PEMBAHASAN Dukungan Radiografi Panoramik Dalam Menentukan Dimensi Dan Bentuk Prosesus Kondiloideus Pada Suku Batak Di FKG USU

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, diperoleh hasil pengukuran dimensi prosesus kondiloideus, baik tinggi maupun lebar prosesus kondiloideus. Pengukuran tinggi prosesus kondiloideus pada laki-laki diperoleh nilai rerata ukuran tingginya adalah 18,377 mm ± 2,859 mm, sedangkan nilai rerata ukuran tinggi prosesus kondiloideus pada perempuan adalah 17,271 mm ± 2,917 mm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, meskipun terdapat banyak variasi ukuran dimensi prosesus kondiloideus pada laki-laki dan perempuan, nilai rerata ukuran prosesus kondiloideus pada laki-laki lebih besar daripada nilai rerata ukuran yang diperoleh pada perempuan. Penelitian Tadej dkk 1987, mengenai bentuk prosesus kondiloideus dan hubungannya dengan maloklusi pada anak, mengungkapkan bahwa ukuran prosesus kondiloideus pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. 5 Hal ini kemungkinan terjadi karena pada masa pertumbuhan, laki-laki mengalami kecepatan pertumbuhan yang pesat dan lebih besar nilainya daripada perempuan. 20 Pada penelitian ini, secara keseluruhan nilai rerata ukuran tinggi prosesus kondiloideus adalah 17,802 mm ± 2,914 mm. Hasil pada penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan nilai rerata ukuran tinggi prosesus kondiloideus pada sisi kanan dan sisi kiri, dimana sisi kiri lebih besar nilainya daripada sisi kanan. Pada sisi kanan, nilai reratanya adalah 17,406 mm ± 3,088 sedangkan pada sisi kiri adalah 18,198 mm ± 3,141 mm. Hal ini juga ditemukan baik pada sampel laki-laki maupun sampel perempuan. Pada sisi sebelah kanan sampel laki-laki, nilai rerata ukuran tingginya adalah 17,992 mm ± 3,126 mm dan pada sisi kiri adalah 18,763 mm ± 2,874 mm. Pada sisi kanan sampel perempuan, nilai rerata tingginya adalah 16,865 mm ± 3,011 mm dan pada sisi kiri adalah 17,271 mm ± 2,917 mm. Krisjane dkk 2007 dalam penelitiannya mengenai morfologi kondilus dan mandibula menggunakan Multislice CT MSCT 2D dan 3D pada individu dengan maloklusi tipe II divisi 1 mengungkapkan bahwa nilai rerata ukuran tinggi prosesus Universitas Sumatera Utara kondiloideus pada sisi kanan adalah 18,7 mm ± 3,54 mm dan pada sisi kiri adalah 17,1 mm ± 3,96 mm. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa sisi sebelah kanan lebih besar nilainya daripada sisi kiri. 27 Setiap individu memiliki pertumbuhan yang berbeda, tergantung pada kecepatan pertumbuhan dan besarnya nilai pertumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada rahang, akan berbeda pada individu berdasarkan faktor lingkungan yang menyertainya, seperti maloklusi, beban oklusal yang diterima, remodeling tulang dan trauma. 5,20 Prosesus kondiloideus merupakan salah satu struktur yang sensitif terhadap perubahan oklusal dan pada umumnya dipengaruhi oleh maloklusi pada masa pertumbuhan. Inui pada tahun 1999 berpendapat bahwa displacement prosesus kondiloideus secara terus menerus pada fossa glenoidalis selama periode pertumbuhan, yang disebabkan oleh masalah oklusi, akan menyebabkan pertumbuhan prosesus kondiloideus yang berbeda pada sisi kanan dan kiri. 28 Perbedaan pertumbuhan prosesus kondiloideus ini juga dapat disebabkan aktifitas otot pengunyahan yang asimetris atau pada pengunyahan sebelah sisi. 29,30 Pada penelitian ini diperoleh juga nilai rerata ukuran lebar prosesus kondiloideus yaitu 10,106 mm ± 1,322 mm. Pada laki-laki, nilai rerata ukuran lebar prosesus kondiloideus adalah 10,504 mm ± 1,208 mm, sedangkan pada perempuan, nilai rerata ukuran lebar prosesus kondiloideus adalah 9,758 mm ± 1,337 mm. Penelitian yang dilakukan oleh Redrigues dkk 2009 pada kelompok usia 13–30 tahun, mengungkapkan bahwa ukuran prosesus kondiloideus dari aspek anteroposterior aspek lateral yang dievaluasi dengan CT, diperoleh nilai rerata ukuran dimensi lateral sebelah kanan sebesar 9,39 mm dan pada sisi sebelah kiri adalah 9,30 mm. Pada aspek mediolateral frontal, ukuran prosesus kondiloideus sisi kanan adalah 20,62 mm dan pada sisi kiri adalah 20,57 mm. 19,31 Hasil yang diperoleh berbeda dengan hasil penelitian ini, yaitu 10,054 mm ± 1,707 mm untuk sisi kanan dan 10,158 mm ± 1,204 mm untuk sisi kiri. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh pemakaian teknik radiografi yang berbeda dan perbedaan variasi ukuran inter-populasi. 1 Proyeksi CT dianggap sangat baik untuk mengevaluasi Universitas Sumatera Utara perubahan osseus sendi karena CT memproyeksikan tampilan informasi struktur sendi dalam bentuk tiga dimensi. Informasi ini tentu dianggap lebih representatif menggambarkan keadaan sesuai dengan anatomis aslinya dibandingkan dengan radiografi panoramik yang memberikan informasi secara dua dimensi. 2,5,7,21 Secara alamiah, setiap individu memiliki ciri khas bentuk kraniofasial yang berbeda. Wajah individu disusun oleh rangkaian tulang kranium dan mandibula yang memiliki variasi-variasi yang disebabkan oleh informasi genetik dan pengaruh lingkungan. 12 Pertumbuhan rahang setiap individu tidak akan sama, yang akan menghasilkan perbedaan rata-rata jumlah pertumbuhan dan perbedaan ukuran serta bentuk tulang-tulang kraniofasial. Banyak faktor yang mempengaruhi variasi kraniofasial terutama rahang. Selain informasi genetik yang diturunkan, faktor lain seperti nutrisi selama masa pertumbuhan, tipe maloklusi, beban fungsional yang diterima, pemakaian gigi tiruan dan gaya oklusal akan ikut mempengaruhi. 1,5,7,19 Prosesus kondiloideus memiliki kemampuan remodeling adaptif sebagai respon dari pergerakan dan rotasi mandibula. Perubahan pada oklusi dapat memperbesar remodeling struktur artikular sendi temporomandibular yang dapat menyebabkan resorpsi prosesus kondiloideus dan perubahan struktur mandibula. Selama masa pertumbuhan dan adaptasinya dengan perubahan oklusi, prosesus kondiloideus akan berkembang menjadi bermacam variasi yang mungkin pada individu. 27 Volume prosesus kondiloideus juga dapat dihubungkan dengan dimensi akhir mandibula dan hubungannya antara basis maksila dan mandibula. 30 Momjian dkk 2011 mengungkapkan bahwa teknik radiografi panoramik digital yang dihubungkan dengan suatu perangkat sistem komputer spesifik dapat dengan tepat mengukur beberapa area mandibula. Metode ini melaporkan dua hal yang cukup unik: 1 evaluasi perimeter dan area, bersama-sama dengan pengukuran tinggi dapat menghasilkan analisis bentuk prosesus kondiloideus 2D yang lebih detail dan 2 pengukuran komputasional ini dibuat langsung pada gambaran radiografi digital. Metode ini berpotensi untuk dapat digunakan secara rutin untuk mencatat perubahan dalam follow up klinis kelainan prosesus kondiloideus yang didapat maupun kongenital. 9 Universitas Sumatera Utara Banyak penelitian yang menggunakan radiografi panoramik untuk evaluasi simetri rahang dengan kontras. Namun, radiografi panoramik sendiri bukanlah metode yang akurat karena menghasilkan magnifikasi dan distorsi pada arah vertikal dan horizontal. 19 Penelitian oleh Laster dkk 2005 menyimpulkan bahwa kurangnya sensitifitas radiografi panoramik untuk deteksi asimetris rahang yang tidak terlihat dan minimnya spesifikasi untuk menangkap perubahan posisi tengkorak yang disesuaikan untuk keperluan klinis. Hal ini disebabkan oleh adanya distorsi yang terlihat pada gambaran panoramik sehingga kurang tepat untuk mengukur asimetris rahang. 26 Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa prosesus kondiloideus pada setiap individu akan memiliki penampilan bentuk yang bervariasi pada gambaran panoramik. Bentuk menonjol, diikuti oleh bentuk bulat dan bentuk bersudut adalah gambaran bentuk prosesus kondiloideus yang paling banyak frekuensinya pada sampel. Bentuk datar sendiri tidak terlihat pada kelompok sampel. Pada penelitian ini, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pada laki-laki, bentuk yang paling banyak muncul adalah bentuk bulat sebesar 50, kemudian bentuk menonjol sebesar 37,5 dan bentuk bersudut sebesar 12,5. Pada perempuan, bentuk menonjol adalah yang terbanyak yaitu sebesar 63,46, kemudian bentuk bulat sebesar 32,7 dan bentuk bersudut sebesar 3,84. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Oliveira dkk 2009 yang mengungkapkan bahwa pada laki-laki bentuk bulat adalah sebesar 40,18, bentuk bersudut sebesar 35,71, bentuk menonjol sebesar 18,30 dan bentuk datar sebesar 5,80. Pada perempuan, bentuk bulat adalah sebesar 41,52, bentuk bersudut sebesar 29,82, bentuk menonjol adalah 25,37 dan bentuk datar sebesar 2,92. 1 Selama masa dewasa, prosesus kondiloideus akan beradaptasi terhadap stimulus fungsional. Sebagai bentuk adaptasi ini, prosesus kondiloideus akan mengalami remodeling yang akan mempengaruhi bentuk dan volumenya. Akan timbul perbedaan pada individu terhadap proses ini dimana setiap individu tidak akan sama adaptasi stimulus fungsionalnya sehingga menyebabkan variasi bentuk dan volume yang berbeda pula. 30 Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan, pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa bentuk menonjol adalah yang paling banyak muncul yaitu sebesar 51, bentuk bulat sebesar 41 dan bentuk bersudut sebesar 8. Hasil ini juga berbeda dengan yang ditunjukkan Oliveira dkk 2009 bahwa secara keseluruhan, bentuk bulat adalah yang terbanyak yaitu sebesar 40,99, bentuk bersudut sebesar 32,16, bentuk menonjol sebesar 22,79 dan bentuk datar sebesar 4,06. 1 Bentuk datar adalah bentuk yang menempati urutan terakhir frekuensinya, yang pada penelitian tidak ditemukan sama sekali. Beberapa pendapat menyatakan bahwa bentuk ini akan lebih sering muncul pada kelompok individu yang memiliki ciri yang dihubungkan dengan adanya kelainan pada sendi temporomandibular. 1 Perubahan bentuk prosesus kondiloideus yang mencolok akan terjadi pada individu dengan keluhan atau gejala gangguan sendi temporomandibular. Diantara banyak perubahan yang terjadi adalah osteophyte, sklerosis, kista subkortikal dan erosi permukaan sendi. 2,5,10,11 Kemunculan bentuk prosesus kondiloideus yang sama pada kedua sisi rahang mencapai lebih dari separuh sampel, yaitu dengan persentase sebesar 62. Keadaan ini juga ditunjukkan oleh Oliveira dkk, dimana kemunculan bentuk prosesus kondiloideus yang sama pada kedua sisi rahang mencapai hampir dua per tiga jumlah sampel, yaitu sebanyak 72,29. Kemunculan bentuk prosesus kondiloideus yang berbeda dapat secara signifikan terjadi pada laki-laki dan perempuan dengan kelainan sendi temporomandibular asimtomatik. Variasi bentuk yang berbeda antara sisi kanan dan sisi kiri dapat terjadi karena keterbatasan teknik radiografi panoramik dan variasi anatomi pada individu. Derajat ketidaksamaan ini diduga berdasarkan deskripsi biologis, dimana proporsionalnya akan meningkat sesuai dengan kompleksitas organisme. 1 Ueda dkk 2003 dalam penelitiannya pengenai analisis pola bentuk prosesus kondiloideus menggunakan CT mengungkapkan bahwa ada lima pola bentuk prosesus kondiloideus yang terlihat, yaitu datar, bulat, konveks, konkaf dan bersudut. Bentuk konveks adalah yang paling banyak muncul pada perempuan sedangkan pada Universitas Sumatera Utara laki-laki, yang paling dominan adalah bentuk konkaf. Mereka juga mengungkapkan sebanyak 40 sampel menunjukkan bentuk prosesus kondiloideus secara bilateral. 5,7 Terlepas dari segala kekurangannya dan di antara banyaknya teknik radiografi yang tersedia, radiografi panoramik masih menjadi teknik radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan awal kelainan sendi temporomandibular. 5 Hintze dkk 2009 mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan melalui radiografi panoramik, sagittal lateral scanography dan sagittal cross- sectional tomography dalam mendiagnosis perubahan bentuk sendi temporomandibular, terutama perubahan pada prosesus kondiloideus. 10 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN