Kabupaten Kepahiang dalam Konteks Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera

3.5.2 Kabupaten Kepahiang dalam Konteks Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera

A. Arahan Pola Pengelolaan Struktur Ruang Wilayah Pulau Sumatera

Arahan pengelolaan struktur ruang wilayah Pulau Sumatera ini terdiri atas : sistem pusat permukiman, dan sistem jaringan prasarana wilayah.

1. Arahan Pola Pengelolaan Sistem Pusat Permukiman

Untuk penetapan PKN (Pusat Kegiatan Nasional), ternyata di Priopinsi Bengkulu tidak ditetapkan adanya PKN. Dalam penetapan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), di Propinsi Bengkulu ditetapkan 2 PKW, yaitu : Bengkulu, dan Manna; yang arah

pengembangannya sebagai pusat pelayanan sekunder yang dibatasi perkembangannya sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Dalam penetapan Kabupaten Kepahiang termasuk PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang didorong

pengembangannya.

2. Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Arahan pola pengelolaan sistem jaringan jalan Sumatera yang diprioritaskan penanganannya yang terletak di Propinsi Bengkulu meliputi :

a. Pengembangan jaringan jalan Lintas Barat yang menghubungkan : Bandar Lampung – Manna – Bengkulu – Painan – Padang – Tarutung – Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh;

b. Pengembangan jaringan jalan pengumpan Lintas Barat – Lintas Timur, yang menghubungkan : Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu.

Arahan pola pengelolaan jaringan jalan rel di wilayah Sumatera yang terkena dengan wilayah Propinsi Bengkulu adalah jaringan lintas cabang dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas :

 Tebing Tinggi – Bengkulu;  Bengkulu – Padang.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi laut yang diprioritaskan penanganannya yang terletak di Propinsi Bengkulu adalah :

 Pelabuhan Pulau Baai, sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas sedang;  Pelabuhan Enggano, sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional dengan prioritas

tinggi. Arahan pengembangan jalur penyeberangan lintas pulau di Propinsi Bengkulu, yaitu

jalur Enggano – Bengkulu. Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi udara yang terletak

di Propinsi Bengkulu adalah Bandar Udara Bengkulu, sebagai pelabuhan udara Pusat Penyebaran Sekunder dengan prioritas sedang.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana energi terdapat di Propinsi Bengkulu meliputi :

 Peningkatan kapasitas tenaga listrik pada PLTA Musi,  Pengembangan jaringan untuk : Curup – Lubuk Linggau.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana sumber daya air permukaan yang diprioritaskan penanganannya yang terdapat di Propinsi Bengkulu meliputi :

 Satuan Wilayah Sungai (SWS) dengan prioritas tinggi pada SWS Musi,  Satuan Wilayah Sungai (SWS) dengan prioritas sedang pada SWS Lais-Bintunan,

dan SWS Ipuh-Teramang.  Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada sentra- sentra produksi pangan nasional, yang meliputi : kawasan pertanian tanaman pangan di semua kabupaten, kawasan perkebunan di semua kabupaten, dan kawasan perikanan di Manna.

B. Arahan Pengelolaan Pola Pemanfaatan Ruang

Arahan pengelolaan pola pemanfaatan ruang meliputi : arahan pola pengelolaan kawasan lindung dan arahan pola pengelolaan kawasan budidaya.

1. Arahan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan

bawahannya yang diprioritaskan penanganannnya adalah pengendalian luasan kawasan hutan lindung wilayah Sumatera yang meliputi 9.936.680 Ha, dan yang terletak di Propinsi Bengkulu adalah 328.500 Ha.

Arahan pola pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang diprioritaskan penanganannya di Propinsi Bengkulu mencakup :  Pengelolaan Cagar Alam, meliputi : Konak, Daspetah I/II, Manna, Pagar Gunung

I/II/III, Taba Penanjung, Cawang I/II, Dusun Besar, Raflesia Serbojadi I/II;  Pengelolaan Taman Buru, meliputi : Semidang Bukit Kabu, Gunung Nanu’ua;  Pengelolaan Taman Nasional, meliputi : Taman Nasional Kerinci-Sebelat (TNKS),

dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS);  Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Rajo Lelo.

Arahan pola pengelolaan kawasan rawan bencana lingkungan yang diprioritaskan penanganannya di Propinsi Bengkulu mencakup :

 Pengendalian kota-kota dan kawasan budidaya dari bencana gempa bumi terutama di wilayah Kota Bengkulu dan Manna;

 Pengendalian kota-kota dan kawasan budidaya dari bencana gerakan tanah atau longsor di Kabupaten Rejang Lebong.

2. Arahan Pola Pengelolaan Kawasan Budidaya Arahan pola pengelolaan kawasan andalan yang diprioritaskan penanganannya di

Propinsi Bengkulu mencakup :  Penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada Kawasan Andalan Bengkulu

dan sekitarnya;  Penanganan kawasan dengan prioritas rendah pada Kawasan Andalan Manna dan sekitarnya.

Arahan pola pengelolaan kawasan andalan laut yang diprioritaskan penangannya di Propinsi Bengkulu mencakup :

 Penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada Kawasan Andalan Laut Bengkulu;

 Pengembangan kota pantai di Manna, yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung budidaya kelautan.

C. Arahan Pola Pengelolaan Konflik Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

Arahan pola pengelolaan konflik lintas wilayah dan lintas sektor yang terkena dengan Propinsi Bengkulu adalah arah pengelolaan Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Arahan pola pengelolaan kawasan perbatasan lintas propinsi yang diprioritaskan penanganannya yang terkena dengan Propinsi Bengkulu adalah penanganan kawasan perbatasan antar propinsi yakni antara :  Propinsi Bengkulu – Propinsi Sumatera Selatan – Propinsi Jambi;

 Propinsi Bengkulu – Propinsi Lampung – Propinsi Sumatera Selatan.

D. Keterkaitan Propinsi Bengkulu – Propinsi Sumatera Selatan

Secara administrasi, perbatasan antara kedua wilayah ini adalah antara Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Kaur di Propinsi Bengkulu dengan Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam,

Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di Propinsi Sumatera Selatan.

Secara fisik geografis, perbatasan kedua wilayah ini selain komplek Pegunungan Bukit Barisan juga hamparan dataran lereng sisi timurnya. Salah satu yang menonjol adalah

DAS Sungai Musi, di mana hulunya terdapat di Propinsi Bengkulu (Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang) sementara hilirnya di Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu di bagian selatan terdapat pula DAS Luas, yang hulunya berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sementara hilirnya berada di Kabupaten Kaur.

Secara fungsi kawasan, yang sangat menonjol adalah kawasan lindung yakni Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat di bagian utara, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

di bagian selatan, serta hutan lindung di punggungan pegunungan di bagian tengah. Selain itu terdapat juga kawasan budidaya yang menerus di bagian tengah (Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang dengan Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Lahat).

Dari aspek ekonomi dan transportasi hubungan sangat menonjol antara Propinsi Bengkulu dengan Propinsi Sumatera Selatan ini, terutama dengan adanya jaringan

jalan yang menghubungkannya. Arus pemasaran produksi wilayah dan arus distribusi bahan kebutuhan antara kedua wilayah ini sangat menonjol, demikian juga dengan mobilitas penduduk. Jaringan jalan yang dapat mengindikasikan adanya keterkaitan yang kuat tersebut adalah :  Jalan Bengkulu – Curup – Lubuk Linggau;  Jalan Kepahiang – Pagar Alam – Lahat;  Jalan Manna – Tanjung Sakti – Pagar Alam;  Jalan Tanjung Iman – Muara Sahung – Pulau Beringin – Muara Dua – Baturaja.

Secara sosial-budaya keterkaitan antara kedua wilayah ini sangat kuat, di mana adat, agama, dan bahasa uang sama. Bahkan diidentifikasikan bahwa sebagian besar suku

yang berada di Propinsi Bengkulu berkaitan dengan suku yang berada di Propinsi Sumatera Selatan. Dari aspek historis pemerintahan keterkaitan tersebut memang kuat, karena sebelumnya Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Lampung dan Propinsi Bengkulu adalah merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Selatan sebelum pemekaran.