagai Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino, 2006). Penelitian Dykstra (1990), juga menunjukkan adanya tingkat kesepian yang rendah karena mendapat dukungan sosial dari begitu banyak sumber, seperti dari pasangan, orang-orang yang sudah dianggap keluarga, individu yang lebih muda dan tua, baik pria dan juga wanita. Dukungan sosial mungkin saja datang dari berbagai

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pada dasarnya kesepian lebih mengacu pada ketidaknyamanan subjektif yang dirasakan seseorang ketika beberapa kriteria penting dari hubungan sosial terhambat atau tidak terpenuhi. Pada dasarnya kekurangan tersebut dapat bersifat kuantitatif (tidak memiliki teman seperti yang diinginkan) dan bersifat kualitatif seperti merasa bahwa hubungan sosial yang dibinanya bersifat seadanya atau kurang memuaskan (Peplau & Perlman dalam Taylor, Peplau & Sears, 2000).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap kesepian pada lansia yaitu sebesar 13.7%. hasil ini menunjukkan bahwa masih ada faktor-faktor lain sebesar 86.3% yang mempengaruhi kesepian pada lansia. Faktor-faktor lain, selain dukungan sosial yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi kesepian yaitu dari status sosial ekonomi, karakteristik latar belakang lain (perceraian orang tua). Hawkey dan Cacciopo (2003) juga menambahkan bahwa stres dan rasa ketidakberdayaan diri dapat menjadikan seseorang menjadi kesepian (Gunarsa, 2004).

Berdasarkan mean empirik, dukungan sosial subjek penelitian berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak subjek 37 subjek (61.67%). Dimana hasil ini dapat diartikan bahwa dukungan sosial yang diperoleh atau diterima oleh subjek penelitian Berdasarkan mean empirik, dukungan sosial subjek penelitian berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak subjek 37 subjek (61.67%). Dimana hasil ini dapat diartikan bahwa dukungan sosial yang diperoleh atau diterima oleh subjek penelitian

Hasil tambahan penelitian untuk melihat perbedaan kesepian pada lansia pria dan lansia wanita menggunakan uji t menunjukkan bahwa rata-rata skor kesepian lebih tinggi pada kelompok lansia pria. Namun nilai probabilitas (p=0.542) menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan (p > 0.05), sehingga tidak ada perbedaan sikap terhadap kematian antara lansia pria dan wanita jika ditinjau dari jenis kelamin. Hasil ini sejalan dengan hasil studi sebelumnya mengenai kesepian, yang juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesepian antara laki-laki dan perempuan. Walaupun begitu, menurut Borys dan Perlman (dalam Brehm et al, 2002) laki-laki lebih sulit menyatakan kesepian secara tegas bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh stereotipe peran gender yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan stereotipe peran gender, pengekspresian emosi kurang sesuai bagi laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dapat terlihat dari hasil mean laki-laki > mean perempuan (82.33>81.25).

Berdasarkan hasil penelitian tambahan, diperoleh bahwa dari dimensi-dimensi dukungan sosial ternyata yang paling berpengaruh pada kesepian lansia adalah dukungan integral sosial. Dukungan integral sosial memiliki signifikansi 0.006 (p<0.05).

Menurut Orford (1992), dukungan integrasi sosial adalah perasaan individu sebagai bagian dari kelompok. Cohen & Wills (dalam Orford, 1992), menyatakan dukungan ini dapat berupa menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas, yang juga dapat mengurangi stress serta pengalihan perhatian seseorang dari masalah dengan membuat kontak sosial dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dykstra (1990), yang menunjukkan adanya tingkat kesepian yang rendah pada lansia karena memiliki hubungan yang lebih luas dan erat dengan orang lain. Shaver dan Rubeinstein (dalam Brehm et al, 2000), juga menambahkan bahwa salah satu cara untuk menghadapi kesepian yang dialami oleh seseorang adalah dengan membuat kontak sosial seperti berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.