Metode subjektif Metode objektif

tidak mengakibatkan penurunan kekerasan enamel, sementara penelitian Delfino et al. 2009 dan Rodrigues et al. 2003 menunjukkan adanya sedikit penurunan nilai kekerasan enamel tetapi hasilnya tidak signifikan. 6,12,43,49,50

2.6 Metode pengukuran warna gigi

Persepsi warna berbeda untuk setiap individu. Oleh itu untuk menstandardisasi hasil penilaian warna, beberapa teknik dan peralatan telah dikembangkan untuk memudahkan dokter gigi dalam perihal penentuan warna gigi. Secara umum, pengukuran warna gigi terbagi kepada dua kategori, yaitu pengukuran warna secara subjektif dan pengukuran warna secara objektif.

2.6.1 Metode subjektif

Pengidentifikasian warna gigi dengan metode subjektif adalah cara yang paling tradisional, yaitu dilakukan secara visual dengan menggunakan shade guide. Usaha pertama untuk menggambarkan warna gigi dengan akurat dilakukan oleh seorang dokter gigi yang bernama Dr. E. B. Clark pada tahun 1931 dengan dengan berdasarkan sistem Munsell yang dilakukan secara visual. Lanjutan itu, VITAPAN Classical shade guide dengan 16 tab warna gigi telah dihasilkan pada tahun 1956 untuk membantu dokter gigi dalam pengidentifikasian warna gigi dengan lebih akurat Gambar 7. Sehingga hari ini, shade guide merupakan alat mengukuran warna gigi yang sangat popular dan digunakan oleh kebanyakan dokter gigi di seluruh dunia. Namun, disebabkan warna yang tersedia pada VITAPAN Classical shade guide didapati kurang seragam dengan warna yang terbatas, maka terhasilnya beberapa variasi shade guide seperti VITA Linearguide 3D-Master, VITA Toothguide 3D-Master, dan VITA Bleachedguide 3D-Master Gambar 8. VITA Bleachedguide 3D-Master merupakan shade guide yang didesain khusus untuk mengevaluasi warna gigi yang telah dibleaching, dimana shade guide ini mempunyai cakupan warna yang lebih baik dan lebih mengutamakan parameter kecerahan atau value. 11,23 Gambar 7. VITAPAN Classical shade guide 23 Gambar 8. VITA Bleachedguide 3D-Master 23 Menurut Westland et al. 2007, terdapat beberapa kekurangan dalam penggunaan metode subjektif ini. Pertamanya, warna yang tersedia pada shade guide tidak adekuat untuk pengidentifikasian warna gigi asli yang bervariasi. Kekurangan yang kedua adalah kurangnya konsistensi antara dokter gigi dalam penentuan warna gigi. Hal ini karena setiap individu mempunyai persepsi warna yang berbeda. Selain itu, Penilaian warna gigi secara visual juga dipengaruhi oleh banyak faktor luar seperti warna dinding di sekeliling pasien, warna pakaian pasien, pencahayaan di praktek, dan kelelahan operator. 51

2.6.2 Metode objektif

Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari metode penilaian warna secara visual. Metode pengukuran warna secara objektif memberi hasil yang lebih akurat dan spesifik berbanding metode subjektif. Alat pengukuran warna secara objektif antara lain, spektrofotometer warna, kolorimeter, dan kamera digital. 52 a Spektrofotometer warna Spektrofotometer merupakan salah satu alat untuk mengukur warna gigi secara objektif Gambar 9. Alat ini memberi hasil berdasarkan data spektral cahaya L, a, dan b serta dapat mengukur tingkat reflektans suatu obyek. Spektrofotometer merupakan instrument pengukuran warna yang paling akurat dan fleksibel dalam bidang kedokteran gigi. Alat ini mampu mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek pada interval 1-25nm dalam spektrum visibel. Sebuah spektrofotometer mengukur jumlah hue dan juga nilai value atau kecerahan suatu obyek. Selain itu, jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek tersebut juga direkam oleh alat ini. 52 Gambar 9. Spektrofotometer warna dok. Komponen-komponen dalam sebuah spektrofotometer antara lain, sumber cahaya, sebuah sistem optik untuk pengukuran, detektor pantulan cahaya, dan sebuah sistem untuk mengkonversi panjang gelombang cahaya yang dipantul menjadi spektrum visibel dan sebuah sistem untuk mengkonversikan spektrum menjadi nilai L, a dan b. 52 Gambar 10 menunjukkan mekanisme kerja spektrofotometer warna dimana cahaya akan dipantulkan oleh objek dan ditangkap oleh sensor. Sensor ini akan mengkonversi panjang gelombang cahaya yang dipantul menjadi spektrum visibel dan kemudian dikonversi lagi menjadi nilai La dan b yang akan dipaparkan pada display screen spektrofotometer. 53 Gambar 10. Mekanisme kerja spektrofotometer warna 53 Pada tahun 1976, Commision Internationale de l’Eclairage CIE telah mengembangkan sistem warna berdasarkan model warna Munsell, dan mempublikasikan sistem warna CIELAB. Sistem ini juga mempunyai tiga dimensi warna, yaitu L, a, dan b Gambar 11. 54 L mewakili value atau tingkat kecerahan suatu obyek dan dinilai berdasarkan skala warna yang ditetapkan, dimana L 0 melambangkan warna hitam sedangkan L 100 adalah warna putih. ∆L menunjukkan perbedaan antara nilai L standar dan sampel yang diukur, atau dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk menentukan perubahan nilai L sebelum dan sesudah perlakuan bleaching, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 40,44 ∆L= L sesudah bleaching – L baseline Nilai ∆L positif menandakan adanya peningkatan kecerahan, sementara nilai ∆L negatif menandakan bahwa gigi tersebut menjadi semakin gelap. Dalam sistem ini, terdapat juga dua komponen yang mewakili kombinasi hue dan kroma yaitu aksis a yang mengukur warna merah dan hijau serta aksis b pula yang mengukur warna kuning dan biru. Kedua-dua aksis warna ini memberi hasil angka dari +128 hingga - 128. 40 Menurut Dietschi et al. 2006, nilai L merupakan parameter pengukuran warna yang paling sesuai untuk dilakukan perbandingan dalam kondisi eksperimental untuk menguji keberhasilan perawatan bleaching. 55 Gambar 11. Aksis warna L, a, dan b 54 Keuntungan penggunaan spektrofotometer dalam pengukuran perubahan warna gigi adalah tingkat sensitivitas alat ini yang sangat tinggi sehingga dapat mendapat hasil yang sangat spesifik. Namun, terdapat juga kekurangan dari penggunaan alat ini. Salah satunya adalah harga spektrofotometer yang mahal disebabkan oleh presisi dan akurasinya yang tinggi. Selain itu, posisi spektrofotometer sewaktu mengukur warna juga harus diperhatikan karena posisi yang salah dapat menyebabkan terjadinya pembiasan sehingga hasilnya tidak akurat. 56 Banyak penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan bleaching telah dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer. Hal ini karena alat ini memberikan hasil yang lebih spesifik dibandingkan metode pengukuran warna yang manual yaitu dengan shade guide. Dari hasil spektrofotometer, nilai kecerahan sebelum dan sesudah perawatan bleaching dapat dilihat dengan jelas melalui parameter L. 4,5,6,40 b Kolorimeter Kolorimeter adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur warna gigi. Gambar 12 Alat ini merekam cahaya merah, hijau, dan biru pada spektrum visibel. Kolorimeter tidak mengukur nilai reflektans warna dan hasilnya kurang akurat dibanding spektrofotometer. 52 Gambar 12. Kolorimeter 55 c Kamera digital Kamera digital boleh digunakan untuk mengukur tingkat warna atau nilai kecerahan gigi. Alat ini mengaplikasikan sistem warna RGB, yaitu dengan merekam warna merah, hijau, dan biru suatu obyek. Pengukuran warna gigi dengan metode ini memerlukan suasana dan pencahayaan yang terkalibrasi untuk mengelakkan bias. Seluruh permukaan gigi difoto, kemudian dianalisa warnanya di komputer dengan software pengukur warna yang biasanya berdasarkan sistem CIELab. Gambar 13 Kamera digital sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur warna gigi karena dapat mengetahui distribusi warna pada seluruh permukaan gigi dan pernggunaanya lebih mudah dibanding spektrofotometer dan kolorimeter. Selain itu, metode ini juga tidak memerlukan biaya yang tinggi. 23,52 Gambar 13. Kamera digital dengan software analisa warna 57

2.7 Alat pengukur kekerasan enamel

Dokumen yang terkait

Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Pengaplikasian Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10% dan 35%

8 302 65

Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Bahan Pemutih Gigi

7 89 63

Pengaruh Jenis Bahan Office Bleaching Hidrogen Peroksida 35% Dan Karbamid Peroksida 35% Terhadap Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofil

9 76 80

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

1 55 98

Perbandingan Aplikasi Buah Delima Putih (Punica granatum Linn.) dan Gel Karbamid Peroksida 10% terhadap Perubahan Warna Enamel Gigi Secara In Vitro.

0 0 20

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 0 16

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 0 5

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 1 6

Pengaruh Aplikasi Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10 dan Hidrogen Peroksida 6 secara Home Bleaching terhadap Kekerasan Permukaan Email Gigi

0 0 7

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI PADA PENGGUNAAN KARBAMID PEROKSIDA 16 DENGAN JUS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa) SEBAGAI BAHAN PEMUTIH GIGI

0 0 14