Gambar 5. Bentuk outline prosesus kondiloideus menggunakan CT: A datar,
B bulat, C bersudut, D konveks dan E konkaf.
7
2.3.2 Histologi Prosesus Kondiloideus
Secara histologis prosesus kondiloideus bervariasi sesuai dengan pertambahan usia. Hal ini disebabkan adanya kartilago sekunder pada prosesus kondiloideus
selama masa kanak-kanak. Kartilago ini muncul pertama kali pada minggu kesepuluh masa intrauterin dan bertahan sebagai daerah proliferasi kartilago sampai masa
remaja. Prosesus kondiloideus dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa. Kepala prosesus
kondiloideus terdiri dari tulang kompakta dan jaringan ikat fibrosa perikondrium. Di antara tulang kompakta dan jaringan ikat fibrosa terdapat kartilago hyalin.
6
2.3.3 Kelainan pada Prosesus Kondiloideus
Beberapa kelainan yang dapat terjadi pada prosesus kondiloideus adalah sebagai berikut.
a. Condylar Hypoplasia
Condylar hypoplasia adalah kegagalan prosesus kondiloideus untuk mencapai
ukuran normalnya, disebabkan oleh kelainan kongenital dan perkembangan atau penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan prosesus kondiloideus. Ukuran prosesus
kondiloideus menjadi kecil, namun morfologinya masih normal. Condylar hypoplasia
Universitas Sumatera Utara
termasuk dalam defisiensi mandibula dan sering dihubungkan dengan tidak berkembangnya ramus dan body mandibula.
21
b. Condylar Hyperplasia
Condylar hyperplasia adalah kelaian perkembangan akibat melebarnnya
kepala kondilus atau kelainan bentuk pada kepala kondilus. Etiologinya adalah kartilago yang overaktif atau sisa kartilagonous yang menetap, sehingga
meningkatkan ketebalan lapisan kartilagonous dan prekartilagonous. Pasien akan mengalami asimetri mandibula yang bervariasi keparahannya, tergantung pada
seberapa besar pelebaran kepala kondilus. Dagu akan berdeviasi ke sisi yang tidak dipengaruhi, atau tidak berubah namun mengalami peningkatan vertikal dimensi pada
ramus, body mandibula dan tulang alveolar pada sisi yang dipengaruhi. Pasien kemungkinan mengalami posterior openbite pada sisi yang mengalami kelainan dan
juga memiliki keluhan gejala disfungsi sendi temporomandibular.
21
c. Juvenile Arthrosis
Juvenile arthrosis adalah gangguan pertumbuhan prosesus kondiloideus
berupa hipoplasia dan perubahan karakteristik morfologis. Kelainan ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral, umumnya mengenai anak-anak dan remaja selama
periode pertumbuhan mandibula.
21
d. Bifid Condyle
Bifid condyle merupakan malformasi prosesus kondiloideus yang jarang
terjadi. Etiologinya mungkin adalah kelainan perkembangan atau akibat trauma.
22
Bifid condyle memiliki lekukan vertikal di tengah kepala kondilus yang dilihat dari
arah frontal atau sagital, sehingga kepala kondilus seperti berduplikasi menjadi dua. Kondisi ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral.
21
e. Dislokasi Sendi